PEMBIAYAAN USAHA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Bagong adalah pemuda desa yang memiliki mimpi yang besar. Meskipun berasal dari
desa, Bagomg bermimpi 20 tahun yang akan datang dapat memiliki usaha restoran yang
tersebar di seluruh Indonesia. Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, Bagong harus
memulai langkah pertama, yaitu membangun restoran pertamanya. Bagong percaya,
dengan resep masakan bebek goreng warisan dari eyangnya, restoran yang akan dia
buka diminati oleh masyarakat.
Sementara itu, uang yang ada di tangan Bagong saat ini hanya Rp.25 juta hasil dari
prestasinya yang memenangkan lomba lari maraton yang dia ikuti dalam rangka HUT RI
ke-64 beberapa waktu yang lalu. Beruntung, Bagong memeperoleh fasilitas pinjaman
lunak dari salah satu LSM sebesar Rp.15 juta dengan tingkat bunga sebesar 12% per
tahun yang harus dikembalikan dalam jangka waktu 1 tahun.
Dari proses produksi yang dilakukan oleh Bagong, teridentifikasi bahwa biaya bahan
baku dan bahan habis pakai adalah Rp.7.000 per porsi. Selanjutnya, untuk mendukung
penjualan, Bagong mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp.100 ribu per bulan.
Sementara biaya administrasi dan operasional lainnya adalah Rp.25ribu per bulan. Harga
jual produk adalah Rp.10.000 per porsi. Untuk memaksimalkan penjualan, Bagong
mencadangkan adanya piutang kepada pelanggan setianya, berupa fasilitas pembayaran
non-tunai, sebesar Rp.300 ribu per bulan. Selanjutnya, untuk kepentingan mobilisasi
usaha, Bagong menggunakan motornya yang berharga Rp.10 juta dalam aktivitas bisnis.
Karena masih merupakan bisnis pemula dan informal, Bagong belum membayar pajak
atas bisnisnya.
Buatlah proforma neraca dari bisnis bebek goreng yang akan dilakukan Bagong
tersebut!
Buatlah proforma laporan Rugi Laba!
Berapa tingkat keuntungan dari investasi modal tersebut?
Berapa besarnya laba kotor dan laba besih yang berhasil diprediksikan?
Berapa besarnya margin keuntungan dan tingkat pengembalian investasi (ROA atau
Return on Assets dan ROE atau Return on Equity) dari bisnis Bagong tersebut?
Hitunglah modal kerja yang dibutuhkan oleh Bagong!
Bagaimana kemampuan pembayaran utang yang dimiliki oleh bisnis Bagong?
Bagaimana efektivitas Bagong dalam pengelolaan aset yang dimiliki?
Bagaimana pula isu likuiditas bisnis Bagong tersebut?
Catatan:
1. Proforma Neraca adalah laporan sederhana yang menunjukkan prediksi posisi aset-
aset yang digunakan dalam bisnis, kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan,
serta besarnya penyertaan modal yang harus dilakukan. Kelompok aset akan
berada pada kolom kiri dari neraca, biasa disebut sebagai kolom AKTIVA, sementara
kelompok kewajiban dan modal berada pada kolom kanan dari neraca, biasa
disebut PASIVA.
Lebih lanjut, dari kelompok aset tersebut dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar
(current asset) seperti kas, sediaan dan piutang usaha dan aset non-lancar (non-
current asset) yaitu aset-aset yang sifatnya tetap seperti peralatan, kendaraan,
maupun bangunan/tanah. Klasifikasi yang kurang lebih sama juga terjadi pada
kelompok kewajiban di mana terdapat kewajiban lancar (current liabilities) seperti
utang usaha dan accruals dan kewajiban non-lancar (non-current liabilities) seperti
utang bank dan utang jangka menengah-panjang lainnya.
2. Proforma Laporan Rugi Laba adalah laporan sederhana yang menunjukkan prediksi
tingkatan penjualan yang diharapkan, biaya-biaya yang menyertai produksi dan
penjualan, serta biaya-biaya lain yang digunakan dalam bisnis. Jika dalam bisnis
tersebut digunakan sumber pendanaan dari utang, maka perlu ditunjukkan juga
prediksi beban pembayaran cicilan dari utang yang digunakan.
3. Modal Kerja adalah sejumlah dana yang dibutuhkan agar aktivitas bisnis dapat
dilakukan. Ibarat mesin, modal kerja adalah oli pelumas yang dapat membuat
mesin dapat bekerja dalam tingkat yang efektif.
4. Laba Kotor adalah nominal rupiah yang dihasilkan dari selisih antara pendapatan
dari kegiatan bisnis dikurangi dengan biaya-biaya yang terkait langsung dengan
aktivitas bisnis tersebut (misal: biaya untuk memproduksi, biaya untuk
mendistribusikan barang, biaya untuk menjual, dan sebagainya).
5. Laba Bersih adalah nominal rupiah bersisa dari laba kotor yang dihasilkan oleh
bisnis setelah dikurangi beban-beban penyusutan, pembayaran beban pembiayaan,
dan pajak yang relevan.
6. Margin Keuntungan adalah proporsi keuntungan yang diperoleh dari setiap unit
penjualan yang berhasil dilakukan dalam bisnis.
7. ROA (Return on Asset) adalah tingkat pengembalian atau keuntungan yang
diperoleh dari setiap unit aset yang digunakan. Untuk mendapatkan nilai ROA
tersebut, dapat digunakan formula sebagai berikut:
AKTIVA PASIVA
Kas Rp.xxxx Utang dagang Rp.xxxx
Piutang Rp.xxxx Utang lembaga keuangan Rp.xxxx
Persediaan Rp.xxxx Rp.xxxx
Peralatan Rp.xxxx Modal sendiri Rp.xxxx
Kendaraan Rp.xxxx
Total Aktiva Rp.xxxx Total Pasiva Rp.xxxx
Sementara itu, laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan kinerja
pengakumulasian laba dalam kurun waktu tertentu. Nilai laba diperoleh dari
pengurangan jumlah pendapatan yang dihasilkan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan.
Selanjutnya, laporan aliran kas adalah yang merangkum kondisi kas, baik aliran kas
masuk maupun aliran kas keluar pada suatu rentang waktu tertentu (mingguan,
bulanan, atau tahunan). Laporan aliran kas ini memberikan informasi terkait dengan
perilaku penerimaan dan pengeluaran usaha.
Tidak seperti laporan neraca yang menggunakan dasar accrual (accrual base), laporan
aliran kas menggunakan dasar kas (cash base) sehingga pos-pos seperti depresiasi,
amortisasi, dan accruals tidak akan dimasukkan dalam laporan ini.
Dalam setiap usaha, kadang kala kita perlu tahu juga tentang anggaran (budget).
Anggaran menjelaskan kondisi keuangan saat ini, sekaligus memberikan arahan untuk
mencapai tujuan–tujuan keuangan tertentu.
Dalam konteks keuangan sederhana, kelayakan suatu usaha adalah ketika terjadi kondisi
dimana hasil yang diperoleh lebih besar dari dana yang diinvestasikan, akan semakin
menguntungkan investasi dalam usaha tersebut. Secara sistematis, investasi yang
menguntungkan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Pendapatan investasi diperoleh dari perkalian antara jumlah barang yang terjual dengan
harga per unit barang tersebut. Sementara itu, total biaya yang digunakan dalam usaha
dapat dibagi menjadi dua, biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost).
Biaya tetap merupakan komponen biaya yang harus ditanggung oleh pelaku usaha yang
nilainya tidak dipengaruhi oleh aktivitas bisnis, khususnya besar barang yang
diproduksi/dijual. Artinya, banyak atau sedikit barang yang dihasilkan tidak menentukan
besarnya biaya tetap tersebut. Biaya tetap ini biasanya terkait dengan aspek waktu,
misalnya biaya tenaga kerja tidak langsung per bulan, biaya administrasi per bulan, biaya
sewa toko per bulan, dan biaya pemasaran. Sementara itu, biaya variabel adalah
komponen biaya yang harus ditanggung oleh pelaku usaha yang nilainya dipengaruhi
oleh aktivitas/volume bisnis. Contoh dari biaya variabel adalah biaya tenaga kerja
langsung, biaya material, biaya bahan habis pakai, dan biaya listrik dan air.
Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang ada.
Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Rp. Unit
Variabel cost
Fixed cost
Jumlah Unit
Contoh :
Suatu usaha penyamakan kulit membutuhkan biaya material sebesar Rp. 10 Ribu per
lembar kulit. Proses penyamakan dilakukan di toko yang di sewa sebesar Rp. 1 Juta per
bulan. untuk kepentingan administrasi umum dibutuhkan biaya Rp. 250 ribu dan biaya
tenaga kerja untuk melakukan aktivitas penyamakan adalah Rp 2 ribu per lembar kulit.
Berapa total pendapatan, total biaya, dan keuntungan yang dihasilkan oleh usaha
tersebut?
= 15.000 x1.000
= 15.000.000
= 250.000 + 1.000.000
= 1.250.000
= 10.000.000 + 2.000.000
= 12.000.000
= 1.250.000 + 12.000.000
= 13.250.000
= 15.000.000 – 13.250.000
= 1750.000
Pada beberapa kasus, pengusaha tidak hanya ingin mengetahui berapa keuntungan yang
mungkin diperoleh. Pengusaha ingin mengetahui, dalam kondisi seperti apa dia
mencapai titik impas. Dalam pengelolaan keuangan, apa yang diinginkan oleh pengusaha
tersebut akan dengan mudah terjawab melalui perhitungan titik impas (break –event
point), yaitu kondisi dimana nilai keuntungan bernilai nol. Secara sistematis, kondisi
impas terjadi ketika nilai pendapatan sama besar dengan nilai biaya.
Secara grafis, analisis titik impas tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Rp.
Profit
Total Cost
Sales
BEP
Jumlah unit
Jumlah unit
Dalam lingkungan bisnis dan keuangan, kita percaya adanya nilai waktu uang ( time
value of money). Berdasar konsep tersebut, nilai uang yang kita terima sekarang akan
lebih berarti dibanding nilai uang yang sama yang akan kita terima periode yang akan
datang. Mengapa kondisi tersebut dapat terjadi? Paling tidak terdapat dua hal yang
menjelaskan konsep nilai waktu uang. Pertama, adanya inflasi yang menyebabkan harga-
harga mengalami penurunan nilai secara relative dari waktu ke waktu. Kedua, adanya
biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) apabila kita gagal menerima kas
sesegera mungkin.
Terkait dengan analisis kelayakan usaha, konsep nilai waktu uang dapat digunakan,
khususnya untuk analisis nilai sekarang (Net Present Value) dan analisis Internal Rate of
Return (IRR).
Dimana:
NPV = net present value
CF t = aliran kas yang diterima pada periode ke-t
r = tingkat suku bunga yang berlaku
t =perionde waktu yang digunakan
Nilai NPV positif mengindikasikan adanya aliran kas masuk bersih (investasi
sebaiknya dilakukan), nilai NPV negatif mengindikasikan adanya aliran kas keluar
bersih (investasi sebaiknya tidak dilakukan), dan nilai NPV sama dengan nol yang
mengindikasikan posisi impas. Semakin besar nilai NPV menunjukkan semakin
prosfektifnya suatu proyek.
Contoh:
Suatu investasi membutuhkan aliran kas keluar sebesar Rp.100 juta yang dikeluarkan
saat ini. Dari nilai investasi tersebut menghasilkan aliran kas masuk pada tahun pertama
sebesar Rp10 juta, tahun kedua sebesar Rp. 60 juta, dan tahun ketiga sebesar Rp.80
juta. Jika tingkat suku bunga yang berlaku adalah 100%, maka nilai NPV dapat dihitung
sebagai berikut :
NPV = Rp 18.79juta
Dari contoh diatas dihasilkan nilai NPV yang posistif sehingga investasi tersebut
direkomendasikan untuk dilakukan.
Selain NPV, kita dapat menggunakan IRR untuk menentukan apakah suatu pilihan
investasi layak dilakukan atau tidak. IRR didefinisikan sebagai tingkat pengembalian yang
membuat NPV sama dengan nol. Artinya, pada nilai IRR, investasi akan berada pada
posisi impas. Agar suatu investasi layak dilakukan, maka nilai tingkat pengembalian yang
dihasilkan harus lebih besar dari nilai IRR tersebut. Oleh karena itu, kadang-kadang
orang menyebut IRR sebagai tingkat batas keuntungan minimum. Untuk menghitung
besarnya IRR, dapat digunakan formula sebagai berikut:
n
CF
t = 0
t
∑ (1+ IRR)
t =0
Dimana :
Contoh;
Suatu investasi membutuhkan aliran kas keluar sebesar Rp.100 juta dan dibayarkan
sekarang. Dari investasi berikut diprediksi mampu menghasilkan aliran kas masuk
selama tiga tahun masing-masing sebesar Rp.40 juta. Berapa nilai IRR untuk investasi
tersebut?
IRR = 9.7%
Sehingga agar investasi dikatakan layak, investasi harus mampu memberikan tingkat
keuntungan lebih besar dari 9.7%
Modal kerja merupakan besarnya nilai uang yang dibutuhkan untuk mendukung
operasionalisasi suatu bisnis. Tanpa adanya sejumlah uang tersebut, operasionalisasi
bisnis akan terganggu, misalnya tidak bisa mendapatkan bahan baku, tidak bisa
menyediakan sediaan yang mencukupi, dan tidak tercukupi kas untuk transaksi.
Jika kita mendiskusikan modal untuk berbisnis, maka biasanya kita mengenal dua
terminotologi, yaitu modal kerja operasi bersih (net operating working capital) dan
modal operasi bersih (net operating capital). Modal operasi berfokus pada likuiditas
yang mencukupi dalam menunjang bisnis. Untuk mendapatkan besarnya nilai modal
kerja bersih, dapat digunakan formula sebagai berikut:
Operating Current Asset merupakan aset-aset lancar yang digunakan untuk mendukung
operasi bisnis, seperti kas, piutang dagang, dan sediaan, Operating Current Liability
adalah kewajiban lancar yang biasanya terjadi dalam bisnis pada umumnya, seperti
utang dagang dan accruals (kewajiban pembayaran yang dapat diakumulasikan, seperti
pajak, dan sebagainya).
= 30.000
Jadi, agar kegiatan operational UD>AVAZETA daapt berjalan, diperlukan modal kerja
opersi sebesar RP30.000
Sementara itu, modal kerja operasi bersih bisnis dapat berlangsung, baik dari aspek
likuiditasnya maupun aspek penyediaan aset-aset pendukung. Untuk mendapatkan
besarnya nilai modal operasi bersih, dapat digunakan formula:
= 430.000
Untuk melakukan pengelolaan modal kerja tersebut terdapat dua hal yang harus
diperhatikan. Pertama, siklus konversi kas (cash conversion cycle) yaitu periode yang
dibutuhkan agar kas yang diinvestasikan untuk kegiatan bisnis dapat kembali dalam
bentuk uang kas.
Seperti kita tahu bahwa dalam kegiatan bisnis, uang yang dimililki kita gunakan untuk
membeli material untuk produksi, kemudian material Biaya Bersih dengan jumlah modal
yang tersebut kita proses, kemudian kita jual kepada konsumen. Adakalanya dalam
proses penjualan tersebut kita memberikan tempo pembayaran sehingga kita harus
melakukan penagihan untuk mengubah penjualan menjadi bentuk pendapatan kas.
Siklus diatas tentunya membutuhkan waktu. Semakin cepat waktu yang ada dalam siklus
tersebut, maka kita berpotensi memiliki modal kerja yang semakin hemat. Kedua,
besarnya tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan (ROIC/ Return on Invested
Capital) dan besarnya modal (CoC/Cost of Capital). Nilai ROIC dapat diperoleh dengan
membandingkan besarnya Laba Bersih dengan jumlah Modal yang investasikan. ROIC
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari setiap
rupiah nominal yang diinvestasikan.
Sementara nilai biaya modal diperoleh, baik dari nilai bunga yang dibayarkan kepada
kreditur maupun dari nilai keuntungan yang diminta oleh pemegang saham. Bisnis yang
sehat akan memiliki selisih positif antara ROIC dengan CoC yang besar. Artinya, tignkat
keuntungan yang diberikan oleh bisnis tersebut lebih besar dari biaya modal yang
digunakan. Sehingga dalam konteks pengelolaaan modal kerja, harus dipastikan bahwa
terdapat surplus atas selisih ROIC dan CoC diatas.
Secara spesifik, terdapat empat area dalam pengelolaan modal kerja. Pertama, Cash
Management, yaitu upaya untuk mengoptimalkan jumlah kas yang dibutuhkan.
Biasanya kas harus ada untuk kebutuhan transaksi, berjaga-jaga, maupun kebutuhan
spekulatif lainnya. Kekurangan kas akan membuat bisnis dalam masalah. Usaha Anda
bisa gagal mendapatkan margin keuntungan atau Anda akan mengalami kemungkinan
menurunnya image perusahaan karena tidak mampu memenuhi kewajiban-
kewajibannya yang jatuh tempo.
Namun, terlalu banyak kas yang dimiliki juga mengindikasikan adanya kesempatan yang
hilang (opportunity loss) untuk mendapatkan tingkat keuntungan dari investasi. Oleh
karenanya, perlu disusun formulasi jumlah kas yang optimal. Sementara itu, untuk
tujuan operasional pengelolaan, dapat digunakan anggaran kas.
Kedua, Inventory Management kas yang dimiliki juga mengelola tingkat sediaan
sehingga tidak terjadi over-stock yang menyebabkan kebutuhan modal kerja terlalu
besar (padahal tidak diperlukan). Atau, terjadinya under-stock yang menyebabkan
permintaan konsumen tidak terpenuhi.
Keempat, Account Payable Management yaitu upaya untuk mengelola besarnya utang
dagang yang kita miliki. Semakin besar utang dagang, akan membuat makin kecilnya
modal kerja yang dibutuhkan. Hal yang sama juga berlaku untuk tempo pembayaran
utang. Semakin panjang waktu yang diberikan untuk melakukan pembayaran utang,
maka modal kerja yang dibutuhkan akan semakin sedikit.
Manajemen Utang
Dalam bisnis, adakalanya modal sendiri yang digunakan tidak lagi mencukupi.
Oleh karenanya, pemilik usaha dapat mengundang pihak lain turut serta memiliki
bisnis tersebut menjadi pemegang saham melalui penyertaan modal. Jika pilihan
tersebut diambil, maka konsekuensinya pemilik usaha akan berbagi dengan
investor.
Karena alasan tersebut, penggunaan utang dapat menjadi alternatif atau solusi
pendanaan, disamping secara ekonomis terbukti biaya utang lebih murah
dibandingkan biaya modal sendiri. Namun demikian, Anda harus hati-hati
sebelum berutang. Anda harus memastikan bahwa tingkat keuntungan yang
Anda hasilkan dari kegiatan bisnis tersebut mampu digunakan untuk membayar
cicilan yang diisyaratkan oleh utang tersebut. Jika kondisi tersebut tidak
terpenuhi, maka penggunaan utang akan membuat modal yang Anda tanamkan
akan semakin berkurang, dan Anda berada dalam kondisi awal kebangkrutan.
Jenis-Jenis Utang
Terdapat beberapa jenis utang yang sering kita jumpai. Berdasarkan tipenya, kita
dapat mengklasifikasikan utang kedalam lima kelompok, yaitu:
Biaya Utang
(APR) Annual Percentage Rate/Nominal Rate, yaitu tingkat suku bunga yang
berlaku selama satu tahun. Contoh: UD. ARVAZETA meminjam dari lembaga
keuangan sebesar Rp. 1.000.000 dengan tingkat suku bunga 12%APR.
Artinya dalam periode 1 tahun UD. ARVAZETA menanggung beban
pembayaran bunga sebesar 12% x Rp. 1.000.000 Rp. 120.00
Periodic Rate, yaitu tingkat bunga berdasarkan periode berlaku. Untuk
menghitung besarnya periode rate, dapat digunakan rumus:
Periode rate = APR/m
APR adalah tingkat suku bunga tahunan, dan m adalah jumlah bulan. Jadi,
berdasarkan contoh di atas, tingkat suku bunga periodic per bulan yang harus
ditanggung oleh UD.ARVAZETA adalah 1%
Effective Rate, adalah tingkat suku bunga yang secara efektif harus
ditanggung oleh peminjam. Tingkat suku bunga inilah yang dapat digunakan
untuk melakukan perbandingan antara beberapa pilihan pinjaman yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan. Untuk mendapatkan nilai suku bunga
efektif, dapat juga digunakan formula sebagai berikut:
Eff = (1 + periodic rate)m-1
Sumber-Sumber Pendanaan
Anda sudah belajar bahwa dalam bisnis, kreativitas sangat diperlukan. Kreativitas
tidak hanya diperlukan untuk membuat produk yang menarik, layanan yang
terbaik, tetapi juga kreatif dalam mencari sumber pendanaan yang dapat diakses
oleh setiap enterpreneur, yaitu:
Individual Deposits & Savings, yaitu simpanan, baik yang berupa
tabungan, deposito maupun giro yang dimiliki oleh setiap enterpreneur.
Jika simpanan tersebut digunakan untuk berbisnis, maka biasanya
dianggap sebagai penyertaan modal sendiri.
Loan, yaitu utang yang disediakan oleh pihak-pihak tertentu, di antaranya
a. Family Loan, yaitu utang yang berasal dari keluarga, ayah, ibu,
mertua, kakak, adik, dan sebagainya.
b. Neighbors Loan, yaitu utang dari keluarga, saudara, dan partner bisnis
secara individual.
c. Pegadaian Loan, yaitu memanfaatkan jasa gadai dari Pegadaian untuk
mendapatkan dana segar dalam rangka menjaga likuiditas.
d. Bank Loans, yaitu pinjaman kepada lembaga perbankan, baik Bank
Umum, Bank Perkreditan Rakyat, maupun Bank Syariah.
e. Venture Capital, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga-lembaga
modal ventura. Biasanya modal ventura akan menaruh seorang
direktur (misalnya direktur keuangan) untuk mengendalikan
keuangan dan memperbaiki manajemen.
f. Leasing, yaitu mencari sumber pendanaan dengan memanfaatkan
skema pembiayaan yang disediakan oleh lembaga pembiayaan baik
berupa operational lease maupun financial lease.
Suppliers, yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh supplier untuk
mengurangi kebutuhan pendanaan usaha, seperti pembelian kredit, tempo
pembayaran, dan sebagainya.
Customers, yaitu upaya menggunakan dana yang dimiliki oleh konsumen
untuk pembiayaan usaha, seperti pemesanan dan pembayaran di muka
(installment).
Financial Thermometer
Seperti tubuh manusia, kondisi bisnis juga dapat berubah-ubah, baik menjadi
lebih baik maupun lebih buruk. Untuk mengetahui kondisi tersebut, kita perlu
menggunakan alat ukur berupa termometer keuangan seperti berikut ini.
1. Termometer likuiditas, yaitu ukuran-ukuran yang menunjukkan kemampuan
bayar atas kewajiban yang dimiliki oleh suatu usaha. Terdapat dua jenis
termometer likuiditas, yaitu current ratio (CR) dan quick ratio (QR).
Current Ratio dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
CR = Current Asset/Current Leability
Quick Ratio dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
Qr= (Current Asset – Inventory)/Current Liability
2. Termometer Pengelolaan Asset, yaitu ukuran-ukuran yang menunjukkan
efektivitas pengelolaan aset yang dimiliki. Terdapat empat jenis termometer
pengelolaan aset, yaitu Inventory Turn Over (Inv.TO), Days Dales
Outstanding (DSO), Fixet Asset Turn Over (FATO), dan Total Asset Turn Over
(TATO).
Nilai Inventory Turn Over menunjukkan efektivitas penggunaan
persediaan dalam mendapatkan penjualan. Nilai tersebut dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
Inventory Turn Over = Sale/Inventory
Nilai Days Sales Outstanding menunjukkan efektivitas pengelolaan
piutang dagang yang dimiliki oleh enterpreneur. Nilai tersebut dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut:
DSO = Receivables/Average Sales Per Day
Nilai Fixet Asset Turn Over menunjukkan efektivitas penggunaan aset-
aset tetap dalam mendapatkan penjualan. Nilai tersebut dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
Fixet Asset Turn Over = Sales/Total Ficet Asset
Nilai Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan efektivitas penggunaan
keseluruhan aset yang dimiliki untuk membukukan penjualan. Nilai
tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
TATO = Sales/Total Asset
3. Termometer Pengelolaan Utang, yaitu ukuran-ukuran yang menunjukkan
efektivitas pengelolaan utang. Terdapat dua ukuran yang sering digunakan
yaitu Debt Ratio dan Time Interest Earnet Ratio.
Debt Ratio menunjukkan proporsi pendanaan yang dimiliki oleh suatu
usaha. Semakin tinggi nilai debt ratio menunjukkan semakin banyak
utang digunakan. Nilai ratio dapat diperoleh dengan formula sebagai
berikut:
Debt ratio = total liability/total asset
Time Imterest Earnet Ratio (TIE) menunjukkan kemampuan pembayaran
bunga atas utang-utang yang digunakan oleh perusahaan. Semakin
besar nilai ratio tersebut akan semakin baik. Nilai ratio tersebut dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
TIE = Earnings Before Interest And Tax/Interest
Changes
4. Termometer Profibilitas, yaitu ukuran-ukuran yang menunjukkan
kemampuan bisnis dalam menghasilkan keuntungan. Secara umum,
terdapat empat termometer yang digunakan, yaitu Profit Margin (PM), Basic
Earning Power (BEP), Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE).
Profit Margin (PM) menunjukkan kemampuan bisnis untuk
mendapatkan keuntungan
Dari setiap penjualan yang dibukukan. Semakin besar nilai PM akan semakin baik. Nilai
PM tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagi berikut:
PM = Net Income/Sales
Basic Earning Power (BEP) menunjukkan kemampuan aset-aset yang dimiliki untuk
menghasilkan laba kotor. Semakin besar nilai BEP akan semakin baik. Nilai BEP tersebut
dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
BEP = Earning before interest and Tax/Total Asset
Return of Asset (ROA) menunjukkan kemampuan aset-aset yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan bersih. Semakin besar nilai ROA akan semakin baik. Nilai ROA
tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
ROA = Net Income/Total Asset
Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan. Semakin besar nilai ROE akan semakin baik. Nilai ROE tersebut dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
ROE = NET Income/Common Equity
Daftar Pustaka
Brigham, Eugene F. and Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial Management: Theory and
Practice. 11st edition, Singapore: South-Western, Thomson Learning.