Anda di halaman 1dari 33

Mata Pelajaran 3

METODE PEMELIHARAAN
TRANSFORMATOR BERBASIS
MANAJEMEN ASET
METODE PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR
BERBASIS MANAJEMEN ASET

1. Pendahuluan

Pertumbuhan pelanggan energi listrik yang terus meningkat dewasa ini telah
mendorong PLN untuk melakukan pembangunan jaringan distribusi tenaga listrik
dalam volume dan tingkat utilisasi yang semakin tinggi. Peningkatan kuantitas dan
utilisasi aset distribusi tersebut membutuhkan pengelolaan yang baik pada setiap
tahapan life-cycle nya sehingga pemanfaatan aset distribusi tersebut dapat
dioptimalkan dengan performa yang baik dan biaya yang efisien.

Salah satu tahapan life-cycle yang penting dalam pemanfaatan aset distribusi adalah
fase pemeliharaan. Tujuan utama kegiatan pemeliharaan aset distribusi ditujukan
untuk menjamin kehandalan penyaluran tenaga listrik kepada konsumen. Dalam
upaya mencapai tujuan utama pemeliharaan aset distribusi tersebut senantiasa
dihadapkan pada optimalisasi tiga faktor yang saling bertentangan (conflicting drivers)
yang terdiri dari biaya (cost), kinerja (performance) dan risiko (risk).

Secara khusus, pedoman ini membahas metoda pemeliharaan trafo distribusi yang
merupakan salah satu peralatan utama jaringan distribusi. Pedoman ini disusun
dengan memperhatikan perkembangan metodologi pemeliharaan trafo distribusi
terbaik dan kaidah manajemen aset. Pada akhirnya, diharapkan bahwa peningkatan
performa trafo distribusi dapat dicapai dengan biaya yang efisien dan resiko yang
rendah.

1.1 Tujuan

Tujuan utama penyusunan pedoman pemeliharaan trafo distribusi dengan kaidah


manajemen aset ini adalah untuk menjamin penyaluran tenaga listrik yang andal,
efisien dan berkualitas kepada pelanggan. Sebagai upaya pencapaian tujuan utama
tersebut, pedoman ini secara khusus diarahkan pada pencapaian hal-hal sebagai
berikut:

1. Penerapan metodologi pemeliharaan yang memadukan metoda preventif (time


base) dan prediktif (condition-base)

2. Pemilihan metoda dan peralatan inspeksi CBM yang tepat untuk masing-masing
peralatan distribusi utama

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


3. Kemampuan unit PLN dalam membuat program pemeliharaan berdasarkan skala
prioritas yang mempertimbangkan faktor kelas aset, tingkat resiko dan profil kelas
pelanggan.

1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan pedoman pemeliharaan trafo distribusi dengan kaidah


manajemen aset meliputi:

1. Objek pemeliharaan dalam metodologi ini meliputi trafo distribusi

2. Penggunaan angka indikator health index pada aset trafo distribusi hanya
merupakan angka tipikal yang dapat berubah sesuai dengan maturity level
manajemen aset

3. Perubahan atas angka indikator health index dan penentuan jadwal awal
pelaksanaan Tier-1 dan Tier-2 (direkomendasikan dilaksanakan bersamaan),
ditetapkan oleh Kepala Divisi Distribusi dengan memperhatikan maturity level
manajemen aset PLN

4. SE DIR ini berlaku untuk Unit yang sudah menerapkan EAM dengan aplikasi. Bagi
unit yang belum menggunakan EAM dengan aplikasi, maka pelaksanaan Tier-1
dan Tier-2 dilaksanakan dengan TBM (Time Base Maintenance).

2. Daftar Definisi dan Acuan Normatif

2.1 Daftar Definisi

1. Corrective action : langkah-langkah perbaikan yang dilakukan sebagai tindak


lanjut evaluasi pemeriksaan kondisi online (online assessment) atau pemeriksaan
kondisi offline (offline assessment) untuk memperbaiki kondisi peralatan utama
distribusi serta memperpanjang umur peralatan tersebut

2. Frequency multiplier : koefisien pengali untuk menentukan interval pemeliharaan

3. Health Index : skala kuantitatif yang dibuat berdasarkan pengamatan, pengukuran


dan histori suatu peralatan utama distribusi

4. Manajemen aset : langkah-langkah sistematis dan terkoordinasi yang


dilaksanakan suatu perusahaan secara optimal dan berkesinambungan dalam
mengelola aset-nya dengan mempertimbangkan aspek performa, biaya dan resiko
sepanjang siklus hidup (life-cycle) aset tersebut sebagai upaya pencapaian tujuan
strategis perusahaan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


5. Offline Assessment : tahapan assessment lanjutan yang dilakukan pada kondisi
padam (offline) untuk memperoleh kondisi aktual (health index) peralatan utama
distribusi secara lebih detail

6. Pemeliharaan prediktif : kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara khusus


pada suatu peralatan utama distribusi yang memiliki potensi kegagalan operasi
setelah melalui tahapan-tahapan assessment/inspeksi yang memadai

7. Pemeliharaan preventif (pemeliharaan periodik) : kegiatan pemeliharaan yang


dilakukan secara periodik pada peralatan utama distribusi untuk mencegah
terjadinya kerusakan peralatan yang tiba-tiba dan mempertahankan unjuk kerja
jaringan agar selalu beroperasi dengan keandalan dan efisiensi yang tinggi.

8. Peralatan-peratalan kritikal SUTM merupakan seluruh peralatan pada SUTM yang


paling menentukan kinerja dari SUTM tersebut dan memiliki kemungkinan
gangguan paling tinggi.

9. Siklus Hidup Aset (Asset Life Cycle) : siklus waktu yang dialami suatu peralatan
utama distribusi yang mencakup pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan dan
penghapusan nilai aset distribusi tersebut.

10. Tahapan offline assessment : tahapan assessment lanjutan yang dilakukan pada
kondisi padam (offline) untuk memperoleh kondisi aktual (health index) peralatan
utama distribusi secara lebih detail

11. Tahapan online assessment: tahapan assessment awal yang dilakukan pada
kondisi operasional (online) untuk menghasilkan database kondisi aktual (health
index) untuk masing-masing peralatan utama distribusi.

12. Tahapan Screening : tahapan pengamatan yang bersifat umum dan menyeluruh
terhadap seluruh peralatan utama distribusi yang difokuskan pada pengumpulan
informasi-informasi utama seperti kapasitas, tahun pemasangan, lokasi
pemasangan, daerah pelayanan, dan histori gangguan.

13. Tier pemeliharaan : tahapan-tahapan proses pemeliharaan

2.2 Acuan Normatif

1. Edaran Direksi PT PLN (Persero) Nomor 040.K/DIR/1999 tentang Manajemen


Pemeliharaan Distribusi

2. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0734.K/DIR/2013 tentang


Pengamanan Layanan Operasi dan Pemeliharaan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


3. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 074.K/DIR/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Aset Sistem Distribusi

3. Model Maturity Metodologi Pemeliharaan

1. Pola pengembangan metodologi pemeliharaan distribusi mengikuti model tahapan


maturity seperti ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1 Model tahapan maturity Metodologi Pemeliharaan

2. Pada edaran ini, model metodologi pemeliharaan yang diterapkan merupakan


integrasi dari kaidah pemeliharaan preventif dan condition based maintenance
yang berada pada tingkat maturity ke-3 seperti diperlihatkan pada gambar 1.
3. Pada model metodologi pemeliharaan dengan tingkat maturity ke-3 tersebut
ditandai dengan dilaksanakannya langkah-langkah sebagai berikut :
a) Pembuatan health index dan kelas aset untuk peralatan utama distribusi
b) Penjadwalan pemeliharaan berdasarkan health index dan kelas aset untuk
peralatan distribusi utama
c) Pemanfaatan hasil inspeksi dalam pembuatan prioritisasi tindak lajut
pemeliharaan
4. Metoda Pemeliharaan Trafo Distribusi Berbasis Manajemen Aset

Pada bagian ini dibahas prosedur pemeliharaan trafo distribusi yang menggunakan
integrasi metode preventif dan prediktif dan dilengkapi dengan kaidah manajemen
asset.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


4.1 Kelas Aset Trafo Distribusi

a. Acuan penggolongan kelas aset trafo distribusi adalah seperti ditunjukkan pada
tabel 1:

Tabel 1 Tipikal Pembagian Kelas Aset Trafo Distribusi.

No Kelas Aset Deskripsi Reliability Security

1 Kelas 1 CBD/Komersial/Industri/VIP TMP 1 TMP 1


2 Kelas 2 Perkotaan TMP 2 TMP 2
3 Kelas 3 Pedesaan TMP 3 TMP 3

b. Trafo distribusi yang berada pada kelas asset yang berbeda akan mendapat
frekuensi pemeliharaan yang berbeda. Misalnya, frekuensi pemeliharaan terhadap
trafo distribusi pada kelas 1 lebih sering/cepat dibandingkan kelas 2, dst.

4.2 Kategori Aset

Acuan kategori aset trafo distribusi adalah seperti ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2 Pembagian Kategori Aset Trafo Distribusi

No Kategori Kapasitas (KVA) Tipe Seal


1 Kategori 1 400, 630, 1000 Non-hermetik
2 Kategori 2 160, 200, 250 Non-hermetik
3 Kategori 3 25, 50, 100 Non-hermetik
400, 630, 1000, 160,
4 Kategori 4 Hermetik
200, 250,25, 50, 100

Masing-masing kategori trafo distribusi akan memiliki metoda inspeksi dan cara
pemeliharaan yang berbeda.

4.3 Health Index

1. Nilai Health Index suatu trafo distribusi diperoleh dari hasil inspeksi yang
menggambarkan potret sesaat kondisi trafo distribusi tersebut

2. Nilai Health Index pada point 1 digunakan sebagai salah satu dasar perencanaan
pemeliharaan trafo distribusi untuk mencapai optimasi antara biaya, kinerja dan
risiko.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


3. Secara kualitatif health index memiliki interpretasi seperti ditunjukkan pada tabel
3.
Tabel 3 Interpretasi scoring health index trafo 20 kV

Health Index Scoring Interpretasi

Baik 3 Penuaan Normal


Cukup 2 Penuaan Cepat
Kurang 1 Penuaan Sangat Cepat
Buruk 0 Resiko Kegagalan Tinggi

4.4 Frequency Multiplier

1. Untuk meningkatkan selektifitas kegiatan online assessment tier-2 (lihat bab


VI.6.3) pada trafo distribusi, digunakan parameter frequency multiplier yang akan
membedakan standar interval periode pemeliharaan online assessment tier-2
pada masing-masing trafo distribusi.

2. Angka frequency multiplier merupakan kombinasi dari 2 (dua) parameter


diferensiator, yaitu kelas aset dan health index yang akan menghasilkan koefisien
pengali untuk menentukan interval pelaksanaan online assessment tier-2, seperti
ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4 Matriks frequency multiplier pemeliharaan trafo distribusi

Health Index
Kelas Aset
Baik Cukup Kurang Buruk
Kelas 3 2 1,5 1,25 0
Kelas 2 1,5 1,25 1,0 0
Kelas 1 1 0,75 0,5 0

3. Sebagai ilustrasi, trafo distribusi yang berada pada kelas 3 dan memiliki health
index “Baik” memiliki angka frequency multiplier sebesar 2 satuan waktu. Apabila
satuan waktunya adalah 1 tahun, maka online assessment tier-2 untuk trafo
tersebut akan dilakukan setiap 2 tahun.

4.5 Peralatan inspeksi khusus (CBM)

1. Pelaksanaan online assessment tier-2 pada tafo distribusi menggunakan 2


metode inspeksi khusus untuk mendeteksi kondisi aktual trafo tersebut, yaitu
Infrared Thermography dan pengujian kualitas minyak.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


2. Infrared Thermography dipergunakan untuk mendapatkan informasi suhu/
temperatur dari peralatan-peralatan kritikal yang ada pada trafo distribusi yang
akan dibandingkan dengan ambang temperatur standar.

3. Pengujian kualitas minyak dilakukan terhadap sampel minyak trafo kategori 1 dan
2 menggunakan peralatan Oil Quality Analysis untuk mengetahui kondisi aktual
pada internal trafo distribusi.

4.6 Tahapan Pemeliharaan Trafo Distribusi

Kegiatan pemeliharaan trafo distribusi dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu


screening, online assessment (tier 1 dan 2), offline assessment dan tindakan
perbaikan (corrective action), seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2 Strategi Pemeliharaan Trafo Distribusi

4.7 Tahapan Screening


1. Tahapan screening dilakukan satu kali pada tahap awal pelaksanaan kegiatan
dpemeliharaan yang ditujukan untuk menghasilkan daftar urutan/prioritas trafo
distribusi yang akan diproses lebih lanjut ke tahapan online assessment tier-1 dan
online assessment tier-2.

2. Acuan yang digunakan dalam pembuatan daftar prioritas tersebut adalah data
histori penyulang yang mencakup:

a) Performance, dengan parameter total gangguan permanen dan temporer per


100 kms selama 2 tahun terakhir.

b) Tingkat Utility, dengan parameter tingkat pembebanan penyulang

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


c) Tingkat Resiko, dengan parameter daerah pelayanan sesuai klasifikasi asset

4.8 Tahapan online assessment tier-1


1. Tahapan online assessment tier-1 dilakukan dalam keadaan trafo distribusi
beroperasi dan ditujukan untuk memeriksa kondisi lingkungan/eksternal dari trafo
distribusi yang merupakan bagian kritikal dari fungsi operasional trafo tersebut.

2. Hasil inspeksi pada tahapan online assessment tier-1 akan menjadi dasar
pelaksanaan tindakan perbaikan (corrective action).

3. Tahapan online assessment tier-1 untuk trafo distribusi dilakukan secara periodik
setiap 6 bulan sekali.

4. Teknik diagnosa dan satuan waktu/periode pelaksanaan tahapan online


assessment tier-1 seperti ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5 Teknik Diagnosa Online Asesment Tier-1.
Keterangan :
Characteristic Katagori Trafo
Characteristic
Group 1 2 3 4
Kebocoran Minyak Trafo √ (6) √ (6) √ (6) √ (6)
Kondisi Fisik Trafo √ (6) √ (6) √ (6) √ (6)

Visual Inspection Pentanahan Trafo √ (6) √ (6) √ (6) √ (6)


Kesesuaian Amper Fuse TR √ (6) √ (6) √ (6) √ (6)
Kondisi Lingkungan Trafo, √ (6) √ (6) √ (6) √ (6)
Rumput, Tanaman, Bangunan
Besar Arus Fasa TR √ (6) √ (6) √ (6) √ (6)
Load Reading and Ketidakseimbangan arus phasa √ (6) √ (6) √ (6) √ (6)
Profiling Besar arus pentanahan TR √ (6) √ (6) √ (6) √ (6)
Beban Trafo √ (6) √ (6) √ (6) √ (6)
Pengisian Katagori Trafo pada kolom 1,2,3 dan 4 dengan “√ (6)”, maksudnya
adalah sebagai berikut :

- √ : dilakukan sesuai Characteristic Group dan Characteristic.

- (6) : dilakukan secara periodik per 6 bulanan.

Pelaksana pekerjaan pada tahapan online assessment tier-1 dapat dilakukan


secara in-sourcing (PLN) atau outsourcing (vendor), seperti ditunjukkan pada
tabel 6.

Tabel 6 Pelaksana pekerjaan online assessment tier-1 pada trafo distribusi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


Characteristic Pelaksana
Group Characteristic PLN Pemborong
Pekerjaan

Kebocoran Minyak Trafo

Kondisi Fisik Trafo

Visual Pentanahan Trafo



Inspection
Kesesuaian Amper Fuse TR

Kondisi Lingkungan Trafo,


Rumput, Tanaman, Bangunan

Besar Arus Fasa TR

Load Reading Ketidakseimbangan arus phasa



and Profiling Besar arus pentanahan TR

Beban Trafo

5. Matriks online assessment tier-1 ditunjukkan pada tabel 7. Deskripsi kuantitatif


dan kualitatif pada tabel 6 tersebut merupakan deskripsi tipikal dan dapat
disempurnakan oleh Kepala Divisi Distribusi dengan mempertimbangkan hasil-
hasil pengamatan lapangan.

Tabel 7 Matriks online assessment tier-1 pada trafo distribusi.

Score Untuk Kondisi Buruk


Charac.
Characteristic Action Item 1 Action Item 1
Group Baik Cukup Kurang Buruk
(Lokasi) (Gudang )
Visual Kebocoran Bersih Pack-ing Packing Rember/ Preventive - Preventive –
Inspec- Minyak Trafo rusak rusak Tetes Replacement Equipment.
tion bermi-
nyak
Kondisi Fisik Mulus Cacat Cacat Beng- Preventive - Preventive -
Trafo sirip sirip major kak Replacement Equipment.
minor
Pembumian < 1,7 Ω 1,7 – 5 Ω 5 Ω - 10 Ω ≥ 10 Ω Preventive – -
Trafo Perbaikan
Pembumian
Trafo.
Kesesuaian Sesuai Devi-asi Deviasi 1 Fuse TR Preventive – Preventive -
Amper Fuse TR standar 1 tingkat tingkat di tidak Penyesuaian Equipment.
di atas atas ada (by Amper Fuse
standar standar pass) TR
Kondisi Box Box Box Box Preventive – Preventive -
Lingkungan bersih, kotor, karatan, bocor, Perbaikan Equipment.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


Trafo, Rumput, instalasi instalasi instalasi instalasi LVSB
Tanaman, rapi rapi rapi buruk
Bangunan
Load Pembebanan < 60 % 60 % - < 80 % - ≤ 100% Preventive – Preventive –
Reading Arus TR (% thp 80% <100% Penyesuaian Equipment.
and KHA Outlet) Arus TR
Profiling terhadap KHA
Ketidakseimba < 10 % 10 % - < 20 % - ≤ 25% Preventive – Preventive-
ngan Arus 20% <25 % Penyeimbang Equipment.
antar Fase * an Arus antar
fasa
Besar arus < 10 % 10 % - < 15 % - ≤ 20% Preventive – Preventive –
netral TR (% 15% <20% Penurunan Equipment.
terhadap arus Arus Netral
beban trafo) TR
Pembebanan < 60 % 60 % - < 80 % - ≤ 100% Preventive – Preventive-
Trafo (% 80% <100% Penurunan Equipment.
terhadap Pembebanan
kapasitas) Trafo

6. Tenggat waktu pelaksanaan Corrective Action adalah sebagai berikut:

a) Untuk kondisi “buruk” : 1 bulan

b) Untuk kondisi “kurang” : 2 bulan

c) Untuk kondisi kombinasi “buruk” dan “kurang”: maksimal dalam waktu 1 bulan

7. Penentuan tindak lanjut pekerjaan sebagai hasil online assessment tier-1 seperti
ditunjukkan pada tabel 8.

Tabel 8 Tindak Lanjut Pekerjaan Berdasarkan Hasil Online Assessment Tier 1

Health Index Action Waktu Pelaksanaan

Folow Time Base Maintenance


Baik Work Order (WO) Inspection
Schedule.

Folow Time Base Maintenance


Cukup Work Order (WO) Inspection
Schedule.

Folow Time Base Maintenance


Kurang Work Order (WO) Inspection
Schedule.

Work Order (WO) Preventive Immediate Action, Folow Action


Buruk
Action Item for Condition “Buruk”

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


4.9 Tahapan online assessment tier-2

1. Tahapan online assessment tier-2 dilakukan dalam keadaan beroperasi dan


ditujukan untuk memeriksa kondisi internal dari trafo distribusi yang merupakan
bagian kritis dari fungsi operasional trafo tersebut.

2. Hasil inspeksi pada tahapan online assessment tier-2 akan menghasilkan nilai
health index yang menentukan jadwal inspeksi selanjutnya. Jika hasil inspeksi
menunjukkan kondisi buruk akan dilakukan corrective action.

3. Health Index akan diremajakan setelah pelaksanaan corrective action pada suatu
trafo distribusi.

4. Tahapan online assessment tier-2 untuk trafo distribusi dilakukan dengan satuan
waktu 12 bulan, kecuali untuk trafo distribusi kategori 3 dan 4.

5. Teknik diagnosa dan satuan waktu pelaksanaan tahapan online assessment tier-2
ditunjukkan pada tabel 9.

Tabel 9 Teknik Diagnosa Online Asesment Tier-2

Characteristic Katagori Trafo


Characteristic
Group
1 2 3 4

Colour & √ (12) √ (12) N/A N/A


Oil Quality Appearance
Analysis Breakdown √ (12) √ (12) N/A N/A
Voltage (kV)
Body trafo √ (12) √ (12) √ (12) √ (12)
Infrared
Bushing TM √ (12) √ (12) √ (12) √ (12)
Thermovision
Bushing TR √ (12) √ (12) √ (12) √ (12)

6. Pelaksana pekerjaan pada tahapan online assessment tier-2 dapat dilakukan


dilakukan oleh Pemborong Pekerjaan yang memiliki sertifikasi dan peralatan yang
memadai seperti ditunjukkan pada tabel 10.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


Tabel 10 Pelaksana pekerjaan online assessment tier-2 pada trafo distribusi.

Characteristic
Characteristic PLN Pemborongan
Group

Oil Quality Colour & Appearance


Analysis Breakdown Voltage (kV)

Body trafo √ √
Infrared
Bushing TM
Thermovision
Bushing TR

7. Matriks online assessment tier-2 ditunjukkan pada tabel 11. Deskripsi kuantitatif
dan kualitatif pada tabel 6 tersebut merupakan deskripsi tipikal dan dapat
disempurnakan oleh Kepala Divisi Distribusi dengan mempertimbangkan hasil-
hasil pengamatan lapangan.

Tabel 11 Tipikal health index online assessment tier-2 pada trafo distribusi

Teknik Score
Diagnosa Item Diagnosa Action
Baik Sc Cukup Sc Kurang Sc Buruk Sc

Colour & Clear 3 Medium 2 Amber 1 Dark N/A


Appearance (Jernih) (Keruh) (Keruh (Hitam
gelap) pekat)
Oil Quality
Analysis
Breakdown ≥ 40 3 30 to <40 2 20 to 1 < 20 Preventive
Voltage <30 -Replacement.
(kV/2,5 mm)**

Body trafo T<83°C 3 83<T<85 2 85<T<9 1 T≥ 90 °C N/A


(T**) °C 0 °C
Infrared
Busing TM DT< 3 10<DT>1 2 12<DT>15 1 DT≥15 Preventive
Thermogr
(DT °C)* 10 2 °C -Replacement.
aphy
Busing TR (DT DT< 3 10<DT>1 2 12<DT>15 1 DT≥ 15 Preventive
°C)** 10 2 °C -Replacement.

8. Penentuan tindak lanjut pekerjaan berdasarkan hasil online assessment tier-2


ditunjukkan pada table 12.

Tabel 12 Tindak Lanjut Pekerjaan Berdasarkan Hasil Online Assessment Tier 2

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


Health Index Action Waktu Pelaksanaan

Baik WO Inspection Follow HI Next Inspection Schedule

Cukup WO Inspection Follow HI Next Inspection Schedule

Kurang WO Inspection Follow HI Next Inspection Schedule

Buruk WO Preventive Action Immediate Action

4.10 Tahapan offline assessment Tahapan offline assessment

1. hanya merupakan follow-up dari hasil tahapan online assessment tier-1 dan tier-2.

2. Tahapan offline assessment merupakan tahapan assessment lanjutan yang


dilakukan pada kondisi padam (offline) untuk memperoleh informasi kondisi trafo
distribusi secara lebih detail. Pelaksanaannya dilakukan setelah trafo diturunkan
dan dipindahkan ke gudang PLN.

3. Tahapan offline assessment dilakukan oleh Tim Enjiniring untuk menentukan


apakah suatu trafo distribusi (yang diturunkan) akan di-refurbish atau dihapuskan.

4. Teknik diagnosa yang digunakan pada tahapan offline assessment ditunjukkan


pada tabel 13.

Tabel 13 Teknik diagnosa offline assessment pada trafo distribusi

Kelas Aset
Diagnostic Techniques
1 2 3 4

1. Turn – ratio measurement (TTR) YA YA YA YA

2. Insulation resistance winding TM & TR YA YA YA YA

3. Winding resistance TM & TR (PH – PH) YA YA YA YA

5. Pelaksana pekerjaan pada tahapan offline assessment dapat dilakukan oleh


Pemborong Pekerjaan atau Pabrikan yang memiliki peralatan yang lengkap dan
memiliki sertifikat SPM / ISO, seperti ditunjukkan pada tabel 14
Tabel 14 Pelaksana pekerjaan offline assessment pada trafo distribusi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


Kelas Aset

Diagnostic Techniques
Pemborong Pekerjaan/
PLN
Pabrikan

1. Turn – ratio measurement (TTR)


2. Insulation resistance winding TM & TR X V

3. Winding resistance TM & TR (PH – PH)

Angka-angka tipikal hasil pelaksanaan offline assessment trafo dapat ditujukan pada
tabel 15. Angka tipikal ini dapat disempurnakan oleh Kepala Divisi Distribusi
setelah mempertimbangkan hasil-hasil pengamatan pada saat pelaksanaan
offline assessment trafo dilapangan.

Tabel 15 Angka tipikal hasil pelaksanaan offline assessment trafo distribusi.

Katagori dan Scoring (Sc)


No Electrical Test
Baik Cukup Kurang Buruk
Turn ratio measurement (TTR) dev<0,3% 0,3%<dev<0,5% 0,5%<dev<0,7% dev≥0,7%
1
Action History+Preventive-Perbaikan Minor History+Preventive-Perbaikan Mayor

Insulation resistance winding


dev<0,3% 3%<dev<5% 5%<dev<7% dev≥7%
2 TM & TR
Action History+Preventive-Perbaikan Minor History+Preventive-Perbaikan Mayor

Winding resistance TM & TR dev<0,3% 3%<dev<5% 5%<dev<7% dev≥7%


3
Action History+Preventive-Perbaikan Minor History+Preventive-Perbaikan Mayor

4.11 Tahapan corrective action (perbaikan)

Corrective action merupakan tindak lanjut dari hasil online assessment tier-1, tier-2
dan offline assessment, seperti ditunjukkan pada tabel 16.

Tabel 16 Corrective Action tindak lanjut assessment tier-1 dan tier-2

Assessment Characteristic Kondisi Action


Kebocoran Minyak Trafo Rembes / Preventive-Perbaikan
Tetes packing trafo.
Online Tier 1
Kondisi Fisik Trafo Bengkak Preventive-Penggantian
trafo.
Breakdown Voltage (kV/2,5 mm) < 20 Preventive- Penggantian
minyak trafo.
Bushing TM (DT °C) DT ≥ 15 °C Preventive-Penggantian
Online Tier 2
bushing TM
Bushing TR (DT °C) DT ≥ 15 °C Preventive-Penggantian
bushing TR
Offline Turn Ratio Measurement dev < 0,5 % Preventive-Perbaikan minor

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


winding.
Turn Ratio Measurement dev > 0,5 % Preventive-Perbaikan major
winding.
Insulation Resistance Winding TM & TR dev < 0,5 % Preventive-Perbaikan minor
winding.
Insulation Resistance Winding TM & TR dev > 0,5 % Preventive-Perbaikan major
winding.
Winding Resistance TM&TR (ph-ph) dev < 0,5 % Preventive-Perbaikan minor
winding.
Winding Resistance TM&TR (ph-ph) dev > 0,5 % Preventive-Perbaikan major
winding.

Setiap pelaksanaan corrective action harus dilakukan di gudang dan diikuti dengan
penggantian trafo seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 3 Diagram Corrective Action pada Trafo Distribusi

5. Pemeliharaan Transformator

Pemeliharaan Transformator merupakan cara untuk mempertahankan penyaluran


tenaga Listrik kepelanggan agar tidak terganggu, sehingga pelanggan mendapatkan
kepuasan, disamping itu pemeliharaan trafo dan asessoriesnya sendiri bertujuan untuk

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


mempertahankan kemampuan dan umur trafo tersebut agar perusahaan tidak
mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk pemeliharaan trafo tsb.

Pemeriksaan/inspeksi yang seksama perlu dilakukan untuk menjamin agar


transformator selalu berada dalam kondisi yang baik. Apabila diperlukan maka
transformator harus dimatikan untuk melakukan pemeriksaan. Dengan pemeriksaan
yang rutin dan seksama akan diketahui kondisi transformator setiap saat dan
kerusakan yang akan memakan biaya besar dapat dihindari.

Untuk mendapatkan unjuk kerja dan umur trafo tsb diatas yang sesuai dengan yang
diharapkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dan
pemeliharaan mulai dari pabrikan, penerimaan/pemindahan, pembongkaran,
pemasangan sampai pengoperasian dan pembebanan.

5.1. Pemindahan Dan Bongkar Trafo.

a. Penurunan transformator dari atas truck.


 Memakai alat bantu Rope Sling dan Wire Sling :

Untuk menarik transformator dari atas truck dapat digunakan Rope Sling.

Posisi sling diletakkan di bawah atau pada dasar dan melingkar pada
transformator yang akan ditarik, karena tumpuan beratnya berada di dasar
packing transformator.

 Memakai alat bantu Forklift :

Untuk menurunkan transformator dari atas truck dengan menggunakan forklift


yang harus diperhatikan adalah, mengangkat dari bawah/dasar packing yang
sudah dibuat khusus untuk penurunannya. Tidak boleh terlalu kasar pada saat
mendorong atau meletakkan tranformator tersebut.

 Memakai alat bantu crane :

Untuk menurunkan transformator dari atas truck dengan menggunakan crane


maka bisa mengangkatnya dari atas dengan menyantolkan sling ke tempat
cantel yang sudah ada.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


Jika posisi dari bak truck tidak rata, maka disaat penarikan dengan
menggunakan sling menuju ke posisi forklift yang akan menurunkannya harus
secara perlahan karena cenderung bisa merusak Arrester maupun LV Bushing.
Jadi tidak boleh salah pada saat penempatan sling sebagai alat bantu untuk
menarik transformator tersebut.

b. Cara Pembongkaran Kayu pada transformator yang dipacking penuh.


1. Harus membuka tutup atas terlebih dahulu dengan mencabut keseluruhan
paku-paku yang ada dengan menggunakan alat bantu cukit satu-persatu.
2. Setelah itu baru membuka stoot bagian dalam yang menyilang dengan
mencabut pakunya terlebih dahulu dengan alat bantu cukit.
3. Membuka klem siku plat yang berada pada sudut-sudut packing transformator
tersebut.
4. Tinggal melepas dari packing yang tersisa yaitu :

- Pagar muka – belakang


- Pagar kiri - kanan

5.2. Pemeriksaan Saat Penerimaan Barang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penerimaan transformator antara lain :

5.2.1. Pemeriksaan Fisik.

- Packing transformator, jika packing tertutup apakah masih tertutup baik.

- Periksa assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak


yang disepakati, misalnya Termometer, Oil Level, Buchholz Relay, Breather (silica
gel ) dll.

- Periksa Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan
permintaan, pemeriksaan antara lain :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


Daya/ Kapasitas : kVA

Tegangan Sisi Teg. Tinggi : Volt

Tegangan Sisi Teg. Rendah : Volt

Pemeriksaan Vektor Group :

Pemeriksaan Tapping Tegangan :

Periksa Volume minyak pada gelas duga (oil Level), apakah terdapat kebocoran
pada transformator

5.2.2. Pemeriksaan Elektrik

- Antara sisi Tegangan rendah (TR) dengan sisi Tegangan Tinggi (TT).
- Antara sisi Tegangan rendah (TR) dengan bodi (E).
- Antara sisi Tegangan Tinggi (TT) dengan bodi (E).
- X1 - X2 dan X3 - X4 untuk transformator 1 phasa.

- Periksa hubungan phasa-phasa pada sisi TT dan sisi TR apakah terhubung


dengan baik ( Megger 0 Ohm).

Pada transformator 1 phasa dengan 4 bushing tegangan rendah X1 terhubung


dengan X2 dan X3 terhubung dengan X4 dan antara X1-X2 dan X3-X4 tidak terhubung
( Open ).

Pada transformator 1 phasa CSP (dengan pengaman) periksa apakah mekanisme


breker bekerja, dengan meng On/Off kan breker.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18


Gambar 4 Pengukur tahanan isolasi (Megger).

Pada saat On hubungan phasa X1 – X2 dan X3 – X4 terhubung atau jika diukur


dengan megger menunjuk nilai 0 (short), pada saat Off hubungan phasa terbuka
(Open).

5.2.3. Pemeriksaan Tap Changer pada setiap posisi.

Ubah-ubah posisi tap changer mulai tap 1 sampai tap ter akhir, dengan cara
pengendurkan pengunci pada kepala tap tap changer, tarik kepala keatas dan putar
pada tapping yang dikehendaki. Pada tiap tap, terminal phasa tersambung (megger
0 Ω).

Gambar 5 Tap Changer Transformator

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 19


5.3. Pemeriksaan minyak Transformator.

Untuk transformator yang telah lama dan tersimpan digudang yang tidak digunakan
(lebih dari 1 - tahun) sebelum diberi tegangan perlu diadakan pemeriksaan tegangan
tembus minyak trafo. Hal ini diperlukan karena dimungkinkan adanya benturan-
benturan atau kebocoran-kebocoran yang menyebabkan sil packing yang rusak
sehingga adanya udara yang masuk ke trafo, dan juga yang perlu diperhatikan saat
penerimaan trafo dari pabrikan agar diperiksa pada tahun pembuatannya

5.3.1. Assesories Transformator.

Pada transformator dengan daya yang besar diperlengkapi dengan sistem proteksi
transformator, yaitu :

1. Thermometer Oli Double Contact.

2. Thermometer Winding Double Contact.

3. Buchholz Relay (trafo kapasitas besar).

4. Breather (Silica Gel).

5. Oil Level.

6. Fan (trafo kapasitas besar).

7. Pada Transformator type Hermatic peralatan 1 s/d 5 dapat digantikan dengan


DGPT yaitu satu peralatan untuk mendeteksi gas pressure dan temperatur
minyak/oil.

Gambar 6 Assesoris Transformator

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 20


1. Relay buchol z.

2. Breather.

3. Thermometer.

4. Oil level.

5. Preseure relief Valve.

Gambar 7 Transformator type Hermatic

5.4. Pengaturan Kontak Pada Thermometer Double Contact.

Pengaturan kontak thermometer didasarkan pada Temperature Rise (kenaikan suhu)


Transformator seperti yang disyaratkan pada IEC-76, SPLN-50, dan SPLN-17 yaitu
temperature rise oli 55°C, untuk type Hermatic atau dengan Conservator 60 °C dan
temperatur rise winding 65°C.

Karena transformator dirancang menurut standart IEC yang mengacu pada temperatur
udara sekitar 20°C, maka jika dioperasikan pada temperatur udara sekitar 30°C
( Keadaan di Indonesia ) maka transformator tersebut akan mengalami penurunan
daya (derating) yang menurut SPLN-17A daya Transformator akan menjadi 91% dari
daya sebenarnya. Sehingga temperatur rise oli dan winding di set pada daya 91%
daya nominal dan dengan mengasumsikan rugi besi (Wf) 19 %, dan rugi tembaga
(Wcu) Transfortnator, maka :

Temperatur Rise oli 91 % daya adalah :


X
 Wcu.91%.  .Wf 
TRoli 91 % =   x TRoli 100 %
Wcu.100.%.  Wf 

dimana X adalah :

0.8 untuk sirkulasi udara alami.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 21


1,0 untuk sirkulasi udara paksa dan pendingin air.

Wcu 91 % = (91/100)2 Wcu 100 %

= 0.8281 Wcu 100 %

maka :

1. Untuk transformator dengan sirkulasi udara alami ( ONAN ) adalah 52.96 °C.

2. Untuk Transformator dengan sirkulasi udara paksa ( ONAF ) adalah 51.33 °C.

Sehingga pengaturan kontak Thermometer minyak adalah :

- Untuk Alarm, 52.96 °C + 30 °C = 83 °C untuk ONAN


51.33 °C + 30 °C = 81 °C untuk ONAF

- Untuk Tripping antara 90 °C sampai 95 °C.

Sedangkan untuk pengaturan kontak Thermometer Winding adalah :

Y
 I .91% 
TRwd =  xTRwd .100%
 I .100% 

dimana Y adalah :

1.6 untuk sirkulasi udara alami

2.0 untuk sirkulasi udara paksa dan pendingin air

maka :

1. Untuk Transformator dengan sirkulasi udara alami ( ONAN ) adalah 55.90 °C.

2. Untuk Transformator dengan sirkulasi udara alami ( ONAF ) adalah 53.83 °C.

Sehingga pengetesan termometer winding adalah :

untuk Alarm 55.90 °C + 30 °C-= 86 °C untuk ONAN

53.83 °C + 30 °C = 84 °C untuk ONAF

Untuk Tripping antara 90 °C sampai dengan 95 °C.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 22


Gambar 8 Thermometer double Contact.

Gambar 9 Relay Bucholz

5.5. Bucholz Relay.

Bucholz relay adalah suatu peralatan untuk mendeteksi gangguan dalam


transformator yaitu :

- Spark Over antara bagian-bagian ber-arus ( bertegangan ).

- Spark Over antara bagian ber-arus dengan inti besi.

- Inter turn short Circuit.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 23


- Kebocoran dari tangki, radiator dan pipa-pipa.

- Gangguan yang disebabkan karena gas.

Bucholz relay pada keadaan normal kontaknya terbuka (Normally open), Cara Kerja
Bucholz relay adalah :

1. Memberikan sinyal peringatan (Terminal 3 - 4)

Ketika Volume kandungan gas dalam rangka bucholz naik sampai batas tertentu
atau ketika volume oli dalam rangka menurun.

2. Memberikan sinyal tripping (Terminal 1 - 2)

Ketika volume gas naik atau volume oli turun dengan cepat atau ketika kecepatan
aliran oli dari tangki ke konservator melebihi 1 m/sec.

5.5.1. Breather ( Silica Gel ).

Breather berfungsi sebagai lubang pernafasan transformator untuk menjaga


tekanan dalam tangki. Breather dilengkapi dengan silica gel untuk menyerap
kandungan uap air dalam transformator.

Pada saat sebelum pemasukan tegangan lepas packing karet ( yang tertutup)
antara tangki dengan breather. Jika silica gel masih baru akan berwarna biru karena
mengandung cobalt chloride dan akan berubah warna menjadi merah muda jika
menyerap air, dan ganti dengan yang baru.

5.5.2. Fan

Penggunaan fan akan membantu proses pendinginan transformator dan untuk


desain tertentu fan berfungsi untuk menaikkan kapasitas daya transformator
tersebut, sebab perlu desain khusus untuk bushing dan tap changernya.

Fan dapat dikerjakan secara manual atau otomatis dengan menambahkan


thermostat pada transformator.

5.6. Persiapan Pengoperasian Transformator.

5.6.1. Pemeriksaan Tahanan Isolasi.


Periksa kembali tahanan isolasi transformator sebelum ber operasi seperti dijelaskan
pada sub bab diatas.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 24


5.6.2. Pemasangan kabel pada bushing.
Pemakaian kabel yang menghubungkan antara beban dan transformator, besar dan
jumlahnya tergantung pada besar beban yang ditanggung. pemasangan kabel
usahakan memakai schuun kabel yang sesuai dan harus rapat sehingga tidak akan
menimbulkan loss kontak, demikian pula yang terhubung dengan bushing sekunder.

Pemasangan kabel pada bushing sekunder sebaiknya ditopang dengan rak kabel
(cable Support) sehingga bushing sekunder tidak terkena gaya tarik/ gaya tekan dari
kabel, apalagi jika kabel dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini akan
mengakibatkan bushing tertarik dan menyebabkan kebocoran pada seal bushing
atau bahkan bushing akan pecah.

5.6.3. Breather.
Buanglah packing karet (yang tertutup) pada breather jika masih ada untuk menjaga
tekanan dalam tangki transfortnator.

5.7. Pemindahan Tap Changer.

Fungsi dari tap changer pada transformator adalah menyesuaikan tegangan dari
output transformator agar sesuai dengan supply peralatan listrik/ beban yang akan
digunakan. Perubahan tegangan ini mungkin terjadi karena supply oleh PLN berubah.
Biasanya posisi nominal tap changer akan berada pada tap 3 (tegangan primer 20
KV), apabila diperlukan perubahan posisi tap changer prosedur yang harus di ikuti
adalah sebagai berikut :

1. Lepas tegangan incoming transformator (sisi primer) dengan melepaskan Fuse Cut
Out atau melalui Circuit Breaker pada panel incoming trafo. dan pastikan bahwa
sudah tidak ada tegangan tinggi yang mensupply trafo. Untuk menghindari beban
kejut yang besar pada transformator saat pemasukan tegangan, lepas beban pada
sisi sekunder dengan membuka beban pada panel Out Going.

2. Grounding transforinator untuk memastikan safety, keamanan operator.

3. Lepas kunci pengaman tap changer.

4. Putar tap changer pada kondisi yang diinginkan. Catatan :

Contoh perhitungan perbandingan tegangan. misal, pada trafo 1000 KVA 20


KV/400 V, pada posisi tap 3 terjadi penurunan tegangan menjadi 390 V (no load)
maka perhitungan . 20.000/400 x 390 = 19.500.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 25


Jadi tap diubah ke posisi tap 4. (lihat name plate). Maka ada sisi sekunder akan
keluar tegangan 400 V (standar).

5. Pastikan tap pada posisi yang benar.

6. Pasang kembali kunci pengaman tap changer.

7. Ukur dengan megger antar phasa untuk melihat hubungannya (megger harus nol).

8. Masukkan kembali tegangan pada sisi primer dan masukan beban secara bertahap.

5.8 Tehnik Pemeliharaan Transformator.


Pemeriksaan yang seksama pada trafo yang sedang beroperasi perlu dilakukan untuk
menjamin agar transformator selalu berada dalam kondisi yang baik. Apabila
diperlukan dan dapat membahayakan petugas, maka transformator tersebut dapat
dimatikan agar pemeriksaan yang dilakukan mendapatkan hasil/data yang optimal.
Dengan pemeriksaan yang rutin dan seksama akan diketahui kondisi transformator
setiap saat dan kerusakan-kerusakan yang akan memakan biaya besar dapat
dihindari.

5.8.1 Pemeriksaan Minyak Transformator.

5.8.1.1 Pemeriksaan level minyak.

Pemeriksaan level minyak perlu dilakukan secara berkala untuk mengetahui apakah
minyak masih dalam batas yang diijinkan, jika ditemui keadaan yang abnormal, maka
perlu diteliti penyebabnya untuk mengetahui adanya kebocoran pada tangki.

Periksa packing/gasket, valve dan bagian yang dilas jika dijumpai kebocoran segera
hubungi pabrik pembuat.

5.8.1.2 Pemeriksaan tegangan tembus minyak trafo.

Minyak transformator berguna untuk mengisolasi tegangan antara winding dan core,
body dan antara bagian-bagian yang bertegangan lainnya. Minyak juga berfungsi
juga memindahkan panas yang dibangkitkan oleh core dan winding ke peralatan
pendingin. Oleh sebab itu harus memenuhi persyaratan karakteristik seperti di
bawah ini

1. Harus mempunyai kekuatan isolasi (dielectric Strength)

2. Harus mempunyai efek pendingin yang baik atau kekentalan rendah.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 26


3. Harus sudah dimurnikan dan bebas dari material yang dapat menimbulkan karat
atau kerusakan material isolasi lainnya.

4. Harus bebas dari material seperti uap air,fiber dll.

5. Tidak mudah menguap.

Minyak isolasi dalam transformator lambat-laun akan mengalami pencemaran sesuai


dengan umur pakainya.

Penyebabnya adalah, minyak akan beroksidasi bila berhubungan langsung dengan


udara dan prosesnya akan dipercepat dengan kenaikan temperatur, sedangkan
kontak dengan metal didalam tangki akan menimbulkan percampuran dengan logam
tembaga, besi,kertas dan larutan varnis. Selain hal tersebut diatas, dalam minyak
terjadi reaksi kimia dekomposisi dan polymerisasi yang akan menimbulkan endapan
dalam minyak.

Endapan ini tidak berpengaruh langsung terhadap dielectric strength tetapi endapan
ini mengumpul pada winding dan akan mengakibatkan penyumbatan pada celah
pendingin (oil duct), radiator dan dinding tangki sehingga mempengaruhi temperature
kerja yang merupakan faktor penentu dari umur material isolasi.

Karena pencemaran minyak terutama disebabkan oleh proses oksidasi, maka


tindakan pencegahannya adalah :

1. Menghindarkan hubungan langsung minyak dengan udara. Untuk itu dibuat


konservator yang berfungsi mencegah kontak langsung antara minyak yang
panas dalam tangki dengan udara luar.

2. Uap air juga mencemari minyak transformator, oleh sebab itu dipasang
dehydrating breather yang diisi silica gel.

3. Tangki yang tertutup rapat (Hermatically Sealed) dan diisi dengan nitrogen.

4. Tangki yang tertutup rapat dan diisi minyak sampai penuh (Totally filled)

Karena pentingnya minyak transformator, maka perlu dilakukan pemeriksaan secara


berkala, menurut IEC-156 untuk :

- Minyak baru sebelum diolah 30 KV/ 2.5 mm

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 27


- Minyak yang telah diolah 50 KV/ 2.5 mm
- Minyak yang telah digunakan 30 KV/ 2.5 mm

Pemeriksaan tegangan tembus minyak dianjurkan 3 tahun pertama setelah


transformator dioperasikan dan tiap tahun untuk tahun-tahun berikutnya. Jika hasil
pemeriksaan labolatorium oli tersebut dibawah standart maka perlu dimurnikan
kembali atau diganti dengan oli yang baru.

5.8.1.3 Metoda Pengambilan contoh

Karena tegangan tembus dari contoh sangat sensitif terhadap pencemaran, maka
pengambilan contoh harus dilakukan dengan hati-hati. Letak/titik pengambilan
contoh dilakukan di tempat yang dianggap paling tercemar, misalkan pada titik
terbawah.

Contoh: minyak diambil dengan membuka kran/valve bagian bawah secara


perlahan-lahan, biarkan minyak sedikit terbuang untuk membersihkan
valve dari kotoran-kotoran yang terdapat pada valve tersebut. Siapkan
botol gelas yang bersih dari kotoran dan uap air

Gambar 10 Alat Test minyak Trafo

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 28


Jika minyak sudah terlihat bersih, jangan tutup valve selanjutnya masukkan minyak
ke dalam botol tersebut kurang lebih 800 ml (test teg tembus, kandungan air dan
kekentalan). Tutup botol tsb dengan tutup yang bersih, usahakan jangan sampai
minyak tersentuh tangan, karena minyak trafo ini sangat peka terhadap lingkungan
yang ada disekitarnya.

5.8.2 Pemeriksaan Noise

Bila ditemui Noise atau bising yang abnormal dan dapat dibedakan dari kondisi
normal, hal ini dapat menunjukkan gejala dini dari suatu gangguan.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya noise :

1. Resonansi dari tangki dan radiator yang disebabkan oleh pe rubahan frekwensi
atau tegangan dari power source.

2. Adanya cacat pada mekanisme penjepit/penahan bagian da lam transformator.

3. Gangguan antar lapisan (inter layer short circuit) pada core yang disebabkan
kerusakan pada lapisan varnis antar lapisan, dengan penjepit atau baut-baut
penahan.

4. Penjepit atau clamp core kendur.

5. Noise dari baaian-bagian yang sistem groundingnya kurang baik dan


menyebabkan terjadinya static discharge.

5.8.3 Pemeriksaan Bagian Penjepit Dan Katup/ Valve.

Jika ditemui bagian penjepit yang kurang kencang, misalnya pada terminal bushing
atau grounding, matikan transformator dan segera kencangkan, jika tidak akan
berakibat adanya local over heating yang akan merusak isolasi transformator.

Selain itu katup/valve dapat menjadi kendur dan bocor oleh getaran yang terjadi
selama transformator beroperasi, sehingga harus selalu dikontrol.

5.8.4 Pemeriksaan Assesories.


Pemeriksaan assesories ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah masih bekerja
dengan baik, sehingga dapat mencegah gangguan-gangguan secara dini, antara
lain:

1. Thermometer Oli Double Contact

2. Thermometer Winding Double Contact

3. Bucholz Relay.

4. Breather ( Silica Gel )

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 29


5. Oil Level

6. Fan

5.8.5 Pemeriksaan Bagian Dalam.


Pemeriksaan bagian dalam dilakukan secara berkala yaitu 7 tahun sekali untuk
transformator biasa dan 13 tahun sekali untuk transformator yang diisi nitrogen
( Nitrogen Seal Type ). Pemeriksaan dapat dibagi menjadi tiga tahapan tergantung
sejauh mana akan diadakan pemeriksaan.

1. Menguras minyak sampai batas winding tetap terendam minyak.

2. Menguras semua minyak dalam tangki dan memeriksa bagian dalam


transformator.

3. Mengangkat bagian dalam (inner) dari transformator.

5.8.6 Pemeriksaan Winding.


Periksalah dengan seksama apakah terlihat adanya cacat, perubahan bentuk atau
retak pecah pada material isolasi. Periksalah apakah bagian dari penahan coil ada
yg kendur.

Endapan yang terjadi pada dasar tangki dan pada winding harus dibersihkan
dengan Menggunakan Minyak.

5.8.7 Pemeriksaan Core.


Periksalah apakah core tidak terjadi karat, bekas discharge/hangus, perubahan
bentuk, dan keadaan abnormal lainnya termasuk konstruksi penahan,ipenjepit,
juga apakah sistem grounding dalam kondisi baik.

5.8.8 Pemeriksaan Lead Wire Dan Penahannya.


Periksalah apakah tidak terjadi cacat, kendur atau bagian-bagian yang hampir
putus, terutama pada material isolasinya dimana sudah rapuh, apabila
transformator berumur cukup tua.

5.8.9 Pemeriksaan Tap Changer.


Periksalah dengan seksama apakah pada tap changer tidak ada bekas
discharge/hangus, atau karat.

Periksa juga pada kontak-kontaknya apakah mekanisme masih berjalan dengan


baik, sehingga tidak terjadi loss contact yang akan berakibat terjadinya discharge.

5.8.10 Pemeriksaan Gardu/Lingkungan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 30


Karena tegangan tinggi cenderung menghisap debu maka debu sering menempel
khususnya pada bushing tegangan tingginya. Hal ini sepele tapi perlu untuk
memperoleh perhatian khusus, karena debu tersebut dapat mengakibatkan
turunnya tahanan isolasi pada bushing sehingga lebih mempermudah discharge.

Bersihkan debu-debu tersebut pada saat transformator tidak bekerja (listrik


padam). Untuk lebih amannya lepas tegangan incoming transformator (sisi primer)
dengan melepas fuse Cut Out atau melalui Circuit Breaker pada panel incoming
transformator. Perhatikan pula kemungkinan tumbuhnya tanaman di dalam gardu
listrik.

Untuk menjaga agar temperatur transformator tidak terlalu panas, maka suhu
ruangan disekitar transformator ditempatkan harus dijaga sekitar 30 °C. Kenaikan
suhu ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu transformator, untuk
menanggulangi hal tersebut dapat ditambahkan fan untuk menghisap udara panas
dari ruangan keluar (dengan EXHAUST FAN).

5.9 Pembebanan Transformator Terendam Minyak

Berdasarkan IEC 76 transformator yang dirancang dengan syarat pelayanan


antara lain bahwa untuk transformator yang berpendingin udara maka suhu udara
tidak boleh melampaui :

- 30 °C rata-rata harian

- 20 °C rata-rata tahunan

Selain itu suhu udara tidak boleh melampaui 40 °C dan lebih rendah dari -25 °C
(pasangan luar) atau -5 °C (pasangan dalam).

Transformator tersebut dapat dibebani 100% selama 24 jam selama terus


menerus.

Menurut SPLN 17 - 1979 suhu rata-rata tahunan di Indonesia antara 24 °C sampai


27 °C untuk musim penghujan dan kemarau dan di beberapa daerah di Indonesia
suhu rata-rata tahunan pada musim kemarau 30 °C.

Dengan demikian jelaslah bahwa bila sebuah transformator dioperasikan dengan


beban penuh secara kontinue dan tidak terputus, maka transformator ini akan
mengalami "Kenaikan Susut Umur", dengan kata lain mengalami umur yang lebih
pendek.

Maka perlu untuk memperhatikan pembebanannya sehingga tidak melampaui


batas pemburukan isolasi yang layak karena efek termis dan dicapai umur kerja
transformator selama 20 tahun (7300 hari) sesuai dengan Publikasi IEC 354 (1972)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 31


sehingga transformator akan mempunyai susut umur normal (normal loss of life)
0.0137 0 per hari.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka diperlukan pedoman pembebanan


transformator sesuai dengan keadaan Indonesia.

Standart yang mengatur pembebanan transformator minyak adalah SPLN 17--


1979.

Bilamana beban lebih yang sebenarnya mempunyai dua atau lebih periode beban
lebih yang dipisahkan oleh periode - periode beban rendah, maka waktu pembeba-
nan beban lebih t, dapat diambil sebagai penjumlahan waktu - waktu pembebanan
lebih. Keadaan beban lebih yang selang-seling ini tidak seberat bila dibandingkan
dengan beban lebih tunggal untuk waktu total t yang sama.

Tabel 17 Jadwal Berkala Pemeriksaan/Pemeliharaan Transformator

No Item Pemeriksaan Mingguan Bulanan Tahunan 7 Tahunan

1 Noise XXX --- --- ---

2 Suhu / temperature XXX --- --- ---

3 Fisik Transformator XXX --- ---

4 Bushing, Packing & valve XXX --- ---

5 Oil Level XXX --- ---

6 Teg tembus Oil Trafo ---- XXXX ---

7 Breather/Silica gel (jika ada) ---- --- ---

8 Gardu/Lingkungan Trafo ---- XXX

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 32

Anda mungkin juga menyukai