Anda di halaman 1dari 17

1.

Jenis jenis struktur organisasi


1.      Struktur organisasi lini
Organisasi Garis/ Lini adalah suatu bentuk organisasi dimana pelimpahan wewenang
langsung secara vertical dan sepenuhnya dari kepemimpinan terhadap bawahannya

2.      Struktur organisasi lini dan staff


Organisasi Lini dan Staf adalah kombinasi dari organisasi lini dan organisasi
fungsional. Pelimpahan wewenang dalam organisasi ini berlangsung secara vertikal
dari seorang atasan pimpinan hingga pimpinan dibawahnya. 
3.      Struktur organisasi fungsional
Organisasi fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor yaitu suatu bentuk organisasi di
mana kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan
di bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan tertentu. 

4.      Struktur organisasi lini dan fungsional


Organisasi Lini dan Fungsional adalah organisasi yang masing-masing anggota
mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. 

 DIREKTUR
Direktur (dalam bentuk jamak disebut direksi atau dewan direksi) kadang disebut
juga jajaran direksi atau dewan/jajaran direktur) adalah seseorang yang ditunjuk untuk
memimpin suatu lembaga perusahaan pemerintah, swasta, atau lembaga
pendidikan Politeknik. Kepemimpinan lembaga perusahaan yang kemudian disebut
instansi Perseroan terbatas (PT), dipimpin oleh Direktur (non-pendidikan).
 MANAJER
manajer adalah orang yang memiliki pengalaman, pengetahuan dan keterampilan
yang baik yang diakui oleh organisasi untuk dapat memimpin, mengelola,
mengendalikan, mengatur serta mengembangkan organisasi dalam rangka mencapai
tujuannya.

 CEO
CEO adalah suatu jabatan eksekutif tertinggi dalam perusahaan yang
bertanggungjawab penuh atas jalannya suatu perusahaan yang dipimpinnya.

 PRESIDEN PERUSAHAAN
Presiden (bahasa Inggris: President) merupakan pemimpin dari sebuah organisasi,
perusahaan, komunitas, klub, serikat dagang, universitas atau kelompok lain. Dalam
sebagian organisasi, jabatan ini diakui secara legal dengan jabatan tertinggi bernama
"pejabat perusahaan" yang posisinya di atas Wakil Presiden (seperti Direktur
dan Direktur Eksekutif). Presiden dapat menjabat pula sebagai ketua umum. 
2. Definisi golongan BUMN dan NON BUMN
- BUMN
Akomodasi dan penyediaan makanan dan minuman
 PT Hotel Indonesia Natour (Persero)
Industri pengolahan
 PT Balai Pustaka (Persero)
 PT Barata Indonesia (Persero)
 PT Batan Teknologi (Persero)
 PT Boma Bisma Indra (Persero)
 PT Bio Farma (Persero)
 PT Dahana (Persero)
 PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero)
 PT Garam (Persero)
 PT Industri Gelas (Persero)
 PT Industri Kapal Indonesia (Persero)
 PT Indofarma (Persero) Tbk.
 PT Industri Kereta Api (Persero)
 PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero)
 PT Industri Sandang Nusantara (Persero)
 PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
 PT Kertas Kraft Aceh (Persero)
 PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero)
 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
 PT LEN Industri (Persero)
 PT PAL Indonesia (Persero)
 Perum Percetakan Uang Republik Indonesia
 PT Pindad (Persero)
 Perum Percetakan Negara Republik Indonesia
 PT Primissima (Persero)
 PT Dirgantara Indonesia (Persero)
 PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero)
 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
 PT Semen Kupang (Persero)
Informasi dan telekomunikasi
 Perum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara
 Perum Produksi Film Negara
 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
 PT Explore Media Indonesia (Persero) Tbk.
Jasa keuangan dan asuransi
 PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero)
 PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
 PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero)
 PT Bahana PUI (Persero)
 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
 PT Danareksa (Persero)
 Perum Jaminan Kredit Indonesia
 PT Jasa Raharja (Persero)
 PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)
 PT Asuransi Jiwasraya (Persero)
 PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero)
 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
 PT PANN Multi Finance (Persero)
 PT Pegadaian (Persero)
 PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
 PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero)
 PT Reasuransi Umum Indonesia (Persero)
 PT Taspen (Persero)
Jasa profesional, ilmiah, dan teknis
 PT Bina Karya (Persero)
 PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero)
 PT Energy Management Indonesia (Persero)
 PT Indah Karya (Persero)
 PT Indra Karya (Persero)
 PT Sucofindo (Persero)
 PT Survai Udara Penas (Persero)
 PT Surveyor Indonesia (Persero)
 PT Virama Karya (Persero)
 PT Yodya Karya (Persero)
Konstruksi
 PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
 PT Amarta Karya (Persero)
 PT Brantas Abipraya (Persero)
 PT Hutama Karya (Persero)
 PT Istaka Karya (Persero)
 Perum Pembangunan Perumahan Nasional
 PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
 PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
 PT Nindya Karya (Persero) Tbk.
Pengadaan air, pengelolaan sampah, dan daur ulang
 Perum Jasa Tirta I
 Perum Jasa Tirta II
Pengadaan gas, uap, dan udara dingin
 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Perdagangan besar dan eceran
 PT PP Berdikari (Persero)
 Perum Bulog
 PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero)
 PT Sarinah (Persero)
Pertambangan dan penggalian
 PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)
 PT Pertamina (Persero)

Pertanian, kehutanan, dan perikanan


 Perum Kehutanan Negara
 Perum Perikanan Indonesia (Perum Perindo)
 PT Perikanan Nusantara (Persero)
 PT Pertani (Persero)
 PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
 PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)
 PT Sang Hyang Seri (Persero)
Real estate (lahan yasan)
 PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero)
 PT Indonesia Tourism Development Corporation (Persero)

Transportasi dan pergudangan


 Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia
 PT Angkasa Pura I (Persero)
 PT Angkasa Pura II (Persero)
 PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)
 PT Bhanda Ghara Reksa (Persero)
 Perum DAMRI
 PT Djakarta Lloyd (Persero)
 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
 PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
 PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero)
 PT Kereta Api Indonesia (Persero)
 PT Kawasan Industri Medan (Persero)
 PT Kawasan Industri Makassar (Persero)
 PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (Persero)
 PT Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (Persero)
 PT Pelabuhan Indonesia I (Persero)

PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)

PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)

PT Pos Indonesia (Persero)

 Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta


 PT Varuna Tirta Prakasya (Persero)
Kepemilikan Patungan/Minorita
 PT Socfindo
 PT Asean Bintulu Fertilizer
 PT Surabaya Industrial Estate Rungkut
 PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung
 PT Rekayasa Industri
 PT Prasadha Pamunah Limbah Industri
 PT Atmindo
 PT Intirub
 PT Jakarta International Hotels Development Tbk.
 PT Kertas Blabak
 PT Kertas Basuki Rachmat
 PT Indosat Tbk.
 PT Bank Bukopin Tbk.
Bekas
PT Bahtera Adhiguna, beralih status menjadi anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero).
 PT Industri Soda Indonesia (Persero), ditutup sejak tahun 2008.
 PT Bank Ekspor Indonesia (Persero), beralih status menjadi Lembaga Pembiayaan
Ekspor Indonesia.
 PT Merpati Nusantara Airlines, berhenti beroperasi sejak tahun 2014 kemudian
kembali beroperasi tahun 2019, dan beralih status menjadi PT. Intra Asia Corpora
 PT Perkebunan I (Persero), beralih status menjadi PT Perkebunan Nusantara I
(Persero).
 PT Perkebunan II (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara II (Persero).
 PT Perkebunan III (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan IV (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan V (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan VI (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).
 PT Perkebunan VII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara IV
(Persero).
 PT Perkebunan VIII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara IV
(Persero).
 PT Perkebunan IX (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara II (Persero).
 PT Perkebunan X (Persero). dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero).
 PT Perkebunan XI (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII
(Persero).
 PT Perkebunan XII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII
(Persero).
 PT Perkebunan XIII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII
(Persero).
 PT Perkebunan XV-XVI (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara IX
(Persero).
 PT Perkebunan XVIII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara IX
(Persero).
 PT Perkebunan XIX (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara X
(Persero).
 PT Perkebunan XX (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara XI
(Persero).
 PT Perkebunan XXI-XXII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara X
(Persero).
 PT Perkebunan XXIII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara XII
(Persero).
 PT Perkebunan XXIV-XXV (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara XI
(Persero).
 PT Perkebunan XXVI (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara XII
(Persero).
 PT Perkebunan XXVII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara X
(Persero).
 PT Perkebunan XXVIII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara XIV
(Persero).
 PT Perkebunan XXIX (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara XII
(Persero).
 PT Perkebunan XXXI (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VII
(Persero).
 PT Perkebunan XXXII (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara XIV
(Persero).
 PT Bina Mulya Ternak (Persero), dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara XIV
(Persero).
 PT Perikanan Samodra Besar (Persero), dilebur menjadi PT Perikanan Nusantara
(Persero).
 PT Perikani (Persero), dilebur menjadi PT Perikanan Nusantara (Persero).
 Perjan Radio Republik Indonesia, sejak tahun 2005 beralih status menjadi lembaga
penyiaran publik.
 Perjan Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, sejak tahun 2005 beralih status
menjadi badan layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, sejak tahun 2005 beralih status
menjadi badan layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Dr. Kariadi, sejak tahun 2005 beralih status menjadi badan
layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Dr. M. Djamil, sejak tahun 2005 beralih status menjadi badan
layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin, sejak tahun 2005 beralih status
menjadi badan layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Dr. Sardjito, sejak tahun 2005 beralih status menjadi badan
layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, sejak tahun 2005 beralih status
menjadi badan layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Fatmawati, sejak tahun 2005 beralih status menjadi badan
layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Hasan Sadikin, sejak tahun 2005 beralih status menjadi badan
layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, sejak tahun 2005
beralih status menjadi badan layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Kanker Dharmais, sejak tahun 2005 beralih status menjadi badan
layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Persahabatan, sejak tahun 2005 beralih status menjadi badan
layanan umum.
 Perjan Rumah Sakit Sanglah, sejak tahun 2005 beralih status menjadi badan layanan
umum.
 Perjan Televisi Republik Indonesia, sejak tahun 2005 beralih status menjadi lembaga
penyiaran publik.
 PT Tirta Raya Mina (Persero), dilebur menjadi PT Perikanan Nusantara (Persero).
 PT Usaha Mina (Persero), dilebur menjadi PT Perikanan Nusantara (Persero).
 PT Inhutani I (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan Perum Perhutani.
 PT Inhutani II (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan Perum Perhutani.
 PT Inhutani III (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan Perum Perhutani.
 PT Inhutani IV (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan Perum Perhutani.
 PT Inhutani V (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan Perum Perhutani.
 PT Perkebunan Nusantara I (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara II (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara V (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara VI (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara VII (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara X (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara XI (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero).
 PT Jamsostek (Persero), beralih status menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
 PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero), beralih status menjadi BPJS Kesehatan.
 PT Sarana Karya (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk.
 PT Pengerukan Indonesia (Persero), beralih status menjadi anak perusahaan PT
Pelabuhan Indonesia II (Persero).
 PT Pradnya Paramita (Persero), dileburkan ke dalam PT Balai Pustaka (Persero).
 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk., beralih status menjadi anak perusahaan PT
Indonesia Asahan Aluminium (Persero)
 PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk., beralih status menjadi anak
perusahaan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)
 PT Timah (Persero) Tbk., beralih status menjadi anak perusahaan PT Indonesia
Asahan Aluminium (Persero)
 PT Kertas Leces (Persero), dinyatakan bangkrut per 25 September 2018.

-BUMS
 PT XL Axiata, bidang operator telekomunikasi seluler
 PT Bank Central Asia, bidang perbankan
 PT Pupuk Kaltim, bidang perpupukan, petrokimia, dan kimia
 PT Holcim Indonesia, bidang produksi semen
 PT Unilever Indonesia, bidang produsen kebutuhan rumah tangga
 PT Krakatau Steel, bidang produksi baja
 PT Indofood Sukses Makmur, bidang makanan dan minuman
 PT Panasonic, bidang elektronik dan teknologi
 PT Aneka Elektrindo Nusantara, bidang elektronik
 PT Visindo Global Teknologi, bidang telekomunikasi
 PT Exxon Company, bidang minyak dan gas bumi
 PT Honda Prospect Motor, bidang penjualan otomotif
 PT Union Metal, bidang produksi bahan bangunan
 PT Lion Air, bidang transportasi penerbangan
 PT Media Nusantara Citra, bidang televisi dan hiburan
 PT Astra Internasional, bidang perakitan dan distribusi mobil
 PT Maspion, bidang pemasaran dan manufaktur
 PT Santos Jaya Abadi, bidang produksi kopi
 PT Campina Ice Cream Industry, bidang produsen es krim
 PT Ghobel Dharma Nusantara, bidang penjualan elektronik
 PT Tirta Investama, bidang produksi air mineral
 PT Fastfood Indonesia, bidang restoran dan makanan cepat saji
 PT Agung Podomoro Group, bidang pengembang properti
 PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, bidang otomotif
 PT Freeport Indonesia, bidang pertambangan

Jenis – Jenis Bisnis Ritel Berdasarkan Klasifikasinya


1. Skala Usaha
Terdapat dua macam ritel berdasarkan skala usahanya yaitu ritel besar dan ritel kecil.
 Ritel Besar
Merupakan pengecer yang menyediakan barang yang dijualnya dalam jumlah besar.
Contoh dari jenis ritel ini yaitu department store, supermarker, hyper market, general
store dan chain store. Atau store yang termasuk kedalamodern trade
 Ritel Kecil
Biasa disebut juga dengan ritel atau pengecer tradisional dimana barang yang dijual
biasanya dalam jumlah yang kecil. Ritel jenis ini dibagi lagi menjadi dua kategori yaitu
ritel kecil berpangkal seperti kios atau pedagang kaki lima yang menetap dan ritel kecil
tidak berpangkal seperti pengecer yang menjajakan barang dagangannya secara
berkeliling seperti penjual sayuran sepeda. 

2. Corporate Chain
Contoh dari bisnis retail ini ialah Matahari Group, Robinson Group, Ramayana Group
dan lain sebagainya. Dari namanya kita bisa memahami bahwa ritel jenis ini merupakan
ritel yang dimiliki oleh group. Ritel jenis corporate chain memanglah ritel yang terdiri
atas dua atau lebih bisnis namun saling berhubungan yang dimiliki oleh suatu kelompok
atau beberapa individu pemegang saham.

3. Produk/Jasa yang Dijual


Berdasarkan kriteria produk atau jasa yang dijual, jenis bisnis ritel dapat dibagi menjadi
dua yaitu sevice retailing dan product retailing. Apa saja perbedaan keduanya? Berikut
penjelasannya:
4. Service Retailing
Ini merupakan jenis ritel dimana produknya berupa jasa atau layanan yang langsung
kepada konsumen. Service Ritelling dapat dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu:
 Rented Goods Service
Merupakan jenis ritel yang menyewakan barang (menjual jasa) dimana kepemilikan
terhadap barang tersebut tetap berada pada tangan retailer, contohnya seperti sewa
apartemen, sewa CD, rental mobil dan lain sebagainya.

 Owned Goods Service


Ritel jenis ini biasanya merupakan ritel yang memberikan pelayanan (jasa) untuk
perbaikan dan modifikasi barang miliki pelanggan. Kepemilikan barang berada
sepenuhnya pada pelanggan, pengusaha ritel jenis ini hanya bertugas memperbaiki dan
modifikasi. Contoh dari ritel jenis ini yaitu bengkel sepeda, bengkel motor, reparasi
komputer dan lain sebagainya.)
 Non-goods Service
Ritel ini menawarkan jasa personal yang bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik)
seperti jasa supir travel, tour guide, tukang cukur, pengasuh bayi dan lain sebagainya. 

5. Product Retailing
Merupakan jenis ritel yang menjual berbagai produk berupa barang kebutuhan. Ritel jenis
ini terbagi lagi menjadi empat jenis, yaitu

 Toko Serba Ada (Toserba/ Department Store)


Perusahaan eceran yang biasanya menawarkan pakaian, produk dan peralatan rumah
tangga dan mempekerjakan sedikitnya 25 orang dalam perusahaannya.
 Food and Drug Retailer
Ritel yang menawarkan produk berupa makanan dan obat-obatan ini terbagi menjadi tiga
jenis utama lagi yaitu pasar swalayan (supermarket) dan superdrug store, convenience
store serta combination store.
 Pasar swalayan dan superdrug store
ritel atau toko-toko besar yang menjual makanan ataupun obat-obatan dalam jumlah besar
dan harga yang rendah.
 Convenience store
Ritel swalayan mini yang menjual produk kebutuhan sehari-hari yang biasanya berlokasi
disekitaran tempat pemukiman penduduk dan buka 24 jam seperti alfamart dan indomart
 Combination store
Dalam strategi penetapan harga dan praktik-praktik operasinya, ritel jenis ini mirip
dengan superdrug store namun ritel ini lebih besar.

6. Teknik Pemasaran (Marketing) Produk


Seiring dengan perkembangan teknologi maka teknik pemasaran (marketing) pun
mengalami perubahan yaitu secara in store retailing (dalam toko) maupun non store
retailing (non toko) menggunakan sistem jemput bola, langsung menemui konsumen.

 In Store-Retailing
Penjualan dan transaksi terjadi secara langsung di dalam toko atau warung. Terdapat 3
kategori lagu untuk ritel jenis ini yaitu specialty merchandisers, general merchandisers,
dan mass merchandisers.
 Non Store-Retailing
Merupakan ritel non-toko yang menjual produk dan jasanya dengan memakai media
selain toko. Contoh dari non store retailing ialah vending machines, direct selling, mail
order retailing dan teknik-teknik elektronik.

KEGAGALAN 7-ELEVEN
7-Eleven resmi ditutup karena beberapa alasan, salah satunya adalah keterbatasan sumber
daya yang dimiliki Perseroan dalam menunjang kegiatan operasional toko.

Ekspansi Secara Cepat & Agresif


Chandra Wijaya, sebagai Direktur Keuangan Modern Internasional menyadari bahwa
ekspansi gerai 7-Eleven dilakukan terlalu cepat di awal. Ekspansi yang dilakukan oleh 7-
Eleven dibiayai oleh pinjaman sehingga dana yang seharusnya dapat digunakan untuk
operasional bisnis justru digunakan untuk membayar pinjaman beserta bunga yang
jumlahnya sangat signifikan. Hal ini tentu dapat mengganggu modal kerja.
 Biaya Operasional Berlebih
Sebelum memulai bisnisnya, 7-Eleven telah melakukan pembayaran sewa tempat untuk
5-10 tahun ke depan, di mana biaya tersebut telah mereka bayarkan di muka. Tak hanya
itu, 7-Eleven juga melakukan renovasi besar-besaran untuk mengikuti standar 7-Eleven
Inc. Hal ini tentu memberikan dampak negatif bagi arus kas perusahaan, yaitu modal
yang seharusnya digunakan untuk biaya operasional justru terpakai di awal untuk biaya
sewa yang seharusnya dapat dibayarkan per bulan atau per tahun.
 Pembengkakan Laporan Keuangan
Beban biaya operasional membengkak dalam laporan keuangan 7-Eleven. Menurut
laporan keuangan konsolidasian MDRN, pada kuartal 1 2017 7-Eleven mengalami
kerugian hingga Rp447,9 miliar. Di mana pada kuartal 1 2016, 7-Eleven masih
mendapatkan laba sebesar Rp21,3 miliar.
 Daya Beli Menurun
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengaku bahwa pada lebaran 2017 lalu telah
terjadi penurunan daya beli masyarakat yang disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat
yang semakin cerdas dalam menggunakan uangnya. Ditambah lagi kompetitor 7-Eleven
yang semakin menyebar dan menawarkan bisnis serupa dengan harga yang lebih murah.
Hal ini semakin membuat 7-Eleven ditinggalkan oleh pelanggannya.

KEGAGALAN STARBUCKS
terlalu banyaknya jumlah toko serta harga jual produk terlampau tinggi.

PERBEDAAN STRUKTUR PERUSAHAAN RITEIL DAN NON RITEIL

 RITEIL

 NON RITEIL

Anda mungkin juga menyukai