BAB 3
PERENCANAAN dan PELAKSANAAN PROYEK
2. Material
Material dalam suatu proyek adalah bahan baik bahan jadi maupun setengah
jadi yang digunakan untuk mewujudkan proyek. Bahan – bahan yang digunakan
ini memiliki spesifikasi / standar tertentu sesuai dengan kesepakatan antara
owner dan pelaksana proyek. Contoh dari material ini misalnya pasir, semen,
besi, dan lain sebagainya.
3. Machines
Machines diartikan sebagai alat atau mesin yang digunakan dalam pelaksanaan
proyek. Alat berat seperti tower crane, passenger hoist, dan concrete pump
merupakan alat kerja pada suatu proyek yang digunakan untuk memberikan
kemudahan dalam berlangsungnya suatu pekerjaan. Setiap alat kerja proyek
memiliki kapasitas dan kemampuan yang berbeda – beda serta pemilihannya
disesuaikan dengan kebutuhan proyek. Selain alat – alat tersebut juga terdapat
fasilitas penunjang misalnya tempat atau kantor sementara bagi para pekerja
proyek untuk melaksanakan kegiatan proyek. Kantor sementara ini biasa
disebut sebagai directie keet.
4. Money
Biaya atau dana merupakan salah satu unsur penting dalam suatu proyek.
Menurut Soeharto (1997), Biaya memiliki faktor resiko yang besar
pengaruhnya terhadap proses perencanaan dan pelaksanaan proyek. Anggaran
biaya adalah sejumlah dana yang digunakan untuk biaya proyek misalnya gaji
tenaga kerja, pembelanjaan material, dan lain – lain.
Bab 3 pada laporan ini akan menjelaskan perencanaan dan pelaksanaan pada proyek
pembangunan Gedung Paket 4 khususnya Gedung TILC Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Pada sub bab 3.2 dan 3.3 akan diuraikan mengenai alat dan material
yang digunakan pada proyek, kemudian pada sub bab 3.4 dan 3.5 berisi penjelasan
mengenai perencanaan struktur bawah dan atas. Bab ini ditutup dengan sub bab 3.6
tentang pelaksanaan tiap pekerjaan struktur atas secara detail.
Operator’s cabin
Trolley
+ hoist
Counter jib
Laod jib
Counter weight
Section
2. Passenger hoist
Selain tower crane, passenger hoist juga merupakan salah satu alat transportasi
baik bagi tenaga kerja maupun pemindahan material secara vertikal. Pada
proyek Gedung TILC UGM, passenger hoist yang digunakan memiliki tinggi
menara 40 m dengan jumlah hoist sebanyak 1 pasang. Dalam 1 passenger hoist
terdapat 2 unit kabin yang memiliki kapasitas beban maksimal masing – masing
sebesar 1,2 ton. Data beban maksimal passenger hoist dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Di bawah ini merupakan gambar passenger hoist yang digunakan pada proyek
pembangunan Gedung TILC saat belum sepenuhnya terpasang.
cabin
Alat passenger hoist baru terpasang saat telah mencapai lantai ke- 4 untuk
memudahkan mobilisasi pekerjaan pada lantai atas. Batas ketinggian
3. Excavator
Pada proyek Gedung TILC, excavator digunakan untuk memindah material
seperti batuan dan tanah. Selain itu excavator juga berfungsi dalam pekerjaan
galian seperti membuat galian atau melakukan pemadatan tanah. Terdapat 2 tipe
excavator yang digunakan pada proyek pembangunan Gedung TILC, yakni
Kobelco PC 200 dengan kapasitas bucket 0,97 m3 dan excavator Komatsu PC
75 dengan kapasitas bucket 0,27 m3. Kedua tipe excavator ini berjumlah masing
– masing sebanyak 1 unit. Tipe Kobelco PC 200 digunakan pada saat pekerjaan
pondasi, sedangkan tipe PC 75 digunakan pada saat pekerjaan struktur atas
sudah berjalan. Hal ini dilakukan karena pertimbangan luas lahan kosong
sebelum dan sesudah berdirinya struktur atas Gedung TILC. Berikut merupakan
gambar salah satu excavator yang digunakan pada proyek gedung TILC UGM.
cabin
boom
arm
bucket
`
Gambar 3.3 Excavator Tipe Komatsu PC 75
4. Dump truck
Pemindahan material yang berada di luar jangkauan crane atau wilayah proyek
dapat dilakukan dengan menggunakan dump truck. Dump truck merupakan alat
pengangkutan material lepas dengan jarak tempuh yang relatif cukup jauh. Pada
proyek Gedung TILC, tipe dump truck yang digunakan adalah Mitsubishi Colt
Diesel 120 ps yang memiliki kapasitas sebesar 8 ton dengan jumlah dump truck
sebanyak 5 unit. Dump truck yang beroperasi pada proyek Gedung TILC dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
5. Bar cutter
Sesuai dengan namanya, bar cutter berfungsi untuk memotong baja tulangan
untuk kemudian dirakit menjadi tulangan struktur. Pengoperasian bar cutter
dilakukan dengan mengunakan tenaga listrik dan dioperasikan oleh satu orang
operator. Jumlah mesin bar cutter pada lokasi fabrikasi tulangan proyek
Gedung TILC adalah sebanyak 1 unit. Pada alat bar cutter ini, kriteria baja
tulangan yang dapat dipotong adalah tulangan dengan diameter minimal 6 mm
hingga 32 mm. Berikut ini diperlihatkan gambar bar cutter pada lokasi fabrikasi
tulangan proyek Gedung TILC.
6. Bar bender
Bar bender merupakan alat yang digunakan untuk membuat tekukan pada baja
tulangan sesuai dengan gambar rencana. Tulangan yang telah dipotong
kemudian ditekuk menggunakan alat bar bender dengan sudut tertentu. Pada
lokasi fabrikasi tulangan ini terdapat 1 unit mesin bar bender yang dioperasikan
oleh 1 orang operator. Hal ini bertujuan agar pekerjaan fabrikasi dapat
dilakukan dengan lebih cepat. Kapasitas dari bar bender pada proyek ini adalah
tekukan pada tulangan yang memiliki diameter antara 6 mm – 42 mm. Berikut
merupakan gambar alat bar bender di lokasi fabrikasi tulangan.
berputar untuk menjaga agar beton tidak mengeras. Di bawah ini merupakan
concrete mixer truck yang digunakan pada saat proses pengecoran.
Drum silinder
8. Concrete pump
Concrete pump adalah alat berat yang membantu dalam proses pengecoran.
Ketika beton ready mix telah sampai di lokasi pengecoran, maka beton akan
dipindahkan ke dalam alat concrete pump untuk memudahkan proses
pengecoran dengan menyalurkan ke dalam bekisting balok atau plat lantai
menggunakan pipa. Berikut ini adalah gambar alat concrete pump yang
digunakan pada proyek.
Delivery
pipe
Deck pipe
Truck chassis
9. Concrete vibrator
Concrete vibrator adalah alat untuk memadatkan dan meratakan beton pada saat
dilakukan pengecoran. Alat ini dioperasikan menggunakan tenaga listrik dari
mesin diesel. Tujuan penggunaan concrete vibrator adalah untuk mengurangi
rongga udara yang timbul pada saat pengecoran sehingga adukan beton menjadi
lebih padat. Concrete vibrator pada proyek ini berjumlah 3 unit dengan
kapasitas tenaga 3 HP (Horse Power). Penggunaan concrete vibrator pada
proyek Gedung TILC dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Concrete
vibrator
bucket
crane
pipa
tremie
b. Clamp
Clamp adalah penjepit berbentuk lingkaran terbuat dari bahan metal untuk
menyambung atau mengunci antar bagian pipa perancah. Clamp yang
digunakan pada proyek diperlihatkan pada gambar berikut ini.
c. Standard
Standard merupakan pipa perancah vertikal yang menyalurkan beban ke
tanah. Setiap pemasangan standard pada ujungnya dipasangkan base plate
untuk mencegah ujung pipa standard turun ke dalam tanah. Gambar pipa
standard diperlihatkan seperti berikut ini.
d. Cross Brace
Cross brace merupakan bagian perancah yang dipasang dengan arah
diagonal dan berfungsi untuk mengikat perancah – perancah standard
secara diagonal. Dengan adanya cross brace maka perancah lebih kokoh
dan beban dapat terdistribusi secara merata. Gambar cross brace
diperlihatkan di bawa ini.
Cross
brace
e. Transom
Transom adalah bagian perancah yang dipasang secara horizontal. Transom
merupakan pipa yang mengikat antar pipa standard. Gambar transom dapat
dilihat pada gambar berikut.ini
transom
f. Tangga akses
Tangga merupakan bagian perancah yang berfungsi sebagai tempat akses
tenaga kerja untuk naik ke atas perancah. Tangga akses harus dilengkapi
dengan railing untuk memastikan keselamatan para pekerja. Selain railing,
pada tangga akses juga perlu diberi jaring untuk melindungi pekerja.
Tangga
akses
g. U-head jack
Sesuai dengan namanya, U-head jack merupakan bagian
perancah/scaffolding yang memiliki bentuk seperti huruf U. Bagian
perancah ini digunakan untuk menyangga kostruksi yang berada diatasnya.
Bentuk yang menyerupai huruf U menjadikannya dapat mengapit bagian
konstruksi diatasnya sehingga tidak mudah goyah. Dokumentasi U-head
jack yang digunakan pada proyek ini diperlihatkan pada gambar berikut ini.
U-head
jack
h. Siku bekisting
Siku bekisting merupakan bagian perancah yang berbentuk segitiga. Bagian
perancah ini digunakan untuk perancah struktur horizontal seperti balok.
Siku bekisting digunakan untuk menahan agar bekisting pada balok tidak
roboh. Siku bekisting terbuat dari rangka besi yang dibentuk menjadi
segitiga seperti pada gambar di bawah ini. Dokumentasi siku bekisting yang
digunakan pada proyek ini diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
13. Screed
Alat screed merupakan alat yang digunakan pada saat proses pengecoran. Alat
ini digunakan untuk meratakan area yang telah dicor agar permukaan cor
menjadi rata. Alat ini biasanya digunakan untuk meratakan hasil cor pada
pekerjaan plat lantai dan tangga.
Berikut ini merupakan gambar alat screed yang digunakan pada proyek Gedung
TILC UGM.
Beton yang dibawa oleh mixer truck dan telah sampai di lokasi proyek
kemudian diuji slump test. Nilai slump test adalah 12 ± 2 cm untuk pekerjaan
struktur pile cap, kolom, balok, plat, dan bored pile. Uji slump test dilakukan
untuk mengetahui workability dari beton. Selain uji slump test, dilakukan
pengujian kuat tekan di laboratorium. Jumlah sampel yang digunakan dalam uji
kuat tekan di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.
Hasil uji kuat tekan beton terdapat di lampiran L-2. Sampel beton ready mix
yang telah dituang ke dalam silinder diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
beton. Bahan tambah tipe F yang digunakan dalam proyek ini adalah
superplasticizer dengan merk Sika Viscocrete 1003. Superplasticizer ini
digunakan utuk menambah workability beton sehingga pengerjaan di lapangan
menjadi lebih mudah. Penggunaan superplasticizer pada proyek ini adalah 780
ml tiap 100 kg semen. Berikut ini diperlihatkan gambar superplasticizer merk
Sika Viscocrete 1003.
3. Membran waterproofing
Untuk menjaga kualitas beton pada suatu bangunan, dalam pelaksanaannya
diperlukan material tambahan berupa waterproofing yang dapat melindungi
beton suatu struktur gedung seperti dak beton (roof deck) dari air.
Waterproofing berfungsi untuk membuat beton menjadi kedap air sehingga
melindungi dari kebocoran atau rembesan. Terdapat berbagai jenis
waterproofing misalnya waterproofing berupa pasta logam berbahan baja
galvanis, coating berbahan polimer, waterproofing integral, dan waterproofing
membrane. Pada proyek Gedung TILC UGM digunakan waterproofing
membrane, yaitu waterproofing yang berbentuk lembaran atau membrane
dengan merk Sika Bituseal T-130 SG. Pemilihan waterproofing jenis membran
karena jenis ini memiliki ketahanan terhadap perubahan cuaca baik panas dan
4. Baja tulangan
Untuk membuat struktur beton bertulang, material lain yang perlu ditambahkan
selain beton adalah baja tulangan. Baja tulangan terdiri dari baja tulangan beton
ulir (BjTD) dan baja tulangan beton polos (BjTP). Baja tulangan beton polos
merupakan baja tulangan berpenampang bulat dengan permukaan yang rata
tanpa sirip. Baja jenis ini lebih mudah untuk dibengkokkan dan biasanya
digunakan sebagai tulangan sengkang. Baja tulangan ulir merupakan baja
tulangan berpenampang bundar dengan permukaan yang berulir atau bersirip.
Tulangan jenis ulir biasa digunakan sebagai tulangan pokok dari suatu
komponen struktur. Di lokasi fabrikasi, baja tulangan diletakkan di tempat yang
tidak langsung bersentuhan dengan tanah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan korosi yang lebih besar akibat material bersentuhan langsung
dengan tanah. Seluruh material baja tulangan yang digunakan pada struktur
proyek Gedung TILC menggunakan tulangan BjTD42, yaitu baja tulangan ulir
dengan tegangan leleh (f y) sebesar 420 MPa. Sebelum digunakan, tulangan yang
akan digunakan akan dilakukan uji kuat tarik baja untuk memastikan mutu baja
yang akan digunakan sesuai dengan rencana. Hasil pengujian kuat tarik baja
dapat dilihat pada lampiran L-3. Berikut ini merupakan gambar dari baja
tulangan yang digunakan pada proyek Gedung TILC UGM.
5. Kawat bendrat
Kawat bendrat adalah material pengikat pada struktur tulangan baja. Tujuan
pengikatan tulangan dengan kawat bendrat adalah agar tulangan yang telah
terpasang sesuai dengan gambar rencana dan tidak bergeser atau berpindah
posisi. Kawat bendrat ini berbentuk gulungan / roll dengan diameter 0,1 mm.
Sebelum digunakan, kawat akan dipukul ke lantai hingga berbentuk lurus untuk
mempermudah dalam pengerjaan pengikatan tulangan. Kawat bendrat yang
digunakan pada proyek Gedung TILC UGM dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
6. Pasir
Pasir termasuk agregat halus yang merupakan bahan dasar pembuatan beton.
Selain pembuatan beton, material pasir dalam proyek konstruksi juga bisa
7. Semen
Semen merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam proyek konstruksi
dan berfungsi mengikat bahan mineral seperti air sehingga menjadi kesatuan
yang padat. Pada proyek Gedung TILC UGM digunakan semen jenis portland.
Penggunaan semen ini didasarkan pada SNI 15-2049-1994. Berdasarkan
Rencana Kerja dan Syarat (RKS) proyek Gedung TILC UGM, semen yang
berada di gudang penyimpanan harus segera digunakan dalam waktu kurang
dari 60 hari atau 2 bulan. Dokumentasi semen yang digunakan pada proyek
Gedung TILC UGM diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
8. Beton decking
Beton decking merupakan beton tanpa tulangan yang biasa disebut tahu beton.
Pada proyek Gedung TILC beton decking dibuat secara fabrikasi dengan
ketebalan 4 cm. Fabrikasi tahu beton terletak di sebelah fabrikasi tulangan untuk
mempermudah perakitan dan pengiriman ke titik proyek. Beton decking
berfungsi agar tulangan tidak langsung bersentuhan dengan bekisting dan
menahan posisi tulangan agar tidak melebihi batas selimut beton. Berikut
merupakan hasil dokumentasi fabrikasi beton decking.
9. Bekisting
Bekisting merupakan cetakan sementara yang digunakan untuk mencetak beton
saat pengecoran. Pada proyek Gedung TILC, bekisting yang digunakan terbuat
dari bahan plywood yang diberi lapisan phenolic film dengan ketebalan 12 mm.
Bahan plywood phenolic film dipilih karena permukaannya yang licin sehingga
mempermudah pembersihan permukaan bekisting dan dapat digunakan
berulang kali. Berikut merupakan gambar bekisting beserta bagian - bagiannya.
plywood
Klem
pengatur
Balok
support
1
S-20
9
BH-09
S-21 N
Metode penyelidikan tanah yang digunakan pada proyek Gedung TILC diuraikan
sebagai berikut:
1. Standard Penteration Test (SPT)
Pada proyek Gedung TILC UGM, pengujian tanah dengan metode SPT diawali
dengan melakukan pengeboran menggunakan mesin bor pada 1 titik pengujian
bore hole. Pengujian dilakukan dengan memasukkan split spoon sampler
sepanjang 45 cm ke dalam tanah yang telah dibor dengan bantuan hammer dari
ketinggian 76 cm. Kemudian split spoon sampler yang masuk dicatat jumlah
pukulannya pada kedalaman 15 cm pertama hingga ketiga. Jumlah pukulan
pada setiap kedalaman 15 cm tersebut merupakan nilai N1, N2, dan N3. Nilai
dari N1 atau jumlah pukulan pada 15 cm pertama diabaikan karena dianggap
sebagai tanah terganggu. Nilai dari N2 dan N3 kemudian dijumlahkan untuk
memperoleh nilai N-SPT. Pengujian ini dilakukan pada kedalaman dengan
interval 2 m. Gambar alat SPT dapat dilihat seperti di bawah ini.
Data hasil N-SPT pada titik BH-09 dirangkum pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Dari sampel tanah hasil pengeboran yang diuji di laboratoriun, diperoleh nilai
index properties dari sampel. Nilai index properties dan pengamatan visual
pada saat pengujian di lapangan digunakan untuk pembuatan boring log.
Karakteristik tanah pada kedalaman 0,00 – 1,50 m merupakan lapisan pasir
lempungan yang halus sedang, sedangkan pada kedalaman 1,50 – 30 m adalah
pasir padat. Hasil boring log titik BH-09 pada kedalaman 0,00 – 30 m dapat
dilihat pada lampiran L-5. Berdasarkan hasil boring log tersebut, dapat dilihat
bahwa elevasi muka air tanah berada pada kedalaman 10,8 m.
Berdasarkan data pada Tabel 3.4 dilakukan perhitungan kapasitas daya dukung
ijin tiang untuk bored pile rencana yaitu diameter 60 cm, 80 cm, dan 100 cm.
Hasil perhitungan kapasitas daya dukung ijin (Qa) bored pile pada setiap
kedalaman disajikan dalam grafik di bawah ini.
Qa (kN)
kedalaman (m)
dan keadaan lingkungan proyek. Pada proyek Gedung TILC, pemilihan pondasi
bored pile dibandingkan tiang pancang adalah karena nilai N-SPT yang cukup
tinggi dan keadaan lapisan tanah yang berbatu. Apabila dipilih pondasi tiang
pancang, maka besar resiko pondasi akan pecah pada saat pemancangan.
Dalam lingkup lingkungan, karena lokasi proyek sangat berdekatan dengan wilayah
pemukiman warga maka pemilihan pondasi tiang pancang adalah kurang tepat
karena dapat menimbulkan polusi suara. Selain itu karena lokasi yang juga
berdekatan dengan gedung atau bangunan lain, pemilihan pondasi tiang pancang
dapat menyebabkan getaran sehingga permukaan tanah semakin naik dan
berpotensi merusak struktur bangunan lain. Perbedaan pondasi bored pile dengan
pondasi dalam lain terletak pada metode atau cara pelaksanaannya. Pekerjaan
pondasi bored pile diawali dengan melakukan pengeboran pada titik – titik bor
sesuai dengan kedalaman yang dibutuhkan. Setelah dilakukan pengeboran
selanjutnya dilakukan pemasangan tulangan besi dan pengecoran beton bored pile
pada titik yang sudah dibor. Berikut ini merupakan dokumentasi proses pengeboran
pondasi bored pile menggunakan alat rotary drilling machine.
Proyek Gedung TILC UGM menggunakan pondasi bored pile dengan mutu beton
fc’ = 25 MPa dan nilai slump sebesar 12 ± 2 cm. Pondasi bored pile yang tersebar
pada proyek Gedung TILC berjumlah 261 titik. Denah pondasi bored pile dapat
dilihat pada lampiran L-14. Pada proyek ini, bored pile yang digunakan memiliki
diameter 800 mm dengan kedalaman pondasi dan panjang bored pile yang berbeda
- beda. Dimensi bored pile yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Bored pile pada tipe P2 berbeda dari tipe lain yaitu memiliki kedalaman 2,6 m. hal
ini disebabkan pondasi tipe P2 digunakan pada bagian teras dan kanopi Gedung
TILC yang tidak menerima beban besar seperti pada bagian dalam gedung. Selain
itu pondasi bored pile tipe P2 juga digunakan sebagai pondasi pada ruang instalasi
pengolahan air limbah (IPAL). Mutu tulangan yang digunakan pada pondasi bored
pile adalah BjTD42 (fy = 420 MPa). Detail potongan melintang pondasi bored pile
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Tulangan longitudinal atau tulangan pokok yang digunakan adalah baja tulangan
D16 berjumlah 16 batang. Tulangan spiral atau sengkang pada pondasi bored pile
menggunakan tulangan baja D13 dengan jarak antar tulangan 200 mm.
Detail potongan memanjang bored pile ditampilkan pada gambar berikut ini.
800
LANTAI KERJA
t = 50 mm
PASIR URUG
t = 100 mm
TUL SPIRAL
D13-200
TUL. LONGITUDINAL
16 D16
11200
Dimensi serta tipe pile cap pada Gedung TILC UGM dapat dilihat pada Tabel 3.6
di bawah ini.
Berdasarkan pada tabel di atas, dimensi pile cap adalah 1600 × 1600 mm. Detail
pile cap tipe P1 ditunjukkan pada gambar berikut ini.
X = 1600
Y = 1600
Berdasarkan gambar detail pile cap tipe P1, dapat dilihat segitiga yang merupakan
penunjuk arah pemasangan tulangan. Segitiga yang berjumlah 1 pada tulangan arah
X (bentang pendek) merupakan penunjuk bahwa tulangan arah X baik tulangan atas
maupun bawah tersebut dipasang pada posisi terluar. Dua segitiga menunjukkan
tulangan arah Y (bentang panjang) berada di bagian dalam. Pemasangan pada
tulangan bawah diawali dengan tulangan bentang pendek dan dilanjutkan dengan
tulangan bentang panjang. Sebaliknya, pada tulangan atas pemasangan diawali
dengan bentang panjang (arah Y) dan dilanjutkan dengan bentang pendek (arah X).
Dari gambar di atas diketahui ketebalan pile cap tipe P1 adalah 900 mm. Tulangan
bawah arah adalah tulangan D22 dengan jarak 150 mm, sedangkan tulangan atas
menggunakan tulangan D16 dengan jarak antar tulangan sebesar 150 mm. Pile cap
ini juga menggunakan tulangan D22 sebagai tulangan samping sebanyak 8 batang.
Setiap tipe pile cap memiliki diameter tulangan dengan jarak yang berbeda – beda.
Gambar perencanaan beberapa tipe pile cap dapat dilihat pada lampiran L-16.
Detail penulangan pile cap dirangkum dalam Tabel 3.7 berikut ini.
Mohammed Farouk, 2014). Selain itu, tie beam juga memiliki fungsi untuk
mendistribusikan beban dari dinding menuju pile cap. Mutu beton yang digunakan
pada tie beam adalah fc’ = 30 MPa seperti pada pile cap dengan nilai slump sebesar
12 ± 2 cm. Terdapat dua tipe tie beam yang digunakan pada proyek Gedung TILC.
Detail perencanaan tie beam secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran L-18. Tipe
tie beam beserta detailnya diuraikan dalam Tabel 3.8 berikut.
Salah satu tipe tie beam yang digunakan pada proyek Gedung TILC dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar di atas merupakan detail penulangan dari tie beam tipe TB 1 dengan ukuran
400 × 800 mm. Terdapat dua detail penulangan yaitu pada bagian support yang
menunjukkan tulangan tumpuan dan bagian middle yang menunjukkan tulangan
lapangan. Tie beam tipe TB 1 menggunakan tulangan D19 untuk tulangan pokok
atau main bar baik pada tulangan atas maupun bawah. Detail tulangan 6 + 6 D19
pada gambar menunjukkan tulangan tersebut dipasang 2 baris dengan masing -
masing baris berjumlah 6 batang. Pada tie beam tipe TB 1 terdapat tulangan ekstra
atau disebut side bar D13 berjumlah 2 batang. Tulangan geser atau stirrups pada
tie beam TB1 menggunakan tulangan D13 dengan jarak antar tulangan sebesar 120
mm pada bagian tumpuan dan 150 mm pada bagian lapangan. Bagian hook atau
kaitan pada tulangan geser menggunakan sudut 135 ֯ dengan detail seperti pada
gambar di bawah ini.
Tulangan geser dikaitkan dengan sudut 135 ֯ seperti pada gambar di atas. Huruf DB
pada gambar diartikan sebagai diameter tulangan geser, sedangkan huruf D
diartikan sebagai diameter tulangan pokok. Pada tulangan geser dengan diameter
13 mm maka digunakan panjang ikatan sebesar 6 DB atau 78 mm dan panjang H
sebesar 71 mm.
Gedung TILC UGM, ground water tank berisi dua jenis tangki yaitu clean water
reservoir dan rain water reservoir. Sesuai dengan namanya, clean water reservoir
merupakan tangki untuk supply air bersih dan rain water reservoir merupakan
tangki penampung air hujan. Denah ground water tank pada proyek TILC UGM
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Ground water tank pada proyek Gedung TILC berdimensi 9500 × 25600 mm dan
berada di kedalaman -4,75 m dari permukaan tanah. Bagian tangki air bersih
memiliki dimensi 8650 × 9200 mm dan bagian tangki air hujan memiliki dimensi
5200 × 7200 mm dengan tinggi kedua tangki adalah 3 m. Potongan GWT dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
S9 S8
S1 S1
S8 S8
Dinding pada ground water tank menggunakan dinding dengan tipe S6. Detail
dinding penahan tanah yang digunakan sebagai dinding GWT pada proyek Gedung
TILC dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Dinding GWT seperti terlihat pada gambar memiliki ketebalan 250 mm dan
menggunakan tulangan D10 dengan jarak antar tulangan yaitu 100 mm untuk
bentang arah Lx dan Ly. Potongan arah Ly dari dinding GWT ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
250
Ly
Selain tipe S6 yang digunakan sebagai dinding, terdapat plat tipe S1, S8, dan S9
yang digunakan pada GWT Gedung TILC. Gambar detail penulangan secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran L-17. Detail penulangan plat yang digunakan
pada GWT proyek Gedung TILC UGM diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
3.5.1 Kolom
Kolom merupakan komponen struktur atas yang memiliki fungsi utama sebagai
penyangga beban aksial tekan vertikal. Selain itu kolom juga berfungsi sebagai
penyalur atau meneruskan beban dari balok pondasi maupun plat. Proyek Gedung
TILC UGM menggunakan struktur kolom beton bertulang dengan mutu beton
adalah fc’ = 30 MPa dan nilai slump sebesar 12 ± 2 cm. Di bawah ini merupakan
contoh gambar detail penulangan kolom tipe C2 yang dapat dilihat pada Gambar
3.47 berikut ini.
Seperti terlihat pada gambar di atas, kolom tipe C2 memiliki dimensi 800 x 800
mm dengan tulangan pokok (main bar) D25 berjumlah 20 batang. Tulangan geser
(stirrup) yang digunakan adalah tulangan D13 dengan jarak 100 mm berjumlah 4
pada bagian tumpuan dan 150 mm berjumlah 3 pada bagian lapangan. Bagian ujung
atau hook pada tulangan geser yang digunakan seluruh tipe kolom ditekuk dengan
sudut 135֯ sepanjang 6 kali diameter tulangan geser.Pada tipe C2 juga terdapat
tulangan pengikat silang yang menggunakan tulangan D13. Tulangan pengikat
silang ini dikaitkan dengan sudut hook atau kait 90 ֯ dan 135 ֯ pada bagian ujung –
ujungnya seperti pada Gambar 3.47. Denah perletakan kolom lantai 1 dapat dilihat
pada lampiran L-15. Berikut merupakan detail tipe kolom dan penulangan yang
digunakan pada Gedung TILC.
Proyek Gedung TILC merupakan bangunan yang memiliki jumlah lantai lebih dari
satu sehingga pada bagian kolom perlu adanya sambungan lewatan pada tulangan.
Pada sambungan lewatan kolom, bagian tulangan yang dibelokkan dan
diperpanjang adalah tulangan kolom bawah dan kemiringannya tidak boleh
melebihi 1/6 dari Ld (panjang tulangan yang diperpanjang). Bagian sambungan
lewatan juga diikat menggunakan tulangan geser dengan jarak ¼ dari dimensi
kolom atau maksimal 100 mm. Sambungan lewatan antar kolom dapat dilihat
seperti pada gambar berikut.
Ld
3.5.2 Balok
Balok merupakan komponen struktur inti selain kolom dan pondasi yang berfungsi
untuk menyalurkan beban dari plat ke kolom. Balok dalam pelaksanaannya
diperlukan metode perencanaan dan pengecoran yang baik.Balok yang digunakan
pada proyek Gedung TILC terdiri dari berbagai tipe. Hasil perencanaan detail
penulangan balok serta dimensinya dirangkum dalam Tabel 3.11 berikut ini.
Balok yang digunakan pada proyek Gedung TILC menggunakan beton dengan
mutu fc’ = 30 MPa dan nilai uji slump sebesar 12 ± 2 cm. Pada proyek ini terdapat
12 tipe balok dengan beberapa jenis balok seperti balok lift, balok kantilever, balok
façade, balok anak, dan balok induk. Gambar detail perencanaan pada seluruh tipe
balok dapat dilihat pada lampiran L-18. Balok yang digunakan pada proyek ini
menggunakan tulangan baja ulir dengan diameter 25 mm, 22 mm, 16 mm, 13 mm,
dan 10 mm. Pada Tabel 3.11 di atas, terdapat tanda (+) pada bagian jumlah
tulangan. Tanda ini merupakan penunjuk perletakan tulangan. Contoh dari
penggunaan tanda tersebut misalnya pada tulangan atas (top) tipe B1-1 bagian
tumpuan. Pada tipe tersebut digunakan tulangan atas 6 + 2 D25, yang menunjukkan
bahwa digunakan tulangan diameter 25 mm dengan perletakan 6 tulangan paling
atas dan diikuti dengan 2 tulangan dibawahnya. Gambar detail perencanaan dari
tulangan tipe B1-1 dapat dilihat seperti gambar berikut ini.
Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa balok B1-1 tersebut memiliki tulangan
ekstra (side bar) dengan diameter 13 mm. Dalam pelaksanaannya, balok yang
digunakan memiliki bentang yang cukup panjang sehingga perlu adanya
sambungan tulangan antar balok. Sambungan tulangan dapat dilihat seperti gambar
berikut ini.
Ld
Hb
Ld
Plat lantai tipe S3 pada Gambar 3.51 termasuk dalam jenis two way slab, yaitu plat
yang ditopang oleh 4 balok pendukung pada keempat sisi plat untuk menyalurkan
beban. Pada plat terdapat 2 lapis tulangan yaitu tulangan atas (top bar) dan tulangan
bawah (bottom bar). Setiap lapis tulangan terdiri dari bentang pendek (arah X) dan
bentang panjang (arah Y). Pada tulangan bawah pemasangan diawali dengan
tulangan bentang pendek, sedangkan pada tulangan atas pemasangan diawali
dengan bentang panjang. Segitiga berjumlah 2 menunjukkan letak tulangan berada
pada lapisan dalam, sedangkan 1 segitiga menunjukkan letak tulangan pada lapisan
luar. Potongan plat tipe S3 arah X diperlihatkan sebagai berikut.
Detail penulangan seluruh plat yang digunakan pada proyek gedung TILC dapat
dilihat pada lampiran L-18. Berikut merupakan rangkuman tipe dan detail
penulangan plat lantai yang digunakan pada Gedung TILC UGM.
Plat lantai tipe S2 menggunakan tulangan wiremesh yang digunakan pada lantai
dasar atau lantai 1 proyek Gedung TILC. Wiremesh merupakan anyaman besi atau
kawat dengan pola kotak – kotak dan memiliki ukuran yang bervariasi.
Pertimbangan penggunaan wiremesh yang hanya digunakan pada lantai dasar
adalah apabila seluruh lantai menggunakan wiremesh maka dapat menimbulkan
pemborosan sambungan karena diperlukan stek atau angkur yang cukup banyak.
Detail salah satu tipe shear wall dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Shear wall tipe W-2 memiliki panjang dinding 7,9 m dan terletak pada as X3 -
Y5 tepat pada tepi void gedung. Denah perletakan seluruh tipe shear wall pada
proyek Gedung TILC UGM dapat dilihat pada lampiran L-15. Tulangan pada
struktur shear wall W-2 dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian boundary
element (kolom) dan bagian wall element (dinding). Detail penulangan
boundary element pada shear wall tipe W-2 dapat dilihat di bawah ini.
Seperti terlihat pada Gambar 3.54, bagian kolom tulangan pokok D22 diikat
dengan ties atau tulangan ikat dan dikaitkan dengan sudut 135֯. Bagian tulangan
kolom kemudian diikat kembali dengan tulangan geser atau stirrup D13
berjarak 100 mm. Sambungan lewatan pada shear wall adalah 810 mm seperti
terlihat pada gambar berikut ini.
810
2. Core wall
Core wall merupakan jenis dinding penahan gaya lateral yang terletak di pusat
bangunan dan berfungsi sebagai pengaku bangunan dan memberi perkuatan
pada dinding lift. Pada proyek Gedung TILC UGM core wall termasuk dalam
tipe W-7. Core wall tipe W-7 dibagi menjadi 4 bagian yaitu A, B, C, dan D.
Mutu beton yang digunakan pada W-7 adalah fc’ = 30 MPa. Tulangan struktur
W-7 menggunakan baja ulir D13 sebagai tulangan geser dan D22 sebagai
tulangan pokok. Detail perencanaan struktur core wall tipe W-7 dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Detail dan potongan W-7 dapat dilihat pada lampiran L-19. Detail tulangan core
wall yang digunakan pada Gedung TILC UGM diperlihatkan pada tabel di
bawah ini.
Core wall W-7 memiliki ketebalan 400 mm dan dibagi menjadi 4 sisi dengan
panjang yang berbeda seperti terlihat pada tabel di atas. Seluruh tulangan pokk
yang digunakan adalah D22 dengan tulangan geser dan tulangan ikat D13. Titik
temu antar sisi membentuk kolom (boundary element) yang diberi tulangan ikat
silang seperti pada gambar di bawah ini.
Boundary element
3.5.5 Tangga
Bangunan atau gedung yang memiliki jumlah lantai lebih dari satu tentu terdapat
tangga pada strukturnya. Sebagai bagian dari struktur bangunan, tangga juga
memerlukan perencanaan yang tepat untuk memastikan bahwa tangga dapat
memikul beban diatasnya dan nyaman digunakan. Tangga terdiri dari dua bagian
yaitu aantrede dan optrede. Aantrede merupakan bagian horizontal anak tangga
yang berfungsi sebagai tempat berpijaknya kaki, sedangkan optrede merupakan
bagian vertikal anak tangga atau sebagai tinggi anak tangga. Ukuran dari optrede
pada tangga proyek Gedung TILC UGM adalah 17 cm dan aantrede pada tangga
adalah 30 cm. Mutu beton yang digunakan pada tangga adalah fc’ = 30 MPa dengan
nilai uji slump sebesar 12 ± 2 cm. Tangga pada proyek Gedung TILC UGM terdiri
dari 6 tipe yaitu tipe A, B, C, D, E dan F. Perbedaan tipe tangga didasarkan pada
letak tangga. Denah seluruh tipe tangga dapat dilihat pada lampiran L-20. Letak
tangga lantai 1 proyek Gedung TILC ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Tangga tipe A hanya terdapat pada lantai 1 dan 2, sedangkan tangga tipe B, C dan
F hanya terdapat pada lantai 1 sampai 5. Selain itu, tangga tipe D terdapat pada
lantai 1 hingga 8 dan tangga E berada pada seluruh lantai di Gedung TILC UGM.
Denah salah satu tipe tangga di atas yaitu tipe E apabila diperbesar diperlihatkan
seperti berikut ini.
Seperti terlihat pada gambar 3.59, bordes pada tangga menggunakan plat lantai tipe
S3 dengan ketebalan plat 150 mm dengan menggunakan tulangan D10 berjarak 150
mm. Tangga tipe E memiliki 24 anak tangga. Detail potongan tangga pada tangga
tipe E diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Seluruh tipe tangga pada proyek Gedung TILC UGM memiliki detail penulangan
yang sama. Tulangan pada tangga dibagi menjadi tulangan pokok, tulangan bagi,
tulangan anak tangga dan tulangan bagi anak tangga. Tulangan pokok dan tulangan
bagi pada tangga menggunakan tulangan D16 dengan jarak tulangan 150 mm.
Tulangan anak tangga dan tulangan bagi anak tangga menggunakan tulangan D10
dengan jarak 150 mm.
3.6.1 Kolom
Kolom merupakan komponen struktur atas yang berfungsi sebagai penyangga
beban aksial tekan vertikal. Pada laporan ini penulis meninjau pelaksanaan pada
kolom tipe C2 di lantai 3 dengan dimensi 800 × 800 mm dan tinggi 4,2 meter.
Benang
tinta hitam
2. Pembesian kolom
Pekerjaan pembesian kolom pada proyek Gedung TILC UGM dilakukan secara
fabrikasi. Fabrikasi tulangan dilakukan oleh operator alat fabrikasi di sekitar
lokasi proyek. Pekerjaan pembesian kolom dijelaskan sebagai berikut:
a. Proses pemotongan dan pembengkokan
Alur pertama saat fabrikasi tulangan adalah baja tulangan yang akan
digunakan dipotong sesuai ukuran rencana menggunakan bar cutter oleh
satu orang operator. Tulangan kolom difabrikasi dengan tinggi 8,4 m atau
dua kali lipat tinggi lantai untuk meminimalisir sambungan kolom antar
lantai. Tulangan pokok D25 dan stirrup D13 yang sudah dipotong akan
melalui proses bending pada bar bender. Proses pembengkokan ini
dilakukan oleh seorang operator dengan mengatur sudut tekukan yang akan
dibuat seusai gambar rencana. Pada bagian hook atau pengikat ujung
tulangan sengkang dibengkokkan dengan sudut 135֯ sepanjang 6 kali
diameter sengkang atau sepanjang 78 mm. Sesuai dengan gambar rencana,
b. Proses perakitan
Proses perakitan tulangan pokok dan tulangan sengkang menjadi suatu
struktur tulangan kolom dilakukan setelah proses di bar bender. Bagian –
bagian tulangan yang telah jadi kemudian dibawa ke area perakitan. Proses
perakitan tulangan kolom di area perakitan terlihat pada gambar berikut ini.
dipasang dengan jarak 100 cm pada tulangan tumpuan dan 150 cm pada
tulangan lapangan. Tulangan kolom kemudian diikat dengan menggunakan
kawat bendrat sebagai perkuatan agar tulangan tidak bergeser dari
tempatnya. Proses pengikatan ini menggunakan 3 kawat bendrat pada setiap
ikatannya untuk menambah perkuatan.
tim perakitan tulangan vertikal yang berada pada lantai tersebut akan
memberikan ikatan bendrat tambahan dan pemeriksaan kembali.
4. Pemasangan bekisting
Panel bekisting yang terbuat dari plywood difabrikasi sesuai dengan dimensi
kolom rencana. Rangka bekisting plywood yang digunakan diperkuat dengan
menggunakan gelagar besi hollow seperti pada Gambar 3.67 serta beberapa
komponen seperti tie rod dan dibawa menggunakan tower crane. Berikut
merupakan tahap perakitan bekisting kolom:
a. Plywood yang telah dipotong sesuai ukuran kolom 800 × 800 mm
selanjutnya dilakukan pemasangan gelagar hollow pada plywood bekisiting.
Gelagar hollow dipasang pada plywood dengan cara dipaku menggunakan
paku beton karena pemasangan dengan sekrup membutuhkan biaya yang
lebih besar. Proses fabrikasi bekisting terlihat pada gambar berikut ini.
Balok
support
Bandul lot
5. Pengecoran kolom
Setelah bekisting selesai terpasang maka dilakukan pengecoran kolom. Berikut
adalah tahapan sebelum dan saat pengecoran:
a. Uji slump dilakukan setelah truk ready mix sampai di proyek dan sebelum
dilakukan pengecoran. Uji slump bertujuan untuk mengetahui workability
beton yang telah sesuai dengan perencanaan. Selain itu, beton ready mix
juga dicetak dalam silinder untuk dilakukan uji kuat tekan di laboratorium.
Pada kolom digunakan beton fc’ = 30 MPa dengan nilai slump test sebesar
12 ± 2 cm. Berikut merupakan dokumentasi slump test pada beton kolom.
b. Beton ready mix yang telah melalui uji slump kemudian dibawa ke titik
pengecoran dengan dan menggunakan bucket crane kapasitas 0,85 m3 yang
dibawa oleh tower crane. Pekerjaan pengecoran kolom dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Membran
plastik
3.6.2 Balok
Balok dalam pelaksanaanya diperlukan metode perencanaan dan pengecoran yang
baik untuk menghindari resiko terjadinya lendutan. Pelaksanaan pekerjaan balok
yang ditinjau oleh penulis adalah balok tipe BL dengan ukuran 250 x 700 mm.
U-head jack
transom
standard
c. Pada bagian atas u-head dipasang gelagar hollow sebagai tempat peletakan
bekisting di atas perancah.
menambah perkuatan pada bekisting. Balok suri - suri ditempel pada papan
plywood menggunakan paku beton. Pada proses pemasangan bekisting,
bagian bawah bekisting balok atau yang biasa dikenal dengan istilah
lapangan bodeman dipasang pada gelagar hollow di atas perancah terlebih
dahulu dan dilanjutkan dengan perakitan tulangan. Tulangan dirakit di atas
bodeman kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bekisting pada sisi
kanan dan sisi kiri tulangan balok. Gelagar hollow dan bekisting bawah
balok yang diberi tulangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gelagar
hollow
Tulangan
balok
bodeman
c. Tulangan sengkang D10 dipotong dan dibengkokkan pada mesin bar cutter
dan bar tender. Bagian pengait (hook) dibengkokkan sepanjang 60 mm
dengan sudut 135 .֯ Setelah menjadi sengkang berbentuk persegi, tulangan –
tulangan ini kemudian dikumpulkan untuk kemudian dibawa dengan crane
untuk proses perakitan di lokasi pekerjaan balok.
d. Setelah tulangan pokok dan sengkang sampai di titik lokasi, maka tulangan
tersebut dapat dirakit di atas bodeman (bagian dasar bekisting yang telah
dipasang pada perancah). Perakitan tulangan dilakukan dengan menyusun
tulangan pokok dan tulangan pinggang lalu dikaitkan pada kepala kolom.
Sengkang lalu dipasang dengan jarak 150 mm dan diikat menggunakan 3
lapis kawat bendrat diameter 0,1 mm pada setiap ikatannya. Saat perakitan,
pada bagian bawah tulangan diberi beton decking. Hasil perakitan tulangan
balok tipe BL dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Tulangan pinggang
D13
Tulangan pokok
Stirrups D10 D25
Tulangan balok yang telah dirakit dan dipasang beton decking kemudian
dipasang bekisting di sisi kanan dan kiri serta siku bekistingnya seperti pada
Gambar 3.78 berikut ini.
Balok
suri-suri
Siku
bekisting
bodeman
4. Pengecoran balok
Pengecoran pada balok dilakukan bersamaan dengan pengecoran plat lantai.
Pengecoran balok dilakukan apabila pada plat lantai telah melalui proses
pemasangan bekisting dan tulangan serta tahap pengecekan oleh tim quality
control. Pengecoran balok menggunakan beton mutu fc’ = 30 MPa. Sebelum
balok dicor dilakukan pembuatan sampel silinder untuk diuji kuat tekan di
laboratorium. Pengujian secara langsung juga dilakukan dengan melakukan uji
slump dengan nilai slump sebesar 12 ± 2 cm. Penjelasan lebih lanjut mengenai
pengecoran balok akan diuraikan pada bagian pengecoran plat lantai.
5. Pembongkaran bekisting
Pembongkaran bekisting balok dilakukan bersamaan dengan plat lantai.
Pembongkaran dilakukan dalam waktu 1 minggu setelah masa pengecoran.
Proses pembongkaran bekisting dilakukan secara hati – hati untuk mengurangi
kebisingan pada lingkungan proyek dan kerusakan pada bekisting.
Gelagar hollow
Bekisting plat lantai yang terpasang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
phenolic film
plywood
b. Sebelum tulangan disusun maka diberi beton decking di atas panel plat
lantai. Pada lapisan bawah, tulangan – tulangan bentang pendek (arah X)
disusun sesuai dengan gambar kerja dengan jarak 150 mm di atas beton
decking. Setelah tulangan bentang pendek disusun dilanjutkan dengan
penyusunan tulangan Y (bentang panjang) diatasnya dengan jarak 150 mm
dengan panjang dan arah tekukan yang sama. Titik temu tulangan diikat
menggunakan kawat bendrat untuk mengindari pergeseran tulangan saat
pengecoran. Pemasangan tulangan plat arah X dan Y terlihat pada gambar
berikut ini.
Arah X
Arah Y
Bar decker /
cakar ayam
Operator screed
Operator
vibrator
Concrete pipe
4. Pembongkaran bekisting
Setelah beton kering dalam waktu 1 minggu maka bekisting dapat dilepaskan.
Bekisting plywood yang dapat digunakan kembali dibersihkan dari sisa – sisa
kotoran bekas cor. Bekisting yang tidak dapat digunakan kembali dikumpulkan
di dasar lantai pada tempat sampah untuk kemudian dibawa ke TPA.
5. Pekerjaan re-shoring
Setelah balok dan plat lantai telah mengering dan melalui pelepasan bekisting,
balok tetap perlu diberi perkuatan menggunakan perancah atau shoring selama
28 hari untuk mencegah terjadinya lendutan dan memaksimalkan kekuatan
beton. Perkuatan kembali pada plat lantai dan balok dilakukan dengan jarak
setiap 2 meter. Re-shoring dilakukan pada titik yang sama di setiap lantainya.
Dokumentasi re-shoring pada balok dan plat lantai diperlihatkan seperti pada
gambar berikut ini.
Perancah untuk
re-shoring
Pekerjaan dimulai dengan menyiapkan tulangan pokok baja ulir D22 dan
stirups D13 yang telah difabrikasi. Tulangan pokok diikat pada stirups
dengan jarak 100 mm. Sambungan antar segmen tulangan adalah 40 kali
diameter atau sekitar 52 cm pada bagian stirups, dan sambungan antar
tulangan pokok adalah 88 cm. Pada tulangan stirups perakitan dilakukan
dengan jarak 100 mm.
Stirrups
D13-100
Tulangan pokok
D22
Vertical
stirrups D13
Segmen – segmen tulangan core wall yang telah didirikan di lokasi lalu
diikat atau disambung dengan tulangan stirrups. Berikut merupakan gambar
perakitan sambungan tulangan core wall segmen 1 dan 2.
Tulangan
diagonal
(crossing)
Beton
decking
3. Pemasangan bekisting
Bekisting yang digunakan pada corewall melalui proses fabrikasi bekisting
pada area lantai dasar sesuai dengan dimensi core wall dan dibawa ke lokasi
pekerjaan dengan bantuan alat crane. Tahapan pemasangan bekisting adalah
sebagai berikut:
a. Papan plywood dipotong dan disambung sesuai dengan ukuran core wall
pada gambar kerja. Selanjutnya core wall direkatkan menggunakan paku
beton dengan balok berupa besi hollow berwarna biru sebagai perkuatan.
Pouring
platform
Balok
support Klem
pengatur
d. Proses pengecoran core wall dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
5. Pembongkaran bekisting
Proses pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton benar – benar kering.
Pembongkaran dapat dilakukan dalam waktu 7 - 8 jam dari selesai pengecoran.
Pembongkaran bekisting dimulai dengan melepas balok support dan
dilanjutkan dengan mengendorkan tie rod. Segmen – segmen bekisting tersebut
kemudian diangkat dan dibawa oleh tower crane ke lantai dasar atau tempat
pengumpulan bekisting. Struktur salah satu sisi core wall yang telah melalui
pembongkaran bekisting diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
3.6.5 Tangga
Pada detail pelaksanaan pekerjaan struktur tangga di bawah ini, penulis meninjau
tangga tipe E yang terletak pada as X9 – Y5 sampai X10 – Y5. Tahapan pekerjaan
tangga secara detail dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pemasangan perancah dan bekisting
Tahapan pemasangan perancah dan bekisting adalah sebagai berikut:
a. Perancah bagian standard (perancah vertikal) dan transom (perancah
horizontal) disusun dengan dasar perancah vertikal dipasang jack base
sebagai dudukan standard. Bagian ujung atas standard dipasang u-head
sebagai tempat perletakan besi hollow bekisting.
transom
standard
Bekisting sisi
samping Balok suri
suri
Siku
bekisting
Tulangan balok
bordes B2-W
Tulangan balok
bordes B2-W
Hasil marking
anak tangga
pokok dan tulangan bagi. Tulangan anak tangga kemudian dirakit dengan
mengaitkan tulangan anak tangga pada bagian tulangan tangga. Setelah
perakitan selesai, dilanjutkan dengan pemasangan bekisting anak tangga seperti
pada gambar di bawah ini.
Tulangan anak
tangga
Bekisting anak
tangga Besi hollow penahan
bekisting
5. Pengecoran tangga
Pengecoran tangga dilakukan menggunakan bantuan bucket dan pipa tremie
yang dibawa oleh crane. Pengecoran dimulai pada bagian tangga paling atas
sehingga hasil cor akan mengalir turun. Pengecoran dilakukan oleh 4 orang
pekerja antara lain 1 operator bucket yag bertugas membuka tutup mulut bucket,
1 orang yang meratakan hasil cor pada tangga dan mengarahkan mulut pipa
tremie, 1 operator alat vibrator, dan 1 orang yang meratakan hasil cor ke bawah
dengan alat screed. Proses pengecoran dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Besi hollow
penahan bekisting
7. Re-shoring
Setelah bekisting samping dibongkar, bekisting bagian bawah serta perancah
tidak dibongkar terlebih dahulu dalam waktu 2 minggu. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi lendutan yang terjadi pada tangga. Dokumentasi re-shoring pada
tangga proyek Gedung TILC dapat dilihat pada gambar di bawah ini.