Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I

Materi :

ARGENTO GRAVIMETRI

Disusun Oleh :

RASHYA BENING LARASATI

Group : 5-Kamis Siang

Rekan Kerja : 1. Muhammad Haikal

2. Raissa Nur Diana

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
LEMBAR PENGESAHAN

Materi : Argento Gravimetri


Kelompok : 5-Kamis Siang
Anggota : Muhammad Haikal NIM. 21030121190046
Raissa Nur Diana NIM. 21030121140190
Rashya Bening Larasati NIM. 21030121140171

Semarang,
Mengetahui
Dosen Pengampu Asisten Pembimbing

Prof. Dr. Tutuk Djoko K., S.T., M. Eng. Fauzandy Husna Setyanto
NIP. 197306211997021001 NIM. 210301181220072
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I

Materi :

ARGENTO GRAVIMETRI

NAMA : Rashya Bening Larasati NIM. 21030121140171

GROUP : 5-Kamis Siang

REKAN KERJA : 1. Muhammad Haikal

2. Raissa Nur Diana

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
VERIFIKASI PENGUJIAN KANDUNGAN PERAK NITRAT
DALAM TINTA PEMILU DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI METODE
VOLHARD

Verification for Determination of Silver Nitrate Content in Election Ink by Argentometri


Titration Volhard Method

Deni Cahyadi, Indra Hadiwijaya, M. Arsyansyah

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik – Kementerian Perindustrian RI


Jl. Sangkuriang No.14, Bandung
email: denb4t@gmail.com

Abstrak

Kajian mengenai verifikasi pengujian kandungan perak nitrat dalam tinta pemilu dengan titrasi argentometri
metode Volhard telah dilaksanakan. Tinta pemilu termasuk salah satu kelengkapan yang harus tersedia di
Tempat Pemungutan suara (TPS) saat pelaksanaan pemilihan. Tinta pemilu memberikan warna ungu kecoklatan
pada permukaan kulit dan kuku jari, yang berasal dari zat warna ungu gentian dan perak nitrat yang terkandung
di dalamnya. Metode pengujian kandungan perak nitrat dalam tinta pemilu seperti yang dijelaskan dalam SNI
8666:2018 menjadi acuan yang sangat penting, karena sampai saat ini belum tersedia metode lain baik Standar
Nasional Indonesia (SNI) maupun Standar Internasional yang dapat dijadikan acuan normatif untuk menguji
kandungan perak nitrat dalam tinta pemilu. Pada SNI 8666:2018, metode pengujian perlu dilengkapi dengan
hasil verifikasi yang dapat membuktikan kehandalan metode tersebut. Pada Penelitian ini pengujian presisi
(repeatability dan reproducibility) untuk metode uji SNI 8666:2018 butir 6.4, dilakukan menggunakan dua contoh
tinta pemilu dan empat laboratorium pengujian. Hasil pengujian menunjukkan repeatability metode sebagai
berikut: Lab-1 (%RSD > ½ CV Horwitz) = 4,965 > 1,631; Lab-2 (%RSD > ½ CV Horwitz) = 4,154 > 3,261; Lab-3
(%RSD < ½ CV Horwitz) = 0,866 < 1,644; dan Lab-4 (%RSD < ½ CV Horwitz) = 0,408 < 1,643.; dan untuk
reproductibility diperoleh Lab-1 dan Lab-2: (%RSD < 2/3 CV Horwitz) = 4,457 > 2,175; sedangkan Lab-3 dan
Lab-4: (%RSD < CV Horwitz) = 0,745 < 2,191. Penggunaan metode uji yang murah dan sederhana seperti ini,
berpotensi untuk dapat diterapkan dengan mudah di Industri Kecil Menengah (IKM) pembuat tinta pemilu.
Kata kunci : tinta, pemilu, perak nitrat, presisi, argentometri, Volhard

Abstract

Study on verification for determination of silver nitrate content in election ink by argentometric titration Volhard
method has been done. Election ink is one of the tools that must be available at the polling station (TPS) during
the election. Election ink gives a brownish purple color to the surface of the skin and finger nails, which is derived
from gentian purple and silver nitrate contained therein. Testing method according to SNI 8666:2018 become a
very important reference, since there was no others method, Indonesian Nasional Standard (SNI) or International
Standard that can be used as a reference for testing silver nitrate content in election ink. In SNI 8666:2018, the
testing method need to be completed by method verification result to ensure the performance of the method. In
this study, the precission (repeatability and reproductibility) of SNI 8666:2018 point 6.4 method, was determined
by using two ink samples and four testing laboratories. The test results show the repeatability of the method as
follows: Lab-1 (% RSD> ½ CV Horwitz) = 4.965> 1.631; Lab-2 (% RSD> ½ CV Horwitz) = 4,154> 3,261; Lab-3
(% RSD <½ CV Horwitz) = 0.866 <1.644; and Lab-4 (% RSD <½ CV Horwitz) = 0.408 <1.643 .; and for
reproducibility obtained by Lab-1 and Lab-2: (% RSD <2/3 CV Horwitz) = 4.457> 2.175; Whereas Lab-3 and Lab-
4: (% RSD <CV Horwitz) = 0.745 <2.191. Testing of repetition and reproducibility precision carried out in Lab-3
and Lab-4 can be accepted because it is supported in conducting tests, to check the validity of this method it is
necessary to test other verification parameters such as accuracy and linearity. The use of cheap and simple test
methods like this, has the potential to be easily applied in the Small and Medium Industries (SMEs) of election ink
makers.
Keywords : ink, election, silver nitrate, precision, argentometric, Volhard

1. PENDAHULUAN Umum; tinta termasuk salah satu


perlengkapan pemungutan suara yang harus
tersedia di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan
Tinta yang digunakan harus aman dan
Umum Republik Indonesia Nomor 15 tahun
nyaman bagi pemakainya, tidak menimbulkan
2018 tentang Norma, Standar, Prosedur,
efek iritasi dan alergi pada kulit yang
Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian
dibuktikan dengan sertifikat dari Badan
Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan
Prosiding PPIS 2019 – Semarang, 11 Oktober 2019: Hal 75-82

ditentukan dengan cara melakukan Pengujian dilakukan di empat


pengukuran berulang sebanyak 6 – 15 kali laboratorium, dua laboratorium internal
dengan menggunakan contoh material atau instansi yang berbeda peralatan dan analis
bahan acuan(Magnusson and Ornemark, (Lab-1 & Lab-2) serta dua laboratorium QC
2014). Presisi dapat dibagi menjadi dua produsen (Lab-3 & lab-4). Contoh tinta yang
bagian, yaitu keterulangan (repeatability) dan diuji sebanyak 2 (dua) buah, yang dihasilkan
ketertiruan (reproducibility). Pengujian oleh produsen tinta yang berbeda (Tinta-A &
repeatability dilakukan oleh satu personil yang Tinta-B). Contoh untuk keperluan penelitian
sama terhadap contoh yang dilakukan secara disediakan oleh produsen tinta pemilu, karena
berulang, minimal tujuh kali pengulangan. tinta pemilu tidak dijual bebas.
Reproducibility diuji dengan cara
membandingkan hasil pengujian berulang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dilakukan oleh personil atau laboratorium
yang berbeda (Utami, 2017).
Tinta pemilu merupakan produk berupa
campuran yang berwarna ungu. Warna ungu
3. METODE PENELITIAN
pekat pada larutan contoh akan mengganggu
pengamatan titik akhir titrasi, sehinngga perlu
Alat dihilangkan terlebih dahulu. Warna ungu pada
larutan disebabkan oleh adanya senyawa
Peralatan yang digunakan pada pengujian organik gentian violet, untuk
kandungan perak nitrat dalam tinta pemilu ini, menghilangkannya dilakukan destruksi
adalah: Buret ukuran 25 mL, labu Erlenmeyer dengan menambahkan asam nitrat pekat
ukuran 100 mL, labu ukur, pipet seukuran, kemudian dipanaskan. Larutan setelah
pemanas, dan alat-alat gelas (glassware) destruksi berwarna agak kuning dan sedikit
lainnya yang biasa digunakan di laboratorium. keruh (endapan putih). Larutan hasil destruksi
harus bebas dari asam nitrous, yang dapat
Bahan membentuk warna merah dengan asam
tiosianat, sehingga dapat mengganggu
Bahan yang digunakan yaitu: contoh pengamatan titik akhir tirasi.
tinta pemilu (tinta penanda pemilih) yang Pelarut yang digunakan pada tinta
diperoleh dari produsen tinta lokal; Larutan pemilu bukan air, tetapi senyawa organik yaitu
ammonium tiosianat 0,1 N – dibuat dengan etanol. Etanol bersifat hidrofilik, sehingga
cara melarutkan sebanyak 7,6 g NH4SCN contoh tinta mampu bereaksi dengan baik
dalam 1 liter air, kemudian distandardisasi pada lingkungan titrasi berbasis air (H2O),
dengan larutan AgNO3 0,1 N; Asam nitrat sehingga larutan penitrasi akan bereaksi
(bj=1,42); HNO3 pekat; Larutan standar dengan sempurna, tanpa mengalami kendala
AgNO3 0,1 N – dibuat dengan cara melarutkan akibat sifat pelarutnya.
17,0 g AgNO3 dalam air sampai 1 liter; Larutan Pada saat titrasi, ion Ag+ dalam larutan
indikator Fe(III), NH4Fe(SO4)2 10% —dibuat akan bereaksi dengan ion tiosianat, seperti
dengan cara melarutkan 10 g ferri ammonium ditunjukkan pada reaksi berikut:
sulfat dengan 100 ml air dan ditambahkan 1
ml asam nitrat pekat; dan Aquadest. SCN- + Ag+ 🡪 AgSCN(s)

Prosedur Setelah ion Ag+ bereaksi sempurna


(habis), maka ion tiosianat akan bereaksi
Sebanyak 1 g contoh tinta ditimbang di dengan ion Fe3+ (Indikator), sehingga
dalam labu Erlenmeyer, kemudian mengalami reaksi berikut:
ditambahkan 3 ml asam nitrat pekat.
Campuran dipanaskan sampai warna tinta Fe3+ + SCN- 🡪 [FeSCN]2+(aq)
hilang, dan muncul asap putih; kemudian
ditambahkan 10 ml aquadest. Setelah dingin, Larutan berwarna merah-coklat akan
ke dalam larutan ditambahkan 3-5 tetes dihasilkan dari ion kompleks fe-tiosianat.
larutan indikator NH4Fe(SO4)2 kemudian Titrasi dilakukan dalam suasana konsentrasi
dititrasi dengan larutan standar ammonium asam nitrat 0,5 – 1,5 M, untuk menjaga
tiosianat 0,1 M sampai mencapai titik akhir kestabilan pembentukan ion kompleks
yang ditunjukkan dengan terbentuknya larutan [FeSCN]2+ dan suhu titrasi dijaga supaya tidak
berwarna merah-coklat. Sebagai blanko melebihi 25°C untuk mencegah terurainya
dilakukan titrasi terhadap larutan dengan warna merah-coklat dari ion kompleks
perlakuan yang sama tanpa ditambahkan [FeSCN]2+ (Jeffery et al., 1989).
contoh tinta(BSN, 2018b).
Prosiding PPIS 2019 – Semarang, 11 Oktober 2019: Hal 75-82

8 3.71 4.02 3.63 3.68


9 3.94 3.90 3.68 3.69
10 3.70 4.17 3.63 3.68
Rata-rata = 3.877 3.686
STDEV = 0.173 0.027
%RSD = 4.457 0.745
CV Horwitz (%) = 3.262 3.287
2/3 CV Horwitz (%) = 2.175 2.191

Presisi Reproducibility dalam sedikitnya parameter verifikasi metode yang


laboratorium yang sama dinyatakan dapat dapat diuji.
diterima apabila nilai %RSD lebih kecil dari
2/3CV Horwitz dan untuk reproducibility antar
laboratorium dapat dinyatakan 5. KESIMPULAN
―Diterima‖ apabila nilai %RSD lebih kecil dari
CV Horwitz.Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Validasi metode penentuan kandungan perak
%RSD dibandingkan dengan CV Horwitz, nitrat dalam contoh tinta pemilu telah
untuk contoh Tinta - A, pengujian dilakukan dilakukan. Berdasarkan hasil percobaan
oleh Lab-1 dan Lab-2, diperoleh nilai %RSD penentuan presisi metode pengujian, hasil
lebih besar dari 2/3 CV Horwitz (4,457 > pengujian repeatability diperoleh hasil sebagai
2,175); dan untuk contoh Tinta-B, pengujian berikut: Lab-1 (%RSD > ½ CV Horwitz) =
dilakukanoleh Lab-3 dan Lab-4, diperoleh nilai 4,965 > 1,631; Lab-2 (%RSD > ½ CV Horwitz)
%RSD lebih kecil dari 2/3 CV Horwitz (0,745 = 4,154 > 3,261; Lab-3 (%RSD < ½ CV
< 2,191) dengan demikian presisi Horwitz) = 0,866 < 1,644; dan Lab-4 (%RSD <
reproducibility untuk contoh-A yang diuji di ½ CV Horwitz) = 0,408 < 1,643. Nilai
Lab-1 dan Lab-2 Tidak dapat Diterima, reproducibility metode diperoleh dengan
sedangkan presisi reproducibility untuk membanding hasil uji 4 (empat) lab terhadap 2
contoh Tinta-B yang diuji di Lab-3 dan Lab-4 (dua) contoh tinta yang berbeda, dan
dapat diterima. diperoleh hasil sebagai berikut: Tinta - A
Nilai presisi repeatability dan didapat nilai %RSD lebih besar dari 2/3 CV
reproducibility dipengaruhi oleh berbagai Horwitz (4,457 > 2,175), dan untuk Tinta-B
faktor, diantaranya: kestabilan contoh, didapat nilai %RSD lebih kecil dari CV Horwitz
kalibrasi peralatan, reagen yang digunakan, (0,745 < 2,191). Repeatability dan
dan personil pengujian. Lab-1 dan Lab-2 Reproducibility yang dilakukan oleh Lab-1 dan
merupakan laboratorium yang baru melakukan Lab-2 tidak dapat diterima, sedangkan nilai
pengujian dengan metode ini, pada saat Repeatability dan Reproducibility yang
pengujian perlu penyesuaian peralatan dan dilakukan oleh Lab-3 dan Lab-4 dapat
bahan yang digunakan, serta personil yang diterima.
melaksanakan pengujian belum Metode ini merupakan metode yang
berpengalaman, sehingga hasil presisinya murah dan sederhana, sehingga dapat
belum dapat diterima. Lab-3 dan Lab-4 dengan mudah diterapkan di industri kecil
merupakan laboratorium Quality Control menengah (IKM) yang memproduksi tinta
pabrik, yang sehari-harinya melaksanakan pemilu.
pengujian sesuai metode ini dan didukung
oleh personil yang berpengalaman, sehingga 6. SARAN
nilai presisinya dapat diterima.
Penentuan kandungan perak nitrat Presisi pengujian kandungan perak nitrat
(AgNO3) dalam tinta pemilu telah dilakukan dalam tinta pemilu dengan metode titrasi
dengan metode titrasi argentometri cara argentometri cara Volhard yang mengacu
Volhard terhadap 2 (dua) produk tinta yang pada SNI 8666:2018 dipengaruhi oleh kondisi
dihasilkan dari dua produsen tinta, diuji oleh 4 laboratorium dan contoh yang digunakan
(empat) laboratorium, masing-masing contoh untuk pengujian. Nilai presisi metode yang
tinta di uji di dua laboratorium. Tinta pemilu lebih tepat dapat diperoleh dengan melakukan
merupakan produk yang diproduksi hanya percobaan terhadap contoh yang sama dan
untuk keperluan pemilihan saja, sehingga dilakukan di beberapa laboratorium yang telah
pabrik pembuat tinta cukup terbatas. terakreditasi.
Keterbatasan ketersediaan contoh, blanko,
dan standar (CRM); menjadi
penyebab
Adriani A dan Aidil Jurnal Sains & Kesehatan Darussalam, 2021; 1(1) 24-28

Identifikasi Kualitatif dan Kuantitatif Natrium Siklamat Pada Nagasari


Bireuen secara Gravimetri

Azmalina Adriani 1, Muhammad Aidil2


1,2
Program Studi Analisis farmasi dan Makanan
Korespondensi: azmalina77@gmail.com

ABSTRAK
Natrium siklamat merupakan jenis pemanis buatan yang memiliki tingkat kemanisan
30 kali dari sukrosa. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Siklamat diperbolehkan ditambahkan
sebanyak 250 mg/kg bb.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kandungan natrium siklamat dalam kue Nagasari yang dijual di kota Bireuen.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode gravimetri secara eksperimental
laboratorium dengan analisis kualitatif pengendapan (gravimetri). Sampel yang
diambil secara random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel
kue Nagasari yang dijual di kota Bireuen tidak mengandung pemanis buatan siklamat,
sehingga pengujian ini tidak dilanjutkan untuk penetapan kadar.
Kata Kunci : Siklamat, Gravimetri, Nagasari,

ABSTRACT
Sodium cyclamate is a type of artificial sweetener that has 30 times the sweetness
level of sucrose. According to the Regulation of the Head of the Food and Drug
Administration of the Republic of Indonesia Number 4 of 2014 concerning the
Maximum Limit for Use of Cyclamate Sweetened Food Additives, 250 mg / kg bb is
allow sold in the city. Bireuen. This research was conducted using a gravimetric
method in laboratory experiments with qualitative analysis of precipitation
(gravimetric). Samples were taken by random sampling. The results showed that all
samples of Nagasari cakes sold in the city of Bireuen did not contain cyclamate
artificial sweetener, so this test was not continued for content determination.
Keywords: Cyclamate, Gravimetry, Nagasari.

PENDAHULUAN

Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan


untuk memenuhi sifat atau bentuk pangan. Asupan harian yang dapat diterima atau
Adriani A dan Aidil Jurnal Sains & Kesehatan Darussalam, 2021; 1(1) 24-28

bentuk pangan atau Accedptable Daily Intake (ADI) adalah jumlah maksimum bahan
tambahan pangan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama
hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan BTP dapat mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi , yang sengaja ditambahkan ke dalam dengan tujuan
teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, penyimpanan dan
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan suatu komponen atau
mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung maupun tidak. Bahan
tambahan pangan yang termasuk pemanis adalah sakarin, siklamat, asesulfam-k,
neotam, sukralosa, dan aspartam ( Kemenkes 2012).
Siklamat merupakan salah satu pemanis buatan yang memiliki tingkat
kemanisan 30-50 kali manis dari pada gula tergantung konsentrasi yang digunakan.
Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, tetapi siklamat dapat
membahayakan bagi kesehatan, mengkonsumsi siklamat yang berlebih dapat
mengakibatkan kanker kantung kemih, migran, insomnia, sakit kepala, kehilangan
daya ingat dan diare (Thamrin dkk 2014). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 033/Menkes/Per/IV/2012 Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Siklamat diperbolehkan ditambahkan
sebanyak 250 mg/kg bb.
Pemanis ditambahkan dalam pangan untuk menambah rasa manis seperti
misalnya pada kue basah contohnya nagasari. Nagasari adalah sejenis kue yang
terbuat dari tepung beras, tepung sagu, santan, dan gula yang diisi pisang.. Nagasari
ini banyak di produksi di Bireuen, sehingga sudah menjadi makanan ciri khas kota
tersebut.
Metode yang digunakan dalam menentukan ada atau tidaknya siklamat dengan
pengendapan (Gravimetri) (Adji 2006), sampel dilarutkan dengan aguadest, setelah
larut tambahkan HCl 10% dan ditambahkan 10 ml BaCl 2 10% . Kemudian diaduk dan
dibiarkan selama 30 menit, lalu larutan disaring dan selanjutnya ke dalam filtrat
ditambahkan 10 ml NaNO2 10% . Dipanaskan diatas penangas air pada suhu 125-
130˚C, jika terbentuk endapan putih maka positif mengandung siklamat, endapan
yang terbentuk kemudian dipisahkan dari filtratnya kemudian dikeringkan dalam
oven dan ditimbang untuk diukur beratnya (Rohman 2007).

METODE

Penelitian ini dilakukan secara analisis laboratorium dengan Analisa kualitatif


Pengendapan dan kuantitatif dengan metode gravimetri. Sampel dalam penelitian ini
adalah kue Nagasari yang di jual di kota Bireuen yang diambil secara random
sampling. Pembuatan HCl 10%, Pembuatan BaCl2 10%, Pembuatan NaNO2 10%, Uji
Baku, Analisis Kualitatif Siklamat. Ditimbang 10 gram sampel kue nagasari yang
Adriani A dan Aidil Jurnal Sains & Kesehatan Darussalam, 2021; 1(1) 24-28

telah di haluskan, dimasukkan dalam beaker glas, kemudian ditambahkan 25 ml


aquadest ke dalam sampel untuk dilarutkan, 10 gram kue nagasari yang telah
dilarutkan diambil sebanyak 25 ml dimsukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml,
ditambahkan 25 ml air dan 10 ml HCl 10% dan ditambahkan 10 ml BaCl2 10% .
Kemudian diaduk dan dibiarkan selama 30 menit, lalu larutan disaring dan
selanjutnya ke dalam filtrat ditambahkan 10 ml NaNO2 10% . Dipanaskan diatas
penangas air pada suhu 125-130˚C, jika terbentuk endapan putih maka positif
mengandung siklamat, endapan yang terbentuk kemudian dipisahkan dari filtratnya
kemudian dikeringkan dalam oven dan ditimbang untuk diukur beratnya (Rohman
2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Nagasari yang dijual di kota
Bireuen dapat dilihat pada Tabel 1., analisis siklamat dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif dengan metode gravimetri. Pada pengujian siklamat
prinsip yang mendasarinya adalah terbentuknya endapan. Pengendapan dilakukan
dengan cara menambahkan barium klorida dalam suasana asam kemudian
ditambahkan natrium nitrit sehingga akan terbentuk endapan. Identifikasi berlangsung
bisa lebih mudah mengamati reaksi-reaksi yang terjadi pada sampel, sehingga
dilakukan dua perlakuan tersebut untuk membandingkan hasil yang diperoleh.

Tabel 1. pengujian siklamat pada nagasari


No. Nama Sampel Pereaksi / Reagensia Keterangan Hasil
1 Larutan Na Lar. Baku Endapan putih Positif
Siklamat HCl 10 %
BaCl210% + NaNO2
2 Arisqi Sampel Tidak ada Negatif
HCl 10 % endapan
BaCl2 10% + NaNO2
3 Cipuga Sampel Tidak ada Negatif
HCl 10 % endapan
BaCl2 10% + NaNO2
4 Lezat Sampel Tidak ada Negatif
HCl 10 % endapan
BaCl2 10% + NaNO2
5 Cibuga Sampel Tidak ada Negatif
HCl 10 % endapan
BaCl2 10% + NaNO2
(Sumber: Laboratorium AKAFARMA, 11 Juni 2020)

Penambahan HCl 10% dalam sampel berfungsi untuk mengasamkan larutan.


Larutan dibuat dalam keadaan asam agar reaksi yang akan terjadi dapat lebih mudah
bereaksi. Penambahan BaCl2 10% dalam sampel berfungsi untuk mengendapkan
Adriani A dan Aidil Jurnal Sains & Kesehatan Darussalam, 2021; 1(1) 24-28

pengotor-pengotor yang ada dalam larutan, seperti adanya ion karbonat. Penambahan
NaNO2 10% dalam sampel berfungsiuntuk memutuskan ikatan sulfat dalam siklamat.
Ketika ikatan sulfat telah diputus maka ion Ba 2+ akan bereaksi dengan ion sulfat dan
menghasilkan endapan barium sulfat (BaSO4) (Cahyadi 2009).

Reaksi Pembentukan Endapan Barium Sulfat

Dari hasil pengujian diperoleh tidak adanya endapan. Hal ini menunjukkan
bahwa Nagasari yang dijual di kota Bireuen tidak mengandung pemanis buatan
siklamat, sehingga pengujian tidak dilanjutkan untuk penetapan kadar siklamat.
Pemanis buatan siklamat pada dasarnya diperbolehkan penggunaannya, tetapi
harus sesuai dengan kadar yang telah ditentukan yaitu 250 mg/Kg. Pemanis buatan
siklamat tidak dianjurkan untuk masyarakat umum, penggunaan pemanis buatan lebih
dikhususkan untuk masyarakat tertentu seperti penderita diabetes yang tujuannya
untuk mengontrol kadar gula berlebih atau untuk penderita kegemukan, namun juga
harus dalam batas tertentu dan harus diawasi oleh dokter atau ahli kesehatan (Musiam
2016).

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel
nagasari yang dijual di kota Bireuen yaitu Cipuga, Ariszqi, Cibuga, dan Lezat
semuanya tidak mengandung siklamat sehingga aman untuk dikonsumsi, memenuhi
syarat yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
033/Menkes/Per/IV/2012 tentang bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan.
Sarannya dapat dilakukan penelitian menganalisis sakarin atau siklamat dalam
makanan khas daerah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM. 2003. Bahan Tambahan makanan, Jakarta.

Cahyadi, W. 2009. Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan, Edisi
kedua. Jakarta. Bumi Aksara.
Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 8 (1) (2020)

Klinikal Sains 8 (1) (2020)


JURNAL ANALIS KESEHATAN
KLINIKAL SAINS
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/klinikal

PENETAPAN KADAR PEMANIS BUATAN (Na-Siklamat) PADA SELAI DENGAN METODE


GRAVIMETRI

Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir


Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru
Jl. Permata I No. 32 Pekanbaru
hartini.tini214@gmail.com
Info Artikel Abstrak

Bahan tambahan pangan (BTP) berupa pemanis buatan umumnya dikonsumsiuntuk tetap mendapatkan
rasa manis pada makanannya tetapi tidak dimetabolisme
Sejarah Artikel: di dalam tubuh. Pemanis buatan siklamat mempunyai tingkat
rasa manis yang lebih tinggi dari gula (sukrosa) dan harganya
Diterima Maret 2020
lebih murah. Kadar maksimummaksimum siklamat yang
Disetujui Maret 2020 ditetapkan pemerintah melalui BPOM dalam suatu bahan
Dipublikasikan Juni 2020 pangan berupa selai adalah 1000 mg/kg. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis kadar siklamat pada sampel
selai yang dijual di pasar Dupa Pekanbaru. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling. Sampelpenelitian sebanyak 24
sampel selai yang terdiri dari selai stroberi (S), nenas (N), coklat (C) dan blueberry
(B). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24 sampel
Keywords: selai diperoleh 6 sampel yaitu N1, C2, N3, C3, B3 dan C4
yang memiliki kadarsiklamat melebihi kadar maksimum yang
food additives,sweetener, cyclamate, jam diperbolehkan (>1000 mg/kg).

___________________ Kata Kunci: bahan tambahan pangan, pemanis, siklamat, selai,

Abstract

Artificial Sweeteners categorized as food additives are


generally taken to provide sweet taste but are not processed in
metabolism. In fact, cyclamate, one of widely used sweeteners,
is sweeter than sugar (sucrose) and cheaper. The acceptable
daily intake of cyclamate regulated by the national agency of
drug and food control, known as BPOM, in foodstuff like jam
is 1000 mg/kg. The aim of this study was to analyze cyclamate
level in some jam samples compared to the acceptable daily
intake regulated by Food and Drug Administration. This was a
descriptive analytical study. The sampling technique used was
puposive random sampling. There were 24 jam samples
consisting of strawberry jam (S), pineapple jam (N), chocolate
jam (C) and blueberry jam (B). The results showed that from
twenty four jam samples indicated that there were six samples
identified by N1, C2, N3, C3, B3 and C4 exceeding the
acceptable daily intake (>1000 mg/kg).

Keywords: food additives, No. 32


sweetener, cyclamate, jam Pekanbaru
hartini.tini214@g

Alamat korespondensi: mail.com
Jl. ISSN 2338-4921
Perm
ata I
Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 8 (1) (2020)

PENDAHULUAN
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2012). Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk murni dan tersedia dengan harga yang
relatif murah mendorong meningkatnya konsumsi bahan tambahan pangan bagi setiap individu.
Bahan tambahan pangan tersebut antara lain bahan pewarna, pengawet, anti gumpal, pemucat,
dan pemanis (Cahyadi, 2009).
Bahan tambahan pangan berupa pemanis umumnya dikonsumsi oleh masyarakat yang
menderita diabetes dan obesitas (Nadipelly, 2017). Hal tersebut bertujuan agar penderita dibetes
dan obesitas tetap mendapatkan rasa manis pada makanannya tetapi tidak dimetabolisme di
dalam tubuh (Chattopadhyay, Raychaudhuri and Chakraborty, 2014). Pemanis yang
diperbolehkan di Indonesia mengacu pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014. Pada peraturan tersebut terdapat dua
kelompok pemanis yaitu pemanis alami (natural sweeteners) dan pemanis buatan (artificial
sweeteners). Pemanis buatan yang diperbolehkan di Indonesia mengacu pada Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 (BPOM RI,
2014). Pada peraturan tersebut terdapat dua kelompok pemanis yaitu pemanis alami (natural
sweeteners) dan pemanis buatan (artificial sweeteners). Pemanis alami antara lain sorbitol,
manitol, glikosida steviol, laktitol dan silitol. Pemanis buatan antara lain aspartam, siklamat,
sakarin dan sukralosa (Cahyadi, 2009).
Pemanis buatan salah satunya siklamat mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi
dari gula (sukrosa) dan harganya lebih murah. Keunggulan tersebut menyebabkan produsen
makanan banyak menggunakan siklamat sebagai bahan tambahan pangan khususnya sebagai
pemanis pada selai. Hasil penelitian dari (Rahmi, 2018) menyatakan bahwa dari 4 sampel
diperoleh 3 sampel positif mengandung siklamat dengan kadar 0,1048 gr/kg , 0,0004 gr/kg , dan
0,0657 gr/kg. Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan terdapat kandungan siklamat pada 3
sampel selai yang tidak bermerek. Kadar maksimum siklamat yang ditetapkan pemerintah
melalui BPOM dalam suatu bahan pangan berupa selai (jem, jeli, marmalad) adalah 1000 mg/kg
(BPOM RI, 2014). Meskipun pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai kadar
maksimum siklamat, tetapi masih saja ada produsen yang menggunakannya melebihi kadar
yang diperbolehkan.
Penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan pemanis buatan, selain dapat membantu
menggantikan gula pada pasien diabetes dan obesitas ternyata siklamat juga memiliki dampak
negatif. Dampak negatif siklamat dalam jangka pendek dapat menyebabkan mual, sakit kepala
dan muntah. Adapun dampak negatif siklamat dalam jangka panjang adalah memicu timbulnya
Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 8 (1) (2020)

kanker, iritasi lambung dan perubahan fungsi sel (Cahyadi, 2009). Siklamat juga dilarang untuk
ditambahkan pada produk pangan yang diperuntukkan bagi bayi, anak usia di bawah tiga tahun,
ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Keluhan kesehatan yang terjadi pada anak-anak yang
mengonsumsi jajanan mengandung siklamat yaitu batuk, sakit perut, mual dan muntah (Hadiana,
2018).

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Lokasi pengambilan
sampel adalah pasar Dupa Pekanbaru. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah
purposive sampling. Adapun kriteria pengambilan sampel terdiri dari kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi yaitu selai yang merupakan hasil produksi sendiri, sedangkan kriteria
eksklusi yaitu selai yang terdaftar di BPOM. Sampel penelitian yaitu selai yang terdiri dari selai
stroberi (kode S), nenas (kode N), coklat (C) dan blueberry (B). Keempat sampel diambil dari
empat penjual yang berbeda (kode 1-4). Penelitian dilakukan di laboratorium kimia Akademi
Kesehatan John Paul II Pekanbaru. Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan kadar
siklamat adalah metode gravimetri.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, timbangan digital
merek Amstech, waterbath merek Memmert, Oven merek Memert, hot plate, kertas saring dan
alat-alat gelas merek Pyrex, Vacum Jintengkeji Rocker 300. Bahan-bahan yang digunkan dalam
penelitian ini adalah sampel selai, akuades, barium klorida (BaCl 2 10%), asam klorida (HCl
10%), natrium nitrit (NaNO2 10%).
Prosedur Kerja
1. Pengujian Sampel Secara Kualitatif (Setiawan, Ibrahim and Wahab, 2016)
Sampel ditimbang sebanyak 25 g dan diencerkan menggunakan akuades 100 mL dengan
perbandingan 1: 4. Tambahkan seujung spatula arang aktif untuk menghilangkan warna,
kemudian sampel disaring. Tambahkan 10 mL HCl 10% ke dalam filtrat dan ditambah
10 mL BaCl2 10%. Filtrat dibiarkan selama 30 menit kemudian filtrat disaring.
Kemudian tambahkan 10 mL NaNO2 10%. Larutaan dipanaskan di atas penangas air.
Adanya endapan berwarna putih menunjukkan adanya siklamat.
2. Pengujian Sampel Secara Kuantitatif
Sampel ditimbang sebanyak 25 g dan diencerkan menggunakan akuades dengan
perbandingan 1 : 4. Tambahkan seujung spatula arang aktif untuk menghilangkan
warna, kemudian sampel disaring. Tambahkan 10 mL HCl 10% ke dalam filtrat dan
ditambah 10 mL BaCl2 10%. Filtrat dibiarkan selama 30 menit kemudian disaring.
Kemudian tambahkan 10 mL NaNO2 10%. Larutan dipanaskan di atas penangas air.
Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 8 (1) (2020)

Berdasarkan tabel 1 hasil uji kualitatif siklamat menunjukkan bahwa terdapat 13 sampel
selai yang positif mengandung siklamat dan 11 sampel selai yang tidak mengandung siklamat.
Adapun persentase sampel yang positif mengandung siklamat sebesar 54,2% dan sampel yang
tidak mengandung siklamat sebesar 45,8%.
Tabel 2. Hasil uji kuantitatif siklamat
Kode sampel Rata-rata kadar siklamat (mg/kg)
S1 344
N1 2728
C1 4
B1 484
S2 732
N2 344
C2 1184
B2 712
S3 364
N3 2088
C3 1908
B3 1424
S4 312
N4 368
C4 1428
B4 444
S5 188
N5 88
C5 304
B5 28
S6 380
N6 660
C6 460
B6 468
Keterangan: S adalah selai stroberi 1 adalah penjual pertama 5
adalah pedagang kelima
N adalah selai nenas 2 adalah penjual kedua
keenam adalah
pedagang

C adalah selai coklat 3 adalah penjual ketiga


B adalah selai blueberry 4 adalah
penjual keempat Rata-rata kadar
siklamat dari pengukuran secara duplo

Uji kuantitatif dilakukan pada semua sampel (yang positif dan negatif pada uji
kualitatif). Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar siklamat yang terkandung di dalam
sampel. Metode uji kuantitatif yang digunakan adalah metode gravimetri. Metode gravimetri
merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kuantitas suatu analit dengan
pengendapan. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan
Pangan Pemanis bahwa batas maksimum siklamat dalam bentuk asam siklamat di dalam selai
(jem, jeli, marmalad) adalah 1000 mg/kg (BPOM RI, 2014). Hasil uji kuantitatif diperoleh
Hartini H., Jely Syaputri Simorangkir/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 8 (1) (2020)

bahwa seluruh sampel selai mengandung siklamat dengan kadar yang bervariasi. Mengacu pada
hasil penelitian diperoleh bahwa sampel N1, C2, N3, C3, B3 dan C4 (terdapat 6 sampel) dengan
kadar sikalamat yang dikandungnya berada diatas batas maksimum yang diperbolehkan dan 18
sampel lainnya berada dibawah batas maksimum.
Berdasarkan hasil uji kuantitatif yang dilakukan pada penelitian ini (tabel 2) diperoleh
bahwa sampel N1 memiliki kadar siklamat tertinggi sebesar 2728 mg/kg, selanjutnya C2
sebesar 1184 mg/kg, N3 sebesar 2088 mg/kg, C3 sebesar 1908 mg/kg, B3 sebesar 1424 mg/kg
dan C4 sebesar 1428 mg/kg. Kemungkinan rasa manis pada selai yang dijual pedagang selai N1,
C2, N3, C3, B3 dan C4 sebagian besar berasal dari siklamat dan atau tanpa ditambahkan dengan
pemanis alami seperti gula atau sukrosa. Sedangkan sampel dengan kode C1, N5, B5 memiliki
kadar siklamat yang sedikit (1/10 dari kadar batas maksimum). Rasa manis yang terdapat pada
sampel C1, N5 dan B5 tersebut berasal dari sedikit campuran siklamat dan pemanis alami.
Siklamat umumnya dikonsumsi oleh penderita diabetes dan obesitas (Polyák et al.,
2010). Hal tersebut bertujuan agar penderita dibetes dan obesitas tetap mendapatkan rasa manis
pada makanannya tetapi tidak dimetabolisme di dalam tubuh (Chattopadhyay, Raychaudhuri and
Chakraborty, 2014). Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak, tetapi
siklamat djuga memiliki efek negatif bagi kesehatan (Pursitasari, 2014). Efek negatif siklamat
antara lain merangsang pertumbuhan tumor, menyebabkan atropi yaitu pengecilan testikular dan
kerusakan kromosom (Toora et al., 2018).
Sampel selai yang seluruhnya mengandung siklamat memperlihatkan bahwa produsen
secara segaja menambahkan siklamat dalam proses produksi selai. Namun, umumnya produsen
tersebut menambahkan siklamat dalam jumlah yang besar. Beberapa penyebabnya antara lain
tidak mengetahui kadar batas maksimum siklamat dalam makanan, tidak mendapat sosialisasi
peraturan Kepala BPOM Nomor 4 tahun 2014, tingkat pendidikan yang rendah dan tidak
mengetahui efek yang ditimbulkan bagi tubuh (Nurlailah, Alma and Oktiyani, 2017).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa dari 24 sampel selai
diperoleh bahwa 13 sampel selai positif mengandung siklamat (terbentuk endapan putih dan bau
gas) dan 11 sampel selai yang tidak mengandung siklamat (tidak terbentuk endapan putih dan
tidak ada bau gas). Terdapat 6 sampel yaitu N1, C2, N3, C3, B3 dan C4 yang memiliki kadar
siklamat melebihi kadar maksimum (1000 mg/kg) sedangkan 18 sampel lain kadar siklamatnya
berada dibawah kadar maksimum.

UCAPAN TERIMA KASIH


ANALISIS KADAR SAPONIN EKSTRAK METANOL KULIT BATANG
KEMIRI (Aleurites moluccana (L.) Willd) DENGAN
METODE GRAVIMETRI

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

Rahbiyatul Adawiyah
NIM. 70100113001

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan tanaman obat dalam kehidupan sehari–hari sering dimanfaatkan

oleh masyarakat sebagai obat tradisional dengan proses yang sangat sederhana.

Pengobatan menggunakan tanaman obat tradisional telah diwariskan secara turun

temurun oleh generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Tanaman yang telah terbukti

berkhasiat sebagai obat perlu dikembangkan dan disebarluaskan kepada masyarakat

sebagai perwujudan untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik. Hal ini

merupakan salah satu upaya mengatasi masalah kesehatan masyarakat dengan


memanfaatkan obat tradisional.

Tumbuhan merupakan tempat terjadinya proses sintesis senyawa organik


yang kompleks menghasilkan sederet golongan senyawa dengan berbagai macam
unsur. Kandungan senyawa yang terdapat pada bahan alam (tumbuhan) dapat berupa
senyawa metabolit primer dan juga senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit

primer merupakan senyawa-senyawa utama penyusun tanaman (makhluk hidup)


yang diperlukan untuk proses partumbuhan dan perkembangan. Senyawa yang
tergolong metabolit primer adalah polisakarida, protein, lemak dan asam nukleat.
(Radji, 2008). Sedangkan metabolit sekunder adalah senyawa yang disintesis oleh

makhluk hidup yang digunakan untuk menunjang kehidupan. Metabolit ini memiliki
aktifitas farmakologi dan biologi. Di bidang farmasi secara khusus, metabolit
sekunder digunakan dan dipelajari sebagai kandidat obat atau senyawa penuntun

(lead compound) untuk melakukan optimasi agar diperoleh senyawa yang lebih
poten dengan toksisitas minimal (Saifuddin, 2014).
2

Saponin merupakan salah satu metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas

biologi, yang berfungsi sebagai anti kanker (Yan et al, 2009). Kanker adalah

penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah

menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel ini dapat menyebar ke bagaian
tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian (Dipiro et al, 2008).
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Pada tahun 2012, sekitar 14 juta kasus kanker dan pada tahun 2015 sekitar 8,8

juta kematian disebabkan kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker
payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. (WHO,
2017).
Metode yang dapat digunakan dalam analisis kadar saponin adalah

menggunakan metode TLC-Scanner, HPLC, spektrofotometri Uv-Vis dan metode


gravimetri. Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metode gravimerti
karena salah satu kelebihan metode tersebut yaitu tidak membutuhkan zat

pembanding (saponin baku) dan merupakan cara analisis paling sederhana

dibandingkan dengan cara analisis lainnya. Kesedarhanaan itu jelas terlihat karena
dalam gravimetri jumlah zat ditentutakan dengan menimbang langsung massa zat
yang dipisahkan dari zat-zat lain (Chadijah, 2012).

Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd) dikenal sebagai salah satu tanaman

rempah yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia. Kulit batang kemiri


dipercaya berkhasiat sebagai obat tradisional untuk sakit kepala, diare, tumor, asma,
penyakit kulit, dan hypocholesterolemia. Bahkan di negeri Jepang produk kulit ini

digunakan untuk penyembuhan penyakit tumor dan kanker (Damayanti, 2008).


Telah dilakukan penelitian oleh (Ari dkk, 2015) yang berjudul Kajian
Pendahuluan Potensi Anti Kanker Dengan Uji Toksisitas Metode Brine Shrimp Test
KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

KAJIAN METODE GRAVIMETRI DALAM ANALISIS KADAR KARAGINAN


RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii

[Study of Gravimetric Method for Analysis of Carrageenan Content from


Seaweeds Eucheuma cottonii]

Ernawati A.H Bana1, Mappiratu1*, Prismawiryanti1


1)
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Tadulako, Palu

Diterima 22 Mei 2015, Disetujui 5 September 2015

ABSTRACT

The study of analysis method on carrageenan content of seaweed Eucheuma cottonii has been
conducted. The aim of this study was to obtain the best concentration level of seaweed and
etanol/extracted seaweed ratio used as determining carrageenan contenen of seaweed Eucheuma
cottonii. The concentration level of seaweed extraction and etanol/extracted seaweed ratio
investigated were 30%, 40%, 50%, 60%, 70% and 1,5 : 1; 2,0 : 1; 2,5 : 1; 3,0 : 1; dan 3,5 :
1respectively. Carrageenan content of seaweed was determined by gravimetric method. The result
showed that concentration level of seaweed extraction of 50% and etanol/extracted ratio of 3,5 : 1
resulted highest carrageenan content of saeweed Eucheuma cottonii (51,752).

Keywords: Eucheuma cottonii, Carrageenan extraction, etanol ratio.

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang kajian metode gravimetri dalam analisis kadar karaginan rumput
laut Eucheuma cottonii. Peneltian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat pemekatan dan rasio
etanol/ekstrak pekat yang paling baik digunakan dalam penetapan kadar karaginan rumput laut
Eucheuma cottonii. Penelitian dua faktor masing-masing faktor tingkat pemekatan dan faktor rasio
etanol/ekstrak pekat, yaitu 30%, 40%, 50%, 60%, 70% dan 1,5 : 1; 2,0 : 1; 2,5 : 1; 3,0 : 1; dan 3,5 : 1.
Kadar karaginan ditentukan menggunakan metode gravimetri, hasil yang diperoleh menunjukkan
tingkat pemekatan yang memberikan kadar karaginan tertinggi yaitu 50% dan rasio etanol/ekstrak
pekat yaitu 3,5 : 1 yang menghasilkan kadar karaginan tinggi (51,752).

Kata kunci: Eucheuma cottonii,Ekstraksi karaginan, Rasio etanol

*) Coresponding Author : mappiratu@yahoo.com

Ernawati A. H. Bana dkk. 1


KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

LATAR BELAKANG Kandungan karaginan rumput laut


Rumput laut termasuk salah satu Eucheuma cottonii dipengaruhi oleh

komoditi yang berperanan sebagai berbagai faktor antara lain metode


penyumbang utama produksi sektor budidaya (Max,2009), umur panen
perikanan budidaya. Pada tahun 2011 (Mappiratu dan Masahoro, 2010; Erpin
indonesia telah menjadi penghasil rumput dkk, 2013), jarak tanam (Abdan dkk, 2013)
laut terbesar didunia dengan produksi 5,12 dan lokasi budidaya (Mappiratu dan
juta ton, meningkat menjadi 6,44 juta ton Masahoro, 2010). Pada lokasi yang
pada tahun 2012 (KKP, 2013). Produksi berbeda, meskipun jaraknya tidak terlalu
tersebut didominasi oleh provinsi di koridor berjauhan, kandungan karaginan rumput
Sulawesi (Sulawesi Selatan, Sulawesi laut Eucheuma cottonii dapat berbeda
Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo) (Mappiratu dan Masyahoro, 2010).
dengan total produksi 3,04 juta ton tahun Keadaan tersebut memberikan indikasi
2011 atau sekitar 59,48 % dari total pada jarak tanam yang sama, metode
produksi, dan 3,99 juta ton tahun 2012 yang sama dan umur panen yang sama,
atau 60,72 persen dari total produksi dapat menghasilkan rumput laut dengan
(KKP, 2013). Dengan mengacu pada kandungan karaginan yang berbeda atau
produksi, maka rumput laut termasuk mutu rumput laut dapat berbeda, jika
komoditi yang strategis untuk lokasi budidayanya berbeda. Untuk itu,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangat penting dilakukan analisis
posisir Sulawesi pada umumnya, karaginan dari rumput laut yang lokasinya
khususnya Sulawesi Tengah sebagai berbeda.
penghasil rumput laut terbesar kedua di Selama ini, factor yang dijadikan
Indonesia. sebagai ukuran mutu rumput laut Eucheuma
Jenis rumput laut yang banyak cottonii adalah rendemen karaginan dari hasil
dibudidayakan di koridor Sulawesi ekstraksi (Distantina dkk., 2012). Rendemen
termasuk Sulawesi Tengah adalah pada dasarnya belum akurat untuk dijadikan
Eucheuma cottonii. Rumput laut jenis sebagai ukuran mutu rumput laut, sebab belum
tersebut berperanan sebagai penghasil mencerminkan kandungan karaginan yang
karaginan jenis kappa karaginan. sebenarnnya. Oleh karena itu perlu adametode
Kandungan karaginan rumput laut menjadi analisis yang menggambarkankandungan
factor penentu mutu rumput laut karaginan yang sebenarnya. Salah satu metode
Eucheuma cottonii (Bono et al., 2012; yang mungkin dikembangkan dan perlu dikaji
Distantina dkk., 2012), dalam arti makin adalahmetode gravimetri. Metode ini relative
tinggi kandungan karaginan makin tinggi sama dengan metode penetapan
pula mutu rumput laut Eucheuma cottonii.
KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

(1,5 : 1 ; 2,0 : 1 ; 2,5 : 1 ; 3,0 : 1 : dan 3,5 : pekat 1,5 : 1 (v/v). Hasil analisis ragam
1 atas dasar v/v), diaduk dan dibiarkan menunjukkan tidak terdapat interaksiantara
selama 2 jam. Endapan yang terbentuk tingkat pemekatan dengan rasio etanol/ekstrak
disaring, kemudian dikeringkan dalam pekat. Akan tetapi tingkatpemekatan
oven dengan suhu 100oC hingga beratnya berpengaruh nyata terhadap kadar karaginan,
tetap. Kadar karaginan dihitung demikian pula rasio etanol/ekstrak pekat
menggunakan persamaan : berpengaruh nyata
terhadap kadar karaginan. Rasio
EHUDW NDUDJiQDQ
KDGDU KDUDJiQDQ :);= [ 455 )
EHUDW UXPSXW ODXW

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi karaginan sebagai dasar


karaginan secara gravimetric, tingkat
dalam penetapan kadar karaginan cara
pemekatan yang baik digunakan adalah
gravimetri dipengaruhi oleh berbagai factor
tingkat pemekatan 50 %, sedangkan rasio
antara lain factor suhu ekstraksi, volume
etanol/ekstrak pekat yang baik digunakan
pengekstrak, rasio pengendap terhadap
adalah rasio 3,0 : 1 (v/v).
ekstrak (rasio etanol/ekstrak) dan tingkat
kepekatan ekstrak. Selain tingkat Tabel 1. Hasil pengukuran kadarkaraginan
rumput laut pada berbagai
kepekatan ekstrak, factor lain telah dikaji
tingkat pemekatan danrasio
oleh berbagai peneliti (Mappiratu, 2009; etanol/ekstrak pekat.

Luthfy,1988), akan tetapi terdapat praduga


Kadar karaginan (%) pada Rasio
tingkat pemekatan berinteraksi dengan Tingkat Etanol / Ekstrak
Pemeka
pengendap etanol, yakni rasio tan (%) 1,5 : 2,0 : 2,5 : 3,0 : 3,5 :
1 1 1 1 1
etanol/ekstrak pekat. Atas dasar itu, maka
30 39,59 44,63 44,75 45,70 46,17
dilakukan kajian tingkat pemekatan dan
rasio etanol/ekstrak pekat yang baik 40 40,60 44,33 46,89 47,54 48,19
digunakan dalam penetapan kadar
karaginan secara gravimetri. 50 45,64 45,94 48,73 51,10 51,75

Hasil yang diperoleh (Tabel 1) 60 30,62 32,17 32,35 36,20 37,63


menunjukkan kadar karaginan tertinggi
(51,75 %) ditemukan pada penggunaan 70 17,57 20,42 21,90 25,70 31,51

tingkat pemekatan 50 % dan pada rasio


etanol/ekstrak pekat 3,5 : 1 (v/v), dan

peningkatan rasio etanol/ekstrak pekat


kadar karaginan terendah (17,57 %)
meningkatkan kadar karaginan yang
terdapat pada penggunaan tingkat
dihasilkan untuk semua tingkat
kepekatan 70 % dan rasio etanol/ekstrak
KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

carrageenan (SRC) produced from


60
seaweed (Kappaphycus alvarezii). J.King
Kadar karaginan (%)

50 Saud University-Enginering Sciences.


40
Distantina, S., Rochmadi., Wiratni dan M.
30 Fahrurrozi. 2012. Mekanisme proses
tahap ekstraksi karaginan dari Euchema
20
cottonii menggunakanpelarut alkali.
10 Agritech. 33 (4) : 397 ±
0 402.
30% 40% 50% 60% 70%
Erpin, Abdul R, dan Ruslaini. 2013. Pengaruh
Tingkat pemekatan Umur Panen dan Bobot Bibit Terhadap
1,5:1 2,0:1 2,5:1
3,0:1 3,5:1 Pertumbuhan danKandungan Karaginan
Rumput Laut (Eucheuma spinosum)
Gambar 2. Kurva Hasil Pengukuran Menggunakan Metode Long Line.Kendari:
Kadar Karaginan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Berbagai tingkat pemekatan Universitas Haluoleo,
ekstrak
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. 15
KESIMPULAN besar penghasil produksi rumput laut
Berdasarkan hasil penelitian maka tingkat perikanan budidaya 2008
– 2012.
pemekatan ekstrak karaginan yang baik
Luthfy S. 1988. Mempelajari ekstraksikaraginan
digunakan untuk analisis kadar karaginan dengan metode semirefined dari
rumput laut Eucheuma cottonii secara Eucheuma cottonii [skripsi]. Bogor:
Fakultas TeknologiPertanian, Institut
gravimetric adalah tingkat pemekatan 50 Pertanian Bogor.hlm 60.
%, sedangkan rasio etanol/ekstrak pekat
Max, R.W. 2009. Karakteristik Fisiko-Kimia
yang baik digunakan adalah pada rasio 3 : Karaginan Dari Eucheuma Cottonii Pada
1 (v/v). Pada kondisi tersebut dihasilkan Berbagai Bagian Thalus, Berat Bibit dan
Umur Panen. Bogor:Program Studi
kadar karaginan 51,10 %. Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian
Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Mappiratu. 2009. Kajian Teknologi Pengolahan
Karaginan Dari Rumput Laut Eucheuma
Abdan, Abdul R, dan Ruslaini. 2013.
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Cottonii Skala Rumah Tangga. Jurnal
MediaLitbang Sulteng. 2(1): 01 ± 06.
Pertumbuhan dan Kandungan
Karagenan Rumput Laut (Eucheuma Mappiratu, Masahoro. 2010. KajianBudidaya
spinosum) Menggunakan Metode dan Pengolahan RumputLaut diperairan
Long Line. Kendari: Fakultas Teluk Palu. Palu.
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Haluoleo.

Bono. A., S.M. Anisuzzaman dan O.W.


Ding. 2012. Effect of process
conditions on the gel viscosity and
gel strength of semi-refined
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1. 08 November 2021 P0
2. 11 November 2021 BAB 2 Argentometri,table tidak perlu
dikasih garis antar konten,dan poin
table diubah menjadi 2.1
Daftar Pustaka Argentometri Judul
jurnal yang digaris bawahi bukan nama
jurna
BAB 2 Gravimetri,table tidak perlu
dikasih garis antar konten
Laporan sementara,tidak perlu
menuliskan normalitas, dan
memberikan keterangan(mL) pada
standarisasi AgNO

Anda mungkin juga menyukai