Materi :
ARGENTO GRAVIMETRI
Disusun Oleh :
Semarang,
Mengetahui
Dosen Pengampu Asisten Pembimbing
Prof. Dr. Tutuk Djoko K., S.T., M. Eng. Fauzandy Husna Setyanto
NIP. 197306211997021001 NIM. 210301181220072
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi :
ARGENTO GRAVIMETRI
Abstrak
Kajian mengenai verifikasi pengujian kandungan perak nitrat dalam tinta pemilu dengan titrasi argentometri
metode Volhard telah dilaksanakan. Tinta pemilu termasuk salah satu kelengkapan yang harus tersedia di
Tempat Pemungutan suara (TPS) saat pelaksanaan pemilihan. Tinta pemilu memberikan warna ungu kecoklatan
pada permukaan kulit dan kuku jari, yang berasal dari zat warna ungu gentian dan perak nitrat yang terkandung
di dalamnya. Metode pengujian kandungan perak nitrat dalam tinta pemilu seperti yang dijelaskan dalam SNI
8666:2018 menjadi acuan yang sangat penting, karena sampai saat ini belum tersedia metode lain baik Standar
Nasional Indonesia (SNI) maupun Standar Internasional yang dapat dijadikan acuan normatif untuk menguji
kandungan perak nitrat dalam tinta pemilu. Pada SNI 8666:2018, metode pengujian perlu dilengkapi dengan
hasil verifikasi yang dapat membuktikan kehandalan metode tersebut. Pada Penelitian ini pengujian presisi
(repeatability dan reproducibility) untuk metode uji SNI 8666:2018 butir 6.4, dilakukan menggunakan dua contoh
tinta pemilu dan empat laboratorium pengujian. Hasil pengujian menunjukkan repeatability metode sebagai
berikut: Lab-1 (%RSD > ½ CV Horwitz) = 4,965 > 1,631; Lab-2 (%RSD > ½ CV Horwitz) = 4,154 > 3,261; Lab-3
(%RSD < ½ CV Horwitz) = 0,866 < 1,644; dan Lab-4 (%RSD < ½ CV Horwitz) = 0,408 < 1,643.; dan untuk
reproductibility diperoleh Lab-1 dan Lab-2: (%RSD < 2/3 CV Horwitz) = 4,457 > 2,175; sedangkan Lab-3 dan
Lab-4: (%RSD < CV Horwitz) = 0,745 < 2,191. Penggunaan metode uji yang murah dan sederhana seperti ini,
berpotensi untuk dapat diterapkan dengan mudah di Industri Kecil Menengah (IKM) pembuat tinta pemilu.
Kata kunci : tinta, pemilu, perak nitrat, presisi, argentometri, Volhard
Abstract
Study on verification for determination of silver nitrate content in election ink by argentometric titration Volhard
method has been done. Election ink is one of the tools that must be available at the polling station (TPS) during
the election. Election ink gives a brownish purple color to the surface of the skin and finger nails, which is derived
from gentian purple and silver nitrate contained therein. Testing method according to SNI 8666:2018 become a
very important reference, since there was no others method, Indonesian Nasional Standard (SNI) or International
Standard that can be used as a reference for testing silver nitrate content in election ink. In SNI 8666:2018, the
testing method need to be completed by method verification result to ensure the performance of the method. In
this study, the precission (repeatability and reproductibility) of SNI 8666:2018 point 6.4 method, was determined
by using two ink samples and four testing laboratories. The test results show the repeatability of the method as
follows: Lab-1 (% RSD> ½ CV Horwitz) = 4.965> 1.631; Lab-2 (% RSD> ½ CV Horwitz) = 4,154> 3,261; Lab-3
(% RSD <½ CV Horwitz) = 0.866 <1.644; and Lab-4 (% RSD <½ CV Horwitz) = 0.408 <1.643 .; and for
reproducibility obtained by Lab-1 and Lab-2: (% RSD <2/3 CV Horwitz) = 4.457> 2.175; Whereas Lab-3 and Lab-
4: (% RSD <CV Horwitz) = 0.745 <2.191. Testing of repetition and reproducibility precision carried out in Lab-3
and Lab-4 can be accepted because it is supported in conducting tests, to check the validity of this method it is
necessary to test other verification parameters such as accuracy and linearity. The use of cheap and simple test
methods like this, has the potential to be easily applied in the Small and Medium Industries (SMEs) of election ink
makers.
Keywords : ink, election, silver nitrate, precision, argentometric, Volhard
ABSTRAK
Natrium siklamat merupakan jenis pemanis buatan yang memiliki tingkat kemanisan
30 kali dari sukrosa. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Siklamat diperbolehkan ditambahkan
sebanyak 250 mg/kg bb.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kandungan natrium siklamat dalam kue Nagasari yang dijual di kota Bireuen.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode gravimetri secara eksperimental
laboratorium dengan analisis kualitatif pengendapan (gravimetri). Sampel yang
diambil secara random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel
kue Nagasari yang dijual di kota Bireuen tidak mengandung pemanis buatan siklamat,
sehingga pengujian ini tidak dilanjutkan untuk penetapan kadar.
Kata Kunci : Siklamat, Gravimetri, Nagasari,
ABSTRACT
Sodium cyclamate is a type of artificial sweetener that has 30 times the sweetness
level of sucrose. According to the Regulation of the Head of the Food and Drug
Administration of the Republic of Indonesia Number 4 of 2014 concerning the
Maximum Limit for Use of Cyclamate Sweetened Food Additives, 250 mg / kg bb is
allow sold in the city. Bireuen. This research was conducted using a gravimetric
method in laboratory experiments with qualitative analysis of precipitation
(gravimetric). Samples were taken by random sampling. The results showed that all
samples of Nagasari cakes sold in the city of Bireuen did not contain cyclamate
artificial sweetener, so this test was not continued for content determination.
Keywords: Cyclamate, Gravimetry, Nagasari.
PENDAHULUAN
bentuk pangan atau Accedptable Daily Intake (ADI) adalah jumlah maksimum bahan
tambahan pangan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama
hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan BTP dapat mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi , yang sengaja ditambahkan ke dalam dengan tujuan
teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, penyimpanan dan
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan suatu komponen atau
mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung maupun tidak. Bahan
tambahan pangan yang termasuk pemanis adalah sakarin, siklamat, asesulfam-k,
neotam, sukralosa, dan aspartam ( Kemenkes 2012).
Siklamat merupakan salah satu pemanis buatan yang memiliki tingkat
kemanisan 30-50 kali manis dari pada gula tergantung konsentrasi yang digunakan.
Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, tetapi siklamat dapat
membahayakan bagi kesehatan, mengkonsumsi siklamat yang berlebih dapat
mengakibatkan kanker kantung kemih, migran, insomnia, sakit kepala, kehilangan
daya ingat dan diare (Thamrin dkk 2014). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 033/Menkes/Per/IV/2012 Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Siklamat diperbolehkan ditambahkan
sebanyak 250 mg/kg bb.
Pemanis ditambahkan dalam pangan untuk menambah rasa manis seperti
misalnya pada kue basah contohnya nagasari. Nagasari adalah sejenis kue yang
terbuat dari tepung beras, tepung sagu, santan, dan gula yang diisi pisang.. Nagasari
ini banyak di produksi di Bireuen, sehingga sudah menjadi makanan ciri khas kota
tersebut.
Metode yang digunakan dalam menentukan ada atau tidaknya siklamat dengan
pengendapan (Gravimetri) (Adji 2006), sampel dilarutkan dengan aguadest, setelah
larut tambahkan HCl 10% dan ditambahkan 10 ml BaCl 2 10% . Kemudian diaduk dan
dibiarkan selama 30 menit, lalu larutan disaring dan selanjutnya ke dalam filtrat
ditambahkan 10 ml NaNO2 10% . Dipanaskan diatas penangas air pada suhu 125-
130˚C, jika terbentuk endapan putih maka positif mengandung siklamat, endapan
yang terbentuk kemudian dipisahkan dari filtratnya kemudian dikeringkan dalam
oven dan ditimbang untuk diukur beratnya (Rohman 2007).
METODE
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Nagasari yang dijual di kota
Bireuen dapat dilihat pada Tabel 1., analisis siklamat dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif dengan metode gravimetri. Pada pengujian siklamat
prinsip yang mendasarinya adalah terbentuknya endapan. Pengendapan dilakukan
dengan cara menambahkan barium klorida dalam suasana asam kemudian
ditambahkan natrium nitrit sehingga akan terbentuk endapan. Identifikasi berlangsung
bisa lebih mudah mengamati reaksi-reaksi yang terjadi pada sampel, sehingga
dilakukan dua perlakuan tersebut untuk membandingkan hasil yang diperoleh.
pengotor-pengotor yang ada dalam larutan, seperti adanya ion karbonat. Penambahan
NaNO2 10% dalam sampel berfungsiuntuk memutuskan ikatan sulfat dalam siklamat.
Ketika ikatan sulfat telah diputus maka ion Ba 2+ akan bereaksi dengan ion sulfat dan
menghasilkan endapan barium sulfat (BaSO4) (Cahyadi 2009).
Dari hasil pengujian diperoleh tidak adanya endapan. Hal ini menunjukkan
bahwa Nagasari yang dijual di kota Bireuen tidak mengandung pemanis buatan
siklamat, sehingga pengujian tidak dilanjutkan untuk penetapan kadar siklamat.
Pemanis buatan siklamat pada dasarnya diperbolehkan penggunaannya, tetapi
harus sesuai dengan kadar yang telah ditentukan yaitu 250 mg/Kg. Pemanis buatan
siklamat tidak dianjurkan untuk masyarakat umum, penggunaan pemanis buatan lebih
dikhususkan untuk masyarakat tertentu seperti penderita diabetes yang tujuannya
untuk mengontrol kadar gula berlebih atau untuk penderita kegemukan, namun juga
harus dalam batas tertentu dan harus diawasi oleh dokter atau ahli kesehatan (Musiam
2016).
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. 2009. Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan, Edisi
kedua. Jakarta. Bumi Aksara.
Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 8 (1) (2020)
Bahan tambahan pangan (BTP) berupa pemanis buatan umumnya dikonsumsiuntuk tetap mendapatkan
rasa manis pada makanannya tetapi tidak dimetabolisme
Sejarah Artikel: di dalam tubuh. Pemanis buatan siklamat mempunyai tingkat
rasa manis yang lebih tinggi dari gula (sukrosa) dan harganya
Diterima Maret 2020
lebih murah. Kadar maksimummaksimum siklamat yang
Disetujui Maret 2020 ditetapkan pemerintah melalui BPOM dalam suatu bahan
Dipublikasikan Juni 2020 pangan berupa selai adalah 1000 mg/kg. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis kadar siklamat pada sampel
selai yang dijual di pasar Dupa Pekanbaru. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling. Sampelpenelitian sebanyak 24
sampel selai yang terdiri dari selai stroberi (S), nenas (N), coklat (C) dan blueberry
(B). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24 sampel
Keywords: selai diperoleh 6 sampel yaitu N1, C2, N3, C3, B3 dan C4
yang memiliki kadarsiklamat melebihi kadar maksimum yang
food additives,sweetener, cyclamate, jam diperbolehkan (>1000 mg/kg).
Abstract
PENDAHULUAN
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2012). Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk murni dan tersedia dengan harga yang
relatif murah mendorong meningkatnya konsumsi bahan tambahan pangan bagi setiap individu.
Bahan tambahan pangan tersebut antara lain bahan pewarna, pengawet, anti gumpal, pemucat,
dan pemanis (Cahyadi, 2009).
Bahan tambahan pangan berupa pemanis umumnya dikonsumsi oleh masyarakat yang
menderita diabetes dan obesitas (Nadipelly, 2017). Hal tersebut bertujuan agar penderita dibetes
dan obesitas tetap mendapatkan rasa manis pada makanannya tetapi tidak dimetabolisme di
dalam tubuh (Chattopadhyay, Raychaudhuri and Chakraborty, 2014). Pemanis yang
diperbolehkan di Indonesia mengacu pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014. Pada peraturan tersebut terdapat dua
kelompok pemanis yaitu pemanis alami (natural sweeteners) dan pemanis buatan (artificial
sweeteners). Pemanis buatan yang diperbolehkan di Indonesia mengacu pada Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 (BPOM RI,
2014). Pada peraturan tersebut terdapat dua kelompok pemanis yaitu pemanis alami (natural
sweeteners) dan pemanis buatan (artificial sweeteners). Pemanis alami antara lain sorbitol,
manitol, glikosida steviol, laktitol dan silitol. Pemanis buatan antara lain aspartam, siklamat,
sakarin dan sukralosa (Cahyadi, 2009).
Pemanis buatan salah satunya siklamat mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi
dari gula (sukrosa) dan harganya lebih murah. Keunggulan tersebut menyebabkan produsen
makanan banyak menggunakan siklamat sebagai bahan tambahan pangan khususnya sebagai
pemanis pada selai. Hasil penelitian dari (Rahmi, 2018) menyatakan bahwa dari 4 sampel
diperoleh 3 sampel positif mengandung siklamat dengan kadar 0,1048 gr/kg , 0,0004 gr/kg , dan
0,0657 gr/kg. Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan terdapat kandungan siklamat pada 3
sampel selai yang tidak bermerek. Kadar maksimum siklamat yang ditetapkan pemerintah
melalui BPOM dalam suatu bahan pangan berupa selai (jem, jeli, marmalad) adalah 1000 mg/kg
(BPOM RI, 2014). Meskipun pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai kadar
maksimum siklamat, tetapi masih saja ada produsen yang menggunakannya melebihi kadar
yang diperbolehkan.
Penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan pemanis buatan, selain dapat membantu
menggantikan gula pada pasien diabetes dan obesitas ternyata siklamat juga memiliki dampak
negatif. Dampak negatif siklamat dalam jangka pendek dapat menyebabkan mual, sakit kepala
dan muntah. Adapun dampak negatif siklamat dalam jangka panjang adalah memicu timbulnya
Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 8 (1) (2020)
kanker, iritasi lambung dan perubahan fungsi sel (Cahyadi, 2009). Siklamat juga dilarang untuk
ditambahkan pada produk pangan yang diperuntukkan bagi bayi, anak usia di bawah tiga tahun,
ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Keluhan kesehatan yang terjadi pada anak-anak yang
mengonsumsi jajanan mengandung siklamat yaitu batuk, sakit perut, mual dan muntah (Hadiana,
2018).
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Lokasi pengambilan
sampel adalah pasar Dupa Pekanbaru. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah
purposive sampling. Adapun kriteria pengambilan sampel terdiri dari kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi yaitu selai yang merupakan hasil produksi sendiri, sedangkan kriteria
eksklusi yaitu selai yang terdaftar di BPOM. Sampel penelitian yaitu selai yang terdiri dari selai
stroberi (kode S), nenas (kode N), coklat (C) dan blueberry (B). Keempat sampel diambil dari
empat penjual yang berbeda (kode 1-4). Penelitian dilakukan di laboratorium kimia Akademi
Kesehatan John Paul II Pekanbaru. Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan kadar
siklamat adalah metode gravimetri.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, timbangan digital
merek Amstech, waterbath merek Memmert, Oven merek Memert, hot plate, kertas saring dan
alat-alat gelas merek Pyrex, Vacum Jintengkeji Rocker 300. Bahan-bahan yang digunkan dalam
penelitian ini adalah sampel selai, akuades, barium klorida (BaCl 2 10%), asam klorida (HCl
10%), natrium nitrit (NaNO2 10%).
Prosedur Kerja
1. Pengujian Sampel Secara Kualitatif (Setiawan, Ibrahim and Wahab, 2016)
Sampel ditimbang sebanyak 25 g dan diencerkan menggunakan akuades 100 mL dengan
perbandingan 1: 4. Tambahkan seujung spatula arang aktif untuk menghilangkan warna,
kemudian sampel disaring. Tambahkan 10 mL HCl 10% ke dalam filtrat dan ditambah
10 mL BaCl2 10%. Filtrat dibiarkan selama 30 menit kemudian filtrat disaring.
Kemudian tambahkan 10 mL NaNO2 10%. Larutaan dipanaskan di atas penangas air.
Adanya endapan berwarna putih menunjukkan adanya siklamat.
2. Pengujian Sampel Secara Kuantitatif
Sampel ditimbang sebanyak 25 g dan diencerkan menggunakan akuades dengan
perbandingan 1 : 4. Tambahkan seujung spatula arang aktif untuk menghilangkan
warna, kemudian sampel disaring. Tambahkan 10 mL HCl 10% ke dalam filtrat dan
ditambah 10 mL BaCl2 10%. Filtrat dibiarkan selama 30 menit kemudian disaring.
Kemudian tambahkan 10 mL NaNO2 10%. Larutan dipanaskan di atas penangas air.
Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 8 (1) (2020)
Berdasarkan tabel 1 hasil uji kualitatif siklamat menunjukkan bahwa terdapat 13 sampel
selai yang positif mengandung siklamat dan 11 sampel selai yang tidak mengandung siklamat.
Adapun persentase sampel yang positif mengandung siklamat sebesar 54,2% dan sampel yang
tidak mengandung siklamat sebesar 45,8%.
Tabel 2. Hasil uji kuantitatif siklamat
Kode sampel Rata-rata kadar siklamat (mg/kg)
S1 344
N1 2728
C1 4
B1 484
S2 732
N2 344
C2 1184
B2 712
S3 364
N3 2088
C3 1908
B3 1424
S4 312
N4 368
C4 1428
B4 444
S5 188
N5 88
C5 304
B5 28
S6 380
N6 660
C6 460
B6 468
Keterangan: S adalah selai stroberi 1 adalah penjual pertama 5
adalah pedagang kelima
N adalah selai nenas 2 adalah penjual kedua
keenam adalah
pedagang
Uji kuantitatif dilakukan pada semua sampel (yang positif dan negatif pada uji
kualitatif). Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar siklamat yang terkandung di dalam
sampel. Metode uji kuantitatif yang digunakan adalah metode gravimetri. Metode gravimetri
merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kuantitas suatu analit dengan
pengendapan. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan
Pangan Pemanis bahwa batas maksimum siklamat dalam bentuk asam siklamat di dalam selai
(jem, jeli, marmalad) adalah 1000 mg/kg (BPOM RI, 2014). Hasil uji kuantitatif diperoleh
Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 8 (1) (2020)
bahwa seluruh sampel selai mengandung siklamat dengan kadar yang bervariasi. Mengacu pada
hasil penelitian diperoleh bahwa sampel N1, C2, N3, C3, B3 dan C4 (terdapat 6 sampel) dengan
kadar sikalamat yang dikandungnya berada diatas batas maksimum yang diperbolehkan dan 18
sampel lainnya berada dibawah batas maksimum.
Berdasarkan hasil uji kuantitatif yang dilakukan pada penelitian ini (tabel 2) diperoleh
bahwa sampel N1 memiliki kadar siklamat tertinggi sebesar 2728 mg/kg, selanjutnya C2
sebesar 1184 mg/kg, N3 sebesar 2088 mg/kg, C3 sebesar 1908 mg/kg, B3 sebesar 1424 mg/kg
dan C4 sebesar 1428 mg/kg. Kemungkinan rasa manis pada selai yang dijual pedagang selai N1,
C2, N3, C3, B3 dan C4 sebagian besar berasal dari siklamat dan atau tanpa ditambahkan dengan
pemanis alami seperti gula atau sukrosa. Sedangkan sampel dengan kode C1, N5, B5 memiliki
kadar siklamat yang sedikit (1/10 dari kadar batas maksimum). Rasa manis yang terdapat pada
sampel C1, N5 dan B5 tersebut berasal dari sedikit campuran siklamat dan pemanis alami.
Siklamat umumnya dikonsumsi oleh penderita diabetes dan obesitas (Polyák et al.,
2010). Hal tersebut bertujuan agar penderita dibetes dan obesitas tetap mendapatkan rasa manis
pada makanannya tetapi tidak dimetabolisme di dalam tubuh (Chattopadhyay, Raychaudhuri and
Chakraborty, 2014). Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak, tetapi
siklamat djuga memiliki efek negatif bagi kesehatan (Pursitasari, 2014). Efek negatif siklamat
antara lain merangsang pertumbuhan tumor, menyebabkan atropi yaitu pengecilan testikular dan
kerusakan kromosom (Toora et al., 2018).
Sampel selai yang seluruhnya mengandung siklamat memperlihatkan bahwa produsen
secara segaja menambahkan siklamat dalam proses produksi selai. Namun, umumnya produsen
tersebut menambahkan siklamat dalam jumlah yang besar. Beberapa penyebabnya antara lain
tidak mengetahui kadar batas maksimum siklamat dalam makanan, tidak mendapat sosialisasi
peraturan Kepala BPOM Nomor 4 tahun 2014, tingkat pendidikan yang rendah dan tidak
mengetahui efek yang ditimbulkan bagi tubuh (Nurlailah, Alma and Oktiyani, 2017).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa dari 24 sampel selai
diperoleh bahwa 13 sampel selai positif mengandung siklamat (terbentuk endapan putih dan bau
gas) dan 11 sampel selai yang tidak mengandung siklamat (tidak terbentuk endapan putih dan
tidak ada bau gas). Terdapat 6 sampel yaitu N1, C2, N3, C3, B3 dan C4 yang memiliki kadar
siklamat melebihi kadar maksimum (1000 mg/kg) sedangkan 18 sampel lain kadar siklamatnya
berada dibawah kadar maksimum.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
Rahbiyatul Adawiyah
NIM. 70100113001
oleh masyarakat sebagai obat tradisional dengan proses yang sangat sederhana.
temurun oleh generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Tanaman yang telah terbukti
sebagai perwujudan untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik. Hal ini
makhluk hidup yang digunakan untuk menunjang kehidupan. Metabolit ini memiliki
aktifitas farmakologi dan biologi. Di bidang farmasi secara khusus, metabolit
sekunder digunakan dan dipelajari sebagai kandidat obat atau senyawa penuntun
(lead compound) untuk melakukan optimasi agar diperoleh senyawa yang lebih
poten dengan toksisitas minimal (Saifuddin, 2014).
2
biologi, yang berfungsi sebagai anti kanker (Yan et al, 2009). Kanker adalah
penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel ini dapat menyebar ke bagaian
tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian (Dipiro et al, 2008).
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Pada tahun 2012, sekitar 14 juta kasus kanker dan pada tahun 2015 sekitar 8,8
juta kematian disebabkan kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker
payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. (WHO,
2017).
Metode yang dapat digunakan dalam analisis kadar saponin adalah
dibandingkan dengan cara analisis lainnya. Kesedarhanaan itu jelas terlihat karena
dalam gravimetri jumlah zat ditentutakan dengan menimbang langsung massa zat
yang dipisahkan dari zat-zat lain (Chadijah, 2012).
Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd) dikenal sebagai salah satu tanaman
ABSTRACT
The study of analysis method on carrageenan content of seaweed Eucheuma cottonii has been
conducted. The aim of this study was to obtain the best concentration level of seaweed and
etanol/extracted seaweed ratio used as determining carrageenan contenen of seaweed Eucheuma
cottonii. The concentration level of seaweed extraction and etanol/extracted seaweed ratio
investigated were 30%, 40%, 50%, 60%, 70% and 1,5 : 1; 2,0 : 1; 2,5 : 1; 3,0 : 1; dan 3,5 :
1respectively. Carrageenan content of seaweed was determined by gravimetric method. The result
showed that concentration level of seaweed extraction of 50% and etanol/extracted ratio of 3,5 : 1
resulted highest carrageenan content of saeweed Eucheuma cottonii (51,752).
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang kajian metode gravimetri dalam analisis kadar karaginan rumput
laut Eucheuma cottonii. Peneltian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat pemekatan dan rasio
etanol/ekstrak pekat yang paling baik digunakan dalam penetapan kadar karaginan rumput laut
Eucheuma cottonii. Penelitian dua faktor masing-masing faktor tingkat pemekatan dan faktor rasio
etanol/ekstrak pekat, yaitu 30%, 40%, 50%, 60%, 70% dan 1,5 : 1; 2,0 : 1; 2,5 : 1; 3,0 : 1; dan 3,5 : 1.
Kadar karaginan ditentukan menggunakan metode gravimetri, hasil yang diperoleh menunjukkan
tingkat pemekatan yang memberikan kadar karaginan tertinggi yaitu 50% dan rasio etanol/ekstrak
pekat yaitu 3,5 : 1 yang menghasilkan kadar karaginan tinggi (51,752).
(1,5 : 1 ; 2,0 : 1 ; 2,5 : 1 ; 3,0 : 1 : dan 3,5 : pekat 1,5 : 1 (v/v). Hasil analisis ragam
1 atas dasar v/v), diaduk dan dibiarkan menunjukkan tidak terdapat interaksiantara
selama 2 jam. Endapan yang terbentuk tingkat pemekatan dengan rasio etanol/ekstrak
disaring, kemudian dikeringkan dalam pekat. Akan tetapi tingkatpemekatan
oven dengan suhu 100oC hingga beratnya berpengaruh nyata terhadap kadar karaginan,
tetap. Kadar karaginan dihitung demikian pula rasio etanol/ekstrak pekat
menggunakan persamaan : berpengaruh nyata
terhadap kadar karaginan. Rasio
EHUDW NDUDJiQDQ
KDGDU KDUDJiQDQ :);= [ 455 )
EHUDW UXPSXW ODXW