Anda di halaman 1dari 2

10618007 - Yasmiin Nur Afifah

Collaborative Tuberculosis Research between The Netherland and Indonesia

Oleh Mandala Ajie

Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah cukup lama menjadi masalah di dunia. Sepertiga
dari penduduk di dunia terinfeksi tuberkulisis. Terdapat dua jenis tuberculosis, infeksi laten dan
tuberculosis aktif. Kebanyakan penduduk di dunia terkena infeksi laten. Tuberculosis latent
tumbuh di paru-paru namun tidak berkembangbiak, namun ada kemungkinan seseorang yang
terkena latent seiring waktu menjadi infeksi aktif. Tuberkulosis merupakan patogen yang
menyebabkan kematian tertinggi. Indonesia merupakan negara di tingkat ke 2 dengan kasus
tuberculosis tertinggi di dunia. Tujuan dari penelitian kolaborasi ini adalah untuk mendapatkan
hasil research yg relevan, meningkatkan penanganan tuberculosis di Indonesia, meningkatkan
kapasitas research. Terdapat beberapa topik yang menjadi fokus penelitian, yaitu faktor yang
menyebabkan TB. Penyebaran TB dapat dari aspek biologi maupun nonbiologis. Goals dari
penelitian ini adalah untuk menangani suatu penyakit tertentu. Dari hasil kolaborasi internasional
ini telah menerbitkan beberapa buku mulai dari 2007-2019.

TB meningitis memiliki tingkat mortalitas yang sangat tinggi. Tuberkulosis ini ditunjukan
dengan tanda pembengkakan kelenjar. TB jenis ini sangat rentan terkena pada anak kecil dan
pasien HIV. Salah satu metode treatment yang sudah dikembangkan adalah dengan meningkatkan
dosis rifamycin, isoniazit, dan pyrazinamide. Penambahan dosis rifamycin dilakukan dengan
diinfuskan secara intrafena kepada pasien TB. Terjadi peningkatan survivalitas setelah
ditambahkan dosis rifamycin.

Dilakukan penelitian mengapa pada pasien yang tidak selamat memiliki tingkat triptofan yang
tinggi. Setelah dilakukan pendekatan secara genomic, peningkatan CSF triptofan dapat
diasosiasikan pada locus yang ada di manusia. Ini berhubungan dengan faktor genetik. Validation
cohort menunjukkan kemampuan penelitian ini representative dan relateable untuk populasi
besar.Project baru yang mulai dikembangkan adalah The Ultimate Project dengan goal-nya untuk
melihat efek modulasi penggunaan triptofan sebagai terapi meningitis.

Pasien diabetes mellitus (DM) memiliki kemungkinan tinggi untuk terkena TB aktif. Kasus DM
meningkat di negara-negara miskin dan berkembang. Dengan begitu, dicari cara untuk mengurangi
10618007 - Yasmiin Nur Afifah

kasus-kasus diabeter mellitus. Penelitian yang dilakukan, Tandem, merupakan penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui relasi dari DM dan TB secara lebih dalam. Studi ini dilakukan di
berbagai negara di dunia dengan Indonesia sebagai center-nya. Hasil dari penelitian ini adalah
international guideline untuk DM-TB. Dilakukan analisis data transkriptomik dari pasien TB,
dengan hasil terdapat tipe endotype A dan B. Orang dengan endotype A memiliki respon inflamasi
yang tinggi dan cenderung lebih rentan mengalami kegagalan terapi. Walaupun tingkat inflamasi
tinggi, sel-sel imun pasien endotype A akan mengalami kelelahan sehingga inflamasi menjadi
tidak efektif.

GSEA melihat orang yang terkena DM-TB, respon inflamasinya lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang terkena DM saja ataupun TB saja. DM-TB manifestasi klinisnya
mencerminkan gabungan dari pasien yang terkena TB saja ataupun DM saja. Memprediksi
endotype yang terkena TB diabetes. Org yg terkena keduanya lebih banyak ditemukan di endotipe
A daripada endotipe B. Terdapat faktor tertentu yang menyebabkan penyakit TB tidak
tertransmisikan pada orang-orang tertentu. Saat dilakukan penelitian ternyata orang yang tidak
terinfeksi memiliki tingkat serotonin yang lebih tinggi, sedangkan yang terinfeksi memiliki tingkat
glutamate yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai