Anda di halaman 1dari 48

BAB III

SPESIFIKASI ALAT, MATERIAL, DAN


PEKERJA
3.1. Uraian Umum
Penyusunan spesifikasi dalam pengadaan barang yaitu spesifikasi yang disusun
melalui penyaringan keinginan dengan tujuan tercapainya kebutuhan. Spesifikasi
didefinisikan sebagai uraian mengenai persyaratan kinerja barang atau jasa atau
uraian terperinci mengenai persyaratan kualitas material dan pekerjaan yang
diberikan oleh penyedia barang atau jasa. Spesifikasi teknis sebagai dasar
menyusun pemikiran biaya yang dibungkus dalam terminologi harga perkiran
sendiri (HPS). Kemudian perkiraan biaya ini menjadi salah satu komponen dalam
menetapkan tipe dan ruang lingkup kontrak hingga didapatkannya barang atau jasa.
Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 dan perubahannya mengenai spesifikasi
tidak boleh mengandung unsur rekayasa yang menghalangi persaingan seperti
mengarah kepada merek tertentu, kecuali untuk suku cadang dan pengadaan
langsung.
Spesifikasi memiliki lima karakteristik, yaitu :
1. Tepat mutu, kualitas sesuai yang di butuhkan,
2. Jumlah, kualitas sesuai yang dibutuhkan,
3. Tempat, waktu barang dan jasa diadakan atau didatangkan saat dibutuhkan,
4. Tempat lokasi sumber, barang atau jasa berasal dari sumber yang sesuai dan
dikirim atau diterima pada tempat yang di tuju,
5. Tepat harga diurutan paling akhir dengan memperhitungkan biaya – biaya yang
efisien (samsul Ramli : 2014).
Berdasarlan peraturan Presiden Replubik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 atas
perubahan kedua Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010
dijelaskan tentang pelaksanaan pengadaan yaitu meliputi mendatangkan,
mengolah, mengangkut semua bahan, pengerahan tenaga kerja, pengadaan semua
alat – alat bantu dan lain. (Martono, 2012).

21
Perencanaan pengadaan alat dan bahan meliputi :
1. Sasaran pekerjaan (volume, waktu, produk akhir),
2. Jenis pekerjaan (unit pekerjaan, tahap pekerjaan),
3. Kondisi medan (alat yang cocok, spesifikasi, dan jenis medan).

3.2. Macam Alat yang Digunakan


Dalam Rencana Pelaksanaan Pelaksanaan Pembangunan Abutment A1 Jembatan
Ngalang IV, Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang Segmen IV, Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta ini menggunakan alat bantu pekejaan berupa alat berat
maupun alat pembantu lainnya.

Fungsi dari alat dalam pekerjaan konstruksi untuk mempercepat dan mempermudah
pekerjaan. Sedangkan pengadaan peralatan dapat dibedakan menjadi empat kriteria,
antara lain sebagai berikut :

1. Milik sendiri (sudah ada)

Pengadaan alat berat milik sendiri perlu memperhatikan kondisi alat berat
tersebut masih layak digunakan atau perlu perbaikan.

2. Menyewa

Dilakukan jika alat sendiri tidak ada atau sedang dipakai untuk pekerjaan lain.

3. Membeli sendiri (penunjukan atau lelang)

Dalam membeli alat harus memperhatikan berberapa aspek dalam memutuskan


untuk pembelian alat, antara lain :

a. Perlu investasi besar,

b. Jasa peralatan produksi harus lebih tinggi dari bunga bank,

c. Pemanfaatan harus dioptimalkan,

d. Perlu dipertimbangkan kelayakannya.

4. Sewa beli (leasing)

Dalam sewa beli alat jika tidak ada proyek yang dilaksanakan, alat tersebut tetap
terbeli.

22
Pada Pelaksanaan Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas
Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang Segmen IV, Kabupaten Gunungkidul,
Yogyakarta ini menggunakan alat – alat sebagai berikut :

3.2.1. Dump Truck


Dump truck berfungsi sebagai alat pengangkut material ke lokasi proyek.
Penuangan material dilakukan dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled)
dimana bak truck akan terangkat ke belakang sehingga material akan terbongkar ke
bawah.
Pada proyek Pelaksanaan Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas
Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang Segmen IV, Kabupaten Gunungkidul,
Yogyakarta ini digunakan dump truck Hino tipe Dutro 130 HD dengan kapasitas 5
m3 , dengan spesifikasi:
Tabel 3. 1 Spesifikasi Karoseri Flat Bed Bak Truck Hino

(Sumber: www.hino-dutro.com)

23
Gambar 3. 1 Dump Truck Hino Dutro 130 HD
(Sumber: www.hino-dutro.com)

3.2.2. Excavator

Excavator digunakan pada pekerjaan penggalian di bawah permukaan serta untuk


penggalian material keras. Dengan menggunakan excavator maka akan didapatkan
hasil galian yang rata. Pemilihan kapasitas excavator harus sesuai dengan pekerjaan
yang akan dilakukan (Rostiyanti, 2008).

Sedangkan kapasitas excavator dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. jenis material tanah


2. kedalaman galian
3. persyaratan teknis galian
4. sudut putaran backhoe
5. kondisi manajemen
6. faktor operator (keahlian dan sikap)
7. kondisi mesin backhoe
8. kondisi lapangan kerja
(Sajekti, 2009)

Dalam proyek Pelaksanaan Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV,


Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y., excavator berfungsi untuk
mengangkat, menggali, mengisi/membuang tanah pada pembangunan jalan kerja.
Excavator yang digunakan adalah PC – 200 Komatsu. Spesifikasi lebih rinci dapat
dilihat dalam tabel berikut :

24
Tabel 3. 2 Operation Excavator PC – 200 Komatsu

Boom Size (m) – Type 5700 Heavy Duty

Arm Size (m) – Type 2900 Heavy Duty

Bucket Size KGA Standard 0,97 – 1,31 m³

Digging depth max (mm) 6.620

Digging reach max (mm) 9.875

Max reach ground level (mm) 9.700

Swing radius (mm) 2.750

Bucket & arm crowd force 15.200 kgf & 11.000 kgf

(Sumber: pdf Excavator Komatsu PC – 200)

Gambar 3. 2 Excavator Komatsu PC – 200


(Sumber: www.exxa.co, 2021)

25
3.2.3. Truck Mixer
Truck mixer digunakan untuk mengangkut adonan beton yang akan digunakan
untuk pengecoran pile cap dan pengecoran abutment. Selama pengangkutan, mixer
pada truck berputar secara menerus searah jarum jam dengan kecepatan 8–12
putaran per menit. Perputaran mixer dengan tujuan adukan beton tersebut terus
homogen dan tidak mengeras selama perjalanan dari beatching plan menuju ke
lokasi proyek. Dalam pengangkutan perlu diperhatikan interval waktu, karena bila
terlalu lama beton akan mengeras dalam mixer, sehingga akan menimbulkan
kesulitan dan menghambat kelancaran pelaksanan proyek.
Pada Pelaksanaan Pelaksanaan Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV,
Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. pondasi ini menggunakan
truck mixer yang digunakan oleh PT. Berkat Jaya Beton dengan merk HINO FM
260 JM memiliki kapasitas drum 4 m³, 5 m3 ,dan 6 m3 .

Gambar 3. 3 Truck Mixer


(Sumber: https://globalberdikarijaya.com)

3.2.4. Crawler Crane


Crane dengan penggerak artinya crane tersebut dapat melakukan mobilisasi dari
satu tempat ke tempat lain. Jarak perpindahan tersbut tergantung pada jenis
penggeraknya yaitu roda ban atau roda crawler (Susi Fatena Rostiyant, 2008).
Sedangkan untuk pekerjaan pemancangan digunakan crawler crane yang telah
dilengkapi dengan leader dan diesel hammer. Leader merupakan jalan untuk

26
bergeraknya pemukul (hammer) ke atas dan ke bawah dengan diameter tiang
pancang 500 mm digunakan tipe alat tiang pancang diesel K35/K45 (Djoko Wilopo,
2009).
Bagian dan fungsi dari crawler crane meliputi:

Gambar 3. 4 Bagian – Bagian Crawler Crane


(Sumber :alatberat.com)
1. Crawler, untuk memindahkan crane di area kerja dengan cara tram motor
memutar track pada spoketnya.
2. Superstructure, tempat crane berputar, ruang kontrol opereator, atau tempat
peralatan lainnya.
3. Counterweight, bobot yang digunakan untuk menyeimbangkan beban dan berat
crane dalam memberikan stabilitas pada saat mengangkat.
4. Additional couterweight, bobot tambahan untuk menyeimbangkan beban dan
berat crane.
5. Jib, merupakan perpanjangan tambahan yang melekat pada titik boom sehingga
memberikan tambahan panjang boom untuk mengangkat beban yang ditentukan.
6. Mast, tempat untuk menopang tali atau kawat penyeimbang crane, kerekan, dan
pulley.
7. Pulley, untuk memutar bagian pengait sehingga dapat dinaikan dan diturunkan.
Dalam proyek Pelaksanaan Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV,
Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. digunakan crawler crane

27
CKE800G KOBELCO yang akan digunakan untuk memindahkan tiang pancang
dari trailer ke stock yard dan digunakan pula sebagai crane pancang. Serta
spesifikasi utama pada crawler crane tipe ini bisa dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 3. 3 Spesifikasi Utama Crawler Crane CKE 800G Kobelco

(Sumber : brosur hydraulic crawler crane CKE 800G KOBELCO)

3.2.5. Bore Machine


Bore machine merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengangkat material
secara vertikal dan digunakan untuk proses pengeboran pondasi bore pile,
perpaduan antara crane dengan alat bor. Disebut bore karena memiliki fungsi
sebagai alat bore pada pondasi bored pile. Fungsi utama dari bore machine adalah
membuattiang bor atau pondasi bored pile. Bore pile machine merupakan alat berat
yang digerakan oleh mesin. (Rostiyanti, 2002).
secara umum bore pile machine memiliki bagian bagian tersendiri yaitu:
1. Rangka mesin
Rangka mesin mempunyai lebar 1,2 meter dengan panjang 3,00 meter terbuat dari
besi kanal UNP yang berfungsi sebagai susukan winch dan diesel penggerak.

28
2. Penggerak bor
Rotasi pengeboran digerakkan oleh elektromotor kapasitas 7,50 HPdengan
kecepatan rotasi 1500 rpm. Rotasi ini diperlambat dengan speed reducer dengan
ratio 1 : 40 sehingga diperoleh output 90 kgm pada 37,50 rpm.
3. Pipa bor atau rod
Pipa bor atau rod terbuat dari pipa besi galvanis atau baja diameter1,2 m dengan
ketebalan medium SII, yang mempunyai kekuatan moment torsi > 90 kgm.
4. Mata bor
Jenis mata bor yang dipakai disesuaikan dengan kondisi tanah yangsedang dibor.
Ada 2 jenis mata bor yang sering dipakai, seperti:
a. Crob Bit, digunakan pada pengeboran dengan sistem wash boring, disini air
berfungsi sebagai media pengangkut atau pendorong tanah hasil pengeboran.
b. Bor Spiral, digunakan pada saat pengeboran dengan sistem dray drilling.
5. Katrol atau Diesel Winch
Diesel Winch yang dipakai dilengkapi dengan tambang baja (wire rope) yang
mempunyai kekuatan angkat 2 ton dengan kecepatan 8meter per menit.
6. Pompa
Pompa hanya digunakan pada sistem wash boring. Dalam hal ini sering dipakai
pompa sentrifugal yang berdiameter isap 3” dan mempunyai tekanan 1.1 kg/cm2
dihubungkan kestang bor menggunakan selang tekan diameter 2”.
Bored pile machine pada proyek Abutment A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas Jalan
dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. menggunakan alat bor (bore machine)
milik PT. Karya Putra Jasa sebagai berikut:
1. Bore machine menggunakan type mesin bor CMV
2. Crawler crane BMS 1000 KOBELCO

3.2.6. Bulldozer
Bulldozer merupakan traktor yang dipasangkan pisau atau blade di bagian
depannya. Pisau berfungsi untuk mendorong, atau memotong material yang ada di
depannya. Bulldozer terdiri dari tiga bagian yaitu penggerak utama (prime mover),
traktor dan pisau (blade) di bagian depan. (Susi Fatena Rostiyanti, 2008).

29
Pada Proyek Pelaksanaan Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas
Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. ini menggunakan bulldozer yang
memiliki fungsi untuk pembersihan lahan pada awal pengerjaan proyek. Semua
lokasi proyek yang masih berupa lahan bebas, dilakukan pembersihan lahan dengan
menggunakan alat ini. Selain itu, bulldozer digunakan untuk meratakan timbunan
batu pecah yang digunakan untuk lapisan jalan kerja menuju lokasi proyek maupun
pemeliharaan jalan kerja. Bulldozer yang digunakan dalam proyek ini yaitu
Komatsu tipe D61EXi/PXi15 dengan roda crawler (rantai) sejumlah 1 unit.

Gambar 3. 5 Bulldozer Komatsu D61EXi


(Sumber : https://www.smsequipment.com)

Berikut Spesifikasi Bulldozer Tipe D61PXi-24 Merk Komatsu:


a. Berat Badan Beroperasi : 19.580 kg
b. Net Power : 169 HP
c. Jenis Dozer Blade : Semi-U
d. Lebar Blade : 3860 x 1155 mm
e. Kapasitas Blade : 3,8 m3

30
Gambar 3. 6 Spesifikasi Bulldozer Komatsu Tipe D61PXi-24
(Sumber : www.ritchiespecs.com)

31
3.2.7. Concrate Pump Truck
Concrete pump truck merupakan truck yang dilengkapi oleh pompa dan lengan dari
pipa galvanis untuk memompa adonan beton dari truck mixer yang kemudian
dituangkan ke dalam cetakan beton untuk pekerjaan pembetonan. Pada proyek
Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas Jalan dan Jembatan
Tawang – Ngalang, D.I.Y pondasi ini menggunakan concrete pump IHI dengan
panjang lengan (boom) 27,00 meter dan berkapasitas produksi 110 m³/jam.

Gambar 3. 7 Concrete Pump Truk


(sumber : www.indonetwork.co.id)

3.2.8. Concrate Vibrator


Alat penggetar beton atau yang sering disebut (concrete vibrator) digunakan supaya
adukan beton yang dituang ke dalam cetakan atau proses pengecoran dapat berjalan
dengan baik dan hasil yang mendekati sempurna serta hasil beton padat, tidak
keropos, tidak terjadinya segregasi, dan dapat mengeluarkan udara yang ada di
dalam adukan beton. Vibrator terdiri dari tiga bagian yaitu, motor, ujung getar, dan
pipa yang menghubunghkan motor dengan ujung getar. Pada pelaksanaan proyek
Pelaksanaan Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas Jalan dan
Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. pondasi ini menggunakan concrete vibrator
merk Mikasa dengan spesifikasi sebagai berikut :

32
Tabel 3. 4 Spesifikasi Concrete Vibrator Mikasa

(sumber : www.contractorsdirect.com)

Gambar 3. 8 concrete vibrator


(sumber : www.contractorsdirect.com)

3.2.9. Concrate Mixer


Concrete Mixer berfungsi untuk pembuatan adukan beton di lapangan dengan
perputaran silinder pencampuran yang dilengkapi dengan sayap-sayap pengaduk di
dalam silinder sehingga adukan beton tercampur secara homogen. Concrete Mixer
digerakkan oleh mesin penggerak dan dilengkapi dengan pengatur arah silinder
pada saat penuangan adukan sehingga proses pembuatan adukan menjadi cepat dan
mudah.
Selama proses pembuatan adukan bahan beton dicampur dengan perbandingan
tertentu sampai didapatkan mutu campuran beton yang diharapkan. Alat ini
digunakan pada pekerjaan beton volume kecil karena hanya bisa menampung
adukan dengan kapasitas yang terbatas.
Pada proyek ini Concrete Mixer yang digunakan adalah tipe GoldenStar dengan
kapasitas 0,25 m³ sebanyak 1 unit. Karena Concrete Mixer tidak dapat dapat
menghasilkan mutu beton kelas tinggi di lapangan maka digunakan cukup dengan
kapasitas 0,25 m³ hanya untuk pekerjaan lantai kerja.

33
Gambar 3. 9 Concrete Mixer
(Sumber: www.ilmusipil.com)

3.2.10. Bar Bender


Untuk pekerjaan penulangan dibutuhkan alat sebagai pembantu untuk menekuk
atau membengkokan tulangan, alat yang digunakan berupa bar bender. Bar bender
adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja tulangan dalam berbagai
sudut sesuai dengan perencanaan. Cara kerja alat ini hanya memasukan tulangan
baja diantara poros tekan dan poros pembengkok dan kemudian diatur sudutnya
sesuai dengan panjang penjangkaran yang disyaratkan. Untuk tulangan diameter
kecil biasanya digunakan alat pembengkok tulangan berupa dowel dan balok kayu
yang di beri baja siku kemudian tulangan yang dilas tegak lurus dengan baja siku
sebagai poros untuk membengkokan tulangan tersebut. Namun pada proyek
Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas Jalan dan Jembatan
Tawang – Ngalang, D.I.Y. pondasi ini menggunakan bar bender dikarenakan
diameter tulangan yang digunakan cukup besar dan tidak memungkinkan
menggunakan alat tradisional berupa dowel. Untuk mempercepat pekerjaan proyek
ini menggunakan bar bender sebanyak 2 unit. Alat bar bender dapat dilihat seperti
gambar di bawah ini :

34
Gambar 3. 10 Bar bender
(sumber : www.directindustry.com)
Spesifikasi Alat yang digunakan proyek ini:
Manufacture by : Takeda Machinery Co. Ltd.
Max. Bar Dia ( mm) : 32 mm
Dinamo Electro : 2, 2 KW
Length : 880 mm
Width : 880 mm
Height : 750 mm

3.2.11. Bar Cutter


Dikutip dari www.ilmusipil.com bar cutter merupakan alat pemotong baja sesuai
panjang yang di syartakan dari gambar kerja. Pada proyek Pembangunan Abutment
A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y.
pondasi menggunakan bar cutter listrik, keuntungannya adalah dapat memotong
besi dengan diameter 32 mm dibandingkan ddengan bar cutter manual. Spesifikasi
alat bar cutter yang digunakan adalah Takeda.

Gambar 3. 11 Bar cutter


(sumber : www.indonetwork.co.id)

35
3.2.12. Mesin Las
Mesin las digunakan untuk pekerjaan penyambungan tulangan dengan panjang
penjangkaran 40 diameter dan mengelas steel band pada ujung tiang pancang untu
penyambungan tiang pancang. Pada Pembangunan Pembangunan Abutment A1
Jembatan Ngalang IV, Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. pondasi
ini menggunakan mesin las merek Focus SMAW 300 Ampere.

Gambar 3. 12 Mesin Las Focus SMAW 300A


(sumber : www.mesinlas.indonetwork.co.id)

3.2.13. Stamper
Stamper digunakan untuk memadatkan dan meratakan tanah pemadatan tanah
dilakukan dengan cara bertahap, lapisan demi lapisan, setiap lapisan tebalnya
kurang lebih 20 cm, hal ini untuk mendapatkan hasil yang optimal. Lama
pemadatan tiap lapisan tergantung dari jenis tanahnya, kelincahan operator dan

36
jenis alatnya. Stamper yang digunakan dalam proyek ini mempunyai spesifikasi
sebagai berikut :
Stamper Kuda/Tamping Rammmer “Tipe DTR85H”
Technical Data
- Engine Type : Honda GX 160, 4 Stroke OHV Air Cooled.
- Max Power : 4.1kW ( 5.5 HP) / 3600
- Jumping Stroke : 80 mm
- Impact Force : 17.3 kN
- Operating Weight : 85 kg
- Speed : 10-13 m/ min
- Plate size : 310 x 310 mm
- Drive Engine : Gasoline Engine
- Max Power : 4.1 Kw ( 5.5 HP )
- Fuel Tank Capacity : 2.5 ltr
- Fuel Consuption : 1.9 ltr/ hour
- Cooling System : Force Air
- Accessories : Trolley

Gambar 3. 13 Stamper DTR85H


(sumber : www.alat-kosntuksi.com)

37
3.2.14. Theodolite dan Waterpass
Theodolite merupakan alat yang digunakan untuk mengatur, menentukan elevasi
dan sudut pada bangunan konstruksi, tata letak bangunan, dan ketegakan dari
bangunan struktur yang akan di buat. Pengukuran dengan theodolite dilengkapi
dengan teropong pembaca, nivo tabung, bak ukur atau mistar ukur untuk membaca
beda tinggi dari muka tanah. Sedangkan untuk menentukan sudut – sudut ukur
terhadap suatu titik tetap maka diwakili oleh titik – titik sudut yang di dapat dari
hasil pembacaan theodolite. Pada proyek Pembangunan Pembangunan Abutment
A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. ini
menggunakan theodolite tipe Digital Topcon GTS 235N.

Gambar 3. 14 Theodolite Digital Topcon GTS 235N


(sumber : www.eciputra.com)

38
Berikut Spesifikasi Theodolite Merk Topcon GTS 235N :

(Sumber: http://www.dutasurveyindonesia.com)

Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda tinggi atau elevasi dan
jarak pada suatu titik. Pada proyek Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang
IV, Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. digunakan Waterpass
Sokkia B – 20.

Gambar 3. 15 Waterpass Sokkia


(sumber : www.mitralaser.itrademarket.com)

39
3.2.15. Tandem Vibratory Roller
Tandem Vibratory Roller digunakan untuk memadatkan lapisan perkerasan batu
pecah jalan kerja setelah dihampar dan diratakan.
Berikut Spesifikasi Alat tersebut: :
Merk Catterpilar CB564D
Lebar Pemadatan Sandar : 2130,0 mm
Jarak Bebas ke Pinggir : 870 mm III-20
Radius Putar di dalam Tepi Drum : 3940 mm
Jarak Bebas ke Tanah : 306 mm
Beban Linear Statis : 29,6 kg/cm
Kecapatan Travel-maksimum : 13 km/jam

Gambar 3. 16 Tandem Vibratory Roller Catterpilar CB564D


(sumber : www.cat.com)

3.2.16. Scaffolding
Pengertian perancah, menurut Peraturan Menakertrans No.1 Per/Men/1980
tentang Keselamatan Kerja dan Konstruksi Bangunan, perancah (scaffold) adalah
bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai
penyangga tenaga kerja, bahan- bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan
konstruksi bangunan termasuk pekerjaan dan pemeliharaan.
Pada proyek Pelaksanaan Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas
Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. ini perancah atau scaffolding

40
digunakan sebagai alat bantu dan tempat berpijak para pekerja ketika melaksanakan
pekerjaan bekisting ataupun pekerjaan pengecoran.

Gambar 3. 17 Scaffolding
(Sumber: www.123scaffolding.com)

3.3. Alat Bantu


3.3.1. Generator Set
Generator set atau genset merupakan pembangkit listrik sementara yang berfungsi
menghasilkan daya listrik pada pekerjaan di lapangan. Disebut generator set karena
merupakan satu rangkaian peralatan gabungan dari dua buah perangkat berbeda
yaitu engine dan generator atau altenator. Engine sebagai perangkat pemutar,
sedangkan generator sebagai pembangkit listriknya. Generator set berfungsi
sebagai alat pembantu pengecoran dan daya listrik untuk lampu penerangan pada
saat pelaksanaan pekerjaan dilakukan pada malam hari. Generator set yang dipakai
adalah Generator set Green Power Low Noise 5000PMG – D kapasitas 5000 watt.

41
Gambar 3. 18 Generator Set Green Power 5000PMG – D
(sumber : www.diytrade.com)

3.3.2. Pompa Air


Pada pelaksanaan pembangunan abutment ini, pompa air digunakan dalam
pekerjaan dewatering atau pengeringan. Pompa air yang digunakan pada
Pembangunan Abutment A1 Jembatan Ngalang IV, Ruas Jalan dan Jembatan
Tawang – Ngalang, D.I.Y. ini menggunakan merk Matsuko.

Gambar 3. 19 Pompa Air


(Sumber : jatimegah.indonetwork.co.id)

3.3.3. Lampu Penerangan


Lampu penerangan merupakan alat yang digunakan pada saat pekerjaan konstruksi
dilakukan di malam hari. Pada proyek Pembangunan Abutment A1 Jembatan

42
Ngalang IV, Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. ini menggunakan
lampu sorot Kap HPI – T 250 watt.

Gambar 3. 20 Lampu sorot Kap HPI – T 250 watt.


(sumber : www.desmoines-classifieds.com)

Tabel 3. 5 Spesifikasi Alat yang Digunakan


No. Nama Alat Kapasitas Merk Kondisi
1 Dump Truck 5 m³ Hino tipe Dutro 130 HD Baik
2 Excavator 1,31 m³ PC – 200 Komatsu Baik
3
3 Truck Mixer 6m HINO FM 260 JM Baik
4 Crawler Crane - CKE800G KOBELCO Baik
5 Bore Machine 6,23 m³/jam Komatsu D65 WX-15 Baik
3
6 Bulldozer 3,8 m Komatsu D61EXi Baik
7 Concrate Pump Truck 110 m³/jam IHI Type I360 Baik
8 Concrate Vibrator - Mikasa Baik
9 Concrate Mixer 0,25 m³ GoldenStar Baik
10 Bar Bender max "D" 32 mm Takeda Baik
11 Bar Cutter max "D" 32 mm Takeda Baik
12 Mesin Las 300 A Focus SMAW 300 Ampere Baik
13 Stamper - Dtr85H Baik
14 Theodolite - Digital Topcon GTS 235N Baik
15 Waterpass - Sokkia B – 20 Baik
16 Tandem Vibratory Roller 12,6 ton Catterpilar CB564D Baik
17 Scaffolding - Mikasa TM 120 Baik
18 Generator Set 5000 watt Green Power 5000PMG Baik
19 Pompa Air 420 m³/jam Matsuko Baik
20 Lampu Penerangan 250 W Kap HPI – T 250 watt Baik

43
3.4. Spesifikasi Bahan
Umumnya semua pekerjaan meliputi pekerjaan struktur yang dibuat harus sesuai
dengan spesifikasi meliputi garis, ketinggian, kelandaian, dan ukuran yang tertera
pada gambar dan sesuai ketentuan dari konsultan pengawas.
1. Kecuali bila ditetapkan jika seluruh barang material yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan, seperti material, peralatan, dan alat lainnya harus dalam
kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan. Kecuali
bila ditentukan lain dalam kontrak setiap keterangan mengenai peralatan, material,
barang, atau proses paten, dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog
harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas dan tidak boleh di tafsirkan
sebagai upaya membatasi persaingan, dan kontraktor (penyedia jasa) harus
menggunakan peralatan, material, barang, atau proses yang atas penilaian pimpinan
proyek sesuai dengan keterangan tersebut.
2. Bila diminta oleh pimpinan proyek, sebelum memesan material atau barang –
barang manufaktur yang termasuk dalam pekerjaan tetap, kontraktor (penyedia
jasa) harus menyampaikan rincian lengkap untuk persetujuan, mengenai butir –
butir material tersebut, nama – nama perusahaan yang memperoleh material
tersebut, dan daftar material yang akan dipesan dari perusahaan tersebut.
Kontraktor (penyedia jasa) harus mengajukan sample dan dokumen – dokumennya
untuk meminta persetujuan.

3.4.1. Air
Pada perencanaan pembuatan beton salah satu bahan dasar yang digunakan yaitu
Air. Persyaratan umum untuk air harus sesuai dengan SNI-03-2847-2002. Berikut
penjelasannya :
a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
b. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam
agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.

44
c. Air tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan
berikut terpenuhi:
a) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama.
b) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari
adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-
kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang
dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan
serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode
uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan
ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109).

3.4.2. Semen Portland


Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
klinker, yang terdiri dari silikat – silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips
sebagai bahan pembantu. Dalam pekerjaan konstruksi, semen portland merupakan
bahan pengikat yang penting dan banyak digunakan. Jika ditambah air, semen akan
menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi
mortar yang jika digabung dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
Sesuai dengan jenis dan tujuan penggunaannya menurut SNI15-2049-2004 Semen
Portland dibagi menjadi 5 yaitu :
a. Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis lain.
b. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
c. Jenis III yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah.
e. Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.
Tabel 3. 6 Syarat Kimia Utama

45
(Sumber: SNI-15-2049-2004)

Tabel 3. 7 Syarat Kimia Tambahan

(Sumber: SNI-15-2049-2004)

46
Tabel 3. 8 Syarat Fisika Utama

(Sumber: SNI-15-2049-2004)

Tabel 3. 9 Syarat Fisika Tambahan

(Sumber: SNI-15-2049-2004)

47
Syarat-syarat penyimpanan:
1) semen yang datang harus segara disimpan didalam gudang, hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya perubahan pada bentuk semen (penggumpalan)
yang nantinya dapat menurunkan kualitas semen;
2) untuk menghindari kelembaban, semen harus diletakkan di ataspapan cukup
tinggi dari muka tanah dan semen tidak menempelpada dinding ruangan;
3) untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimumtimbunan
sekitar 10 zak;
4) dalam pemakaiannya harus memakai semen yang datang terlebih dahulu (urut
sesuai tanggal kedatangan semen). Untuk itu dalam menyimpan dan menumpuk
semen harus memperhatikan tanggal kedatangan semen;
5) semen tidak boleh basah dan lembab;
6) semen tidak boleh tercampur dengan bahan lain.

Tabel 3. 10 Cara Penyimpanan Semen


(Sumber : www.kumpulengineer.com)

Syarat penggunaan Semen Portland menurut SK SNI S-04- 1989-F yaitu :


a. Urutan pemakaian semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen.
b. Semen yang didatangkan harus dalam keadaan utug tertutup rapat dalam zak
semen.

48
c. Semen yang digunakan harus dalam keadaan baik, bersih, dan tidak
menggumpal.

3.4.3. Agregat Halus


Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir alam atau, bila disetujui
Konsultan Pengawas, material lembut lainnya dengan sifat sama, mempunyai butir
yang bersih, keras dan awet, serta harus bersih dan bebas dari debu, lumpur,
lempung, bahan organik, dan kotoran lainnya, dalam jumlah melebihi batas
toleransi.
Agregat halus harus bergradasi merata dan harus memenuhi ketentuan gradasi
sebagai berikut :
Tabel 3. 11 Gradasi Agregat Halus

(sumber: Analisa saringan agregat halus harus dilakukan menurut J1S A 1102 (Method of
Test for Sieve Analysis of Aggregate and Fineness Modulus) atau AASHTO T 27)
Ketentuan gradasi di atas merupakan batas ekstrim yang harus digunakan dalam
menentukan kesesuaian material dari setiap sumber. Gradasi material dari satu
sumber tidak boleh berlainan komposisi melebihi batas ketentuan. Untuk
menentukan kadar keseragaman gradasi, harus dibuat suatu penentu modulus
kehalusan untuk contoh masing-masing sumber, dan diajukan oleh Kontraktor.
Bila modulus kehalusan berbeda-beda lebih dari 0.20 dari nilai yang digunakan
untuk menentukan perbandingan campuran beton, maka agregat halus itu harus
ditolak, kecuali bila perbandingan campuran disesuaikan, dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
Kadar zat yang mengganggu dalam agregat halus tidak boleh melebihi batas yang
ditentukan dalam Tabel 10-1-2. Terhadap zat pengganggu lainnya yang tidak

49
tercakup dalam tabel itu, harus ditentukan cara penanganannya dengan petunjuk
dari Konsultan Pengawas.
Pengujian untuk material yang lebih halus dari saringan 0,075 mm harus dilakukan
menurut J1S A 1103 (Uji Material Agregat yang lewat saringan 0,074 mm), atau
AASHTO T 11.
Kekerasan agregat halus harus memenuhi kehilangan berat tidak lebih dari 10 %
bila diuji dengan sodium sulfat atau 15 % dengan magnesium sulfat melalui
pengujian AASHTO T 104 (Sulfate Soundness Test).
Semua agregat halus harus bersih dari kotoran organik. Penentuan kandungan
kotoran organik dalam pasir alam dilakukan menurut AASHTO T 21 (Metode Uji
Kotoran Organik dalam Pasir) atau JIS A 1105. Apabila agregat yang harus diuji
menunjukkan warna yang lebih gelap dari warna standar berdasarkan colourmetric
test, harus ditolak.
Tetapi, pasir yang tidak memenuhi ketentuan di atas masih dapat digunakan, dengan
syarat, kuat desak contoh adukan yang menggunakan pasir tersebut lebih dari 95%
kekuatan pada adukan dengan pasir yang sama yang dicuci dengan larutan 3%
sodium hidroksida dan kemudian dicuci dengan air, serta disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Umur contoh adukan yang harus diuji adalah 7 hari dan 28 hari, untuk
semen Portland normal. Kekuatan Kompresi contoh adukan harus ditentukan
menurut AASHTO T 71, “Pengaruh Kotoran Organik dalam Agregat Halus
terhadap kekuatan adukan”.
Syarat penyimpanan agregat halus :
a. Penimbunan pasir harus terpisah dari bahan – bahan lain seperti :split,kapur,
semen, kayu dan lain – lain.
b. Penimbunan pasir harus jauh dari tempat – tempat yang dapat mengalirkan air
hujan dan diberi pembatas untuk menghindari hanyutnya pasir oleh air.
c. Penempatan timbunan pasir sedekat mungkin dengan lokasi pencampuran
untuk memperpendek jarak angkut dan mengurangi kehilangan selama
pengangkutan.

50
3.4.4. Agregat Kasar
i. Agregat kasar harus terdiri dari satu atau lebih dari satu material berikut : batu
pecah, kerikil, ampas tanur tinggi, atau meterial lembam lainnya yang disetujui
dengan sifat yang sama, mempunyai butir – butir yang bersih, keras dan awet.
Agregat kasar harus lebih bersih dan bebas dari butiran – butiran yang panjang,
bulat, bahan organik, dan bahan pengganggu lainnya tidak dalam melebihi batas
toleransi.
ii. Agrgat kasar harus bergradasi merata dan harus memenuhi ketentuan gradasi
berikut ini :
Tabel 3. 12 Gradasi Agregat Kasar

(sumber : metode uji analisa saringan agregat AASHTO T – 27 SU – 10, hal 11)
iii. Kekerasan dari agregat kasar harus memenuhi kehilangan berat tidak lebih dari
30 % dengan uji Abrasi Los Angles (AASHTO T 96) dan fraksi halus harus
memenuhi kehilangan berat tidak melebihi dari 12 % dengan sodium sulfat atau
15 % dengan magnesium sulfat melalui pengujian AASHTO 104.
iv. Kadar zat pengganggu dalam agrgat kasar tidak boleh melebihi batas dalam
tabel 3.9. penanganan zat pengganggu lebih yang tidak tercakup dalam tabel
tersebut harus ditentukan berdasarkan petunjuk konsultan pengawas.

51
Tabel 3. 13 Sifat Agregat Kasar

(sumber : SU – 10 struktur, hal 12)


v. Pengujian untuk material yang lebih halus dari saringan 0,075 mm harus
dilakukan menurut JIS A 1103 (Metode Tes Jumlah Material yang Lewat
Saringan 0,074 mm dalam Agregat), atau AASHTO T 11 Pengujian untuk
partikel yang halus dilakukan menurut JIS A 1126 (Metode Uji untuk Partikel
Halus dalam Agregat Kasar dengan menggunakan Scratch Tester), atau
AASHTO T 112.

3.4.5. Bahan Pembantu / Admixture


Bahan pembantu yang dimaksud ialah bahan yang dapat memperbaiki, menambah
atau meningkatkan mutu beton atau mortar.Penggunaan bahan tambah ini harus
sesuai dengan persyaratan yang mengikuti dan harus diawasi secara ketat baik
dalam jumlah maupun jenisnya. Bila tidak maka bahan tambah tersebut akan
merusak mutu beton atau mortar (pada umumnya ikatan antar material tidak
tercapai). Bahan pembantu ini dapat berupa admixture, abu batu dan
sebagainya.Selama pemakaian bahan – bahan ini harus diadakan pengawasan.
Tujuan penggunaan admixture pada beton segar untuk:
a. Memperbaiki workability beton;
b. Mengatur faktor air semen pada beton segar;
c. Mengurangi penggunaan semen;
d. Mencegah terjadinya segregasi dan bleeding;
e. Mengatur waktu pengikatan aduk beton;
f. Meningkatkan kekuatan beton keras;
g. Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras; dan
h. Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras termasuk tahan terhadap zat-zat
kimia, tahan terhadap gesekan, dll.

52
Secara umum ada dua jenis bahan tambah yaitu bahan tambah yang berupa mineral
(additive) dan bahan tambah kimiawi (chemical admixture).Spesifikasi dapat
dilihat pada SNI 03-2495-1992 tentang bahan tambahan untuk campuran beton.

3.4.6. Kayu
Kayu di sini digunakan sebagai cetakan dan perancah. Dimana kayu yang
digunakan adalah kayu Kruing dan Dolken. Ukuran kayu yang digunakan adalah
kayu 5/7 atau yang lebih besar, kayu papan 2/20 dan kayu multipek. Klasifikasi
kayu berdsarkan golongan pemakaian adalah :
1. Kayu bangunan struktural yaitu kayu bangunan yang digunakan dalam
struktural bangunan dan penggunaannya memerlukan penghitungan besar.
2. Kayu bangunan non struktural yaitu kayu bangunan yang digunakan dalam
bagian bangunan, yang penggunaanya tidak memerlukan perhitungan beban.
3. Kayu bangunan untuk keperluan lain yaitu kayu bangunan yang tidak termasuk
klasifikasi butir 1 dan butir 2 tersebut diatas, tetapi dapat dipergunakan sebagai
bahan bangunan penolong ataupun bangunan sementara.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh kayu adalah sebagai berikut :
1. Persyaratan berdasarkan cacat yang ada
a. Kayu bangunan struktural, kayu harus sehat dan berdasarkan cacat-cacat
yang ada, mutu dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu Mutu A dan Mutu B.
b. Kayu bangunan non-struktural, mutu kayu diketahui berdasarkan cacat yang
ada dan sifat cacat.
c. Kayu bangunan untuk keperluan lain, kayu bangunan yang termasuk
klasifkasi ini adalah kayu yang mempunyai cacat-cacat melebihi persyaratan
untuk mutu kayu bangunan struktural dan non-struktural.
2. Kekuatan kayu
a. Pengelompokan kayu menurut kelas kekuatan secara alami kayu mempunyai
kekuatan yang berbeda menurut jenisnya, berdasarkan tegangan lentur
mutlak dan tegangan tekan, kekuatan kayu dibagi menjadi 5 (lima) kelas,
persyaratan untuk masing-masing kelas ditentukan seperti pada tabel 3.14:

53
Tabel 3. 14 Kelas Kuat Kayu

(sumber : SK SNI S – 04 – 1989 – F, hal 103 ; PKKI Tahun 1961)


b. Penentuan kekuatan kayu bangunan struktural baik untuk mutu A maupun
mutu B didasarkan atas berat jenis kayu, dan diperhitungkan menurut
tegangan dasar (basic stress).

3.4.7. Baja Tulangan


Dalam pelaksanaan suatu proyek, baja tulangan mempunyai peran yang cukup
besar, yaitu sebagai penahan gaya tarik yang terjadi. Dalam penyimpanannya baja
tulangan II-38 harus diberi label yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan
informasi lainnya dan harus dicegah agar tidakterdistorsi, terkontaminasi, terkorosi
atau rusak.
Dalam pemakaiannya bila terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan,
baja tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali natau diluruskan kembali, kecuali
dengan seijin pengguna barang dan jasa pembengkokkan kembali harus dilakukan
dalam keadaan dingin. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan terdiri dari:
1. Baja tulangan polos, merupakan batang baja dengan permukaan licin.
2. Baja tulangan deform, merupakan batang baja dengan bentukpermukaan
khusus, jenis-jenis baja tulangan deform:
- Baja tulangan bersirip teratur
- Baja tulangan bersirip puntir
3. Nominasi baja tulangan:
- Bj.TP = baja tulangan polos
- Bj.TD= baja tulangan deform

54
Tabel 3. 15 Ukuran Baja Tulangan Beton Strip

(Sumber :SNI– 07 – 2052 – 2002 )

55
Tabel 3. 16 Sifat Mekanis Baja Tulangan Beton

(Sumber :SNI– 07 – 2052 – 2002)


Baja tulangan polos dan deform
1. Syarat Penggunaan
a. Besi tidak cacat, berkerak, bersepih, bergelombang, dan tidak terdapat
lipatan-lipatan.
b. Bersih dari lapisan kotoran, lumpur, oli, cat, dan karat.
c. Apabila terjadi kesalahan arah tekuk, maka harus diperiksa di laboratorium
untuk mengetahui kekuatan tariknya.
d. Kawat bendrat yang digunakan harus terbuat dari baja lunak dengan
diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak
bersepuh seng.

56
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut menurutSNI-
03-2847-2002:
1. Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60mm,
pada ujung bebas kait.
2. Bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait.
3. Untuk sengkang dan kait pengikat :
a) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambahperpanjangan
6db pada ujung bebas kait, atau
b) Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan12db
pada ujung bebas kait, atau
c) Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambahperpanjangan
6db pada ujung bebas kait.
Tabel 3. 17 Diameter Bengkokan Minimum Tulangan

(Sumber : SNI– 03 – 2847 – 2002 )

Tabel 3. 18 Toleransi Diameter Untuk Baja Tulangan Polos

(Sumber : SNI 03-6861.1-2002)

57
Tabel 3. 19 Toleransi Perbatang Contoh

(Sumber : SNI 03-6861.1-2002)


Ketentuan mengenai Pemotongan dan pembengkokan adalah sesuai dengan SNI-
03-2847-2002 poin 9.1 Tentang Kait Standar seperti pada gambar berikut:
a. Untuk Bengkokan 180⁰.

b. Untuk Bengkokan 90⁰

c. Untuk Bengkokan Sengkang

Gambar 3. 21 Toleransi pada Pemotongan dan Pembengokan Tulangan


(Sumber: SNI-03-2847-2002)

58
Panjang lewatan dan panjang penyaluran:
1. Bila diperlukan tempat penyambungan tulangan dimana tidak diperlihatkan
pada gambar. Pemilihan tempat sambungan harus dikonsultasikan kepada
pengawas ahli.
2. Panjang lewatan dan panjang penyaluran harus sesuai dengan hargayang
tercantum.
Catatan: Bilamana panjang lewatan diperlukan untuk batang tulangan dengan
diameter batang yang berbeda, harus didasarkan dari diameter yang lebih kecil.
Bagian bengkokan dari tulangan pokok (tulangan memanjang), tidak termasuk
dalam panjang lewatan.
3. Sambungan lewatan hanya dapat dipakai pada batang tulangandengan diameter
≤ 30 cm.
Dalam pemakaiannya bila terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan,
baja tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan kembali, kecuali
dengan seizin pengguna barang dan jasa pembengkokkan kembali harus dilakukan
dalam keadaan dingin.
Untuk penyimpanan baja tulangan digunakan cara:
a) Lantai tempat penyimpanan harus diberi peletakan setinggi 20 cmdi atas tanah;
b) Gudang penyimpanan harus terhindar dari hujan dan matahari;
c) Besi disimpan dan dikelompokkan menurut diameter dan mutu bajanya. Setiap
pengelompokan besi harus diberi identifikasi danlabel terlebih dahulu sebelum
disimpan.
Pada proyek ini menggunakan baja tulangan diameter D8, D10, D13, D15, D19,
D16, D22, D25, D28, D29, dan D32.

3.4.8. Bekisting dan Perancah


Bekisting dan perancah adalah suatu konstruksi pembantu yang bersifat sementara
dan berfungsi sebagai mal atau cetakan pada bagian sisi bawah dan samping dari
bentuk beton yang dikehendaki.
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda yaitu sebelum
beton mengeras mencapai kekuatan yang disyaratkan dan sebelum beton mendapat
bentuknya yang permanen.

59
a. Fungsi utama bekisting dan perancah, yaitu :
• Untuk memberikan bentuk pada sebuah konstruksi beton.
• Untuk memperoleh tekstur permukaan yang diharapkan III-48
• Untuk memikul beton hingga konstruksi tersebut cukup kerasuntuk dapat
memikul diri sendiri
b. Adapun persyaratan dari acuan perancah tersebut adalah :
• Bekisting beton adalah konstruksi cetakan terbuat dari kayu, baja, atau pre-
cast yang digunakan untuk membentuk beton muda agar bila telah mengeras
mencapai dimensi dan kedudukan seperti yang telah tercantum dalam
gambar rencana.
• Semua Bekisting pekerjaan beton harus sesuai dengan petunjuk Direksi,
gambar rencana secara mendetail tentang bentuk Bekisting itu, beton harus
mendapat persetujuan Direksi. Pekerjaan pengecoran tidak boleh dimulai
sebelum cara-cara pengecoran, tahap-tahap pengecoran dan persiapan-
persiapanya disetujui Direksi.
• Bekisting beton harus direncanakan sedemikian sehingga pada waktu
pembongkarannya tidak akan menimbulkan kerusakan pada beton
perancah.
• Bahan Bekisting beton untuk beton biasa umumnya dapat digunakan
plywood/ multiplek kayu 18mm, baja atau beton cetak yang telah disetujui
Direksi.
• Bekisting beton dengan maksud untuk permukaan betonyang harus
dikerjakan lagi, harusterbuat dan terdiri darisalahsatu yang disebut disini.
• Kayu yang bermutu baik, dikerjakan menurut syarat- syarat pengerjaan
seperti menurut PKKI, sambungan dikerjakan dengan alur lidah dan
dihaluskan sebelah dalam.
• Baja dimana sambungan-sambungan paku keeling/baut dikerjakan dengan
kepala terbenam, harus rata dan kedap air.
• Plywood dengan penguat-penguat yang berukuran cukup dan berjarak
sesuai perhitungan Kontraktor dengan seijin tertulisDireksi. Untuk
permukaan beton yang lain, maka bahan- bahan setempat dapat digunakan
dimana dipandang oleh Direksi cukup memenuhi persyaratan.

60
• Dimensi Bekisting harus dengan teliti dikontrol sedemikian sehingga
bentuk-bentuk yang tertera pada gambar rencana sejauh mungkin dapat
dicapai
• Kawat-kawat pengikat dari baja atau besi yang akan terbenam dalam beton
penggunaanya harus seijin Direksi
• Bekisting untuk dinding tegak atau bagian-bagian tipis pada waktu
pengecoran menyebabkan adukan beton akan jatuh lebih tinggi dari 2,00
meter, harus dikerjakan menurut aturan
• Bekisting untuk abutmen dapat dibongkar setelah beton berumur lebih dari
3 hari. Pembongkaran harus dilakukan dengan tenaga statis tanpa getaran,
goncangan atau pukulan yang dapat merusak beton.
c. Syarat utama bekisting dan perancah, yaitu :
• Bekisting dan perancah harus kuat
• Bekisting dan perancah harus mudah dibongkar
• Bekisting dan perancah harus kaku
• Bekisting dan perancah bagian dalam harus bersih
• Bekisting dan perancah harus rapat

3.4.9. Plywood
Plywood terbuat dari lembaran kayu tipis (veeneer) ketebalan antara 0,60 mm
hingga 3,00 setiap lembar kayu tersebut. Syarat dalam pemakaian plywood :
1. Homogen dibanding kayu
2. Penyusunan dan pengembangannya tidak terlalu besar
3. Dapat diperoleh dalam ukuran – ukuran yang besar
4. Penggunaan ulang yang besar
5. Kerapatan dan kadar permukaan yang baik
6. Tepat untuk permukaan – permukaan yang berbentuk lengkung
7. Tebal 4 – 6 mm : untuk membuat cetakan bentuk lengkung dan licin
8. Tebal 9 – 12 mm : untuk acuan yang harus diberi perkuatan dengan jarak
tertentu Tebal 18 – 24 mm : untuk cetakan yang langsung bisa diletakan di atas
gelagar penampang

61
3.4.10. Tanah Urugan
Informasi mengenai sifat tanah yang tercantum dalam gambar atau dari hasil
pembicara kontraktor dengan konsultan pengawas tidak boleh dijadikan statusnya
dasar bagi harga penawaran dari kontraktor.
Kontraktor bertanggung jawab atas penafsirannya mengenai informasi dari pemberi
tugas dan harus mengunjungi tempat kerja dan borrowpit yang mungkin ada,
sebelum membuat penawaran dan harus memastikan sifat tanah, jumlahnya, lokasi,
dan kesessuaiannya untuk memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Material harus dipilih sesuai dengan ketentuan dan persyaratan pada pekerjaan
urugan atau timbunan tertentu yang akan digunakan. Material ini harus bebas dari
bahan – bahan organik dalam jumlah yang merusak, seperti daun, rumput, akar, dan
kotoran.
Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebgai CH menurut
“Unfied atau Casagrande Soil Clasification System”. Bila penggunaan tanah yang
berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya
pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak perlu
daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi, tetapi tidak untuk dipergunakan pada
subgrade kecuali dapat mencapai nilai minimum CBR yang disyaratkan.
Karakteristik fisik dan mekanik tanah urugan atau timbunan mempunyai syarat
sebagai berikut :
a. Kompresbilitas dan elastisitas yang rendah
b. Indeks plastisitas <12
c. Sensitifitas rendah
d. Batas cair <35%
e. Koefesien keseragaman >6
f. Ukuran butir dasar tidak boleh lebih besar dari 7,5 mm, maksimum 40 % dari
butiran halus lewat saringan standar No. 4 dan sekurang – kurangnya 2 % harus
lewat saringan No. 300.
Tanah urugan diambil dari bekas galian dan untuk tanah sisa timbunan “tidak boleh
dibuang tetapi ditinggalkan di lokasi pekerjaan untuk pemadatan alami serta
menjadi hak milik pemilik pekerjaan konstruksi”. Ketentuan ini diperoleh atas

62
keputusan dari persetujuan antara pemilik proyek dengan pejabat pembuat
komitmen dan pekerjaan ini diawasi oleh pengawas lapangan.

3.5. Sumber Material


Sumber bahan-bahan yang di gunakan dalam Pembangunan Abutment A1
Jembatan Ngalang IV, Ruas Jalan dan Jembatan Tawang – Ngalang, D.I.Y. berasal
dari :
a) Air diambil dari wilayah sekitar proyek dan PDAM
b) Semen yang digunakan adalah semen type I dan type III merek Holcim,
sementara adukan beton disuplay dari PT. Semen Nusantara Abadi
c) Agregat halus atau pasir beton untuk pengecoran dipakai pasir Muntilan yang
disuplay dari Magelang, Jawa Tengah, agregat kasar dan batu pecah diambil
dari pabrik PT. Semen Nusantara Abadi.
d) Baja tulangan yang dipakai adalah BJTD 40 fy 400, diameter tulangan :
D8, D10, D13, D15, D19, D16, D22, D25, D28, D29, dan D32.
e) Plywood 0,6 mm dan tripleks 3 mm suplai dari Toko Bangunan terdekat,
f) Tanah urugan diambil dari bekas galian serta mendatangkan dari Quarry
Wonosari, Gunungkidul.

3.6. Klarifikasi Tenaga


Tenaga kerja merupakan salah satu unsur terpenting dalam pelaksanaanpekerjaan
suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu
penyelesaian suatu proyek. Namun perlu diperhatikan jugabahwa manusia
merupakan sumber daya yang komplek dan sulit diprediksi,sehingga diperlukan
adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja.
Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan:
1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja;
2. Rekrutmen dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja;
3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan;
4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek berlangsung;
dan Perencanaan, penjadwalan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan tenaga
kerja.

63
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat (UU no. 13 th 2003, pasal 1 ayat 2).
Tenaga kerja konstruksi diklasifikasikan berdasarkan bidang keilmuan yang terkait
Jasa Konstruksi. Tenaga Kerja Konstruksi terdiri atas kualifikasi dalam jabatan:
a. operator;
b. teknisi atau analis; dan
c. ahli.
Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi
wajibmemiliki Sertifikat Kompetensi Kerja. Pelatihan tenaga kerja konstruksi
diselenggarakan dengan metode pelatihan kerja yang relevan, efektif dan efisien
sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja (UU no. 2 th 2017, Bab VII).
Tabel 3. 20 Persyarataan Umum Jenjang Subkualifikasi

64
65
(Lampiran I, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor: 09/PRT/M/2013)

Tabel 3. 21 Klarifikasi Tenaga Kerja Konstruksi

66
(Lampiran 21, Peraturan LPJK, Nomor 6 Tahun 2017)

67
68

Anda mungkin juga menyukai