Laporan PKL Ervina Oktavia - Desaku Menanti - 170811641038
Laporan PKL Ervina Oktavia - Desaku Menanti - 170811641038
LAPORAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian dan Praktik Lapangan (KPL)
Yang dibimbing oleh Dr.Endang Prastuti, M.Si
Oleh:
Ervina Oktavia 170811641038
1
PENERAPAN PERMAINAN LEMPAR KARET UNTUK MENINGKATKAN
LAPORAN
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan tugas matakuliah Kajian dan Praktik Lapangan (KPL)
Oleh:
Ervina Oktavia 170811641038
2
3
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai bahan evaluasi hasil kegiatan PPL, sekaligus
sebagai proses pembelajaran dalam menulis suatu karya ilmiah melalui praktik dan
Saya menyadari bahwa aktivitas ini dapat berjalan dengan baik karena dukungan
dari banyak pihak. Untuk itu saya ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fattah Hanurawan, M.Si., M.ed. selaku Dekan Jurusan Pendidikan
2. Dr, Nur Eva. S.Psi., M.si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Psikologi Universitas
Negeri Malang.
3. Dr.Endang Prastuti, M.si selaku Dosen Pembimbing PPL yang memberikan arahan
4. Dewi Kurniati yang senantiasa membimbing saya dan menyertai saya dengan doa
serta kebutuhan material dan non material dan dukungan kasih sayang yang tiada
henti diberikan untuk saya selama menjalani kegiatan perkuliahan sampai sekarang
5. Adelin Tasya Mega Putri dan Fitra Azizi sebagai partner bekerja selama
6. Harris Albathoriq dan Talitha Yoannike sebagai seorang yang selalu mendukung
kebutuhan yang berkaitan dengan jalannya PPL maupun dukungan moril yang
5
7. Pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, namun ikut berjasa dalam
Saya akhiri kata pengantar ini dengan harapan semoga laporan ini dapat mendatangkan
Penulis
6
DAFTAR ISI
7
RANCANGAN PROGRAM .......................................................................................... 25
4.1. Landasan Program ...................................................................................................... 25
4.2. Rancangan Program.................................................................................................... 25
4.2.7. Waktu dan tempat Pelaksanaan ............................................................................. 27
4.2.8. Tahapan Pelaksanaan ............................................................................................. 27
4.2.9. Metode Evaluasi .................................................................................................... 29
BAB V .............................................................................................................................. 31
5.1. Kesimpulan................................................................................................................... 31
5.2. Saran ............................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 32
LAMPIRAN .................................................................................................................... 33
1. Lampiran Kartu Bimbingan........................................................................................... 33
2. Lampiran Daftar Kehadiran di Lokasi PPL ................................................................. 34
3. Lampiran Logbook Kegiatan ......................................................................................... 40
4. Transkrip Wawancara .................................................................................................... 49
5. Alat Ukur Psikologi ......................................................................................................... 50
6. Modul / Materi Kegiatan................................................................................................. 50
7. Surat Tugas ...................................................................................................................... 53
8. Lembar Penilaian Supervisor ......................................................................................... 54
9. Dokumentasi Kegiatan .................................................................................................... 54
8
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Desaku Menanti .... 1Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Research and Development ........... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.2 Bagan Bahan Ajar ................................................................................... 28
Tabel 3.1 Daftar Nama Anak-Anak ............................................................................ 25
Tabel 4.2 Tahapan Program ....................................................................................... 28
Tabel 4.2 Instrumen Motivasi Belajar ........................................................................ 30
9
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.2. Visi-Misi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Insan Sejahtera Kota Malang
Visi dari LKS Insan Sejahtera Kota Malang adalah “Menjadi Lembaga yang Unggul
Dalam Pemberdayaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Rangka
Mewujudkan Masyarakat yang Cerdas, dan Bertanggung Jawab Dalam Membangun
Bangsa Indonesia”
Adapun misi dari LKS Insan Sejahtera Kota Malang sebagai berikut :
1. Mengembangkan konsep pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia
dalam bingkai spiritual sekaligus nasionalis.
2. Mengembangkan dunia pendidikan, pengabdian, dan pemberdayaan masyarakat.
3. menjalin kerjasama dengan lembaga lain yang terkait daalam rangka kemajuan
bersama yang saing menguntungkan.
10
4. membantu dan menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat yang
membutuhkan.
5. pelayanan kepada anak menuju anak yang berkwalitas
Ketua Harian
Maria Carmela N.I.H. S.Sos., M.Pd
Divisi Pendidikan
Divisi Wisata Divisi Usaha
Diklat, dan Litbang
• Maria Carmela
• Suharti • Dyah Yuliani
N.I.H. S.Sos.,
• Mahmudi • Rita Amara
M.pd
• Yosana S.Sos
• DR. Agung
Suprapto, S.Kom.
M.PA
11
1.2. Latar Belakang
Permasalahan mengenai kesejahteraan sosial dapat dilihat di beberapa wilayah di
Indonesia, salah satunya di Kota Malang, Jawa Timur. Dari permasalahan yang ada
pemerintah memimiliki istilah untuk menyebut seseorang ataupun kelompok yang
mengalami permasalahan kesejahteraan sosial dengan istilah Penyandang Kesejahteraan
Sosial atau disingkat PMKS. PMKS sendiri didiskripsikan merupakan seseorang,
kelompok masyarakat atau keluarga yang dikarenakan memiliki suatu hambatan,
gangguan atau kesulitan, tidak bisa melaksanakan fungsi sosial yang dimiliki, sehingga
tidak dapat terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari (kebutuhan jasmani, rohani,
sosial) secara memadai dan wajar. Adanya gangguan dan hambatan kesulitan tersebut
berupa kemiskinan, keterasingan sosial, terlantarnya seseorang dan adanya perubahan
lingkungan secara mendadak.
PMKS yang sering dan mudah ditemui di jalanan, tempat keramaian dan juga di
setiap pemberhentian lampu lalu lintas adalah gelandangan dan pengemis yang tak
jarang mengganggu aktivitas masyarakat sekitar dengan berbagai modus demi
mendapatkan uang. Permasalahan terkait PMKS di Kota Malang sendiri cenderung
sulit berkurang dikarenakan setiap upaya penanganan gelandangan dan pengemis
berhasil diselesaikan, muncul kembali gelandangan dan pengemis baru yang datang
dari desa menuju kota-kota besar, sehingga persoalan gelandangan dan pengemis tidak
kunjung selesai dan terus muncul kembali. Angka gelandangan dan pengemis juga
diperkirakan terus naik, mengingat daya tarik perkotaan yang semakin menarik bagi
orang-orang yang berasal dari desa dan susah mencari lapangan pekerjaan di desa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian
Sosial, tercatat bahwa per tanggal 31 Desember 2013, jumlah gelandangan dan
pengemis mencapai angka 61.090, sedangkan per tanggal 1 Mei pada tahun 2015,
jumlah gelandangan mencapai angka 30.019 orang, jumlah pengemis mencapai angka
23.595 orang.
Demi mengentaskan angka gelandangan dan pengemis pemerintah melalui
Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) mencanangkan sebuah program
yang bernama program “DESAKU MENANTI” sebagai salah satu bentuk penanganan
masalah gelandangan dan pengemis tersebut (Kementerian Sosial RI, 2014). Definisi
program Desaku Menanti adalah sebuah program rehabilitasi sosial gelandangan dan
pengemis yang dilakukan secara terpadu dan berbasis desa (Kementerian Sosial RI, 2014).
Yang mana terdapat 40 Kartu Keluarga (KK) dimasukkan dalam program Desaku Menanti,
diiharapkan mereka tidak lagi turun ke jalan untuk mengamen, mengemis, maupun
memulung. Namun realitas yang ada dilapangan masih didapati beberapa gelandangan dan
pengemis yang tergabung dalam program desaku menanti masih berkeliaran di jalanan,
yang beberapa membawa anak-anak mengemis di lampu merah untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Menurut pernyataan dari Ketua Harian Desaku Menanti yakni Ibu
Maria Carmela N.I.H menyebutkan bahwa sangat sulit untuk mengubah pola pikir kepala
keluarga dan orangtua di Desaku Menanti dikarenakan perilaku mengemis dan meminta
sudah melekat dalam diri mereka dan sulit untuk di benahi, sehingga upaya yang paling
memungkinkan adalah dengan mengedukasi anak-anak yang ada di desaku menanti.
Karena kehidupan anak-anak yang biasa hidup di jalanan, sehingga tidak terbiasa untuk
12
melakukan kegiatan belajar. Ketika dilakukan observasi mengenai pengetahuan anak-anak
di Desaku Menanti ditemukan bahwa kemampuan belajar yang kurang dari segi umur
mereka dibandingkan dengan anak-anak pada seusianya. hal ini disebabkan kurangnya
media belajar yang membuat mereka mudah memahami pelajaran,waktu yang dipakai
untuk turun ke jalan, kurang termotivasi untuk belajar .
Penelitian yang dilakukan oleh Afifah & Hartatik (2019) menyatakan bahwa
motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri maupun dari luar
diri individu untuk memunculkan keinginan semangat belajar dengan tujuan pendapatkan
pengetahuan dan prestasi. Dorongan atau keinginan belajar sangat dibutuhkan oleh
individu untuk mencapai target, menerima prestasi atau pencapaian, mengalami perubahan
kebiasaan. Kurangnya tingkat motivasi belajar juga akan menyebabkan ketidaktertarikan
individu akan hal-hal yang akan dipelajarinya. Motiviasi sendiri merupakan salah satu
aspek penting untuk menunjang kesuksesan, meraih prestasi dan pencapaian dan
keberhasilan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar, apabila siswa tidak memiliki
motivasi dalam belajar maka siswa tidak akan mencapai proses belajar yang maksimal
(Hamdu & Agustina, 2011). Motivasi belajar juga merupakan kekuatan yang ada dalam
diri seseorang yang timbul dalam proses kegiatan belajar dimana individu memiliki rasa
ketertarikan, aktif, dan memiliki dorongan dan semangat untuk belajar (Afandi, 2015). Jika
individu tidak atau kurang memiliki motivasi belajar maka individu tersebut akan
cenderung malas, tidak memiliki minat untuk mempelajari hal-hal yang baru.
Pernyataan menurut Afifah & Hartatik (2019) proses belajar dan pembelajaran yang
baik yakni proses pembelajaran yang menyenangkan dan membangkitkan semangat untuk
melakukan aktivitas belajar yang efektif dan bermakna. Penyampaian materi pembelajaran
yang menyenangkan yakni dengan melakukan permainan, sehingga belajar sambil bermain
merupakan istilah yang sesuai, belajar sambil bermain dapat memberikan pengetahuan dan
pembelajaran tanpa disarari oleh siswa/siswi (Ismail, 2006). Belajar sambil bermain
merupakan salah satu metode belajar yang mudah, karena tidak memberikan tekanan atau
beban yang berlebihan kepada siswa/siswi, hal tersebut terjadi karena bermain merupakan
kegiatan yang menyenangkan. Pada dasarnya menurut Sudono (2000) bermain merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan dengan alat atau tidak dengan alat yang dapat memberikan
informasi dan bersifat menyenangkan dan dapat mengembangkan kemampuan imajinatif
pada anak. Salah satu permainan yang digunakan untuk menunjang proses belajar yakni
permainan lempar karet. Penulis menggunakan permainan lempar karet dikarenakan
permainan ini cenderung mudah untuk dimainkan, harga alat dan bahan pembuatan
tergolong murah dan mudah ditemukan. Penulis berharap dengan dibuatnya program
permainan lempar karet dapat membantu meningkatkan motivasi belajar dalam berhitung
bagi anak-anak di DESAKU MENANTI.
1.3. Tujuan KPL
Tujuan dari penulisan laporan praktik pengalaman lapangan dengan bentuk
kegiatan pengembangan permainan karet gelang adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan motivasi belajar pada anak-anak Desaku Menanti
13
2. Meningkatkan kemampuan berhitung menggunakan metode bermain karet gelang
pada anak-anak Desaku Menanti.
3. Untuk memberikan pengetahuan mengenai metode belajar melalui permainan karet
gelang.
4. Meningkatkan pengetahuan pada anak-anak Desaku Menanti.
b. Tujuan Umum
1. Membantu Instansi yakni Lembaga Kesejahteraan Mutiara Insani untuk mendampingi
anak-anak di Desaku Menanti.
2. Membantu Lembaga Kesejahteraan Sosial Mutiara Insani meningkatkan dalam
mencapai tujuan secara umum yakni pelayanan kepada anak menuju anak yang
berkwalitas
3. Membantu Lembaga Kesejahteraan Sosial Mutiara Insani meningkatkan kualitas
pelayanan.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
15
indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar.
2.1.3. Dimensi dalam Motivasi Belajar
Penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2008) menyebutkan terdapat
aspek-aspek yang ada dalam motivasi belajar, yaitu :
a. Ketekunan dalam belajar, aspek ini meliputi indikator yakni kehadiran individu
di sekolah, Individu dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan baik,
individu memiliki keinginan untuk mengulang kembali atau membaca materi
di rumah.
b. Memiliki kemampuan untuk menghadapi kesulitan, aspek ini memiliki
indikator yakni, individu mampu dan siap untuk dapat menghadapi kesulitan
dalam proses pembelajaran yang dilakukan baik di rumah maupun di sekolah,
adanya usaha yang dilakukan individu untuk dapat mengatasi kesulitan yang
dihadapi saat melakukan proses belajar.
c. Memiliki minat dan perhatian dalam belajar, aspek ini memiliki indikator
yakni, individu memiliki kebiasaan atau terbiasa untuk melakukan kegiatan
belajar, individu memiliki semangat untuk melakukan proses pembelajaran.
d. Berprestasi dalam belajar, dalam aspek ini terdapat indikator yakni, individu
memiliki keinginan mengenai pencapaian untuk berprestasi dalam belajar,
individu menginginkan hasil yang baik dalam proses bengerjaan tugas, ujian
dan hasil akhir ataupun rapot.
e. Mandiri dalam belajar, aspek ini memiliki indikator yakni, individu mampu
mengerjakan dan menyelesaikan tugas rumah ataupun tugas sekolah tanpa
harus diminta oleh pembimbing di sekolah atau di rumah, individu mampu
menggunakan waktu dengan baik untuk mendalami materi pembelajaran diluar
jam sekolah atau diluar jam belajar.
16
memengaruhi motivasi belajar. Pembimbing belajar yang kurang menguasi
materi untuk belajar dapat mengurangi motivasi belajar yang telah dimiliki
oleh inidvidu, kehadiran teman sebaya dalam melakukan belajar kemlompok
dapat memengaruhi tingkat motivasi belajar.
c. Faktor instrumen, yakni perangkat atau alat yang digunakan individu dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Perangkat atau alat disini yang dimaksud
adalah kurikulum, menyusunan program belajar, sarana dan prasana, media
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar pada individu.
2.1.5. Fungsi Motivasi Belajar
Berdasarkan buku yang ditulis oleh Sardiman (2008) menyebutkan terdapat
beberapa fungsi dari motivasi belajar yang menjadi pendukung mengenai deskripsi
mengenai motivasi belajar ,yakni:
a. Memberikan dorongan pada individu untuk melakukan kegiatan, motivasi
berfungsi untuk mendorong individu untuk dapat melaksanakan kegiatan
belajar dengan baik.
b. Menjadi penentu perubahan pada individu, motivasi belajar menjadi penentu
mengenai perubahan yang terjadi pada individu setelah mendapatkan
pengetahuan atau informasi.
c. Menjadi penyeleksi mengenai perbuatan, menjadi suatu dorongan mengenai
apa yang harus dikerjakan dan dilakukan, menentukan skala prioritas yang
harus dilakukan terlebih dahulu untuk dapat mencapai tujuan.
2.1.6. Strategi dalam Motivasi Belajar
Berlandas dari buku Tri (2006) menyatakan bahwa terdapat stategi yang
dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yaitu:
a. Meningkatkan minat dan keinginan untuk belajar, meningkatkan minat belajar
untuk meningkatkan motivasi belajar pada individu dapat dilakukan dengan
berbagai cara menyesuaikan metode dan cara yang efektif pada diri individu.
b. Meningkatkan rasa ingin tahu, dalam melaksanakan pembelajaran pendamping
atau mengajar diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan rasa ingin tahu
pada individu. Rasa ingin tahu yang ada dalam individu daoat mendorong
keinginan untuk belajar.
c. Menggunakan metode belajar yang menarik, proses belajar yang menarik dan
menyenangkan tanpa disadari akan meningkatkan tingkat motivasi individu
dalam belajar.
d. Membuat rumusan mengenai tujuan belajar, mengetahui rancangan dan tujuan
dalam melaksanakan pembelajaran dapat meningkatkan atau membantu
individu untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
17
2.2. Permainan Karet Gelang
2.2.1. Bermain
Menurut Smith and Pellegrini (2008), bermain merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara
menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif.
Hal ini berarti, bermain bukanlah kegiatan yang dilakukan demi menyenangkan
orang lain, tetapi semata-mata karena keinginan dari diri sendiri. Oleh karena itu,
bermain itu menyenangkan dan dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan
bagi pemainnya. Di dalam bermain, anak tidak berpikir tentang hasil karena proses
lebih penting daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel, karenanya anak
dapat membuat kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara baru yang berbeda
dari sebelumnya. Bermain bukanlah aktivitas yang kaku. Bermain juga bersifat
aktif karena anak benar-benar terlibat dan tidak pura-pura aktif. Bermain juga
bersifat positif dan membawa efek positif karena membuat pemainnya tersenyum
dan tertawa karena menikmati apa yang mereka lakukan. Dengan demikian,
bermain adalah kegiatan yang menyenangkan, bersifat pribadi, berorientasi proses,
bersifat fleksibel, dan berefek positif. Bermain juga dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari
pihak luar (Hurlock, 1997).
2.2.2. Karakteristik Bermain
Menurut Burghart (1984, dalam Cohen, 2006), karakteristik bermain antara
lain sebagai berikut:
1. Tidak ada fungsi langsung yang jelas.
2. Memberi efek menyenangkan.
3. Memiliki urutan yang berbeda-beda.
4. Mencari stimulus.
5. Melibatkan gerakan yang berlebihan, tidak pas atau aneh.
6. Melibatkan tindakan cepat dan berenergi.
7. Kurang mengancam.
8. Lebih banyak dilakukan oleh anak-anak.
9. Latar belakangnya adalah hubungan peran
Hurlock (1956) mengemukakan karakteristik permainan anak-anak, antara
lain:
1. Bermain mengikuti pola perkembangan.
2. Aktivitas bermain menurun seiring dengan pertambahan usia.
3. Waktu yang dihabiskan untuk bermain menurun seiring usia.
4. Waktu yang dihabiskan untuk aktivitas spesifik meningkat seiring usia.
5. Permainan anak-anak yang lebih muda bersifat lebih informal.
18
6. Bermain menjadi kurang gerakan fisik seiring pertembahan usia. Karakteristik
permainan anak memiliki ciri yang khas. Sehingga setiap ahli menjelaskan dengan
pandangan tertentu dan saling melengkapi.
b. Perkembangan Bahasa
Dalam melakukan aktivitas permainan, anak dituntut harus belajar
berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus
belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain ketika bermain.
c. Perkembangan Moral
Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan,
menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya. Apabila anak
mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu
mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat
mereka benar-benar harus bertanggungjawab.
19
d. Perkembangan Sosial dan Emosional
Bermain merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan
perasaan/emosinya dan ia belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya
sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat
menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang
mengalami gangguan emosi
e. Perkembangan Fisik
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh
otot tubuhnya, sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan
penginderaan. Permainan menitik beratkan anak pada keterampilan dalam
mengkoordinasikan gerakan motorik maupun motorik halus.
f. Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan
kepada anak untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam
bermain anak mendapatkan kebebasan.
20
2. Tanggung jawab perseorangan Masing-masing anggota dalam tim mempunyai
tugas masing-masing dalam permainan sehingga keberhasilan tim tergantung pada
masingmasing anggota kelompoknya. Di dalam satu tim, antara anggota yang satu
dan yang lain saling bertukar posisi (tugas) sehingga masingmasing anggota sama
sama merasakan di setiap posisi di satu tim kerja.
21
BAB III
ANALISIS KEBUTUHAN
Revisi Produksi
produk Massal
22
Pembuatan laporan ini berupa rancangan, dimana penulis melakukan proses
dengan metode R & D hingga tahap yang ketiga, yakni desain produk. Tahap
pertama dilakukan penulis yakni melihat potensi dan masalah yang ada di lapangan
dengan observasi lapangan dan wawancara, kemudian penulis melakukan
pengumpulan data untuk mempuat produk yang sesuai dengan permasalahan yang
ada di lapangan, kemudian tahap ketiga yakni pembuatan desian produk lempar
karet.
Responden atau subjek penelitian yakni anak-anak yang berada di
DESAKU MENANTI. Anak-anak tersebut memiliki rentang usia yang berbeda
beda. Anak-anak tersebut merupakan anak dari kepala keluarga yang berbeda.
Tabel 3.1 Daftar Nama Anak-Anak
3.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan fenomena yang melatarbelakangi anak-anak di Desaku Menanti
bahwa selama program yang terlaksana masih adanya warga binaan yang turun ke
jalan termasuk orang tua yang membawa anak-anak. Hal ini menjadikan anak-anak
banyak menghabiskan waktu dengan kehidupan jalanan sehingga sedikitnya waktu
untuk memahami pelajaran, dan berpengaruh pada motivasi belajar mereka
sehingga hal ini yang menjadi fokus oleh penulis. menurut keterangan oleh Ibu
Maria yang merupakan ketua harian bahwa:
“Banyak sekali pelatihan yang sudah diberikan tapi ya itu, watak meminta itu sulit
sekali diubah dari orangtuanya. yang memungkinkan ya dari anak-anaknya untuk
perubahan jangka panjang, supaya mereka tidak kaya orangtua nya meminta-
minta dan paling tidak punya bekal untuk kedepannya”
Dari pernyataan Bu Maria tersebut dapat dilihat bahwa yang paling
memungkinkan untuk memunculkan perubahan bagi warga binaan DESAKU
MENANTI adalah dengan membenahi anak-anaknya, salah satunya adalah
meningkatkan motivasi belajar mereka. fungsi utama pendidikan yang didapat
pertama kali oleh anak dari keluarga (Iftitah & Anawati,2020) anak-anak tidak
mendapat pendidikan keluarga dengan maksimal bahkan beberapa orangtua
mengharuskan anaknya untuk turun kejalan, kesibukan ini sehari-hari membuat
23
mereka tidak memiliki fokus yang baik dalam belajar. Bandura (1997) mengatakan
bahwa manusia merupakan makhluk sosial sehingga manusia belajar dengan
mengamati model di sekitar lingkungannya, penanaman contoh yang tidak baik
pada anak dapat menjadikan anak-anak kehilangan norma, aturan dan bahkan
motivasi dalam belajar.
3.3.Rumusan Masalah
1 Media apakah yang dapat membantu anak-anak untuk meningkatkan motivasi
belajar berhitung?
2 Apakah melalui permainan lempar karet mampu meningkatkan motivasi belajar
berhitung pada anak-anak?
3 Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar anak-anak setelah belajar dengan
menggunakan metode permainan lempar karet?
4 Apakah metode belajar dengan permainan lempar karet menjadi metode yang
efektif untuk meningkatkan motivasi belajar?
5 Apakah motivasi belajar berhitung dapat ditingkatkan dengan menggunakan
permiananlempar karet?
24
BAB IV
RANCANGAN PROGRAM
Kebutuhan permasalahan yang ada dan menjadi fokus utama penulis yakni
program untuk meningkatkan motivasi belajar pada anak-anak DESAKU
MENANTI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu & Hartatik (2018)
permainan lempar karet mampu menjadi inovasi untuk meningkatkan pemahaman
matematika atau berhitung. Metode dengan menggunakan permainan ini
merupakan metode yang dianggap efektif dikarenakan menurut Ismail (2006)
penyampaian materi pembelajaran yang menyenangkan yakni dengan melakukan
permainan, sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan. Belajar yang
menyenangkan akan membuat siswa dan siswi menjadi lebih bersinergis, semangat,
dan tertarik terhadap hal-hal yang dipelajari, sehingga menghasilkan peningkatan
motivasi belajar. Oleh karena itu penulis membuat program pengembangan berupa
“Penerapan Permainan Lempar Karet Untuk Meningkatkan motivasi Belajar
Dalam Berhitung Pada Anak Desaku Menanti Kota Malang”.
25
penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk dan menguji keefektifan
produk yang telah peneliti buat.
4.2.3. Tujuan
1 Berdasarkan aspek kognitif: meningkatkan kemampuan untuk belajar dalam
berhitung
2 Berdasarkan aspek afektif: Menumbuhkan ketertarikan untuk belajar,
menumbuhkan semangat untuk belajar, meningkatkan keaktifan anak dalam
pembelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan minat yang ada pada anak-
anak
3 Berdasarkan aspek psikomotorik: meningkatnya motivasi belajar pada anak-
anak.
4.2.4. Peserta
peserta yang berpartisipasi dalam program pengembangan ini sebanyak enam
anak yang saat ini sedang duduk di bangku sekolah dasar, keenam anak tersebut
antara lain adalah : Sekar(7 tahun) ,Bilgis (12 tahun), Jihan (11 tahun), Naizar (8
tahun),Nita (10 tahun) dan Kamila (9 tahun)
Penjumlahan,pengurangan,Per Penjumlahan,pengurangan,Per
kalian dan Pembagian kalian dan Pembagian
27
• mampu
dalam
ketepatan
melakukan
pelemparan
• Mampu
untuk
mengikuti
peraturan
yang ada
Kelas 3 • Dapat lebih
• Penjumlahan dan memahami
Pengurangan dan terlatih
• Perkalian dalam
• Pembagian perkalian
• Dapat lebih
memahami
dan terlatih
dalam
penjumlahan
dan
pengurangan
• Dapat lebih
memahami
dan terlatih
dalam
pembagian
• Mampu
untuk
menyusun
strategi
dalam
permainan
28
5. Pembimbing menjelaskan kepada anak-anak tentang aturan-aturan permainan
“lempar karet” adalah sebagai berikut.
a. Masing-masing tim memperoleh kesempatan 5 kali pelemparan (banyak
pelemparan bisa disesuaikan dengan waktu pelaksanaan).
b. Masing-masing tim memperoleh modal karet sebanyak 15 buah. Dari 15 buah
karet tersebut dibuat 5 buah gulungan karet dengan jumlah masing-masing
gulungan tergantung pada komposisi jumlah yang dibuat masing-masing tim.
d. Karet dilempar ke kotak area pelemparan
e. Kesempatan pelemparan masing-masing tim diberikan sebanyak 5 kali.
6. Memberikan contoh dengan mensimulasikan bagaimana cara bermain lempar
karet.
7. Memberikan instruksi kepada tim untuk memulai permainan lempar karet
sesuai dengan aturan yang sudah diberikan.
8. Mengamati jalannya permainan dari masing-masing flat dan memberikan
bimbingan kepada masing-masing kelompok.
9. Memberikan kesempatan kepada masing-masing tim untuk mempresentasikan
hasil karet yang didapatkan selama permainan.
10. Memberikan reward kepada tim yang menang.
29
e. Mandiri dalam belajar, individu mampu menggunakan waktu dengan baik
untuk mendalami materi pembelajaran diluar jam sekolah atau diluar jam
belajar.
Instrumen yang akan digunakan berbentuk butir-butir pernyataan yang akan
dibuat sesuai dengan indikator motivasi belajar.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket berbentuk ceklist
dengan menggunakan skala Guttman dengan memberi skor 1 jika perilaku muncul
dan skor 0 apabila tidak muncul perilaku, berikut tabel instrumen motivasi belajar:
Tabel 4.2 Instrumen Motivasi Belajar
Nama Anak
No. Indikator
Sekar Naizar Bilgis Jihan Nita Kamila
1 Tekun dalam mengerjakan tugas 0 1 1 1 1 1
2 Memiliki kemampuan untuk 1 1 1 1 1 1
menghadapi kesulitan
3 Memiliki minat dan perhatian 0 1 1 1 1 1
dalam belajar
4 Berprestasi dalam belajar 0 1 1 1 1 1
5 Mandiri dalam belajar 0 0 1 1 1 1
Keterangan:
Skor 0 : Perilaku Tidak muncul
Skor 1 : Perilaku Muncul
Penulis juga melihat langsung respon yang ada pada masing-masing anak
setelah dilakukannya program, dengan tetap menjalankan proses belajar
matematika dan memberikan latihan-latihan soal.
30
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Permainan mampu untuk menjadi sarana dalam meningkatkan motivasi
belajar pada anak, belajar sambil bermain dianggap efektif karena tidak
menimbulkan tekanan dalam menyampaikan pembelajaran dikarena bermain
bersifat menyenangkan. Permainan lempar karet dapat menjadi inovasi dalam
membantu anak-anak memahami pelajaran berhitung..
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis bahwa
dengan keseharian dan lingkungan anak-anak Desaku Menanti rentan dalam
minimnya motivasi dan belum pahamnya konsep berhitung yang merupakan
pengetahuan dasar. Permainan lempar karet ini dirasa efektif untuk menjadi media
peningkatan motivasi belajar pada anak-anak terkhususnya dalam berhitung,
dikarenakan anak dapat terjun langsung dalam pembelajaran, dapat sambil bermain
bersama teman-temannya, memudahkan anak dalam memahami materi
dikarenakan tervisualisasikan dalam bentuk permainan.
5.2. Saran
1 Bagi instansi terkait
Diharapkan bagi instansi terkait dapat memakai media permainan sebagai
program agar anak-anak binaan juga dapat pelatihan yang terinovasi untuk desa
yang lebih maju dalam jangka panjang
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
1. Lampiran Kartu Bimbingan
33
2. Lampiran Daftar Kehadiran di Lokasi PPL
34
35
36
37
38
39
3. Lampiran Logbook Kegiatan
40
41
42
43
44
45
46
47
48
4. Transkrip Wawancara
Pewawancara Selamat siang bu.. maaf mengganggu waktunya, hari ini saya ingin
mewawancarai bu maria terkait proses belajar anak-anak Desaku Menanti
Narasumber Baik.. silahkan
Pewawancara Apakah semua anak-anak disini menempuh sekolah bu?
Narasumber Sebagian menempuh sekolah, ada sekolah dibawah.. kalau yang keci-kecil
biasanya ikut sekolah TK disamping kantor sini
Pewawancara Apakah selain sekolah anak-anak mendapatkan pendidikan diluar sekoah?
Narasumber Biasanya saya yang mengajar sore-sore sekitar jam 5an di sini atau gak di
rumah depan, biasa saya mengajar perkalian, membaca, kalau pengajian
biasanya sama pak slamet
Pewawancara Apakah itu rutin bu dilakukan?
Narasumber Tidak kadang-kadang kalau saya sempat saja, beberapa hari ini sudah
jarang belajar sama saya
Pewawancara Apakah ada kendala bu dalam mengajar?
Narasumber Yaa.. karna kita tau latar belakang mereka ya, mereka kan terbiasa dalam
orang-orang yang turun kejalan, pastinya mereka lebih susah diatur beda
dengan anak-anak pada umumnya, kadang ada orang tua pas lagi belajar
nyuruh pulang,itu biasanya alvin jam2 disuruh orang tuanya tturun
kejalan, akademik pun mereka agak kurang daris seusianya
Pewawancara Tapi mereka masih mau belajar ya bu?
Narasumber Kalau belajar mereka mau-mau saja, cuma ya itu susah mengajarinya
Pewawancara Ohh baik bu, berarti mereka agak sulit untuk diajarin ya bu, kalau
misalnya mengajari mereka dengan permainan bu apakah pernah?
Narasumber Untuk selama saya disini belum pernah ya karna saya pun terbatas, ini saja
mainan ada disini saya bawa bekas punya anak saya kesini.
Pewawancara Hahaha begitu bu, menurut ibu upaya apa kira-kira yang bisa kami berikan
untuk Desaku Menanti, mungkin seperti pelatihan atau apa begitu bu?
Narasumber Banyak sekali pelatihan yang sudah diberikan tapi ya itu, watak
meminta itu sulit sekali diubah dari orangtuanya. yang
memungkinkan ya dari anak-anaknya untuk perubahan jangka
panjang, supaya mereka tidak kaya orangtua nya meminta-minta
dan paling tidak punya bekal untuk kedepannya
Pewawancara Baik bu, berarti lebih keanak-anaknya ya bu? oke bu, terimakasih
atas waktunya, maaf bu apabila saya menyita waktu ibu
49
Narasumber Ohh.. santai saya juga lagi senggang kok.. trimakasih ya
vina,kabarin saja jika ada perlu
Keterangan:
Skor 0 : Perilaku Tidak muncul Skor 1 : Perilaku Muncul
6. Perlengkapan Kegiatan
50
51
52
7. Surat Tugas
53
8. Lembar Penilaian Supervisor
9. Dokumentasi Kegiatan
54
Olahraga dan Bermain Bersama Anak
55
Upacara Bendera
56
Take Video Profil Bersama Bu Maria
57
Mengajari Bernyanyi Tata Krama Bahasa Jawa
58
Perpisahan Dengan Supervisor dan Anak-Anak
59
60