Anda di halaman 1dari 7

DETEKSI TUMBUH KEMBANG

DI DUSUN SAMBI DESA KLEPU


KECAMATAN SOOKO PONOROGO

LAPORA HASIL OBSERVASI

Oleh :
DEA ANARDA PUTRI
NIM 19621659

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021

A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan


anak,pasal 1 ayat 1 ,Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 ( delapan belas
tahun ) termasuk anak yang masih didalam kandungan.
Pertumbuhan dan Perkembangan adalah dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak
bisa dipisahkan . setiap keluarga mengharapkan anaknya tumbuh daan berkembang
secara optimal ( sehat fisik, mental kognitif dan social ) ( Soetjininsih dan Ranuh 2016)
. seringkali orangtua tidak menyadari ketika anaknya mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya untuk itu orangtua perlu mengenal tanda bahaya
( red flag ) pertumbuhan dan perkembangan anak ( IDAI , 2013 )

Beberapa Gangguan Tumbuh Kembang Yang Sering Ditemukan

1. Gangguan Bicara dan Bahasa Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh


perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan
atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor,
psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurang stimulasi akan dapat
menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap
(Kemenkes, 2012).

2. Cerebral Palsy Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik
pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya
(Kemenkes, 2012).

3. Perawakan Pendek (stunting) Short stature atau perawakan pendek merupakan suatu
terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau – 2SD pada
kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena
variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena
kelainan endokrin (Kemenkes, 2012).

4. Gangguan Autisme Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang


gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti
repository.unimus.ac.id 16 meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan
tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku (Kemenkes, 2012).

5. Retardasi Mental Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang
rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal
(Kemenkes, 2012). 7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian
yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas (Kemenkes, 2012)

Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak adalah kegiatan pemeriksaan


untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak prasekolah. Bila penyimpangan terlambat diketahui, intervensi akan lebih sulit
dan akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak (Kemenkes RI, 2012).
Jenis deteksi dini tumbuh kembang anak yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan
di tingkat puskesmas berupa :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan. Deteksi dini pertumbuhan dilakukan
di semua tingkat pelayanan yaitu keluarga, masyarakat dan
Puskesmas.Pengukuran Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
bertujuan untuk menentukan status gizi anak termasuk normal, kurus, kurus
sekali atau gemuk.(Kemenkes, 2012).

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan. Deteksi dini penyimpangan


perkembangan anak dilakukan di semua tingkat pelayanan yaitu keluarga,
masyarakat dan Puskesmas.Salah satu alat yang digunakan adalah skrining
perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP). Tujuan skrining untuk mengetahui perkembangan anak normal atau
ada penyimpangan.Perkembangan yng dideteksi adalah motorik/gerak
kasar,motorik/gerak halus,bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
(Kemenkes, 2012). (Kemenkes RI, 2012).

3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional. Deteksi dini penyimpangan


mental emosional adalah pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi
(Kemenkes, 2012).

Penilaian perkembangan pada anak sangat penting dilakukan agar apabila


ditemukan kecurigaan penyimpangan dapat segera dilakukan stimulasi dan intervensi
dini sebelum kelainan terjadi. Upaya pencegahan sedini mungkin perlu dilakukan untuk
mengurangi masalah perkembangan dengan melakukan deteksi dini. Deteksi dini dapat
dilakukan setiap tiga bulan pada anak usia 0−12 bulan dan setiap enam bulan pada anak
usia 12−72 bulan dan dapat dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan. Upaya
deteksi dini salah satunya dapat dilakukan mulai dari tingkat kesehatan dasar yaitu
posyandu (Sugeng, Tarigan and Sari, 2019). Beberapa pendapat menyebutkan bahwa
untuk melakukan pemantauan terhadap tumbuh kembang anak, skrinning dan deteksi
dini penyimpangan perkembangan sangat diperlukan. Secara umum tujuan skrinning
perkembangan adalah menyaring seluruh populasi untuk mengidentifikasi anak yang
beresiko. Pada anak yang terindentifikasi, selanjutnya dilakukan assessment untuk
menemukan anak yang mungkin memerlukan intervensi yang lebih komprehensif.
Skrinning tidak hanya dilakukan pada anak yang di curigai mempunyai masalah
perkembangan saja, melainkan harus dilakukan secara rutin terhadap semua anak
(Hanum and Safitri, 2018).

Data terbaru pada tahun 2018 menunjukkan sudah adanya perbaikan terkait
jumlah tersebut. Namun begitu, jumlahnya masih mengkhawatirkan. Dari seluruh
benua di dunia, benua Asia merupakan benua dengan gangguan tumbuh kembang
anak terbanyak. Di Indonesia sendiri, hasil riset kesehatan dasar terakhir pada
tahun 2018 menunjukkan bahwa presentase kejadian stunting adalah sebanyak
30.8%, underweight sebanyak17.7%, dan wasting sebanyak10.2% (Firas Farisi
Alkaff dan Sovia Salamah, 2020).
B. PROFIL DESA SOOKO

Sooko
Desa
Negara  Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Kabupaten Ponorogo
Kecamatan Sooko
Kodepos 63482
Kode Kemendagri 35.02.06.2002
Luas ... km²
Jumlah penduduk …. jiwa
Kepadatan ... jiwa/km²

Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu


Desa yang terletak di sebelah timur wilayah Kabupaten Ponorogo.
Adapun letak geografis Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo
°
7 53 LS 111°38 BT dengan ketinggian + 450m s/d 600m di atas permukaan air
laut, dengan batas – batas sebagai berikut :
Utara   :     Desa Jurug Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo
Selatan  :     Desa Bedoho Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo
Barat :     Desa Suru Kecamatan Sooko
Timur   :     Desa Jurug Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo

Desa Sooko memiliki luas wilayah +  383,251 Ha yang terbagi menjadi 4 (empat)
wilayah Dukuh yaitu :
1.         Dukuh Dalangan , yang terdiri dari :
  Rukun Warga sebanyak 3 (tiga)
  Rukun Tangga sebanyak 8 (delapan)

2.         Dukuh Sombro, yang terdiri dari :


  Rukun Warga sebanyak 3 (tiga)
  Rukun Tangga sebanyak 8 (delapan)

3.         Dukuh Sooko, yang terdiri dari :


  Rukun Warga sebanyak 7 (tujuh)
  Rukun Tangga sebanyak 15 (lima belas)

4.         Dukuh Blimbing , yang terdiri dari :


  Rukun Warga sebanyak  2 (dua)
  Rukun Tangga sebanyak 4 (empat)
C. PELAKSANAAN DETEKSI TUMBUH KEMBANG

Pengambilan data sekaligus screaning dilakukan dengan metode ( field study)


atau atau penelitian lapangan dan dilaksanakan pada:

Tanggal : 18 Oktober 2021


Tempat : Rumah Bpk. Tumiran ( kepala Dsn. Sambi )
di Dusun Maron RT/RW: 09/04 , Desa Klepu Kec. Sooko -
PONOROGO
Jam : 11:00- selesai
Pelaksana : 1 nakes ( 1 bidan )
1 kader (1 kader kesehatan )

Saya hanya melakukan wawancara kepada kader , kader mengatakan


masyarakat sangat antusias dalam melakukan posyandu. Beliau mengatakan bahwa
setiap posyandu diadakan tetap menggunakan prokes yang ada demi menjaga kesehatan
masyarakat yang ada, seperti menggunakan masker dfan juga membawa handsinitizer ,
kader mengatakan bahwa posyandu ini dilakukan rutin setiap sebulan sekali yaitu setiap
tanggal 7 . Di desa ini juga mengadakan program gizi berupa membagikan kacang hijau
hangat kepada masyarakat yang mengikuti posyandu. Kegiatan posyandu ini meliputi :
1. Imunisasi
2. Program Gizi
3. Sosialisasi Kesehatan oleh bidan setempat

Deteksi tumbuh kembang yang diadakan di dusun sambi ini meliputi


ukur tinggi badan (TB) dan timbang berat badan ( BB) , untuk timbang berat badan
(BB) di dusun Sambi ini sudah modern yaitu dengan menggunakan timbangan berat
badan yang sudah di sambungkan ke smartphone dan tersambung dalam aplikasi yang
dilakukan secara online sehingga data yang di peroleh tidak bisa di manipulasi.
Data yang di dapat juga tetap ditulis secara manual di buku KMS, agar orangtua
tetap bisa memantau perkembangan anaknya.

Berikut saya lampirkan juga beberapa foto acara tersebut :


(foto bersama kader )
D. KRITIK DAN SARAN

 KRITIK
 Posyandu yang pelaksanaannya masih belum maksimal disebabkan oleh
bebrapa faktor yaitu keaktifan ibu, wilayah posyandu, keaktifan kader, serta
tingkat pendidikan kader dan sebagainya.
 Hambatan yang ada di posyandu yaitu jumlah kader, regenerasi kader, serta
minat pasrtisipasi ibu balita dan ekonomi.
 SARAN
Dari observasi yang sudah saya lakukan, peneliti menyarankan:
 Perlu dilaksanakan pelatihan kader secara berkala untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman guna kebrhasilan pelaksanaan kegiatan.
 Perlu peningkatan dana posyandu untuk menunjang pelaksanaan pelayanan
untuk menambah jumlah variasi dan kualitas makanan yang di bagikan.

Anda mungkin juga menyukai