Anda di halaman 1dari 11

KEKUATAN GESER TANAH

9.1 KONSEP-KONSEP DASAR


Kekuatan tanah berbeda dengan bahan bangunan lain (baja, beton, kayu, dsb.)
dalam dua aspek penting berikut ini:
1. Pada tanah, hanya kekuatan geser yang perlu diperhatikan. Dalam rekayasa
geoteknik, seperti analisis daya dukung fondasi, tekanan tanah pada dinding
penahan dan kemantapan lereng bergantung hanya pada kekuatan geser tanah.
Cara keruntuhan pada keadaan-keadaan ini diperlihatkan pada Gambar 9.1.
Cara ini akan dibahas secara lebih mendalam pada Bab 11 sampai dengan Bab
14. Pada semua kasus tersebut, keruntuhannya disebabkan oleh gerakan geser
pada bidang tertentu di dalam tanah. Pada cara keruntuhan ini, kekuatan tekan
atau kekuatan tarik tidak berpengaruh sama sekali.
2. Kekuatan geser tanah tidak tetap pada jenis tanah tertentu. Pada kedalaman
yang besar, umumnya tanah lebih kuat daripada di permukaan. Pada urugan,
lapisan bawahnya lebih kuat daripada lapisan teratas. Hal ini karena kekuatan
geser tanah bergantung pada tegangan. Selanjutnya, kekuatan geser tanah dapat
juga bertambah dengan berjalannya waktu, mungkin disebabkan oleh pengaruh
alam seperti curah hujan atau pengaruh kegiatan manusia pada lereng Karena
keadaan ini, kekuatan geser tanah harus dinyatakan cara yang
memperhitungkan hal-hal tersebut.

9.1.1 Rumus Umum untuk Kekuatan Geser Tanah

Rumus kekuatan geser tanah yang dipergunakan secara umum pada masa
sekarang adalah:

s = c' + (σ - u) tan Φ' (9.1)

atau

s = c' + σ 'tan Φ'

dimana s = kuat geser atau perlawanan geser


σ = tegangan normal total pada bidang geser

u = tekanan air pori pada bidang geser

σ'= tegangan normal efektif pada bidang geser

c' = kohesi menurut keadaan tegangan efektif

Φ'= sudut ketahanan geser (juga disebut “sudut gesekan”)

menurut keadaan tegangan efektif.

Parameter c' dan σ' biasanya dinamakan parameter kekuatan geser menurut


tegangan efektif. Persamaan 9.1 juga dinamakan kriteria keruntuhan Mohr-
Coulomb. Jika tegangan geser pada suatu bidang di dalam tanah melampaui nilai
yang diberikan pada Persamaan 9.1, maka akan terjadi gerakan geser pada bidang
tersebut.
Parameter c' dan σ' dapat dikatakan tidak bergantung pada cara mengukurnya dan
dapat dianggap tetap pada suatu jenis tanah pada keadaan tertentu (misalnya
keadaan asli setempat). Kekuatan geser menurut Persamaan 9.1 dapat dianggap
terdiri atas dua bagian:
(a) Komponen kohesif (c'), yang disebabkan oleh ikatan antara butiran tanah dan
nilainya dapat dianggap tetap pada jenis tanah tertentu.
(b) Komponen “gesekan” (σ' tan Φ'), yang bergantung pada tegangan normal
efektif yang bekerja tegak lurus pada bidang geser. Komposisi sebenarnya
dari komponen ini masih dipersoalkan karena tidak seluruhnya berasal dari
gesekan. Namun, karena komponen ini sebanding dengan tegangan normal,
maka logis jika dianggap sebagai komponen gesekan.

9.1.2 Kekuatan Geser Tak Terdrainasi (Su)


Ini adalah kasus khusus, dan seperti diterangkan dalam Bab 6, mengacu pada
keadaan dimana tidak terjadi perubahan kadar air di dalam tanah baik pada
keadaan lapangan maupun pada pengukuran kekuatan geser di laboratorium. Jika
tanah tak terdrainasi, dan jenuh sepenuhnya, tidak terjadi perubahan volume, yang
berarti tidak terjadi perubahan tegangan efektif. Sesuai dengan Persamaan 9.1 di
atas, tidak terdapat perubahan pada komponen gesekan dari kekuatan sehingga
kekuatan tetap sama. Jadi, dalam keadaan ini kekuatan geser tidak dipengaruhi
oleh perubahan tegangan total pada tanah.
Menurut keadaan tegangan total (keadaan tidak terdrainasi), tanah berperilaku
seakan-akan sudut gesernya nol. Karena hal ini, keadaan tak terdrainasi sering
disebut kasus Φ = 0. Penting kita memahami bahwa kasus Φ = 0 ini hanya timbul
apabila terdapat dua faktor yang penting yaitu:
(a) Tanah jenuh air
(b) Keadaan tak terdrainasi
Kasus Φ = 0 tidak bergantung pada jenis tanah; hasil yang berlaku untuk
lempung dan pasir, asalkan kedua syarat di atas terno Namun, seperti yang akan
kita lihat nanti, kasus Φ = 0 memiliki hi yang praktis hanya pada lempung dan
lanau. Kasus tersebut tidak hubungan praktis pada tanah berbutir kasar. Analisis
kekuatan terdrainasi berarti analisis menurut tegangan total saja, karena perilaku
tanah tak terdrainasi berkaitan langsung hanya dengan tegangan total.

9.1.3 Hubungan Antara Kekuatan Tegangan Efektif dan Kekuatan Tak


Terdrainasi
Kekuatan geser menurut tegangan efektif dan tegangan total diperlihatkan secara
grafis pada Gambar 9.2. Gambar 9.2(a) menunjukkan tegangan yang terjadi pada
bidang geser (atau bidang keruntuhan) dalam massa tanah. Tegangan normal total
(σ) terdiri atas dua bagian-tekanan air pori (u) dan tegangan efektif (σ'). Kekuatan
geser (s) bekerja sepanjang bidang geser. Gambar 9.2(b) menunjukkan garis
keruntuhan Mohr-Coulomb (Persamaan 9.1). Untuk memperoleh kekuatan geser
pada bidang geser menurut tegangan efektif, kita memplot tegangan efektif, σ',
dan membaca kekuatan pada titik A. Kekuatan ini juga menjadi kekuatan
terdrainasi pada bidang ini, asalkan tanah mengalami geser secara perlahan-lahan
dimana tekanan pori yang dihasilkan oleh proses geser akan menghilang seiring
dengan terjadinya pergeseran.
Keadaan yang berkaitan dengan kuat geser tak terdrainasi pada yang sama lebih
rumit. Kekuatan tak terdrainasi adalah kekuatan bidang ketika tanah mengalami
pergeseran hingga runtuh dalam keadaan tak terdrainasi. Pembebanan semacam
ini dapat dilakukan di lapangan (dengan banyak kesukaran) atau di laboratorium.
Selama terjadinya pergeseran tak terdrainasi ini, tekanan pori akan berubah;
perubahan ini disimbolkan dengan Au. Dengan demikian, tegangan efektif pada
bidang keruntuhan juga berubah, disimbolkan σ', pada Gambar 9.2(b). Tegangan
tak terdrainasi kemudian ditunjukkan oleh titik B pada garis keruntuhan Mohr-
Coulomb; nilainya sebesar su.
Perubahan tekanan air pori ketika terjadi pergeseran tidak selalu positif.
Perubahan tersebut dapat pula negatif. Dalam hal ini, tegangan efektifnya akan
naik sehingga kekuatan geser tak terdrainasi menjadi lebih besar sesuai dengan
titik baru pada garis keruntuhan Mohr-Coulomb. Jadi, kekuatannya lebih besar
daripada kekuatan pada titik A. Ada dua keadaan dimana kekuatan menurut
tegangan efektif dan kekuatan tak terdrainasi akan sama:
1. Ketika tanah pada titik mendekati keruntuhan, yaitu saat tegangan geser pada
bidang sudah sama dengan kekuatan yang ada. Pada kasus ini tidak ada
tegangan tambahan yang dibutuhkan untuk menyebabkan keruntuhan sehingga
tidak terjadi perubahan pada tekanan air Bishop dan Bjerrum (1960)
menjelaskan hal yang sama akibat analisis keadaan keruntuhan pada
pemotongan tanah secara vertikal.
2. Ketika tekanan air pori tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan selama
proses pergeseran, yang hanya terjadi pada keadaan luar biasa. Konsep ini akan
menjadi lebih jelas nanti pada bagian mengenai pengukuran kekuatan geser.
Sebagai rangkuman, hal-hal penting di bawah ini sebaiknya diperhatikan
(a) Kekuatan tak terdrainasi dari elemen tanah umumnya tidak sama dengan
kekuatan yang ditentukan dengan memakai tegangan efektif pada tanah. Nilai
dari kekuatan tak terdrainasi dan tegangan efektif hanya akan sama apabila
tanah berada pada titik mendekati keruntuhan (dimana faktor keamanan
adalah satu).
(b) Meskipun terdapat perbedaan ini, kekuatan geser tetap selalu dikendalikan
oleh tegangan efektif pada bidang geser, terlepas dari apakah kekuatan
dinyatakan dengan mempergunakan tegangan efektif atau tegangan total.
(c) Parameter-parameter tegangan efektif dapat dianggap parameter tanah yang
tetap. Umumnya, pada kebanyakan keadaan praktis, (yaitu c' dan Φ') tidak
bergantung pada cara yang digunakan mengukurnya.
(d) Kuat geser tak terdrainasi (s), bagaimanapun juga tidak dapat sebagai
parameter tanah yang tetap seperti halnya pada Nilainya bergantung pada cara
pengukuran, baik di lapangan maupun di laboratorium. Masing-masing cara
menghasilkan nilai tekanan pori yang berbeda sehingga menghasilkan nilai
kuat geser tak terdrainasi yang berbeda juga. Ini akan dijelaskan lebih
lengkap pada Bagian 9.8.2. Nilai su juga bergantung pada kadar air dari tanah;
konsolidasi tanah sehingga kadar airnya menurun akan menghasilkan nilai su
yang lebih tinggi.
(e) Kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb umumnya dianggap sesuai dengan
Persamaan 9.1. Namun, persamaan yang serupa juga mungkin dengan
memakai tegangan total, yaitu:
s = c' + σ 'tan Φ' (9.2)
dimana c dan Φ adalah parameter kuat geser menurut tegangan total.
Walaupun bentuk persamaan ini digunakan secara luas pada awal mekanika
tanah, bentuk ini tidak berlaku secara umum karena nilainilai c dan Φ bergantung
pada cara pengujian yang digunakan untuk mengukurnya. Oleh karena itu,
parameter ini tidak dapat dipergunakan pada keadaan praktis. Satu-satunya
pengecualian adalah kasus kekuatan geser tak terdrainasi yang sudah dijelaskan.
Dalam kasus ini nilai c dan Φ menjadi:
c = su, yaitu kekuatan geser tanah tak terdrainasi Φ = 0
Dalam keadaan tak terdrainasi ini tanah berperilaku seolah-olah tidak
memiliki komponen gesekan dari kekuatan gesernya. Ini mencerminkan keadaan-
keadaan pengukuran pada saat kekuatan gesernya diukur. Tanah masih tetap
memiliki komponen gesekan pada kekuatan geser sesuai dengan nilai Φ'-nya.

9.2 PENGUKURAN KEKUATAN GESER


Cara pengujian harus sedemikian rupa, sehingga keterangan di bawah ini
diketahui selama pengujian.  
1. Tegangan utama, yaitu σ1 dan σ3, atau tegangan normal dan tegangan geser
pada bidang geser.
2. Tekanan air pori, sehingga tegangan efektif dapat dihitung.
3. Regangan.

Pengukuran tegangan dan regangan cukup mudah. Pengukuran tekanan air pori
agak lebih sulit; harus memperhatikan faktor-faktor di bawah ini.
(a) Keadaan drainasi dalam pengujian, yaitu, apakah terdrainasi atau tidak
terdrainasi.
(b) Kecepatan regangan. Kecepatannya harus cukup lambat untuk menjamin
bahwa tegangan air pori pada seluruh contoh tanah tetap sama. Dengan
demikian nilai yang diketahui” yaitu yang diukur pada ujung contoh akan sama
dengan nilai pada keseluruhan contoh tanah.

Uji kekuatan biasanya dilakukan dalam dua tahap:


Tahap 1: Pemberian tegangan normal-tahap konsolidasi
Tahap 2: Pemberian tegangan geser sampai terjadi keruntuhan-tahap pembebanan.

9.2.1 Uji Geser Langsung (Uji Kotak Geser)


Kotak geser adalah alat pertama untuk mengukur kekuatan geser, digunakan oleh
Coulomb pada tahun 1776. Alat ini diperlihatkan pada Gambar 9.3. Contoh tanah
dimasukkan dalam kotak yang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian atas dan
bagian bawah. Batu berpori diletak di atas dan di bawah contoh tanah supaya air
boleh masuk atau keluar dari contoh selama pengujian. Sistem gantungan dan
pemberian beban kemudian digunakan untuk memberikan tegangan normal
(vertical) pada contoh. Alat pendorong kemudian memberikan gaya horizontal
pada bagian bawah kotak, sementara bagian atasnya tetap diam. Gaya horizontal
diberikan dengan memakai kecepatan deformasi yang tetap; deformasi dan gaya
diukur sampai pengujian selesai.
Serangkaian pengujian dilakukan pada tegangan normal yang berbeda-beda.
Masing-masing hasil pengujian diplot dalam bentuk grafik, yang pertama adalah
kurva tegangan terhadap penurunan, dan yang kedua tegangan geser (nilai
keruntuhan atau nilai “puncak”) terhadap tegangan normal, seperti diperlihatkan
pada Gambar 9.3. Garis yang melalui titik ini menjelaskan nilai c'dan 'dari tanah
tersebut.
Manfaat dan batasan dari uji geser langsung meliputi:
 Sederhana dan mudah dilakukan.
 Contoh tanah tak terganggu sulit disiapkan karena penampang persegi.
 Drainasi tidak dapat dikendalikan, sehingga uji tak terdrainasi tidak mungkin.
 Tegangan-tegangan utama tidak diketahui.
 Luas contoh tanah berubah terus selama pengujian berlangsung dan
koreksinya tidak tepat.
 Yang diperoleh adalah kurva tegangan/deformasi geser, bukan tegangan/
regangan.
9.2.2 Uji Triaksial
Uji triaksial sudah menjadi cara paling terkenal dan yang paling sering digunakan
sekarang ini untuk mengukur kuat geser tanah. Uji ini lebih disukai baik karena
alasan teoretis maupun karena dapat dipakai untuk bermacam-macam pengujian.
Semua jenis uji kekuatan geser dapat dilakukan dengan alat triaksial. Alat ini
dapat pula dipakai untuk mengukur sifat permeabilitas atau konsolidasi. Alat
triaksial ini diperlihatkan pada Gambar 9.4.

Contoh tanah pada pengujian ini berbentuk silinder. Contoh dipasang ada
"sel" triaksial (berbentuk silinder) dengan batu berpori pada ujung atas dan
bawahnya, berikutnya dibungkus dengan memakai membran karet. Bagian atas sel
dipasang dan diisi dengan air. Dengan demikian tekanan air dipakai supaya
tekanan pengekang (confining pressure) dapat diperlakukan pada contoh. Tekanan
ini juga disebut tekanan sel.
Ada tiga jenis uji triaksial yang biasa digunakan, yaitu uji tak terdrainasi, uii
terkonsolidasi tak terdrainasi, dan uji terdrainasi. Keadaan selama tahap
konsolidasi (Tahap 1) dan tahap pembebanan (Tahap 2) pada masing-masing jenis
pengujian adalah sebagai berikut:
(a) Uji tak terdrainasi (disebut juga uji tak terkonsolidasi tak terdrainasi/
UU) Tidak ada drainasi yang diizinkan selama kedua tahap. Tekanan air pori
umumnya tidak diukur.
(b) Uji konsolidasi tak terdrainasi/CU Drainasi diizinkan selama tahap
konsolidasi, sampai contoh tanah terkonsolidasi sepenuhnya, yaitu sampai
semua tekanan air pori hilang menjadi nol. Selama tahap pembebanan, tidak
ada drainasi yang diizinkan dan umumnya tekanan air pori diukur.
(c) Uji terdrainasi Seluruh drainasi diizinkan selama kedua tahap. Maka tekanan
air pori menjadi nol. Perubahan volume umumnya diukur selama Tahap 2.

Parameter-parameter yang diukur selama pengujian adalah sebagai berikut:


(a) defleksi vertikal untuk menentukan regangan dan untuk mengoreksi
luas dari contoh tanah
(b) beban vertikal (gaya P)
(c) tekanan air pori-selama tahap pembebanan pada uji konsolidasi tak terdrainasi
(d) perubahan volume-selama tahap konsolidasi baik pada uji konsolidasi tak
terdrainasi maupun pada uji terdrainasi dan selama pembebanan pada uji
terdrainasi.
Uii tak terdrainasi dilakukan untuk menentukan kuat geser tak terde dari
tanah. Uji terkonsolidasi tak terdrainasi dan uji terdrainasi dilalu untuk
menentukan parameter kekuatan geser menurut tegangan efektif, yaitu c' dan Φ'.
Pilihan antara uji terkonsolidasi tak terdrainasi dan uji terdrainasi, tergantung
terutama pada permeabilitas tanah. Uji terdrainasi merupakan uji yang paling
mudah dilakukan dan biasanya dipakai pada pasir karena permeabilitas pasir
sangat tinggi. Pada lempung, permeabilitas yang rendah dapat menimbulkan
kesulitan pada uji terdrainasi. Walaupun drainasi diizinkan pada kedua ujung (atas
dan bawah) contoh, ini tidak menjamin bahwa tegangan air pori bernilai nol.
Tegangan air pori pada bagian tengah contoh mungkin lebih tinggi daripada nilai
pada ujungnya. Jika demikian anggapan bahwa tegangan air pori bernilai nol tidak
berlaku. Untuk menjamin bahwa tegangan air pori bernilai nol, uji terdrainasi
pada lempung dengan permeabilitas rendah harus dilakukan dengan sangat
lambat, kadang-kadang membutuhkan waktu beberapa hari.
Oleh karena itu, uji konsolidasi tak terdrainasi umumnya dipakai pada
lempung. Dalam pengujian ini, air tidak dapat keluar dari contoh tanah dan
pengujian dapat lebih cepat daripada uji terdrainasi. Namun, masih penting untuk
menggunakan kecepatan regangan yang lambat untuk menjamin tekanan air pori
seragam pada seluruh contoh tanah, yang diukur pada bagian atas dan nilai yang
diukur pada bagian atas dan bawah contoh tanah mewakili seluruh contoh
tersebut.

9.2.3 Lingkaran Tegangan Mohr


Untuk menentukan garis keruntuhan Mohr-Coulomb (dan nilai parameter kuat
geser c' dan Φ') umumnya dipergunakan cara grafis berdasarkan lingkaran
tegangan Mohr. Lingkaran Mohr banyak digunakan dalam analisis tegangan,
namun penjelasan yang diberikan di sini terbatas pada penggunaannya dalam
mekanika tanah, terutama pada uji triaksial.

Kita akan meninjau keadaan pada bahan dimana tegangan-tegangan utama berlaku
pada arah vertikal dan arah horizontal. Ini adalah keadaan pada uji triaksial.
Tujuannya adalah untuk menentukan tegangan normal dan tegangan geser pada
bidang lain, misalnya bidang dengan kemiringan α seperti diperlihatkan pada
Gambar 9.5. Keseimbangan statis pada elemen bahan berbentuk baji akan
diperiksa pada arah yang sejajar dengan bidang yang kemiringannya α, dan juga
pada arah yang tegak lurus terhadap bidang tersebut.

Pada arah yang sejajar kita mendapat


τ α + σ3 α sin α cos α = σ1, α cos α sin α
τ = (σ1 – σ3) sin α cos α
dan karena sin 2α = 2 sin α cos α

τ= sin2 α (9.3)

Pada arah yang tegak lurus kita mendapat


σnα = σ1 α cos α cos α + σ3 α sin α sin α
sehingga
σn = σ1 α cos² α + σ3 sin² α
Sekarang dengan memakai persamaan:
cos2α = 2cos² α – 1 dan cos2α = 1- 2sin² α
Kita mendapat:

σn = cos 2α

Sekarang tinjau lingkaran Mohr yang ditunjukkan pada Gambar 9.6 di bawah ini.
Sebuah garis dengan sudut a ditarik dari titik A sampai memotong lingkaran pada
titik P. Kita akan memeriksa besarnya OD dan DP.

Sumbu horizontal mewakili tegangan normal dan sumbu vertical mewakili


tegangan geser. Dengan memplot nilai-nilai dari tegangan utama pada sumbu X
kita dapat langsung menentukan nilai tegangan normal dan tegangan geser pada
bidang lain manapun. Pada Gambar 9.6 kita dapat menuliskan besaran OD dan PD
sebagai berikut:

AC = CB = CP = jari – jari lingkaran

PD = CP sin 2α =

Anda mungkin juga menyukai