Gambar ini adalah grafik serapan unsur – unsur hara dari bawang
merah. Grafik ini cukup terkenal dan dijadikan banyak rujukan oleh
para akademisi.
Kita bisa lihat, bahwa semua unsur hara, baik makro maupun mikro
kebutuhannya semakin meningkat semakin tua usia bawang merah.
Kalau dari grafik di atas, jumlah nitrogen untuk bawang merah sampai
di angka sekitar 130 lb/acre atau 145 kg/hektar.
Kemudian kebutuhan total 145 kg kita bagi dengan 7,5 kg. Akhirnya
kita dapat jumlah karungan NPK 19 koma sekian.
Dari sebuah penelitian yang pernah dilakukan di Pakistan [1], kita bisa
mendapatkan gambaran yang cukup bagus bagaimana NPK ini bisa
mempengaruhi hasil bawang.
Hal itu karena jumlah NPK yang di pakai divariasi seperti pada tabel di
bawah ini.
Hasil dari dosis npk di atas adalah semakin tinggi dosis NPK, maka
pertumbuhan dan hasil bawang semakin besar.
Selain itu pupuk urea juga tersedia dalam harga subsidi sehingga
menjadi alternatif yang lebih murah.
Kandungan N pada urea adalah 46%. Jadi, misalnya kita mau pakai
dosis N 120 kg/hektar, kita butuh pupuk urea sebanyak 5 – 6 karung
kemasan 50 kg.
Sebagai sumber P, kita bisa memakai pupuk SP-36. Pupuk ini juga
ada yang bersumsidi dengan kandungan P sebanyak 36%, dan S 5%.
Oleh sebab itu, daripada hanya fokus pada dosis pupuk NPK pada
bawang merah saja, alangkah baiknya kalau kita melihat dosis
pemupukan untuk semua jenis pupuk yang dibutuhkan.
Ke-tiga dosis pupuk NPK untuk bawang merah di atas pernah diriset.
Hasilnya antara 19,4 – 23,45 ton/hektar.
Tapi anehnya, hasil tertinggi tidak diperoleh dari dosis yang paling
tinggi. Yaitu malah dosis NPK 1 yang ditanam pada lahan berpasir.
Semakin tinggi kalium yang diberikan, sisa kalium yang ada pada
lahan lebih tinggi. Begitu juga kandungan kalium yang terdapat pada
tanaman dan umbi bawang merahnya.
Artinya ada faktor lain yang mempengaruhi hasil bawang merah selain
jumlah unsur hara yang diberikan.
Faktor lain yang mungkin akan berpengaruh adalah antara unsur hara
organik dan anorganik. Mari kita bahas.
Ini adalah contoh terong yang saya tanam secara organik (kompos +
tanah) dengan terong hidroponik.
Ukuran daunnya jauh sekali berbeda.
Memang kita tidak bisa memungkiri, bahwa unsur hara dalam pupuk
organik sangat rendah. Secara perhitungan untuk mendapatkan unsur
hara yang sebanding dengan anorganik, kita setidaknya butuh
dosis pupuk kandang minimal 10 kali lipat dari dosis anorganik.
Dan perkembangan tanaman pada fase vegetatif jauh lebih unggul
dengan memakai pupuk organik. Tapi untuk fase generatif, ini yang
menjadi kelemahannya.
Selain gambar terong saya di atas, kita juga akan melihat beberapa
hasil riset antara organik vs anorganik untuk bawang merah.
Meskipun risetnya hanya skala lab saja, saya berharap ini bisa
memberikan informasi yang bermanfaat.
Saya akan melihatnya dengan cara saya. Boleh setuju dan boleh
tidak. Bebas.
Belum tentu. Kita kembali pada bagian sebelum ini bahwa dosis
optimal KCL adalah 150 kg/hektar. Lebih dari itu, menurut penelitian
hasilnya tidak begitu berbeda, bahkan ada yang turun.
Berat umbi segar bawang merah (gram/tanaman)[3]
Pupuk Kandang Urea:TSP:KCl (kg/ha)
Sapi (ton/ha) 00:00:00 125:50:50 250 :100 :100
10 14,84 +0,03 14,87 +1,45 16,32
20 16,09 +1,4 17,49 +2,07 19,56
30 17,73 +2,2 19,93 +3,37 23,3
Rata – rata diameter & berat segar umbi bawang merah [4]
Pupuk Diameter (cm) Berat segar (gram/m2)
Kandang ayam 2,58 1,73
Kandang kambing 2,5 1,5
Kandang sapi 2,24 1,17
Kandang ayam + KCL 2,32 1,53
Kandang kambing +
2,15 1,18
KCL
Kandang sapi + KCL 2,3 1,04
Urea, Sp36 & KCL 2,18 1,23
Nilai tertinggi diperoleh pupuk kandang ayam. Bahkan pupuk Urea,
SP36 dan KCL nilai diameter bawang dan berat segarnya terpaut
cukup jauh.
Tapi kenapa ketika pupuk organik (ayam, kambing dan sapi) di
tambah KCL hasilnya juga tidak lebih baik? Harusnya lebih baik dong,
karena ada tambahan unsur K nya.
Seharusnya, jika memang hara dari pupuk kandang sapi dan kambing
dibawah kandang ayam, penambahan Kcl harusnya bisa
mendongkrak pertumbuhan bawang dong, supaya bisa ngejar nilai
dari kandang ayam.
Hasil dari data ini bisa membuat kita lebih yakin bahwa dengan pupuk
organik saja, hasil bawang merah tidak kalah dengan pupuk
anorganik.
Kuncinya ada pada penyetaraan unsur hara dari pupuk organik yang
digunakan. Pada penelitian ini, nilai N dari kandang ayam, kambing
dan sapi disetarakan dengan kebutuhan N sebanyak 200 kg/hektar.
Nah, dari 20 ton tersebut, Nilai P dan K nya masing – masing adalah
160 kg dan 80 kg.
Cara yang sama bisa kita pakai untuk menghitung NPK dari pupuk
kotoran kambing dan sapi.
Seperti itu kira – kira, dosis pupuk NPK untuk bawang merah, baik
yang organik maupun anorganik
Secara langsung, kita bisa menggunakan air kelapa sebagai pupuk
organik cair. Misalnya kita membeli kelapa dari pasar, karena kita
butuh kelapanya, maka daripada dibuang air kelapanya bisa kita
siramkan ke tanaman.
Tidak akan ada efek negatif dengan hal itu. Malah sebaliknya, kita
bisa memperoleh 2 manfaat utama dari penyiraman air kelapa ini
untuk tanaman.
Pertama adalah air kelapa sebagai sumber hara bagi tanaman. Dan
kedua, air kelapa sebagai sumber ZPT yang mungkin saja masih
berguna untuk tanaman yang sedang tumbuh.
Akan tetapi jika di sekitar kita banyak air kelapa yang dibuang –
buang, kita bisa mengambilnya dan menyimpannya.
Kelebihan pupuk organik dari air kelapa ini ada dua, seperti yang
sudah saya singgung tadi.
Dan, menurut saya, mengetahui kualitas air kelapa tua ini lebih
penting daripada air kelapa muda.
Air kelapa muda memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Manusia
lebih banyak yang membutuhkannya daripada tumbuhan. Oleh karena
itu, meskipun kandungannya sebagai pupuk organik bagus,
persaingan untuk mendapatkannya lebih tinggi.
Jadi, sama – sama berharganya antara air kelapa sebagai ZPT dan
kebutuhan manusia.
Hal ini karena ZPT dari air kelapa muda lumayan tinggi. Dari sumber
ilmiah, berikut adalah data ZPT yang terkandung dalam air kelapa
muda.
Sekarang kita lihat untuk kandungan unsur hara pada air kelapa
muda.
Sebagai pupuk organik cair, kelemahan dari air kelapa ini adalah
kandungan natriumnya. Natrium tidak dibutuhkan oleh tanaman.
Jika kita bandingkan dengan bahan organik cair lain, maka jumlah
unsur hara pada air kelapa masih jauh sekali.
Perbandingan unsur hara air kelapa muda dan bahan organik cair lain
Unsur hara Air kelapa muda Urin kelinci Urin manusia
N 0,043% 4% 15 – 29 %
P 0,01317% 2,8% 2,5 – 5 %
K 0,01411% 1,2% 3 – 4,5 %
Bisa terlihat sangat jauh sekali nilainya jika kita bandingkan dengan
urin kelinci, urin kita sendiri. Sama halnya, kalau kita bandingkan
dengan urin kambing atau urin sapi.
Ini masih dari air kelapa muda, belum air kelapa tua.
Kandungan hara dari air kelapa tua yang pernah diteliti oleh anak ITS
adalah sebagai berikut:
Tapi karena jumlah unsur hara yang terdapat pada air kelapa tidak
terlalu tinggi, jadi perbedaannya tidak banyak.
Untuk membuat pupuk organik dari air kelapa dengan jumlah yang
lebih banyak, perlu adanya penambahan mikroorganisme.
Bahan yang harus disediakan untuk membuat pupuk organik dari air
kelapa adalah:
Referensi
[1] Rivo Yulse Viza dan Arista Ratih. Pengaruh Komposisi Media
Tanam dan ZPT Air Kelapa terhadap Pertumbuhan setek pucuk Jeruk
Kacang (Citrus reticulata Blanco). Jurnal Biologi Universitas Andalas
(J. Bio. UA.) 6(2) – September 2018: 98-106
[3] Felicia, Aileen. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Air
Kelapa Muda (Coccos nucifera L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kedelai (Glycine max L.) Varietas Gamasugen 2. Program Studi
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matemaika Dann Ilmu
Pengeahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Related