1617 3331 1 SM
1617 3331 1 SM
Dorisno
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang
Email: dorysno@gmail.com
Abstract
This study aims to look at the relationship between gender and male and female mathematical
problem solving skill. This type of research is quasi-experimental (Quasi Experiment) with the Design
of the Randomized Control Group Posttest Only Design, as many as 32 students, consisting of 16
male students and 16 female class V students of SDN 18 Alang Lawas Padang. Research data in the
form of quantitative data obtained from the results of tests of students' mathematical problem solving
skill. The results showed that there were differences in mathematical problem solving skill between
male and female students, can be seen from the results of the calculation of the F test which revealed
Fcount > F table where the calculated F value was 4.704 while F table was 3.99. Thus, it can be
concluded that there is a difference between the skill of male and female students to solve problems.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gender dengan kemampuan pemecahan
masalah matematika laki-laki dan perempuan. Jenis penelitian ini eksperimen semu (Quasi
Experiment) dengan Rancangan Randomized Control Group Posttest Only Design, sebanyak 32 orang
siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan kelas V SDN 18 Alang Lawas Padang.
Data penelitain berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan
masalah matematika antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, dapat dilihat dari hasil perhitungan
uji F yang mengungkapkan Fhitung > F table dimana nilai Fhitung sebesar 4,704 sedangkan F table
3,99. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan siswa laki-
laki dan perempuan dalam memecahkan masalah.
untuk memasuki berbagai jurusan keahlian di kompetisi persaingan tersebut maka mereka
perguruan tinggi, misalnya dalam berbagai tidak akan mau mencoba lagi, sedangkan wanita
bidang teknologi dan ilmu-ilmu eksakta lainnya. cenderung kurang menyukai situasi yang penuh
Pada kedua jenis jurusan keahlian itu, proporsi kompetetisi. Prestasi mereka akan cenderung
mahasiswi hanya mencapai 19,8 persen. Di lain lebih baik pada situasi yang kooperatif. Apabila
pihak mahasiswi lebih dominan dalam jurusan- mereka gagal dalam kompetisi yang mereka
jurusan keahlian terapan seperti bidang rasa belum mereka persiapkan secara baik,
manajemen (57,7 persen), pelayanan jasa dan mereka akan mengalihkan perhatian mereka
transportasi (64,2 persen), bahasa dan sastra untuk mencapai prestasi tersebut, dan
(58,7 persen), pelayanan jasa dan transportasi melewatkan ujian yang ada. Hal ini akan
(64,2 persen), bahasa dan sastra (58,6 persen), membawa dampak pada keterlambatan mereka
serta psikologi (59,9 persen) (Suryadi dan Idris, mencapai level master dalam bidang tersebut,
2004). sehingga pada akhirnya prestasi yang mereka
Selama ini penelitian dibidang gender capai tidak seperti yang diharapkan.
tidak lepas dari stereotip yang ada di masyarakat Sebuah studi yang dilakukan University of
mengenai peran gender. Stereotip peran gender Missouri, AS, yang dipublikasikan dalam Jounal
berarti bagian-bagian yang bersifat umum yang of Experimental Child Psychology,
menggambarkan pandangan dan keyakinan mengemukakan bahwa di sekolah, anak
tentang perempuan dan laki-laki. ada banyak perempuan dan anak laki-laki menggunakan
aspek yang diperhatikan diantaranya adalah pendekatan yang berbeda untuk mengatasi
lingkungan belajar dan respon siswa. Salah satu masalah matematika, seperti aritmetika. Anak
peneliti yaitu yang dilakukan oleh Chaput dan perempuan cenderung menyelesaikan masalah
Dunn (2001) mencoba membahas tentang dengan pendekatan yang lambat namun akurat,
perbedaan pencapaian prestasi belajar antara sebaliknya anak laki-laki mengatasinya dengan
mahasiswa putra dan putri. Hasil utama dari pendekatan yang lebih cepat namun rawan
penelitian tersebut bahwa pria memiliki standar mengalami kesalahan. Pendekatan anak
internal sendiri dalam pencapaian prestasi dan perempuan dalam hal ini memberinya
tidak terlalu terpengaruh oleh lingkungan keuntungan pada masa awal sekolah, namun
belajar yang ada, sedangkan wanita pencapaian pada masa akhir sekolah, anak laki-laki terbukti
prestasi secara signifikan berkaitan dengan bisa melampaui hasil belajar anak perempuan.
lingkungan belajar yang ada. Wanita akan Drew Bailey, seorang peneliti,
merespon jika lingkungan belajar yang ada tidak mengemukakan bahwa perbedaan akurasi
mendukung, misalkan mereka cenderung tidak aritmetika diantara anak laki-laki dan
suka pada dosen yang sibuk dan tidak pernah perempuan timbul dari adanya kemauan untuk
memberikan bimbingan atau feedback, mengambil resiko kesalahan dengan menjawab
sebaliknya pria kurang peduli apakah dosen atau persoalan matematika hanya berdasarkan
sarana belajar yang ada mencukupi atau tidak kemampuan daya ingatnya.
karena mereka punya standar internal sendiri. (http://www.detikHealt.com/31/07/2012/anak-
Santrock (2003) mengungkapkan bahwa laki-laki-lebih-pitar-matematika-karena-tak-
pria akan berprestasi apabila cukup disediakan pernah-takut-salah.htm)
assessment yang bisa digunakan sebagai Anak laki-laki biasanya lebih suka
pembanding dengan standar internalnya, karena langsung mengungkapkan jawabannya sesaat
pria cederung suka berada di lingkungan yang setelah diberi persoalan, meskipun mungkin
kompetitif dan merupakan pesaing yang ulet. kurang akurat. Namun dari waktu ke waktu,
Namun hal ini memang membawa konsekuensi praktik mengingat jawaban ini bisa mendorong
yaitu membuat kondisi belajar mereka menjadi anak laki-laki jauh melampaui anak perempuan
stressful. Apabila mereka sudah berhasil di dalam hal akurasi jawaban. Di sisi lain, anak
arena kompetitif tersebut mereka akan betul- perempuan lebih banyak memberikan jawaban
betul menguasai sehingga mencapai level yang benar, namun cenderung merespon
master. Sebaliknya apabila mereka gagal dalam persoalan secara lebih lambat dan soal yang bisa
22 | Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume IX Edisi 1 2019, hlm 1-108
dijawab pun lebih sedikit. Meskipun begitu, saat ruangnya yang lebih baik (Geary, Saults,
menginjak masa akhir sekolah, anak laki-laki Liu,2000). Dapat disimpulkan siswa laki-laki
jauh lebih banyak memberikan jawaban dengan lebih memungkinkan untuk mempunyai hasil
tingkat kesalahan yang lebih sedikit. belajar yang baik. Begitu juga siswa perempuan
Selanjutnya Marshal (dalam Fauzan dalam mengulang pelajaran dan mengerjakan
1996:32) menunjukkan bahwa, “Anak wanita soal-soal lebih rajin dan tekun.
secara signifikan lebih banyak membuat Berdasarkan hasil observasi penulis pada
kesalahan mengenai ruang, penggunaan rumus SDN Alang Lawas terlihat guru belum melatih
yang tidak relevan dan pemilihan operasi yang siswa menyelesaikan permasalahan dalam
tidak benar. Sedangkan anak pria secara pembelajaran matematika terlihat ketika proses
signifikan banyak membuat kesalahan pada pembelajaran, kegiatan belajar dimulai dengan
hasil akhir perhitungan dan penyimpulan”. mengenalkan rumus - rumus tanpa melibatkan
Amstrong (dalam Fauzan 1996) yang siswa dalam menemukan rumus tersebut,
menyelidiki anak usia 13 tahun menyatakan kemudian dilanjutkan dengan latihan soal-soal
bahwa prestasi belajar siswa wanita dan pria yang mana cara mengerjakannya sama dengan
adalah sama. Pada usia ini siswa wanita lebih langkah-langkah yang dicontohkan guru. Jadi
unggul dalam berhitung dan visualisasi ruang. belum terlihat pembelajaran yang dimulai
Tetapi pada tingkat akhir keadaannya berubah. dengan permasalahan padahal pembelajaran
Siswa pria mencapai hasil yang lebih tinggi dengan permasalahan merupaka bagian integral
daripada wanita dalam pemecahan masalah, dalam pembelajaran matematika. Hal ini
sementara siswa wanita kehilangan diungkapkan dalam NCTM (2000).
keunggulannya dalam berhitung dan visualisasi Selanjutnya dilakukan wawancara dengan
ruang. guru SDN Alang Lawas yang mana gender
Dari penelitian Treagust (dalam Fauzan berpengaruh dalam pembelajaran. Siswa laki-
1996:32) terhadap siswa-siswa kelas 8, 10 dan laki lebih aktif daripada siswa perempuan.
12, ditemukan bahwa On four of six piagetian Siswa perempuan lebih tenang daripada siswa
spatial task, males scored significantly higher laki-laki yang cendrung mudah bosan saat
than female. Male appeared to more highly belajar. Prestasi belajar siswa perempuan lebih
developed spatial structures than females. tinggi daripada siswa laki-laki. Meskipun
Frank B.Mc Mahon (dalam Fauzan 1996) demikian hal ini tidak dapat dikatakan bahwa
menemukan bahwa mulai usia 11 tahun, pria kemampuan pemecahan masalah perempuan
dan wanita cenderung berbeda dalam lebih baik daripada siswa laki-laki karena dalam
kemampuan matematika dan keruangan. Anak proses pembelajaran guru belum melatih siswa
laki-laki lebih unggul dari anak wanita. Hal ini dengan pembelajaran berbasis masalah dan
disebabkan karena perbedaan fisik otak. belum menerapkan evaluasi dengan soal-soal
Apabila prestasi belajar siswa yang yang menguji kemampuan pemecahan masalah.
terintegrasi dengan kemampuan pemecahan Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan
masalah dikaitkan dengan pers-pektif gender, menerapkan model pembelajaran berbasis
dapat ditemukan bahwa siswa laki-laki lebih masalah atau problem based learning (PBL)
aktif, dan mempunyai kepercayaan diri yang untuk mengetahui hubungan antara gender
tinggi, sedangkan siswa perempuan lebih dengan kemampuan memecahkan masalah dan
tanggap secara sosial, pasif, emosional, perbedaan antara kemampuan siswa laki-laki
mengalah dan lemah (Berry, 1999), beberapa dan perempuan dalam memecahkan masalah.
peneliti percaya bahwa pengaruh faktor gender
dalam matematika adalah karena adanya METODE
perbedaan biologis dalam otak anak laki-laki
dan perempuan, bahwa anak perempuan lebih Jenis penelitian ini adalah penelitian
unggul dalam bidang bahasa dan menulis, eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan
sedangkan anak laki-laki lebih unggul dalam rancangan Randomized Control Group Posttest
bidang matematika karena kemampuan Only Design. Pada penelitian ini siswa
Jurusan PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang | 23
masalah dengan baik memilih strategi yang kesimpulan jawaban, tetapi belum terlihat
sesuai dengan permasalahan dan menyelesaikan menyusun rencana penyelesaian, selain itu
permasalahan serta memberikan kesimpulan. siswa juga tidak bisa menggunakan strategi
dapat kita lihat pada Gambar 3 berikut. yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan.
Apabila siswa tidak bisa menggunakan strategi
yang tepat maka proses selanjutnya juga tidak
tepat. Hal ini menandakan kemampuan
pemecahan masalah siswa laki-laki lebih rendah
daripada siswa perempuan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa laki-laki
dan perempuan terdapat perbedaan, berarti
penelitian ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan dalam studi yang dilakukan
University of Missouri, AS, yang dipublikasikan
dalam Jounal of Experimental Child
Gambar 3. Penyelesaian Soal No.5 Psychology, mengemukakan bahwa di sekolah,
siswa perempuan. anak perempuan dan anak laki-laki
menggunakan pendekatan yang berbeda untuk
Dengan memperhatikan jawaban soal mengatasi masalah matematika, seperti
kemampuan pemecahan masalah Gambar 3. aritmetika. Anak perempuan cenderung
Siswa memiliki pemahaman yang baik terhadap menyelesaikan masalah dengan pendekatan
permasalahan, yaitu terlihat dari kelengkapan yang lambat namun akurat, sebaliknya anak
membuat apa yang diketahui dan merumuskan laki-laki mengatasinya dengan pendekatan yang
permasalahan. Siswa mampu memperoleh hasil lebih cepat namun rawan mengalami kesalahan.
yang benar dari strategi yang dipilihnya. Siswa Temuan ini juga sesuai dengan peneliti
menyelesaikan permasalahan dengan baik dan sebelumnya yaitu Yaswardi (2013) yang
membuat kesimpulan dengan benar. membuktikan bahwa kemampuan pemecahan
Berbeda dengan siswa laki-laki belum masalah perempuan lebih baik dari pada
terlihat penyelesaian yang baik dari jawaban ya kemampuan pemecahan masalah laki-laki, dari
ng diberikan Hal ini terlihat dari jawaban tes hasil hipotesis diperoleh thitung sebesar 3,12
akhir salah satu siswa dengan nomor soal yang dan ttabel sebesar 2,04.
sama pada Gambar 4. Interaksi antara model pembelajaran dan
gender dalam mempengaruhi kemampuan
pemecahan masalah tidak terlihat. Hal ini
terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2
terlihat dua garis yang sejajar. (Irianto, 2004)
menjelaskan Jika terdapat interaksi berarti efek
faktor satu terhadap variabel terikat akan
mempunyai garis yang tidak sejajar (saling
berpotongan), jika efek faktor satu terhadap
variabel terikat sejajar maka antara faktor tidak
mempunyai interaksi.
Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran dengan
Gambar 4. Penyelesaian Soal No. 5 gender dalam mempengaruhi kemampuan
siswa laki-laki pemecahan masalah. Ini mengisyaratkan bahwa
pembelajaran dengan model PBL memberi
Pada Gambar 4 terlihat siswa sudah pengaruh yang relatif sama terhadap
memahami masalah , dan juga sudah membuat kemampuan pemecahan masalah, baik siswa
Jurusan PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang | 27
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Upton, Penney. 2012. Psikologi Perkembangan.
Tarsito. Jakarta:Erlangga.
-------. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran
Mengajar, Bandung: Sinar Baru Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Algesindo. Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sumarmo, Utari. 2003. Pengembangan Model
Pembelajaran Matematika Untuk Widdiharto, R. 2004. Model-Model
Meningkatkan Kemampuan Intelektual Pembelajaran Matematika SMP.
Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan
Laporan Penelitian. Bandung: UPI Dasar dan Menengah PPPG Matematika
Yogyakarta.
Suryadi,Ace dan Ecep Idris. 2004. Kesetaraan
Gender Dalam Bidang Widjajanti, D. B. 2009. Kemampuan
Pendidikan.Ganesindo. Bandung. Pemecahan Masalah Matematis
Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa
Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran dan Bagaimana Mengembang-kannya.
Inovatif Berorientasi Konstruktivistk. (Online). Artikel Seminar Nasional
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Matematika dan Pendidikan Matematika,
UNY, Yogyakarta. (http:// eprints.uny.ac.
Uno, Hamzah., dan Koni, Satria. 2012. id/), diakses pada 19 Desember 2018.
Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.