Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari bahwa kemampuan yang


kami miliki sangat terbatas, akan tetapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyusun maklah ini dengan sebaik-baiknya, sehingga kami berharap ini
dapat berguna bagi mahasiswa yang membaca makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun akan kami terima. Dan akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................4

2.1 Keperawatan Komunitas Lansia..............................................................................4


2.1.1 Defimisi..........................................................................................................4
2.1.2 Tujuan.............................................................................................................6
2.1.3Ruang Lingkup................................................................................................6
2.2 Hipertensi lansia......................................................................................................7
2.2.1 Definisi...........................................................................................................7
2.2.2Etiologi.............................................................................................................7
2.2.3 Faktor Risiko..................................................................................................8
2.2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................10
2.2.5 Patofisiologi....................................................................................................11
2.2.6 Penatalaksana..................................................................................................11

BAB III PROSES KEPERAWATAN..............................................................................13

3.1 Pengkajian...............................................................................................................13
3.2 Analisis Masalah......................................................................................................19
3.3 Diagnosis.................................................................................................................21
3.4 Skoring.....................................................................................................................21
3.5 Prioritas Masalah.....................................................................................................23
3.6 Intervensi Keperawatan...........................................................................................24

BAB IV. PEMBAHASAN.................................................................................................29

4.1 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia dengan Hipertensi...................................29


4.1.1 Sasaran Relaksasi Otot Progresif...................................................................29
4.1.2 Manfaat Relaksasi Otot Progresif..................................................................30

BAB V. PENUTUP............................................................................................................32
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................32
5.2 Saran........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................33

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia dari
tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980
usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang
(5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH
juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia
di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4
tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia
di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1
tahun (KEMENSOS, 2010).
Menua merupakan proses yang alami dalam kehidupan
manusiayang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam
menghadapi pengaruh daridalam maupun dari luar tubuh. Perubahan
tersebut biasanya muncul pada setiap bagian dari tubuh meliputi fisik,
mental, sosial ekonomi dan spiritual. Perubahan terkait usia menyebabkan
timbulnya berbagai masalah yang umumnya terjadi pada lansia. Hal ini
meliputi menurunnya daya fikir, berkurangnya cita rasa, masalah tidur,
gemetar, berkurangnya refleks, berkurangnya penglihatan dan
pendengaran, penyerapan yang kurang (Efendi, 2010).
Berdasarkan survei SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55
tahun 15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59 sebesar
11,6 persen. Dalam penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya
Ujung Pandang ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit
yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi,
jantung koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas
bekerja terganggu (Ilyas : 1997). Demikian juga temuan studi yang
dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor
tahun 1998, sekitar 74 persen lansia dinyatakan mengidap penyakit kronis.
Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut

1
usia, sehingga mereka tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-
hari (Efendi, 2010).
Hipertensi merupakan faktor risiko terbesar penyakit
kardiovaskular. Perkembangan angka kejadian hipertensi di negara maju
dari tahun 1980 hingga 2003 terus menunjukkan peningkatan
(Damasceno, 2009). Sebanyak 73,6 juta orang di Amerika Serikat yang
berusia 20 tahun ke atas menderita hipertensi (Smithburger, 2010).
Diperkirakan 30% dari penduduk Amerika sekitar 50.000.000 jiwa
menderita tekanan darah tinggi dengan persentase biaya kesehatan cukup
besar setiap tahunnya (Depkes RI, 2007). Prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 15.000.000 penduduk yang mengalami hipertensi
(Bustan, 2007) . Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah
9.800,54 kasus (Depkes Jawa Tengah, 2004).
Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan
dibidang kesehatan yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya
adalah keperawatan komunitas lanjut usia. Keperawatan komunitas lanjut
usia merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan para usia lanjut dalam ruang lingkup
komunitas. Semua bentuk pemenuhan kebutuhan usia lanjut dipengaruhi
oleh beberapa karakteristik yang terjadi dalam proses menua termasuk
pemenuhan kebutuhan lansia dengan hipertensi, sehingga penting adanya
proses keperawatan untuk lansia dengan hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dapat di rumuskan adalah bagaimana asuhan
keperawatan dan proses keperawatan komunitas pada lansia dengan
hipertensi.

2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui konsep hipertensi pada lansia.
2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan komunitas lansia dengan
hipertensi.
3. Untuk mengetahui bagamana proses keperawatan komunitas lansia
dengan hipertensi.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi pendidikan keperawatan
Dapat menambah pengetahuan terutama mengenai asuhan
komunitas lansia dengan hipertensi.
2. Bagi masyarakat
Dapat menambah wawasan mengenai hipertensi pada lansia dan
bagaimana mengatasi masalah hipertensi di suatu komunitas.
3. Bagi penulis
Dapat digunakan sebagai latihan bagaimana cara menyusun asuhan
keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Keperawatan Komunitas Lansia
2.1.1 Definisi
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi,
social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga
dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia
(Riyadi, 2007).
Menurut WHO, lansia adalah orang yang memiliki usia diatas 60
tahun (Nugroho, 2006).
Keperawatan Kesehatan Komunitas lansia adalah pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat khususnya lansia
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dapat terjangkau, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/ keperawatan (Efendi, 2010).
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu
tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai
minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal,
kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

4
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat. Menurut Notoatmodjo
pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
b. Proses Kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari
kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang
terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus.
Perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu:
perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat.
Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang
relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Palestin, 2007).
c. Kerjasama atau Kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak
atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif
diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait
dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara
komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian
perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian

5
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi
peningkatan kesehatan masyarakat.
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk
interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya
dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri
untuk membentuk pengetahuan baru.

2.1.2 Tujuan
Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan
masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005). Namun, secara terperinici berikut
adalah tujuan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi:
a. pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan,
b. menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dapat terjangkau
c. melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan kesehatan/ keperawatan
d. optimalisasi kualitas hidup lansia dengan hipertensi di suatu
komunitas dengan menekan angka kesakitan dan mengurangi
gejalanya.

2.1.3 Ruang lingkup


Ruang lingkup pelayanan kesehatan komunitas pada lansia adalah
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat
maupun yang sakit dengan ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada
upaya preventif dan promotif.

6
2.2 Hipertensi lansia
2.2.1 Definisi
Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi di dalam pembuluh
darah arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh (ridwan,
2009). Tekanan darah biasanya dicatat sebagai tekanan sistol dan diastol.
Tekanan darah maksimum dalam arteri disebut tekanan sistolik yang
disebabkan sistol ventrikular. Tekanan minimum dalam arteri disebut
tekanan diastolik yang disebabkan oleh diastol ventrikular ( Jain, 2011).
Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah
(Ridwan, 2009). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik
di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Apabila seseorang memiliki tekanan
darah sistol 140 mmHg dan tekanan darah diastol 90 mmHg atau lebih
yang diukur ketika ia sedang duduk dapat dikategorikan memiliki tekanan
darah tinggi (Ridwan, 2009).

2.2.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, Ridwan (2009) menggolongkan
hipertensi ke dalam tiga golongan yaitu hipertensi esensial, sekunder, dan
maligna.
1) Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik)
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an yang secara
bertahap akan menetap. Hipertensi esensial secara pasti belum diketahui
penyebabnya. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebih, rangsang kopi yang berlebih, rangsang konsumsi tembakau,
obat-obatan, dan keturunan berpengaruh pada proses terjadinya hipertensi
esensial. Penyakit hipertensi esensial lebih banyak terjadi pada wanita
dari pada pria ( C. smeltzer, 2002).

7
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena
gangguan pembuluh darah atau organ tertentu (gray et al, 2009)
mengelompokkan penyebab hipertensi menjadi tiga golongan, yaitu:
a) Penyakit parenkim ginjal
Permasalahan pada ginjal yang menyebabkan kerusakan
parenkim akan menyebabkan hipertensi dan kondisi hipertensi yang
ditimbulkan tersebut akan semakin memperparah kondisi kerusakan
ginjal.
b) Penyakit Renovaskular
Merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan dalam
vaskularisasi darah ke ginjal seperti arterosklerosis. Penurunan pasokan
ginjal akan menyebabkan produksi renin ipsilateral dan meningkatkan
tekanan darah, sering diatasi secara farmakologis dengan ACE Inhibitor.
c) Endokrin
Gangguan aldosteronisme primer akan berpengaruh terhadap
hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rendahnya kadar renin
mengakibatkan kelebihan natrium dan air sehingga berdampak pada
meningkatnya tekanan darah.

2.2.3 Faktor Risiko


Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup yang
tidak aktif (malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang lebih
dalam makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang
memiliki kepekaan untuk diturunkan. Faktor yang mempengaruhi
timbulnya hipertensi :
1) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui
aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat beraktivitas). Peningkatan
aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara

8
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi (Shadine, 2010).

2) Rokok
Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan darah
masih belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan tekanan darah
yang tinggi terhadap risiko kardiovaskuler telah didokumentasikan
secara nyata.
3) Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan
tekanan darah, mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin plasma.
4) Konsumsi Garam Dapur
Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih
kontroversial, tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi, asupan
garam yang banyak menyebabkan peningkatan tekanan darah secara
nyata. Pasien hipertensi hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih
dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium, 6 gram natrium klorida).
5) Aktivitas atau Olahraga
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik untuk
mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk menurunkan
tekanan darah dengan sendirinya (Shadine, 2010).
6) Obesitas
Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana
berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah
jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan
tekanan darah.
7) Jenis Kelamin
Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah yang tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Tekanan darah pria mulai meningkat
ketika usianya berada pada rentang 35-50 tahun. Kecenderungan seorang
perempuan terkena hipertensi pada saat menopause karena penurunan
hormone seks (Ridwan, 2009).

9
2.2.4 Manifestasi Klinis
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak tidak
menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak terdiagnosis dalam waktu
yang lama. Gejala akan terasa secara tiba-tiba saat ada kenaikan tekanan
darah (Jain, 2011).
Manifestasi klinis yang ditimbulkan hipertensi bersifat tidak
spesifik. Sakit kepala merupakan gejala umum yang sering dialami pada
pasien hipertensi. Namun, sakit kepala juga disebabkan oleh beberapa hal
sepeti camas, stres, sulit tidur malam, atau infeksi virus minor sehingga
sakit kepala bukan merupakan manifestasi klinis khas hipertensi. Sesak
nafas juga terjadi pada pasien hipertensi. Sesak nafas pada seseorang
yang menderita hipertensi biasanya terjadi karena kegemukan.
Perdarahan di beberapa bagian tubuh juga merupakan efek hipertensi.
Risiko perdarahan dari arteri ke otak atau retina mata meningkat karena
adanya hipertensi terutama pada pasien dengan usia di atas 50 tahun.
Menstruasi yang berat dan munculnya gejala menopause sering dialami
wanita dengan hipertensi. Manifestasi hipertensi yang lebih serus adalah
perdarahan ke otak yang dapat membunuh seseorang dalam waktu yang
singkat atau menyebabkan kelumpuhan (Jain, 2011).
Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius jika tidak
terkendali karena akan megakibatkan komplikasi yang berbahaya dan
berakibat fatal seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal
(Anies, 2006).
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Klasifikasi Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

Pilihan < 120 < 80


Normal <130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-90
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
( ringan) 160-179 100-109

10
Hipertensi derajat II >180 >110
(sedang)
Hipertensi derajat III
(berat)

Sumber: Tierney, 2002

2.2.5 Patofisiologi
Tekanan darah dapat meningkat melalui beberapa mekanisme.
Pertama, jantung memompa lebih kuat sehingga darah mengalir dengan
kecepatan tinggi setiap detiknya. Kedua, arteri besar mengalami
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga ketika jantung
berdenyut darah harus melewati pembuluh darah yang sempit sehingga
menaikkan tekanan darah. Ketiga, kelainan fungsi ginjal untuk
membuang sejumlah garam dan cairan sehingga meningkatkan volume
darah yang berdampak pada peningkatan tekanan darah (Ridwan, 2009).
Menurut Anies (2006) peningkatan tekanan darah melalui
mekanisme:
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih
banyak cairan setiap detiknya.
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu, darah dipaksa untuk melalui pembuluh darah
yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Penebalan dan
kakunya dinding arteri terjadi karena adanya arterosklerosis. Tekanan
darah juga meningkat saat terjadi vasokonstriksi yang diseabkan
rangsangan saraf atau hormon.
3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan
darah. Hal ini dapat terjadi karena kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang natrium dan air dalam tubuh sehingga
volume darah dalam tubuh meningkat yang menyebabkan tekanan
darah juga meningkat.

11
2.2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah untuk mencegah
komplikasi penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg
dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi
gaya hidup atau dengan obat anti hipertensi (Mansjoer, 2001).
Pengobatan utama hipertensi dengan diuretika, penyekat
reseptor beta-adrenergik, penyakit saluran kalsium, inhibitor ACE
(angiotensin-converting enzyme), atau penyekat reseptor alfa-adernergik
bergantung pada keadaan pasien termasuk mengenai biaya, karakteristik
demografi, penyakit yang terjadi bersamaan, dan kualitas hidup (Pierce
dan Wilson, 2005).

12
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Core
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal dikomunitas
dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum
mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas),
luas wilayah, iklim, type komunitas (masyarakat rural atau urban) keadaan
demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan
komunitas.
2. Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia lansia, jumlah lansiam jenis kelamin,
status perkawinan, ras atau suku , bahasa , tingkat pendapatan, pendidikan ,
produktivitas, masih bekerja atau tidak, agama dan komposisi keluarga.
3. Vital statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang angka kematian kasar atau CDR penyebab
kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
4. Status kesehatan komunitas
Angka mortalitas, morbiditas akibat hipertensi. Kondisi kesehatan lansia dikaji
dengan menganalisis:
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas:
1) Sakit kepala
2) Epistaksis
3) Pusing / migrain
4) Rasa berat ditengkuk
5) Sukar tidur
6) Mata berkunang kunang
7) Lemah dan lelah
8) Muka pucat

13
b. Pemeriksaan fisik
Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasien
hipertensi adalah:
1) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi obesitas dapat berpengaruh
pada tekanan darah.
2) Pemeriksaan nadi
Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut nadi (amplitudo) akan
semakin kecil. Amplitudo yang besar yaitu denyut nadi yang penuh dan teratur
menunjukkan tekanan darah sistolik yang tinggi (arterosklerosis).
3) Suara jantung dan dada
Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan hipertensi telah
mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang disebabkan penumpukan cairan di
paru dapat diketahui melalui pemeriksaan suara dada melalui stetoskop.
4) Suara perut dan leher
Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat menunjukkan penyempitan
arteri yang menuju ginjal, kaki, dan otak.
c. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya peningkatan tekanan darah
setelah dilakukan pengukuran secara berulang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
adalah:
1) Diagnosis tekanan darah
Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling penting untuk mendiagnosis
hipertensi (Jain, 2011). Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan tujuan untuk
memantau tekanan darah apakah masih dalam kondisi normal atau abnormal.
Tekanan sistolik yang melebihi 130 mmHg dan tekanan diastolik yang melebihi
80 mmHg merupakan tekanan darah yang abnormal. Selain itu yang diperhatikan
adalah selisih tekanan sistole dan diastole atau pulse pressure (Ridwan, 2009).
2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
aktivitas jantung.
3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan)

14
Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas tulang serta komposisi tubuh
seperti masa lemak terhadap masa otot. Untuk keperluan hipertensi, alat ini
digunakan untuk mengukur kadar lemak dalam organ tubuh tertentu. Dengan
diketahuinya penumpukan lemak dalam tuubuh dapat membantu pasien dalam
mengontrol berat badan yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
4) Tes Doppler
Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi sirkulasi darah yang
terdistribusi ke seluruh sistem kardiovaskular.
5) Tes Kolesterol
Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan mengganggu sistem kardiovaskular
sehingga akan mempengaruhi tekanan darah seseorang.
6) Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah, gula darah, urea
darah, kreatinin dalam darah, tingkat natrium dan kalium dalam darah.
d. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun terakhir).
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keturunan hipertensi
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi
Konsumsi garam berlebih, lemak, merokok, dan konsumsi kopi.
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
Kurang tidur, tidur malam, dan kualitas tidur
4) Pola eliminasi
5) Pola aktifitas gerak, olahraga
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
7) Status psikososial :
a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
b) Hubungan dengan orang lain
c) Peran di masyarakat
d) Kesedihan yang dirasakan
e) Stabilitas emosi : stress

15
8) Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku
tindakan kekerasan.
9) Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan
perkembangan yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi.
10) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
11) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
12) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi
yang berlebihan, mengkonsusmsi alkohol, penggunaan obat tanpa
resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi
garam, lemak dan purin.

Data lingkungan fisik


1. Pemukiman
a. Luas bangunan
b. Bentuk bangunan        : Rumah, petak, asrama, pavilyun
c. Jenis bangunan            : Permanen, semi permanen, non permanen
d. Atap rumah                  : Genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes
e. Dinding                       : Tembok, kayu, bambu, atau lainnya sebutkan
f. Lantai  : Semen, tegel, keramik, tanah, kayu, atau lainnya  sebutkan.
g. Ventilasi                      : Kurang atau lebih dari 15-20 % dari luas lantai
h. Pencahayaan                : Kurang, baik
i. Penerangan                  : Kurang, baik
j. Kebersihan                  : Kurang, baik
k. Pengaturan ruangan dan perabot  : Kurang, baik
l. Kelengkapan alat Rumah tangga. : Kurang, baik
2. Sanitasi
a. Penyediaan air bersih (MCK).
b. Penyediaan air minum
c. Pengelolaan jamban bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air.
d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

16
e. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah,
bagaimana cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
sebutkan.
f. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan.
g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya sebutkan.
3. Fasilitas
a. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain.
b. Pekarangan
c. Sarana olah raga
d. Taman, lapangan
e. Ruang pertemuan
f. Sarana hiburan
g. Sarana ibadah
4. Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan.
5. Kondisi geografis
Ketinggian, cuaca, suhu, sector pertenin, perikanan, jenis tanah, perairan.
Pelayanan kesehatan dan social
1. Pelayanan kesehatan
a. Lokasi sarana kesehatan
b. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader).
c. Jumlah kunjungan
d. Sistem rujukan
2. Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan).
a. Lokasi
b. Kepemilikan
c. Kecukupan
3. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan
b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.

17
4. Kemanan dan transportasi
a. Keamanan
1) Sistem keamanan lingkungan
2) Penanggulangan kebakaran
3) Penanggulangan bencana
4) Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.
b. Transportasi
1) Kondisi jalan
2) Jenis tranportasi yang dimiliki
3) Sarana transportasi yang ada
5. Politik dan pemerintahan
a. Sistem pengorganisasian
b. Struktur organisasi
c. Kelompok organisasi dalam komunitas
d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
6. Sistem komunikasi
a. Sarana umum komunikasi
b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas.
c. Cara penyebaran informasi
7. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas
b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal).
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c. Jenis bahasa yang digunakan
8. Rekreasi
a. Kebiasaan rekreasi
b. Fasilitas tempat rekreasi

18
3.2 Analisis Masalah
Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang dapat
berbentuk kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data, semua aspek harus
dipertimbangkan karena analisa data perlu menentukan kebutuhan kesehatan
dan dukungan masyarakat serta trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Dalam melakukan analisa data terdapat beberapa langkah antara lain :
pengelompokan data, meringkas, membandingkan dan membuat kesimpulan.
Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan keputusan melalui berpikir
kritis. Oleh karena itu perawat komunitas harus mempelajari dan menguasai
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan tersebut, sehingga perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas.
Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data yang telah
terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang telah terkumpul dapat
berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data dilakukan untuk melihat
masalah kesehatan yang dialami masyarakat  dan untuk mengidentifikasi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Analisa data juga
memberikan informasi tentang kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, system
pendukung dan sumber – sumber yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan
kesehatan.
1. Tahap – tahap analisa data
Analisa seperti beberapa prosedur lain yang kita lakukan, dapat dipandang
sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa langkah atau tahapan. Tahapan
– tahapan yang digunakan untuk membantu melakukan analisa tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Mengelompokan data atau mengkategorikan data
Mengelompokan atau mengkateforikan data sangat membantu kita
dalam melakukan analisa data yang telah dikumpulkan dalam komuntas.
Kategori atau pengelompokan yang biasa digunakan yaitu berdasarkan :
1) Karakteristik demografi ( jumlah anggota keluarga, usia, jenis
kelamin, kelompok rasial dan etnik  dan lain – lain )

19
2) Karakteristik geografi ( batas wilayah, jumlah dan tipe tetangga,
lingkungan tempat tinggal dan jalan
3) Karakteristik sosial ekonomi ( pekerajaan, pendapatan, pendidikan,
rumah sewaan, rumah pribadi )
4) Karakteristik sistem pendukung dan pelayanan kesehatan ( rumah
sakit, klinik, pusat kesehatan mental dan sebagainya.
b. Meringkas
Setelah metode pengkategorian dilakukan, langkah selanjutnya
adalah meringkas atau menyimpulkan data pada masing – masing
kategori yang telah dikelompokan dapat dalam bentuk penghitungan,
table, atau grafik.
c. Membandingkan
Langkah berikutnya setelah data diringkas yaitu langkah
membandingkan data, apakah ada yang menyimpang atau abnormal,
apakah ada data – data yang tidak pantas atau keselahan – kesalahan
saat mengelompokan data sehingga perlu adanya revalidasi data.. data –
data yang diperoleh dari masyarakat dari wilayah binaan, dibandingkan
dengan data data yang sama seperti data yang bersifat kecamatan,
kabupaten , atau nasional.
d. Pengambilan Kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dikelompokan, diringkas dan
dibandingkan. Tahapan paling ahir adalah penarikan kesimpulan yang
logis dari bukti – bukti yang diperoleh yaitu pengambilan kesimpulan
yang mengarah pada pernyataan diagnosa keperawatan. Pada tahap ini
dilakukan sintesa apa yang diketahui perawat tentang komunitas, yaitu ;
apa maksud / arti dari data tesebut.
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan. Tujuan analisis data :
a. Menetapkan kebutuhan komunity

20
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunity
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

3.3 Diagnosis
Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalam interval waktu
tertentu untuk menentukan gejala hipertensi yang dialami seseorang. Diagnosis
ini dilakukan dalam keadaan tanpa pembiusan, tidak sedang mengkonsumsi
kopi, alkohol, serta tidak merokok. Terkadang terdapat kesalahan saat
melakukan diagnosa hipertensi terutama pada wanita lanjut usia karena
penurunan sensitivitas refleks baroreseptor sehingga menimbulkan fluktuasi
dalam tekanan darah (Ridwan, 2009).
Diagnosis yang muncul pada asuhan keperawatan komunitas lansia
dengan hipertensi adalah:
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan
pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan
vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X berhubungan
dengan kelemahan umum.

3.4 Skoring
Skoring bertujuan untuk menentukan diagnose prioritas dalam
proses keperawatan. Scoring dilakukan dengan mempertimbangkan 12 aspek.
1. Gangguan curah jantung pada komunitas lansia di desa X berhubungan
dengan pola hidup yang buruk.
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 3

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

21
4 Minat masyarakat 4

5 Kemungkinan Diatasi 5

6 Sesuai program 4

7 Tempat 4

8 Waktu 3

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 2

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 45

2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan


vasekuler serebral
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

22
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan
kelemahan umum.
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

3.5 Prioritas Masalah


1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan
pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan
vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan
kelemahan umum.

23
3.6 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Sasaran Tujuan Strategi Rencana kegiatan Sumber kriteria hasil Standar
evaluasi

1 Gangguan Komunitas Setelah Health 1. Pendidikan Mahasiswa, - Klien mampu - Respon


hipertensi lansia dilakukan Promotion kesehatan petugas menjelaskan verbal
dengan proses mengenai puskesmas, definisi hipertensi dan
pada
hipertensi keperawatan hipertensi kader - Klien mampu psikomot
komunitas dan selama 2 x 60 - Jelaskan posyandu menjelaskan or
lansia di desa keluargany menit klien definisi lansia, secara singkat
a mampu hipertensi keluarga factor risiko
X
memahami - Jelaskan factor hipertensi
berhubungan konsep risiko - Klien mampu
dengan pola hipertensi dan hipertensi menyebutkan
upaya - Jelaskan upaya minimal 3 upaya
hidup yang
pencegahannya preventif pencegahan
buruk.
hipertensi hipertensi dan
- Jelaskan cara cara mengubah
mengubah prilaku sehat
prilaku pada - Klien mampu
klien yang menjelaskan
dapat secara singkat
mencegah penanganan dini
hipertensi untuk hipertensi

24
- Jelaskan - Klien mampu
penanganan mendemonstrasik
dini untuk an terapi relaksasi
hipertensi otot progresif
- Ajarkan terapi
relaksasi otot
progresif untuk
mengatasi
hipertensi

Komunitas Setelah Group 2. Bentuk Komunitas - Terbentuk Respon


lansia dilakukan Process komunitas peduli lansia komunitas psikomotor
pembinaan hipertensi dengan peduli hipertensi dan afektif
selama 2x120 - Adakan hipertensi, dengan kader
menit, klien sosialisasi kader minimal 5 orang
mampu pembentukan posyandu dan anggota
membentuk komunitas lansia, minimal 15
komunitas peduli petugas orang
peduli hipertensi puskesmas - Tersusunnya
hipertensi - Lakukan suatu tujuan
pengkaderan yang sama
untuk menjadi dalam
perintis komunitas

25
komunitas peduli hipertensi
peduli - Minimal sudah
hipertensi berjalannya 1
- Rintis kegiatan rutin
komunitas
peduli
hipertensi
dengan
merumuskan
tujuan
berdirinya
komunitas dan
kegiatan-
kegiatan yang
akan dijalankan
oleh komunitas
peduli
hipertensi
- Pantau dan
berikan
masukan positif
pada komunitas
peduli
hipertensi

26
Komunitas Setelah Partnership 3. Lakukan inisiasi Komunitas - Terlaksananya Respon
lansia dilakukan dengan pihak lansia, pemerikanan psikomotor
dengan pertemuan puskesmas untuk petugas tekanan darah dan afektif
hipertensi, selama 1x 60 melakukan puskesmas secara rutin
petugas menit dapat kerjasama minimal 1 bulan
puskesmas terjalin pemeriksaan oleh petugas
kerjasama tekanan darah puskesmas
pemeriksaan lansia secara - Terlaksananya
tekanan darah rutin dan minimal 2 upaya
dan upaya kegiatan program
preventif preventif untuk pencegahan
penyakit penyakit hipertensi pada
hipertensi hipertensi komunitas lansia.
secara rutin
kepada
komunitas
lansia dengan
hipertensi

27
Komunitas Empowermen 4. Jelaskan pada Komunitas Respon
lansia t komunitas lansia afektif dan
dengan Setelah lansia dengan dengan Komunitas saling psikomotor
hipertensi dilakukan hipertensi dan hipertensi bekerjasama
pembinaan keluarga dan denganpembagian
selama 1x60 masing-masing keluarga peran untuk
menit peranannya mencegah
diharapkan untuk saling hipertensi
komunitas bekerjasama
mampu mencagah
menjalankan hipertensi
perannya
masing-masing
dalam upaya
pencegahan
hipertensi

28
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia dengan Hipertensi


Pengembangan asuhan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi adalah
dengan melakukan inovasi-inovasi terutama mengenai cara penurunan tekanan darah pada
lansia yang lebih efektif. Contohnya dengan pengembangan riset terapi modalitas atau
dengan pola pengasuhan lansia yang lebih inovatif.
Dalam makalah ini, terapi modalitas yang penulis rekomendasikan adalah terapi
relaksasi otot progresif. Alasannya adalah karena terapi ini tidak memerlukan biaya dan
mudah dilakukan.
Relaksasi Otot Progresif atau Progressive Muscular Relaxation (PMR) yang
diciptakan oleh Dr. Edmund Jacobson lima puluh tahun lalu di Amerika Serikat, adalah
salah satu teknik yang khusus didesain untuk membantu meredakan ketegangan otot yang
terjadi ketika sadar (National Safety Council, 2003).
4.1.1 Definisi Relaksasi Otot Progresif
Merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan
menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi progresif adalah
salah satu cara dari teknik relaksasi yang mengkombinasikan latihan nafas dalam dan
serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu (Davis et al, 1995).
4.1.2 Sasaran Relaksasi Otot Progresif
Empat kelompok otot utama yang menjadi sasaran relaksasi otot progresif
meliputi:
1) Tangan, lengan bawah, dan otot biseps.
2) Kepala, muka, tenggorokan dan bahu, termasuk pemusatan perhatian pada dahi,
pipi, hidung, mata, rahang, bibir, lidah dan leher. Sedapat mungkin perhatian
dicurahkan pada kepala, karena dari pandangan emosional, otot yang paling
penting dalam tubuh anda berada di sekitar area ini.
3) Dada, lambung dan punggung bagian bawah.
4) Paha, pantat, betis dan kaki.

29
4.1.3 Manfaat Relaksasi Otot Progresif
Perasaan tentram dalam tubuh tidak dapat dimiliki bersamaan pada saat
mengalami stress psikologis. Relaksasi progresif dari otot akan menurunkan denyut nadi
dan tekanan darah, juga mengurangi keringat dan frekuensi pernafasan. Relaksasi otot yang
dalam, jika dikuasai dengan baik dapat digunakan sebagai obat anti-ansietas. Menurut
Martha et al (2006), relaksasi otot progresif juga dapat digunakan untuk mengurangi
ketegangan sakit kepala, insomnia, dan managemen nyeri kronis pada inflamasi arthritis.

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan keperawatan
komunitas lansia dengan hipertensi adalah:
a. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan pola hidup
yang buruk.
b. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan vasekuler
serebral
c. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan
kelemahan umum.
2. Salah satu terapi modalitas yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah adalah
terapi relaksasai otot progresif.

B. Saran
1. Hendaknya dilakukan pengembangan dalam intervensi keperawatan komunitas lansia
dengan hipertensi terutama untuk terapi modalitas yang dapat digunakan.
2. Dalam pelaksanaan proses keperawatan komunitas hendaknya klien menjadi subjek,
bukan objek.
3. Hendaknya libatkan keluarga lansia dalam setiap intervensi.
4. Posyandu lansia hendaknya diberdayakan dengan optimal karena sangat membantu dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas lansia.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media Komputerindo

Effendi dan Makhfudi. 2010. Keperawtan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawtan. Jakarta: salemba medika

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 (13th ed). Jakarta: EGC.

Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Kemensos. 2010. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya.


Depsos.go.id

Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Mubarak, W & dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV. Sagumg Seto.

Nugroho, Wahjudi.2006. Komunikasi dalam Keperawat n Gerontik. Jakarta: penerbit Buku


Kedokteran EGC

Pakkenberg BD. 2003. Aging and The human neocortex Exp. Gerontology.

Pierce dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :EGC

Pudjiastututi SS. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC

Ridwan, Muhamad. 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Semarang:
Pustaka Widyamara

Riyadi, sugeng. 2007. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta: EGC

Tiarney, L. M., McPhee, S. J., and Papadakis, M. A. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran :
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Salemba Medika.

32
33

Anda mungkin juga menyukai