Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang memiliki umbi berlapis,

berakar serabut, dengan daun berbentuk selindris, pangkal daun saling membungkus dan

membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan

makanan untuk persediaan makanan bagi tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman

baru, sejak mulai bertunas sampai keluar akarnya (Wibowo, 1998). Umbi bawang merah

terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah

bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Prastyo, 2009)

Bawang merah termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan dan berumur

pendek, oleh karena itu bawang merah ini dapat dijadikan bahan diversifikasi pangan di

Indonesia. Selain itu bawang merah juga merupakan komoditas hortikultura yang

memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar

yang baik.

Menurut Departemen Pertanian (1996), dalam 100 gram umbi bawang merah

mengandung kalori 39 kal; 150 mg protein; 0,30 gram lemak; 9,20 gram karbohidrat; 50

mg vitamin A; 0,30 mg vitamin B; 200 mg vitamin C; 36 mg kalsium; 40 mg fosfor dan

20 gram air.

Dalam perekonomian Indonesia khususnya dibidang hortikultura, bawang merah

memegang peranan penting yang mampu memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap

perkembangan ekonomi wilayah yaitu berkisar Rp. 2,7 triliun/tahunnya. Kebutuhan

masyarakat Indonesia yang tidak bisa lepas dari bawang merah baik sebagai bumbu

pokok masakan atau sebagai penyedap berbagai masakan, maupun untuk keperluan lain

seperti obat-obatan tradisional dan lain-lain, menyebabkan permintaan terhadap


komoditas ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut Dirjen

Hortikultura (2009), kebutuhan bawang merah sebagai konsumsi tahun 2007 mencapai

644.785 ton, tahun 2008 kebutuhan konsumsi 658.347 ton, dan perkiraan tahun 2009

konsumsi 676.045 ton pertahun.

Di Indonesia, bawang merah sudah menjadi salah satu tanaman sayuran yang

menjadi menu utama hampir disetiap masakan dan sering digunakan sebagai penyedap

makanan. Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring

dengan penambahan jumlah penduduk dan daya belinya. Selain itu, dengan

berkembangnya industri makanan jadi, maka akan berpengaruh pula terhadap

peningkatan kebutuhan bawang merah yang digunakan sebagai salah satu bahan

penyedap dalam suatu produk. Banyaknya kegunaan dari bawang merah ini, maka dapat

dipastikan bahwa kebutuhan masyarakat pada bawang merah akan terus meningkat seiap

tahunnya.

Untuk mencukupi tingkat kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah yang

terus meningkat, maka harus diupayakan usaha peningkatan produksi agar kebutuhan

dan permintaan pasar dapat terpenuhi. Berdasarkan kebijakan strategi dan program

pengembangan produksi hortikultura, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura

Departemen Pertanian menetapkan bahwa sasaran produksi bwang merah pada tahun

2001 adalah 883.768 ton, pada tahun 2002 sebesar 945.592 ton, dan pada tahunn 2003

meningkat menjadi 1.023.391 ton dan pada tahun 2004 terus meningkat menjadi

1.105.350 ton

Produksi bawang merah yang dari tahun ketahun terus di usahakan

peningkatannya harus diimbangi juga dengan peningkatan kualitas hasil produksi. Untuk

mencapai tujuan tersebut dapat ditempuh dengan penerapan praktek pertanian yang baik

yaitu dengan usaha ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi dapat dilakukan


dengan memperluas lahan budidaya bawang merah. Salah satu usaha yang dapat

ditempuh yaitu dengan memamfaatkan lahan yang selama ini masih kurang

termanfaatkan, sedangkan intensifikasi dapat ditempuh melalui teknik budidaya secara

initensif.

Dalam budidaya bawang merah, bagian yang sangat menarik perhatian adalah

bagian umbi, karena bagian ini memiliki banyak kegunaan dan bernilai ekonomis. Untuk

menghasilkan bawang merah secara optimal dengan kualitas yang baik, maka diperlukan

teknik budidaya yang tepat. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan

memodifikasi lingkungan tempat tanaman ini tumbuh.

Pertumbuhan dan hasil suatu tanaman dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

tumbuhnya. Salah satu faktor lingkungan tumbuh tersebut adalah tanah, dimana tanah ini

berfungsi sebagai tempat tanaman tumbuh dan sebagai media penyedia unsur hara bagi

tanaman tersebut.

Karena bawang merah merupakan tanaman yang membutuhkan tanah dengan

tingkat kesuburan dan porositas yang baik dalam pembentukan umbi, maka

pencampuran tanah dengan arang sekam merupakan suatu teknik untuk memperbaiki

struktur dan meningkatkan porositas tanah, dimana arang sekam ini memiliki ukuran

partikel yang lebih besar. Penggunaan arang sekam dapat meningkatkan porositas tanah,

sehingga memudahkan pertumbuhan akar tanaman. Penambahan arang sekam juga akan

meningkatkan ketersediaan udara didalam rongga-rongga partikel tanah. Sehingga

dengan adanya penambahan arang sekam ini menyebabkan struktur tanah menjadi lebih

porus dengan tingkat ketersedian oksigen dalam tanah lebih tinggi, menyebabkan

pertumbuhan tanaman lebih baik serta dapat memberikan hasil yang optimum sesuai

dengan potensinya.
Faktor lingkungan lain yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil suatu

tanaman yaitu ketersediaan air. Kekurangan air dapat menyebabkan penurunan hasil

yang hebat bila terjadi pada tingkat pertumbuhan yang kritis (Jackson et al., 1986 dalam

Fernandez et al., 1997). Tanaman yang tumbuh pada kondisi dengan keterbatasan atau

ketersediaan kadar air tanah yang rendah dapat mengalami defisit air sehingga sulit

memberikan hasil sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat terjadi karena

selain berpengaruh langsung terhadap proses fisiologi difisit air juga dapat mengurangi

kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara.

Menurut Saxsena, 1982 dalam Mepagau (2001), penambahan kalium merupakan

salah satu manipulasi teknik budidaya pertanian yang mampu mengurangi permasalahan

cekaman lingkungan karena kekeringan, dimana pupuk kalium ini dapat meningkatkan

ketahanan tanaman terhadap kekeringan. Selain itu penambahan kalium juga akan

meningkatkan tanaman dalam penyerapan unsur hara sehingga akan meningkatkan laju

pertumbuhan tanaman. Ketersediaan kalium yang cukup akan mendorong penetrasi akar

yang lebih dalam sehingga akar dapat mengekstraksi air dari lapisan tanah yang dalam

(Nelson, 1982 dalam Mepagau, 2001). Penambahan kalium juga akan meningkatkan laju

difusi dan sebagai pengatur potensial air dalam sel tanaman sehingga pengaruh yang

merugikan dapat diperkecil, disamping itu penambahan kalium juga dapat berfungsi

sebagai bahan aktif untuk mencegah infeksi jamur. Dengan demikian penambahan

kalium akan meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara, sehingga

pertumbuhan umbi bawang merah menjadi lebih optimal. Hasil penelitian Subhan dan

Nunung. N (2004), melaporkan bahwa pemupukan kalium dapat meningkatkan bobot

basah umbi, bobot kering umbi, diameter umbi dan jumlah siung umbi bawang putih

yang dihasilkan.
Berdasarkan uraian pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang

pengaruh penambahan arang sekam dan pemupukan kalium yang melibatkan proses

pembentukan umbi bawang merah sehingga menghasilkan kualitas yang lebih baik lagi.

Penambahan arang sekam dan pemupukan kalium pada lahan budidaya bawang merah

memungkinkan dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah diajuka, maka

memunculkan beberapa permasalahan, diantaranya :

1. Berapa dosis arang sekam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan

dan hasil bawang merah?

2. Berapa dosis pupuk kalium yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan

dan hasil bawang merah?

3. Adakah interaksi antara dosis arang sekam dan dosis pupuk kalium terhadap

pertumbuhan dan hasil bawang merah?

C. Tujuan

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui dosis arang sekam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap

pertumbuhan dan hasil bawang merah.

2. Mengetahui dosis pemupukan kalium yang memberikan pengaruh terbaik terhadap

pertumbuhan dan hasil bawang merah.

3. Mengkaji adanya interaksi antara dosis arang sekam dan dosis pupuk kalium

terhadap pertumbuhan hasil bawang merah.


D. Mamfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat berupa informasi tentang

pemamfaatan arang sekam dan dosis pemupukan KCl dalam budidaya bawang merah.

E. Hipotesis

Dengan pencampuran arang sekan dan tanah serta dosis pupuk KCl yang

diberikan dalam penelitian ini diduga :

1. Penambahan arang sekam dengan dosis 10 ton per hektar memberikan pengaruh

terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah.

2. Pemupukan kalium dengan dosis 200 kg KCl per hektar memberikan pengaruh

terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah.

3. Terdapat interaksi antara dosis arang sekam dan dosis pupuk kalium terhadap

pertumbuhan dan hasil bawang merah.

Anda mungkin juga menyukai