Anda di halaman 1dari 10

Jurusan PGMI Fak.

Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang | 19

HUBUNGAN GENDER DENGAN KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Dorisno
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang
Email: dorysno@gmail.com

Abstract

This study aims to look at the relationship between gender and male and female mathematical
problem solving skill. This type of research is quasi-experimental (Quasi Experiment) with the Design
of the Randomized Control Group Posttest Only Design, as many as 32 students, consisting of 16
male students and 16 female class V students of SDN 18 Alang Lawas Padang. Research data in the
form of quantitative data obtained from the results of tests of students' mathematical problem solving
skill. The results showed that there were differences in mathematical problem solving skill between
male and female students, can be seen from the results of the calculation of the F test which revealed
Fcount > F table where the calculated F value was 4.704 while F table was 3.99. Thus, it can be
concluded that there is a difference between the skill of male and female students to solve problems.

Keywords: Gender, problem solving skill

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gender dengan kemampuan pemecahan
masalah matematika laki-laki dan perempuan. Jenis penelitian ini eksperimen semu (Quasi
Experiment) dengan Rancangan Randomized Control Group Posttest Only Design, sebanyak 32 orang
siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan kelas V SDN 18 Alang Lawas Padang.
Data penelitain berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan
masalah matematika antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, dapat dilihat dari hasil perhitungan
uji F yang mengungkapkan Fhitung > F table dimana nilai Fhitung sebesar 4,704 sedangkan F table
3,99. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan siswa laki-
laki dan perempuan dalam memecahkan masalah.

Kata kunci: Gender, kemampuan pemecahan masalah

PENDAHULUAN kesenjangan antara keadaan sekarang dengan


tujuan yang ingin dicapai, sedangkan kita tidak
Kemampuan pemecahan masalah mengetahui apa yang harus dikerjakan untuk
matematis adalah suatu tindakan untuk mecapai tujuan tersebut”. Kesenjangan itu perlu
menyelesaikan masalah atau proses yang segera diatasi, proses mengenai bagaimana
menggunakan kekuatan dan manfaat mengatasi kesenjangan ini disebut proses
matematika dalam menyelesaikan masalah, pemecahan masalah.
yang juga merupakan metode penemuan solusi Kemampuan pemecahan masalah
melalui tahap-tahap masalah sebagai usaha seyogianya merupakan hasil utama dari suatu
mencari jalan keluar dari kesulitan. Pemecahan proses pembelajaran matematika atau dengan
masalah merupakan kemampuan berfikir tingkat kata lain pemecahan masalah merupakan bagian
tinggi untuk mencari penyelesaian masalah yang integral dari semua pembelajaran matematika.
dihadapi dengan menggunakan bekal Pemecahan masalah matematika adalah proses
pengetahuan yang dimiliki. yang menggunakan kekuatan dan manfaat
Menurut Hayes (dalam Hamzah, 2012:29) matematika dalam menyelesaikan masalah, juga
menyatakan bahwa “Masalah merupakan merupakan metode penemuan solusi melalui
20 | Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume IX Edisi 1 2019, hlm 1-108

tahap-tahap pemecahan masalah. Kemampuan masing-masing, mereka mulai menunjukkan


pemecahan masalah matematis menurut motivasi yang jelas untuk berperilaku dengan
Suherman, dkk. (2003:89) sebagai berikut: cara yang seharusnya misalnya anak laki-laki
Pemecahan masalah merupakan bagian bertindak sesuai dengan identitasnya begitupun
kurikulum matematika yang sangat penting anak perempuan. Santrock (2007:110)
dalam proses pembelajaran maupun menjelaskan bahwa “Gender adalah dimensi
penyelesaian matematika dimungkinkan psikologis dan sosiokultural yang dimiliki
memperoleh pengalaman menggunakan karena seseorang itu laki-laki atau perempuan”.
pengetahuan keterampilan yang sudah dimiliki Selain itu Alexander dan Woods (dalam Upton,
untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang 2012:204) menyatakan “Perbedaan jenis
bersifat rutin. Berkenaan dengan apa yang kelamin diatur oleh hormon yang berperan
didapat siswa dari melakukan suatu pemecahan dalam perilaku-perilaku seperti agresi, pola-pola
masalah, Hudoyo (2003:165) mengatakan bermain, dan sikap-sikap”.
bahwa pemecahan masalah merupakan suatu hal Pada perkembangannya anak laki-laki
yang esensial dalam pembelajaran matematika. memiliki fisik yang berbeda dari anak
Melalui teori-teori yang telah perempuan. Anak laki-laki lebih aktif, kuat, dan
dikemukakan dapat disimpulkan bahwa mudah tersinggung dalam melakukan suatu
kemampuan pemecahan masalah adalah kegiatan. Anak perempuan berkembang dengan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam peran yang feminim, lembut, dan penuh
mengaplikasikan konsep-konsep matematika perasaan. Di sekolah anak perempuan lebih
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sabar dalam belajar dibandingkan anak laki-laki.
berhubungan dengan matematika. Kemampuan Hal ini terlihat dari mengerjakan latihan yang
ini tidak hanya digunakan dalam proses diberikan guru.
pembelajaran matematika di sekolah tetapi bisa Perbedaan gender dalam pendidikan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terjadi dalam perolehan prestasi belajar.
sehingga matematika tersebut akan terasa Perempuan dalam proses pembelajaran di kelas,
bermakna. pada dasarnya memiliki hak dan kesempatan
Pembelajaran yang melatih siswa dengan yang sama untuk aktif dalam proses
kemampuan pemecahan masalah akan pembelajarannya. Perempuan dan laki-laki
menciptakan generasi yang berdaya analitis dalam setiap situasi pendidikan tersebut sama-
tinggi sehingga mampu menempatkan diri sama terbuka untuk mengakses buku-buku di
dalam berbagai macam situasi (Widjajanti, kelas. Namun, bahan-bahan belajar dan sikap
2009: 3). Oleh karena itu, dengan penerapan guru secara halus dapat mempengaruhi
pembelajaran berbasis pemecahan masalah penilaian mereka tentang diri mereka sendiri
dapat membantu mengurangi tingkat serta masyarakat. Bahan-bahan belajar yang
pengangguran lulusan sarjana dan diploma yang dimaksud adalah bahan-bahan belajar yang
tersurvey pada Mei 2014 sebanyak 4,31% (BPS, membedakan peran gender laki-laki dan
2014: 3). perempuan. Diantaranya berupa gambar,
Pentingnya kemampuan memecahkan penokohan yang menggambarkan bagaimana
masalah tidak hanya berdampak pada perempuan adalah sosok yang lemah lembut,
penyelesaian masalah sehari-hari, melainkan penyayang dan cantik, sedangkan laki-laki
juga pada permasalahan belajar (Paidi, 2010: 2). digambarkan sebagai pemimpin, kuat, dan suka
Melalui pembelajaran matematis dan sains, cara bekerja keras.
berpikir analitis, kritis, cermat dan kreatif dalam Wanita lebih banyak berpartisipasi dalam
pemecahan masalah dapat dilatih sehingga dapat bidang studi yang berbeda dengan pria (seperti
membantu meningkatkan prestasi belajar siswa lebih banyak mengambil ilmu sastra dan
(Behrman, Kliegman, dan Arvin, 2000: 130). ekonomi rumah tangga daripada eksakta).
Manusia terdiri dari dua jenis Jumlah siswa perempuan yang memimilih
kelamin/gender yakni laki-laki dan perempuan. jurusan IPA atau Matematika di SMU lebih
Setelah anak-anak menyadari peran gendernya kecil proporsinya sehingga mereka lebih sulit
Jurusan PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang | 21

untuk memasuki berbagai jurusan keahlian di kompetisi persaingan tersebut maka mereka
perguruan tinggi, misalnya dalam berbagai tidak akan mau mencoba lagi, sedangkan wanita
bidang teknologi dan ilmu-ilmu eksakta lainnya. cenderung kurang menyukai situasi yang penuh
Pada kedua jenis jurusan keahlian itu, proporsi kompetetisi. Prestasi mereka akan cenderung
mahasiswi hanya mencapai 19,8 persen. Di lain lebih baik pada situasi yang kooperatif. Apabila
pihak mahasiswi lebih dominan dalam jurusan- mereka gagal dalam kompetisi yang mereka
jurusan keahlian terapan seperti bidang rasa belum mereka persiapkan secara baik,
manajemen (57,7 persen), pelayanan jasa dan mereka akan mengalihkan perhatian mereka
transportasi (64,2 persen), bahasa dan sastra untuk mencapai prestasi tersebut, dan
(58,7 persen), pelayanan jasa dan transportasi melewatkan ujian yang ada. Hal ini akan
(64,2 persen), bahasa dan sastra (58,6 persen), membawa dampak pada keterlambatan mereka
serta psikologi (59,9 persen) (Suryadi dan Idris, mencapai level master dalam bidang tersebut,
2004). sehingga pada akhirnya prestasi yang mereka
Selama ini penelitian dibidang gender capai tidak seperti yang diharapkan.
tidak lepas dari stereotip yang ada di masyarakat Sebuah studi yang dilakukan University of
mengenai peran gender. Stereotip peran gender Missouri, AS, yang dipublikasikan dalam Jounal
berarti bagian-bagian yang bersifat umum yang of Experimental Child Psychology,
menggambarkan pandangan dan keyakinan mengemukakan bahwa di sekolah, anak
tentang perempuan dan laki-laki. ada banyak perempuan dan anak laki-laki menggunakan
aspek yang diperhatikan diantaranya adalah pendekatan yang berbeda untuk mengatasi
lingkungan belajar dan respon siswa. Salah satu masalah matematika, seperti aritmetika. Anak
peneliti yaitu yang dilakukan oleh Chaput dan perempuan cenderung menyelesaikan masalah
Dunn (2001) mencoba membahas tentang dengan pendekatan yang lambat namun akurat,
perbedaan pencapaian prestasi belajar antara sebaliknya anak laki-laki mengatasinya dengan
mahasiswa putra dan putri. Hasil utama dari pendekatan yang lebih cepat namun rawan
penelitian tersebut bahwa pria memiliki standar mengalami kesalahan. Pendekatan anak
internal sendiri dalam pencapaian prestasi dan perempuan dalam hal ini memberinya
tidak terlalu terpengaruh oleh lingkungan keuntungan pada masa awal sekolah, namun
belajar yang ada, sedangkan wanita pencapaian pada masa akhir sekolah, anak laki-laki terbukti
prestasi secara signifikan berkaitan dengan bisa melampaui hasil belajar anak perempuan.
lingkungan belajar yang ada. Wanita akan Drew Bailey, seorang peneliti,
merespon jika lingkungan belajar yang ada tidak mengemukakan bahwa perbedaan akurasi
mendukung, misalkan mereka cenderung tidak aritmetika diantara anak laki-laki dan
suka pada dosen yang sibuk dan tidak pernah perempuan timbul dari adanya kemauan untuk
memberikan bimbingan atau feedback, mengambil resiko kesalahan dengan menjawab
sebaliknya pria kurang peduli apakah dosen atau persoalan matematika hanya berdasarkan
sarana belajar yang ada mencukupi atau tidak kemampuan daya ingatnya.
karena mereka punya standar internal sendiri. (http://www.detikHealt.com/31/07/2012/anak-
Santrock (2003) mengungkapkan bahwa laki-laki-lebih-pitar-matematika-karena-tak-
pria akan berprestasi apabila cukup disediakan pernah-takut-salah.htm)
assessment yang bisa digunakan sebagai Anak laki-laki biasanya lebih suka
pembanding dengan standar internalnya, karena langsung mengungkapkan jawabannya sesaat
pria cederung suka berada di lingkungan yang setelah diberi persoalan, meskipun mungkin
kompetitif dan merupakan pesaing yang ulet. kurang akurat. Namun dari waktu ke waktu,
Namun hal ini memang membawa konsekuensi praktik mengingat jawaban ini bisa mendorong
yaitu membuat kondisi belajar mereka menjadi anak laki-laki jauh melampaui anak perempuan
stressful. Apabila mereka sudah berhasil di dalam hal akurasi jawaban. Di sisi lain, anak
arena kompetitif tersebut mereka akan betul- perempuan lebih banyak memberikan jawaban
betul menguasai sehingga mencapai level yang benar, namun cenderung merespon
master. Sebaliknya apabila mereka gagal dalam persoalan secara lebih lambat dan soal yang bisa
22 | Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume IX Edisi 1 2019, hlm 1-108

dijawab pun lebih sedikit. Meskipun begitu, saat ruangnya yang lebih baik (Geary, Saults,
menginjak masa akhir sekolah, anak laki-laki Liu,2000). Dapat disimpulkan siswa laki-laki
jauh lebih banyak memberikan jawaban dengan lebih memungkinkan untuk mempunyai hasil
tingkat kesalahan yang lebih sedikit. belajar yang baik. Begitu juga siswa perempuan
Selanjutnya Marshal (dalam Fauzan dalam mengulang pelajaran dan mengerjakan
1996:32) menunjukkan bahwa, “Anak wanita soal-soal lebih rajin dan tekun.
secara signifikan lebih banyak membuat Berdasarkan hasil observasi penulis pada
kesalahan mengenai ruang, penggunaan rumus SDN Alang Lawas terlihat guru belum melatih
yang tidak relevan dan pemilihan operasi yang siswa menyelesaikan permasalahan dalam
tidak benar. Sedangkan anak pria secara pembelajaran matematika terlihat ketika proses
signifikan banyak membuat kesalahan pada pembelajaran, kegiatan belajar dimulai dengan
hasil akhir perhitungan dan penyimpulan”. mengenalkan rumus - rumus tanpa melibatkan
Amstrong (dalam Fauzan 1996) yang siswa dalam menemukan rumus tersebut,
menyelidiki anak usia 13 tahun menyatakan kemudian dilanjutkan dengan latihan soal-soal
bahwa prestasi belajar siswa wanita dan pria yang mana cara mengerjakannya sama dengan
adalah sama. Pada usia ini siswa wanita lebih langkah-langkah yang dicontohkan guru. Jadi
unggul dalam berhitung dan visualisasi ruang. belum terlihat pembelajaran yang dimulai
Tetapi pada tingkat akhir keadaannya berubah. dengan permasalahan padahal pembelajaran
Siswa pria mencapai hasil yang lebih tinggi dengan permasalahan merupaka bagian integral
daripada wanita dalam pemecahan masalah, dalam pembelajaran matematika. Hal ini
sementara siswa wanita kehilangan diungkapkan dalam NCTM (2000).
keunggulannya dalam berhitung dan visualisasi Selanjutnya dilakukan wawancara dengan
ruang. guru SDN Alang Lawas yang mana gender
Dari penelitian Treagust (dalam Fauzan berpengaruh dalam pembelajaran. Siswa laki-
1996:32) terhadap siswa-siswa kelas 8, 10 dan laki lebih aktif daripada siswa perempuan.
12, ditemukan bahwa On four of six piagetian Siswa perempuan lebih tenang daripada siswa
spatial task, males scored significantly higher laki-laki yang cendrung mudah bosan saat
than female. Male appeared to more highly belajar. Prestasi belajar siswa perempuan lebih
developed spatial structures than females. tinggi daripada siswa laki-laki. Meskipun
Frank B.Mc Mahon (dalam Fauzan 1996) demikian hal ini tidak dapat dikatakan bahwa
menemukan bahwa mulai usia 11 tahun, pria kemampuan pemecahan masalah perempuan
dan wanita cenderung berbeda dalam lebih baik daripada siswa laki-laki karena dalam
kemampuan matematika dan keruangan. Anak proses pembelajaran guru belum melatih siswa
laki-laki lebih unggul dari anak wanita. Hal ini dengan pembelajaran berbasis masalah dan
disebabkan karena perbedaan fisik otak. belum menerapkan evaluasi dengan soal-soal
Apabila prestasi belajar siswa yang yang menguji kemampuan pemecahan masalah.
terintegrasi dengan kemampuan pemecahan Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan
masalah dikaitkan dengan pers-pektif gender, menerapkan model pembelajaran berbasis
dapat ditemukan bahwa siswa laki-laki lebih masalah atau problem based learning (PBL)
aktif, dan mempunyai kepercayaan diri yang untuk mengetahui hubungan antara gender
tinggi, sedangkan siswa perempuan lebih dengan kemampuan memecahkan masalah dan
tanggap secara sosial, pasif, emosional, perbedaan antara kemampuan siswa laki-laki
mengalah dan lemah (Berry, 1999), beberapa dan perempuan dalam memecahkan masalah.
peneliti percaya bahwa pengaruh faktor gender
dalam matematika adalah karena adanya METODE
perbedaan biologis dalam otak anak laki-laki
dan perempuan, bahwa anak perempuan lebih Jenis penelitian ini adalah penelitian
unggul dalam bidang bahasa dan menulis, eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan
sedangkan anak laki-laki lebih unggul dalam rancangan Randomized Control Group Posttest
bidang matematika karena kemampuan Only Design. Pada penelitian ini siswa
Jurusan PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang | 23

dikelompokkan berdasarkan gender, maka Perem


95 37
76, 17,
80 32
56, 16,
terbentuk kelompok laki-laki dan kelompk puan 04 05 68 11
perempuan. Laki-laki sebanyak 16 orang 70, 17, 54, 15,
Total 95 37 80 32
48 91 25 25
perempuan 16 orang dari 32 orang siswa kelas
V SDN 18 Alang Lawas Kota Padang. Sampel
dipilih dengan teknik random sampling dari Pada Tabel 10 terlihat bahwa rata-rata
populasi yang ada. kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang pembelajaran dengan PBL lebih
Tahap dalam penelitian ini terdiri atas tinggi dari rata-rata siswa yang pembelajarannya
persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. dengan konvensional. Nilai rata-rata
Adapun instrumen yang digunakan untuk kemampuan pemecahan masalah matematika
melihat perbedaan kemampuan pemecahan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
masalah siswa laki-laki dan perempuan adalah masing-masing soal secara umum untuk rata-
soal pemecahan masalah. Sebelum dilakukan rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
penelitian terlebih dahulu dilakukan validasi, dengan rata-rata tiap-tiap soal pada kelas
uji coba dan analisis instrumen. Analisis data kontrol.
yang digunakan adalah menggunakan uji Kemampuan pemecahan masalah
variansi (ANAVA) dua arah dengan metoda matematika siswa pada kelas eksperimen dan
unweighted means. kelas kontrol untuk masing-masing soal dirinci
pada Tabel 2 berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Kemampuan Pemecahan Masalah
Setelah serangkaian penelitian selesai Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan
dilaksanakan, selanjutnya dilakukan analisis Kelas Kontrol Untuk Tiap Soal
terhadap data yang diperoleh selama penelitian.
Analisis data dilakukan untuk mengungkapkan Nomor Soal
Kelas
1 2 3 4 5 6
hubungan gender dengan kemampuan Skor 12 12 12 12 12 12
pemecahan masalah matematis. Setelah Eksperi Max
diberikan tes kemampuan pemecahan masalah, -men Skor 2 5 5 1 0 0
maka diperoleh nilai kemampuan pemecahan Min
masalah siswa pada kelas kontrol dan kelas Rata 8,9 9,4 9,1 8,0 6,8 8,3
eksperimen. Perolehan nilai kemampuan -rata 1 7 6 3 8 1
Skor 12 12 12 12 12 12
pemecahan masalah matematika siswa kelas Kont- Max
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada rol Skor 1 0 3 2 0 1
Tabel 1. Min
Rata 6,4 6,1 6,2 6,9 5,5 7,6
Tabel 1. Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah -rata 3 4 6 4 7 3
Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat
pemecahan masalah matematika dipengaruhi
Pemb. dengan oleh pendekatan pembelajaran yang dilakukan
Problem Based Pemb. Konvensional guru. Pendekatan PBL sangat berdampak
Learning ( Kelas ( Kelas Kontrol) positif terhadap kemampuan pemecahan
Eksperimen) masalah matematika siswa.
Gen-
der Si Si Kemampuan pemecahan masalah
Sk Sk Ra Sk Sk Ra
mp mp
or or ta-
.
or or ta-
.
matematika bila ditinjau dari siswa laki-laki dan
Ma M rat Ma M rat perempuan dapat diamati melalui Gambar 1
Ba Ba
ks in a ks in a
ku ku berikut.
Laki- 64, 17, 50, 13,
95 40 68 34
laki 93 50 15 25
24 | Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume IX Edisi 1 2019, hlm 1-108

matematika, hal ini hanya bisa dilakukan jika


permasalahan sudah teridentifikasi dengan
benar. Kerangka berfikir yang diterapkan
kepada siswa untuk dapat mentransfer
Rata-rata

Laki-laki permasalahan ke dalam model matematika


Perempuan
adalah (1) menentukan komponen-komponen
yang terdapat pada permasalahan tersebut dan
komponen-komponen itu dilambangkan dengan
suatu variabel, dan (2) menentukan hubungan
Nomor Soal yang terdapat antar komponen.
Perbandingan hasil penyelesaian soal dari
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 1. Nilai Rata-Rata Kemampuan terlihat bahwa siswa kelas eksperimen
Pemecahan Masalah Siswa Berdasarkan Gender mengerjakan dengan menggunakan model
Pada Masing-Masing Soal. matematika yang tepat dan diselesaikan dengan
Dari Gambar 1 terlihat kemampuan benar. Sedangkan pada kelas kontrol tidak
pemecahan masalah lebih didominasi oleh ditemukan model matematika yang tepat,
perempuan yang mana tiap butir soal, rata-rata bahkan ada sebagian siswa hanya dengan
skor kemampuan pemecahan masalah perkiraan sehingga hasilnya tidak sesuai dengan
perempuan lebih tinggi daripada rata-rata skor pendekatan yang diberikan. Pada penelitin ini
kemampuan pemecahan masalah laki-laki. Hal juga terbukti bahwa siswa yang diberikan model
ini terjadi karena sewaktu pembelajaran dengan PBL memperoleh nilai rata-rata lebih tinggi
metode PBL yang peneliti lakukan, siswa daripada siswa yang tidak diberikan pendekatan
perempuan lebih aktif daripada siswa laki-laki, konvensional. Nilai rata-rata kelas eksperimen
terlihat ketika memecahkan permasalahan adalah 70,48 sedangkan nila rata-rata kelas
kemudian ketika menyajikan hasil karya siswa kontrol 54,12. Pembelajaran dengan model PBL
perempuan mendominasi kegiatan dapat diterapkan dalam mata pelajaran
pembelajaran. matematika dan juga pada mata pelajaran
Pemecahan masalah matematika akan lainnya seperti IPA, IPS, PKN dan lain
mendapat hasil yang diharapkan sangat sebagainya.
ditentukan sejauh mana siswa mengidentifikasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
permasalahan tersebut dengan tepat, karena jika terdapat perbedaan antara hasil belajar
identifikasi masalah tidak tepat maka menggunakan model Problem Based Learning
penggunaan model atau rumus matematika tidak dengan pendekatan kovensional, dan terdapat
benar sehingga hasil yang diharapkan tidak akan perbedaan atara kemampuan pemecahan
bisa ditemukan. Hal ini terbukti dari jawaban matematika siswa laki-laki dan perempuan
siswa kelas eksperimen, bahwa sebagian besar dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
siswa dapat menyelesaikan soal karena mereka
telah mengetahui bagaimana cara Tabel 3. Analisis Ragam Klasifikasi Dua Arah
mengidentifikasi suatu permasalahan. Sumber D
JK KT Fh F
Sedangkan pada kelas kontrol, masih ada Keragaman b
sebagian siswa yang belum dapat Baris
1244,48 1
1244,4
4,704
mengidentifikasi suatu permasalahan bahkan (Gender) 8
ada siswa yang tidak mampu mengidentifikasi Kolom 3,9
(Model 4662,0 17,62 9
suatu permasalahan, sehingga dengan hal Pembelajara
4662,08 1
8 4
tersebut mereka tidak bisa menyelesaikan n)
permasalahan. Interaksi 0,409
108,32 1 108,32
Merumuskan suatu masalah ke dalam 4
model matematika merupakan langkah kedua Antar Sel 16665,3
63 264,52
6
yang harus diikuti dalam pemecahan masalah
Taraf nyata ( 0,05) F tabel = 3,99
Jurusan PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang | 25

Berdasarkan Tabel 3. Dapat disimpulkan matematika siswa. Siswa yang diberi


bahwa, Fhitung > F tabel. Ini berarti pembelajaran dengan model PBL memiliki
kemampuan pemecahan masalah matematika kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang menggunakan model Problem Based yang lebih tinggi dibanding dengan kemampuan
Learning lebih baik daripada siswa yang pemecahan masalah matematika siswa yang
menggunakan pendekatan konvensional. diberi pendekatan konvensional.
selanjutnya terdapat perbedaan kemampuan Perbedaan kemampuan pemecahan
pemecahan masalah antara siswa laki-laki dan masalah matematika terjadi akibat model
siswa perempuan, ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran berbasis masalah menuntun siswa
perhitungan uji F yang mengungkapkan Fhitung dalam menyelesaikan suatu masalah
> F tabel. Dan tidak terdapat interaksi antara matematika yang mereka temukan. Penyelesaian
pendekatan pembelajaran dengan gender dalam masalah matematika dalam pembelajaran PBL
mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah diawali dengan cara mengidentifikasi masalah,
matematika siswa, karena Fhitung < F tabel. merumuskan masalah atau menyusun model
Dari analisis data terlihat tidak terdapat matematika, menerapkan strategi untuk
interaksi antara model pembelajaran dan gender menyelesaikan masalah, menjelaskan dan
dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan menginterpretasikan hasil, serta penggunaan
masalah. Interaksi merupakan suatu matematika secara bermakna. Sedangkan
kebersamaan antar faktor dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah dalam
variabel bebas (Irianto, 2004) jika terdapat pembelajaran konvensional diberikan secara
interaksi berarti efek faktor satu terhadap klasikal dengan metode ceramah dan tanya
variabel terikat akan mempunyai garis yang jawab. Penyelesaian masalah matematika
tidak sejajar (saling berpotongan), jika efek dalam pembelajaran konvensional didominasi
faktor satu terhadap variabel terikat sejajar oleh guru mulai dari awal sampai akhir
maka antara faktor tidak mempunyai interaksi. ditemukannya hasil akhir, siswa hanya bersifat
Untuk melihat apakah terdapat interaksi antara pasif mendengarkan apa yang dijelaskan guru.
model pembelajaran dengan gender dalam Sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006:259)
mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah bahwa,“Pada pembelajaran konvensional siswa
siswa dapat dilihat pada Gambar 2. ditempatkan sebagai obyek belajar yang
Gambar 2. Grafik Interaksi Antara Model berperan sebagai penerima informasi secara
Pembelajaran dengan Gender terhadap pasif”. Berarti peran siswa dalam pembelajaran
Kemampuan Pemecahan Masalah. terbatas hanya pada pendengaran. Gurulah yang
mendominasi kegiatan secara keseluruhan.
Siswa laki-laki dan siswa perempuan
kelas eksperimen setelah diberikan model
pembelajaran PBL memperoleh kemampuan
pemecahan masalah matematika yang berbeda.
Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa laki-laki kelas eksperimen
sebesar 64,93 dan nilai rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa
perempuan sebesar 76,04. Berarti nilai rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika
Dari Gambar 2 terlihat dua garis yang siswa perempuan lebih tinggi dari nilai rata-rata
sejajar. Sehingga dapat disimpulkan tidak kemampuan pemecahan masalah matematika
terdapat interaksi antara model pembelajaran siswa laki-laki. dari hasil tes kemampuan
dengan gender dalam mempengaruhi pemecahan masalah siswa dapat kita lihat
kemampuan pemecahan masalah. penyelesaian masalah dari jawabana siswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan sudah mengikuti langkah-langkah
model PBL memberikan dampak yang positif PBL dimana Siswa sudah dapat memahami
terhadap kemampuan pemecahan masalah
26 | Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume IX Edisi 1 2019, hlm 1-108

masalah dengan baik memilih strategi yang kesimpulan jawaban, tetapi belum terlihat
sesuai dengan permasalahan dan menyelesaikan menyusun rencana penyelesaian, selain itu
permasalahan serta memberikan kesimpulan. siswa juga tidak bisa menggunakan strategi
dapat kita lihat pada Gambar 3 berikut. yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan.
Apabila siswa tidak bisa menggunakan strategi
yang tepat maka proses selanjutnya juga tidak
tepat. Hal ini menandakan kemampuan
pemecahan masalah siswa laki-laki lebih rendah
daripada siswa perempuan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa laki-laki
dan perempuan terdapat perbedaan, berarti
penelitian ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan dalam studi yang dilakukan
University of Missouri, AS, yang dipublikasikan
dalam Jounal of Experimental Child
Gambar 3. Penyelesaian Soal No.5 Psychology, mengemukakan bahwa di sekolah,
siswa perempuan. anak perempuan dan anak laki-laki
menggunakan pendekatan yang berbeda untuk
Dengan memperhatikan jawaban soal mengatasi masalah matematika, seperti
kemampuan pemecahan masalah Gambar 3. aritmetika. Anak perempuan cenderung
Siswa memiliki pemahaman yang baik terhadap menyelesaikan masalah dengan pendekatan
permasalahan, yaitu terlihat dari kelengkapan yang lambat namun akurat, sebaliknya anak
membuat apa yang diketahui dan merumuskan laki-laki mengatasinya dengan pendekatan yang
permasalahan. Siswa mampu memperoleh hasil lebih cepat namun rawan mengalami kesalahan.
yang benar dari strategi yang dipilihnya. Siswa Temuan ini juga sesuai dengan peneliti
menyelesaikan permasalahan dengan baik dan sebelumnya yaitu Yaswardi (2013) yang
membuat kesimpulan dengan benar. membuktikan bahwa kemampuan pemecahan
Berbeda dengan siswa laki-laki belum masalah perempuan lebih baik dari pada
terlihat penyelesaian yang baik dari jawaban ya kemampuan pemecahan masalah laki-laki, dari
ng diberikan Hal ini terlihat dari jawaban tes hasil hipotesis diperoleh thitung sebesar 3,12
akhir salah satu siswa dengan nomor soal yang dan ttabel sebesar 2,04.
sama pada Gambar 4. Interaksi antara model pembelajaran dan
gender dalam mempengaruhi kemampuan
pemecahan masalah tidak terlihat. Hal ini
terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2
terlihat dua garis yang sejajar. (Irianto, 2004)
menjelaskan Jika terdapat interaksi berarti efek
faktor satu terhadap variabel terikat akan
mempunyai garis yang tidak sejajar (saling
berpotongan), jika efek faktor satu terhadap
variabel terikat sejajar maka antara faktor tidak
mempunyai interaksi.
Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran dengan
Gambar 4. Penyelesaian Soal No. 5 gender dalam mempengaruhi kemampuan
siswa laki-laki pemecahan masalah. Ini mengisyaratkan bahwa
pembelajaran dengan model PBL memberi
Pada Gambar 4 terlihat siswa sudah pengaruh yang relatif sama terhadap
memahami masalah , dan juga sudah membuat kemampuan pemecahan masalah, baik siswa
Jurusan PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang | 27

laki-laki maupun siswa perempuan. Artinya Berry,J.W.,Porortinga, Y.H.,Segall,M.H., &


model PBL dapat diterapkan untuk Dasen, P.R. 1999. Psikologi Lintas
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Budaya (Riset dan Aplikasinya).
siswa tanpa harus memperhatikan gender siswa. Terjemahan oleh Edi Suhardono. Jakarta:
Siswa laki-laki maupun siswa perempuan cocok Gramedia Pustaka Utama.
diajar dengan model PBL ini. Dengan kata lain,
model pembelajaran tidak tergantung pada Fauzan, Ahmad. 1996. “Penelusuran
gender dalam mempengaruhi kemampuan Kemampuan Persepsi Ruang Siswa Kelas
pemecahan masalah. 1 SMU di Provinsi Sumatera Barat.” Tesis
Tidak Diterbitkan. Surabaya: Institut
Keguruan dan Ilmu Kependidikan
SIMPULAN Surabaya.
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Terdapat Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan
perbedaan kemampuan pemecahan masalah Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
matematika antara siswa laki-laki dan siswa
perempuan. Heruman. 2012. Model Pembelajaran
Peneliti menyarankan agar menggunakan Matematika Di Sekolah Dasar : Bandung:
sampel yang lebih banyak dan komposisi butir Remaja Rosdakarya.
soal yang seimbang pada semua indikator agar
NCTM. 2000. Principles and Standards for
perbedaan yang tampak pada kedua gender
School Mathematics. Reston,VA:NCTM
lebih signifikan. setelah mengetahui adanya
perbedaan kemampuan pemecahan masalah Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam
pada kedua gender diharapkan guru dapat Pembelajaran Biologi di SMA. Artikel
memberikan perlakuan yang berbeda, agar Seminar Nasional, UNY, Yogyakarta.
dapat memaksimalkan pembelajaran dan (Online). (http:// staff.uny.ac.id/), diakses
menggali potensi siswa secara maksimal. pada 28 Oktober 2018).

Prawironegoro, Praktinyo. 1985. Evaluasi


REFERENSI Belajar Khusus Analisis Soal untuk
Bidang Studi Matematika. Jakarta:
PPLPTK.
Agus Irianto. 2004. Statistika Konsep Dasar,
Aplikasi dan Pengembangannya. Jakarta. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran
Kencana prenada media group. Mengembangkan Profesional Guru.
Jakarta: Rajawali Press.
Amir, M. Taufik. 2010. Inovasi Pendidikan
Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Ruseffendi, dkk. 2006. Pengantar Kepada
Prenata Media Group. Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
(suatu pendekatan praktik). Jakarta: Bandung: Tarsito
Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
Bailey D. 2012. Medindia. Berorientsi Standar Proses Pendidikan.
(http://www.detikHealt.com/31/07/2012/a Jakarta: Kencana Prenada Media
nak-laki-laki-lebih-pitar-matematika-
karena-tak-pernah-takut-salah.htm, Santrock, Jhon W. 2007. Perkembangan Anak,
diakses 3 Februari 2019). Edisi Ketujuh, Jilid Dua. Jakarta:
Erlangga.
28 | Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume IX Edisi 1 2019, hlm 1-108

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Upton, Penney. 2012. Psikologi Perkembangan.
Tarsito. Jakarta:Erlangga.

-------. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran
Mengajar, Bandung: Sinar Baru Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Algesindo. Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sumarmo, Utari. 2003. Pengembangan Model
Pembelajaran Matematika Untuk Widdiharto, R. 2004. Model-Model
Meningkatkan Kemampuan Intelektual Pembelajaran Matematika SMP.
Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan
Laporan Penelitian. Bandung: UPI Dasar dan Menengah PPPG Matematika
Yogyakarta.
Suryadi,Ace dan Ecep Idris. 2004. Kesetaraan
Gender Dalam Bidang Widjajanti, D. B. 2009. Kemampuan
Pendidikan.Ganesindo. Bandung. Pemecahan Masalah Matematis
Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa
Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran dan Bagaimana Mengembang-kannya.
Inovatif Berorientasi Konstruktivistk. (Online). Artikel Seminar Nasional
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Matematika dan Pendidikan Matematika,
UNY, Yogyakarta. (http:// eprints.uny.ac.
Uno, Hamzah., dan Koni, Satria. 2012. id/), diakses pada 19 Desember 2018.
Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai