Anda di halaman 1dari 23

BAB 11 MANAJEMEN KEUANGAN DAN

PEMBIAYAAN USAHA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini, calon wirausaha diharapkan:

 Menjelaskan konsep dasar manajemen keuangan


 Menjelaskan bagaimana pengelolaan keuangan dilakukan

Studi Kasus BEBEK GORENG BAGONG

Bagong adalah pemuda desa yang memiliki mimpi yang besar. Meskipun berasal dari
desa, Bagomg bermimpi 20 tahun yang akan datang dapat memiliki usaha restoran yang
tersebar di seluruh Indonesia. Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, Bagong harus
memulai langkah pertama, yaitu membangun restoran pertamanya. Bagong percaya,
dengan resep masakan bebek goreng warisan dari eyangnya, restoran yang akan dia
buka diminati oleh masyarakat.

Bagong memulainya dengan diskusi panjang bersama rekan-rekannya, serta melakukan


analisis sederhana terkait potensi pasar dan selera konsumen yang ada di sekitar kota
tempat tinggalnya. Dengan informasi itu, Bagong optimis dalam waktu 1 tahun pertama
mampu menjual 36.000 bebek goreng dengan omzet Rp.360 juta pertahun (dengan
asumsi 100 porsi per hari, 1 bulan 30 hari buka). Untuk dapat mencapai omzet tersebut,
Bagong mengidentifikasi beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai persiapan
pembukaan restoran bebek gorengnya, yaitu:

 Peralatan produksi, yaitu alat-alat yang dibutuhkan untuk membersihkan,


memasak, dan menghidangkan bebek goreng. Estimasi nilai peralatan produksi
tersebut adalah Rp.10 juta.
 Tempat untuk berjualan. Bagong menemukan tempat yang cukup strategis untuk
dapat disewa sebagai tempat usaha. Biaya sewa per tahun adalah Rp.6 juta (Rp.500
ribu per bulan).
 Bebek dan bahan-bahan habis pakai lainnya yang harus disediakan untuk memulai
membuka restoran diperkirakan rata-rata bernilai Rp.700 ribu perhari. Untuk
berjaga-jaga terhadap fluktuasi permintaan, Bagong mengambil kebijakan
pembelian bahan-bahan tersebut 10% lebih banyak dari rata-rata kebutuhan.
 Bebek dan bahan-bahan habis pakai tersebut diperoleh dari suplier-suplier yang
merupakan teman lama Bagong. Karena kedekatan personal tersebut, Bagong
mendapat fasilitas pembayaran 5 hari setelah barang dibeli.
 Kas kecil yang digunakan untuk memperlancar transaksi diperkirakan sebesar
Rp.200 ribu.
 Untuk membantu proses produksi dan pelayanan, Bagong dibantu 2 orang
karyawan yang mendapat gaji Rp.750 ribu per bulan.

Sementara itu, uang yang ada di tangan Bagong saat ini hanya Rp.25 juta hasil dari
prestasinya yang memenangkan lomba lari maraton yang dia ikuti dalam rangka HUT RI
ke-64 beberapa waktu yang lalu. Beruntung, Bagong memeperoleh fasilitas pinjaman
lunak dari salah satu LSM sebesar Rp.15 juta dengan tingkat bunga sebesar 12% per
tahun yang harus dikembalikan dalam jangka waktu 1 tahun.

Dari proses produksi yang dilakukan oleh Bagong, teridentifikasi bahwa biaya bahan
baku dan bahan habis pakai adalah Rp.7.000 per porsi. Selanjutnya, untuk mendukung
penjualan, Bagong mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp.100 ribu per bulan.
Sementara biaya administrasi dan operasional lainnya adalah Rp.25ribu per bulan. Harga
jual produk adalah Rp.10.000 per porsi. Untuk memaksimalkan penjualan, Bagong
mencadangkan adanya piutang kepada pelanggan setianya, berupa fasilitas pembayaran
non-tunai, sebesar Rp.300 ribu per bulan. Selanjutnya, untuk kepentingan mobilisasi
usaha, Bagong menggunakan motornya yang berharga Rp.10 juta dalam aktivitas bisnis.
Karena masih merupakan bisnis pemula dan informal, Bagong belum membayar pajak
atas bisnisnya.

Dengan informasi di atas:

 Buatlah proforma neraca dari bisnis bebek goreng yang akan dilakukan Bagong
tersebut!
 Buatlah proforma laporan Rugi Laba!
 Berapa tingkat keuntungan dari investasi modal tersebut?
 Berapa besarnya laba kotor dan laba besih yang berhasil diprediksikan?
 Berapa besarnya margin keuntungan dan tingkat pengembalian investasi (ROA atau
Return on Assets dan ROE atau Return on Equity) dari bisnis Bagong tersebut?
 Hitunglah modal kerja yang dibutuhkan oleh Bagong!
 Bagaimana kemampuan pembayaran utang yang dimiliki oleh bisnis Bagong?
 Bagaimana efektivitas Bagong dalam pengelolaan aset yang dimiliki?
 Bagaimana pula isu likuiditas bisnis Bagong tersebut?

Catatan:

1. Proforma Neraca adalah laporan sederhana yang menunjukkan prediksi posisi aset-
aset yang digunakan dalam bisnis, kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan,
serta besarnya penyertaan modal yang harus dilakukan. Kelompok aset akan
berada pada kolom kiri dari neraca, biasa disebut sebagai kolom AKTIVA, sementara
kelompok kewajiban dan modal berada pada kolom kanan dari neraca, biasa
disebut PASIVA.

Lebih lanjut, dari kelompok aset tersebut dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar
(current asset) seperti kas, sediaan dan piutang usaha dan aset non-lancar (non-
current asset) yaitu aset-aset yang sifatnya tetap seperti peralatan, kendaraan,
maupun bangunan/tanah. Klasifikasi yang kurang lebih sama juga terjadi pada
kelompok kewajiban di mana terdapat kewajiban lancar (current liabilities) seperti
utang usaha dan accruals dan kewajiban non-lancar (non-current liabilities) seperti
utang bank dan utang jangka menengah-panjang lainnya.

2. Proforma Laporan Rugi Laba adalah laporan sederhana yang menunjukkan prediksi
tingkatan penjualan yang diharapkan, biaya-biaya yang menyertai produksi dan
penjualan, serta biaya-biaya lain yang digunakan dalam bisnis. Jika dalam bisnis
tersebut digunakan sumber pendanaan dari utang, maka perlu ditunjukkan juga
prediksi beban pembayaran cicilan dari utang yang digunakan.

3. Modal Kerja adalah sejumlah dana yang dibutuhkan agar aktivitas bisnis dapat
dilakukan. Ibarat mesin, modal kerja adalah oli pelumas yang dapat membuat
mesin dapat bekerja dalam tingkat yang efektif.
4. Laba Kotor adalah nominal rupiah yang dihasilkan dari selisih antara pendapatan
dari kegiatan bisnis dikurangi dengan biaya-biaya yang terkait langsung dengan
aktivitas bisnis tersebut (misal: biaya untuk memproduksi, biaya untuk
mendistribusikan barang, biaya untuk menjual, dan sebagainya).
5. Laba Bersih adalah nominal rupiah bersisa dari laba kotor yang dihasilkan oleh
bisnis setelah dikurangi beban-beban penyusutan, pembayaran beban pembiayaan,
dan pajak yang relevan.
6. Margin Keuntungan adalah proporsi keuntungan yang diperoleh dari setiap unit
penjualan yang berhasil dilakukan dalam bisnis.
7. ROA (Return on Asset) adalah tingkat pengembalian atau keuntungan yang
diperoleh dari setiap unit aset yang digunakan. Untuk mendapatkan nilai ROA
tersebut, dapat digunakan formula sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih/Total Aset

8. ROE (Return on Equity) adalah tingkat pengembalian atau keuntungan yang


diperoleh dari setiap unit modal yang disetorkan/digunakan dalam bisnis. Untuk
mendapatkan nilai ROE tersebut, dapat digunakan formula sebagai berikut:

ROE = Laba Bersih/Total Modal Disetor


Format Neraca BEBEK GORENG “BAGONG”
Bebek Goreng “BAGONG”
NERACA
Per 31 Desember 200x

AKTIVA PASIVA
Kas Rp.xxxx Utang dagang Rp.xxxx
Piutang Rp.xxxx Utang lembaga keuangan Rp.xxxx
Persediaan Rp.xxxx Rp.xxxx
Peralatan Rp.xxxx Modal sendiri Rp.xxxx
Kendaraan Rp.xxxx
Total Aktiva Rp.xxxx Total Pasiva Rp.xxxx

Format Laporan Rugi Laba BEBEK GORENG “BAGONG”


Bebek goreng “BAGONG”
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 200x

Penjualan Bersih Rp.xxxx


(-) Harga Pokok Produksi Rp.xxxx
(-) Biaya administrasi dan overhead lainnya Rp.xxxx
(Rp.xxxx)
Laba Kotor sebelum Depresi, Bunga, dan Pajak Rp.xxxx
(-) Depresiasi (Rp.xxxx)
Laba Kotor sebelum Bunga dan Pajak Rp.xxxx
(-) Bunga (Rp.xxxx)
Laba Kotor sebelum Pajak Rp.xxxx
(-) Pajak (Rp.xxxx)
Laba Bersih Rp.xxxx

Pengelolaan Keuangan untuk Start-Up Business

Strategi dan Alat Pengelolaan Keuangan

Strategi keuangan yang efektif meliputi pengelolaan dan pengawasan catatan-catatan


keuangan, perencanaan, dan pengelolaan dan anggaran dalam rangka mencapai tujuan
memaksimalkan keuntungan pemilik modal. Efektivitas pengelolaan keuangan akan
sangat ditentukan oleh tujuan bisnis yang dimiliki oleh wirausaha dalam dokumen
rencana strategisnya. Jika tujuan bisnis adalah membangun skala usaha yang luas,
meningkatkan market share dan jumlah konsumen, maka strategi keuangan dengan
menetapkan profit margin yang tinggi, hanya menggunakan modal sendiri, dan
memperbanyak asset tetap, mungkin tidak akan cocok. Untuk mendukung tujuan bisnis
di atas akan lebih tepat dibuat margin keuntungan yang tidak terlalu besar sehingga
harga cukup kompetitif. Digunakan utang karena keterbatasan pendanaan modal
sendiri, dan menggunakan aset tetap melalui fasilitas sewa, bukan dimiliki sendiri, untuk
meminimalkan modal kerja yang dibutuhkan.

Untuk melakukan pengelolaan keuangan secara efektif, Anda dapat menggunakan


neraca (balance sheet), laporan laba rugi dan laporan aliran kas (cash flow statements).
Neraca, atau yang juga dikenal sebagai pernyataan kekayaan bersih, adalah bentuk
laporan yang menjelaskan nilai semua aset yang kita miliki (sisi aktiva) dan nilai semua
kewajiban yang kita miliki dan besarnya modal sendiri (sisi pasiva). Dari neraca tersebut,
terlihat beberapa nilai yang berhasil ditambahkan dari modal yang disetor.

Sementara itu, laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan kinerja
pengakumulasian laba dalam kurun waktu tertentu. Nilai laba diperoleh dari
pengurangan jumlah pendapatan yang dihasilkan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan.

Contoh Laporan Neraca UD. ARVAZETA:


UD. ARVASETA
NERACA

Per 31 Desember 200x


PASIVA
AKTIVA
Kas Rp. 10.000 Utang Dagang Rp. 70.000
Piutang Rp. 25.000 Utang Lembaga Rp. 30.000
Keuangan
Persediaan Rp. 65.000
Peralatan Rp. 100.000 Modal Sendiri Rp. 400.000
Kendaraan Rp. 300.000
Total Aktiva Rp. 500.000 Total Pasiva Rp. 500.000

Contoh Laporan Laba Rugi UD. ARVASETA


UD. ARVASETA
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 200x

Penjualan Bersih Rp. 500.000


(-) Harga Pokok Produksi Rp. 200.000
(-) Biaya administrasi dan overhead lainnya Rp. 80.000
(Rp. 280.000)
Laba Kotor sebelum Depresiasi, Bunga, dan Rp. 220.000
Pajak
(-) Depresiasi (Rp. 40.000)
Laba Kotor Sebelum Bungan dan Pajak Rp 180.000
(-) Bunga (Rp. 5.000)
Laba Kotor Sebelum Pajak Rp. 175.000
(-) Pajak (Rp. 26.250)
Laba Bersih Rp. 148.750

Selanjutnya, laporan aliran kas adalah yang merangkum kondisi kas, baik aliran kas
masuk maupun aliran kas keluar pada suatu rentang waktu tertentu (mingguan,
bulanan, atau tahunan). Laporan aliran kas ini memberikan informasi terkait dengan
perilaku penerimaan dan pengeluaran usaha.

Tidak seperti laporan neraca yang menggunakan dasar accrual (accrual base), laporan
aliran kas menggunakan dasar kas (cash base) sehingga pos-pos seperti depresiasi,
amortisasi, dan accruals tidak akan dimasukkan dalam laporan ini.

Contoh Laporan Aliran Kas UD. ARVASETA


UD. ARVASETA
Laporan Arus Kas
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 200x

A. Saldo Kas Awal


Rp. 10.000
B. (+) Aliran Kas dari Kegiatan Operasi
Rp. 40.000
a. (+) Kas Masuk (dari kegiatan : produksi, penjualan, pengiriman,
Pembelian, dsb.) Rp. 100.000
b. (-) Kas Keluar (dari kegiatan: produksi, penjualan, pengiriman,
Pembelian, pemasaran, dsb.) Rp. (60.000)
C. (-) Aliran Kas dari Kegiatan Investasi
Rp. (25.0000)
a. (+) Kas Masuk dari Hasil Investasi Rp. 25.000
b. (-) Kas Keluar untuk Investasi (mis. : Beli tanah, gedung, dsb.) Rp. 50.000
D. (+) Aliran Kas dari kegiatan Pendanaan
a. (+) Kas Masuk (mis.: utang baru, penyertaan modal baru) Rp. 20.000
b. (-) Kas Keluar (mis.: pembayaran bunga, pembayaran dividen) Rp.(15.000)
E. Saldo Akhir
Rp. 10.000
F. Surplus (deficit) Kas Bersih
Rp. 20.000

Dalam setiap usaha, kadang kala kita perlu tahu juga tentang anggaran (budget).
Anggaran menjelaskan kondisi keuangan saat ini, sekaligus memberikan arahan untuk
mencapai tujuan–tujuan keuangan tertentu.

Mengukur Kelayakan Usaha

Dalam konteks keuangan sederhana, kelayakan suatu usaha adalah ketika terjadi kondisi
dimana hasil yang diperoleh lebih besar dari dana yang diinvestasikan, akan semakin
menguntungkan investasi dalam usaha tersebut. Secara sistematis, investasi yang
menguntungkan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Keuntungan = Pendapatan – Total Biaya

= (Jumlah Barang Terjual x Harga) – Total Biaya

Pendapatan investasi diperoleh dari perkalian antara jumlah barang yang terjual dengan
harga per unit barang tersebut. Sementara itu, total biaya yang digunakan dalam usaha
dapat dibagi menjadi dua, biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost).

Biaya tetap merupakan komponen biaya yang harus ditanggung oleh pelaku usaha yang
nilainya tidak dipengaruhi oleh aktivitas bisnis, khususnya besar barang yang
diproduksi/dijual. Artinya, banyak atau sedikit barang yang dihasilkan tidak menentukan
besarnya biaya tetap tersebut. Biaya tetap ini biasanya terkait dengan aspek waktu,
misalnya biaya tenaga kerja tidak langsung per bulan, biaya administrasi per bulan, biaya
sewa toko per bulan, dan biaya pemasaran. Sementara itu, biaya variabel adalah
komponen biaya yang harus ditanggung oleh pelaku usaha yang nilainya dipengaruhi
oleh aktivitas/volume bisnis. Contoh dari biaya variabel adalah biaya tenaga kerja
langsung, biaya material, biaya bahan habis pakai, dan biaya listrik dan air.

Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang ada.
Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Rp. Unit
Variabel cost

Fixed cost

Jumlah Unit

Contoh :

Suatu usaha penyamakan kulit membutuhkan biaya material sebesar Rp. 10 Ribu per
lembar kulit. Proses penyamakan dilakukan di toko yang di sewa sebesar Rp. 1 Juta per
bulan. untuk kepentingan administrasi umum dibutuhkan biaya Rp. 250 ribu dan biaya
tenaga kerja untuk melakukan aktivitas penyamakan adalah Rp 2 ribu per lembar kulit.
Berapa total pendapatan, total biaya, dan keuntungan yang dihasilkan oleh usaha
tersebut?

Penjualan = harga barang per unit x jumlah barang terjual

= 15.000 x1.000

= 15.000.000

Biaya tetap = biaya administrasi umum + biaya sewa took

= 250.000 + 1.000.000

= 1.250.000

Biaya variabel = biaya material + biaya tenaga kerja langsung

= 10.000.000 + 2.000.000

= 12.000.000

Total biaya = biaya tetap + biaya variabel

= 1.250.000 + 12.000.000

= 13.250.000

Keuntungan = pendapatan – total biaya

= 15.000.000 – 13.250.000

= 1750.000

Analisis Titik Impas (Break- Even Point)

Pada beberapa kasus, pengusaha tidak hanya ingin mengetahui berapa keuntungan yang
mungkin diperoleh. Pengusaha ingin mengetahui, dalam kondisi seperti apa dia
mencapai titik impas. Dalam pengelolaan keuangan, apa yang diinginkan oleh pengusaha
tersebut akan dengan mudah terjawab melalui perhitungan titik impas (break –event
point), yaitu kondisi dimana nilai keuntungan bernilai nol. Secara sistematis, kondisi
impas terjadi ketika nilai pendapatan sama besar dengan nilai biaya.

Keuntungan = pendapatan – biaya, jika nilai keuntungan adalah nol, maka

Pendapatan = total biaya

(Harga x Kuantitas ) = Biaya tetap + (biaya variabel per unit x Kuantitas)


Merujuk pada contoh sebelumnya, maka kuantitas yang dibutuhkan agar terjadi kondisi
impas dapat dihitung sebagai berikut:

Kuantitas = 1.250.000/ (15.000 – 12.000)

= 416,6 dibulatkan menjadi 417 unit

Secara grafis, analisis titik impas tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Rp.
Profit

Total Cost
Sales
BEP
Jumlah unit

Jumlah unit

Penentuan kelayakan lanjutan

Dalam lingkungan bisnis dan keuangan, kita percaya adanya nilai waktu uang ( time
value of money). Berdasar konsep tersebut, nilai uang yang kita terima sekarang akan
lebih berarti dibanding nilai uang yang sama yang akan kita terima periode yang akan
datang. Mengapa kondisi tersebut dapat terjadi? Paling tidak terdapat dua hal yang
menjelaskan konsep nilai waktu uang. Pertama, adanya inflasi yang menyebabkan harga-
harga mengalami penurunan nilai secara relative dari waktu ke waktu. Kedua, adanya
biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) apabila kita gagal menerima kas
sesegera mungkin.

Terkait dengan analisis kelayakan usaha, konsep nilai waktu uang dapat digunakan,
khususnya untuk analisis nilai sekarang (Net Present Value) dan analisis Internal Rate of
Return (IRR).

Net Present Value (NPV)


Net Present Value adalah akumulasi nilai sekarang kas masuk dan kas keluar yang
dihasilkan oleh investasi. NPV bermanfaat untuk menentukan apakah investasi
yang diambil mampu memberikan aliran kas yang bersih pada investor. Untuk
menentukan nilai NPV tersebut, digunakan formula sebagai berikut:
n
CF t
NPV =∑
t=0 (1+r )t

Dimana:
NPV = net present value
CF t = aliran kas yang diterima pada periode ke-t
r = tingkat suku bunga yang berlaku
t =perionde waktu yang digunakan

Nilai NPV positif mengindikasikan adanya aliran kas masuk bersih (investasi
sebaiknya dilakukan), nilai NPV negatif mengindikasikan adanya aliran kas keluar
bersih (investasi sebaiknya tidak dilakukan), dan nilai NPV sama dengan nol yang
mengindikasikan posisi impas. Semakin besar nilai NPV menunjukkan semakin
prosfektifnya suatu proyek.

Contoh:

Suatu investasi membutuhkan aliran kas keluar sebesar Rp.100 juta yang dikeluarkan
saat ini. Dari nilai investasi tersebut menghasilkan aliran kas masuk pada tahun pertama
sebesar Rp10 juta, tahun kedua sebesar Rp. 60 juta, dan tahun ketiga sebesar Rp.80
juta. Jika tingkat suku bunga yang berlaku adalah 100%, maka nilai NPV dapat dihitung
sebagai berikut :

NPV= -100 + ((10/(1+0.101)+((60/1+0.10 ¿ ¿2) + ((80/(1+0.10 ¿ ¿3 ¿

NPV = -100 + 9.90 + 49.59 + 60.11

NPV = Rp 18.79juta

Dari contoh diatas dihasilkan nilai NPV yang posistif sehingga investasi tersebut
direkomendasikan untuk dilakukan.

Internal Rate Of Return (IRR)

Selain NPV, kita dapat menggunakan IRR untuk menentukan apakah suatu pilihan
investasi layak dilakukan atau tidak. IRR didefinisikan sebagai tingkat pengembalian yang
membuat NPV sama dengan nol. Artinya, pada nilai IRR, investasi akan berada pada
posisi impas. Agar suatu investasi layak dilakukan, maka nilai tingkat pengembalian yang
dihasilkan harus lebih besar dari nilai IRR tersebut. Oleh karena itu, kadang-kadang
orang menyebut IRR sebagai tingkat batas keuntungan minimum. Untuk menghitung
besarnya IRR, dapat digunakan formula sebagai berikut:
n
CF
t = 0
t
∑ (1+ IRR)
t =0

Dimana :

IRR = Internal Rate of Return


CF t = aliran kas yang diterima pada perioded ke-t
t = periode waktu yang digunakan

Contoh;

Suatu investasi membutuhkan aliran kas keluar sebesar Rp.100 juta dan dibayarkan
sekarang. Dari investasi berikut diprediksi mampu menghasilkan aliran kas masuk
selama tiga tahun masing-masing sebesar Rp.40 juta. Berapa nilai IRR untuk investasi
tersebut?

0= -100 + ((40/1+IRR¿1 ¿+¿40 / (1+ IRR¿2 ) + ((40/1+ IRR3 ¿

IRR = 9.7%

Sehingga agar investasi dikatakan layak, investasi harus mampu memberikan tingkat
keuntungan lebih besar dari 9.7%

Manajemen Modal Kerja


Pengertian Modal Kerja

Modal kerja merupakan besarnya nilai uang yang dibutuhkan untuk mendukung
operasionalisasi suatu bisnis. Tanpa adanya sejumlah uang tersebut, operasionalisasi
bisnis akan terganggu, misalnya tidak bisa mendapatkan bahan baku, tidak bisa
menyediakan sediaan yang mencukupi, dan tidak tercukupi kas untuk transaksi.

Jika kita mendiskusikan modal untuk berbisnis, maka biasanya kita mengenal dua
terminotologi, yaitu modal kerja operasi bersih (net operating working capital) dan
modal operasi bersih (net operating capital). Modal operasi berfokus pada likuiditas
yang mencukupi dalam menunjang bisnis. Untuk mendapatkan besarnya nilai modal
kerja bersih, dapat digunakan formula sebagai berikut:

= Operating Current Assets- Operating Current Liabilites


= (cash, receivables, inventory)- account payable, accruals)

Operating Current Asset merupakan aset-aset lancar yang digunakan untuk mendukung
operasi bisnis, seperti kas, piutang dagang, dan sediaan, Operating Current Liability
adalah kewajiban lancar yang biasanya terjadi dalam bisnis pada umumnya, seperti
utang dagang dan accruals (kewajiban pembayaran yang dapat diakumulasikan, seperti
pajak, dan sebagainya).

Contoh Penghitungan Modal Kerja Operasi bersih UD.ARVZETA:

= (kas+Piutang Dagang+ Sediaan) – (Utang Dagang + Accruals)

= (10.000+ 25.000+65.000 – (70.000+0)

= 30.000

Jadi, agar kegiatan operational UD>AVAZETA daapt berjalan, diperlukan modal kerja
opersi sebesar RP30.000

Sementara itu, modal kerja operasi bersih bisnis dapat berlangsung, baik dari aspek
likuiditasnya maupun aspek penyediaan aset-aset pendukung. Untuk mendapatkan
besarnya nilai modal operasi bersih, dapat digunakan formula:

= (Cash, recevables, inventory) – (Account payable, accruals) + Fixed Asset

= Net Operating Working Capital + Fixed Asset

Contoh Penghitungan Modal Operasi Bersih UD.AVAZETA:

= (kas+Piutang Dagang+ Sediaan) – (Utang Dagang + Accruals) + (Peralatan+ Kendaraan)

= (10.000+ 25.000+65.000 – (70.000+0) + (100.000+30.000)

= 430.000

Jadi, jika mempertimbangkan bisnis tersebut membutuhkan pengadaan aset-aset tetap,


sementara untuk kepentingan modal kerja rillnya hanya sebesar Rp30.0000. Oleh karena
itu, dapat dipertimbangkan pemenuhan aset-aset tetap yang dibutuhkan melalui
transaksi sewa dan sebagainya.

Manajemen Modal Kerja


Kita telah memahami bagaimana menghitung besarnya modal kerja operasi dan modal
operasi. Pengelolaan modal kerja tersebut penting dilakukan, khususnya untuk
menjamin lancarnya kegiatan operasional bisnis dan terpenuhinya kewajiban-kewajiban
jangka pendek.

Untuk melakukan pengelolaan modal kerja tersebut terdapat dua hal yang harus
diperhatikan. Pertama, siklus konversi kas (cash conversion cycle) yaitu periode yang
dibutuhkan agar kas yang diinvestasikan untuk kegiatan bisnis dapat kembali dalam
bentuk uang kas.

Seperti kita tahu bahwa dalam kegiatan bisnis, uang yang dimililki kita gunakan untuk
membeli material untuk produksi, kemudian material Biaya Bersih dengan jumlah modal
yang tersebut kita proses, kemudian kita jual kepada konsumen. Adakalanya dalam
proses penjualan tersebut kita memberikan tempo pembayaran sehingga kita harus
melakukan penagihan untuk mengubah penjualan menjadi bentuk pendapatan kas.

Siklus diatas tentunya membutuhkan waktu. Semakin cepat waktu yang ada dalam siklus
tersebut, maka kita berpotensi memiliki modal kerja yang semakin hemat. Kedua,
besarnya tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan (ROIC/ Return on Invested
Capital) dan besarnya modal (CoC/Cost of Capital). Nilai ROIC dapat diperoleh dengan
membandingkan besarnya Laba Bersih dengan jumlah Modal yang investasikan. ROIC
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari setiap
rupiah nominal yang diinvestasikan.

Sementara nilai biaya modal diperoleh, baik dari nilai bunga yang dibayarkan kepada
kreditur maupun dari nilai keuntungan yang diminta oleh pemegang saham. Bisnis yang
sehat akan memiliki selisih positif antara ROIC dengan CoC yang besar. Artinya, tignkat
keuntungan yang diberikan oleh bisnis tersebut lebih besar dari biaya modal yang
digunakan. Sehingga dalam konteks pengelolaaan modal kerja, harus dipastikan bahwa
terdapat surplus atas selisih ROIC dan CoC diatas.

Secara spesifik, terdapat empat area dalam pengelolaan modal kerja. Pertama, Cash
Management, yaitu upaya untuk mengoptimalkan jumlah kas yang dibutuhkan.
Biasanya kas harus ada untuk kebutuhan transaksi, berjaga-jaga, maupun kebutuhan
spekulatif lainnya. Kekurangan kas akan membuat bisnis dalam masalah. Usaha Anda
bisa gagal mendapatkan margin keuntungan atau Anda akan mengalami kemungkinan
menurunnya image perusahaan karena tidak mampu memenuhi kewajiban-
kewajibannya yang jatuh tempo.

Namun, terlalu banyak kas yang dimiliki juga mengindikasikan adanya kesempatan yang
hilang (opportunity loss) untuk mendapatkan tingkat keuntungan dari investasi. Oleh
karenanya, perlu disusun formulasi jumlah kas yang optimal. Sementara itu, untuk
tujuan operasional pengelolaan, dapat digunakan anggaran kas.

Kedua, Inventory Management kas yang dimiliki juga mengelola tingkat sediaan
sehingga tidak terjadi over-stock yang menyebabkan kebutuhan modal kerja terlalu
besar (padahal tidak diperlukan). Atau, terjadinya under-stock yang menyebabkan
permintaan konsumen tidak terpenuhi.

Ketiga, Account Recevable Management yaitu upaya mengelola besarnya piutang


kepada konsumen. Adakalanya untuk meningkatkan penjualan atau menigkatkan
hubungan dengan konsumen diperlukan tempo pembayaran yang lebih fleksibel (lebih
panjang) kepada konsumen. Namun, terlalu lama tempo pembayaran yang diberikan
akan menyebabkan modal kerja yang dibutuhkan meningkat.

Keempat, Account Payable Management yaitu upaya untuk mengelola besarnya utang
dagang yang kita miliki. Semakin besar utang dagang, akan membuat makin kecilnya
modal kerja yang dibutuhkan. Hal yang sama juga berlaku untuk tempo pembayaran
utang. Semakin panjang waktu yang diberikan untuk melakukan pembayaran utang,
maka modal kerja yang dibutuhkan akan semakin sedikit.

Manajemen Utang
Dalam bisnis, adakalanya modal sendiri yang digunakan tidak lagi mencukupi.
Oleh karenanya, pemilik usaha dapat mengundang pihak lain turut serta memiliki
bisnis tersebut menjadi pemegang saham melalui penyertaan modal. Jika pilihan
tersebut diambil, maka konsekuensinya pemilik usaha akan berbagi dengan
investor.

Adakalanya pertimbangan tertentu, seorang entrepreneur tidak menginginkan


kondisi tersebut terjadi. Sehingga dia lebih suka mengundang pihak lain
(kreditur) untuk memberikan pinjaman dana dalam bisnis. Dalam berhubungan
dengan kreditur, pebisnis tidak akan berbagi kepemilikan dengannya, tetapi
sebagai konsekuensinya, kreditur akan memberikan skema pembayaran atas
dana yang digunakan tersebut.

Karena alasan tersebut, penggunaan utang dapat menjadi alternatif atau solusi
pendanaan, disamping secara ekonomis terbukti biaya utang lebih murah
dibandingkan biaya modal sendiri. Namun demikian, Anda harus hati-hati
sebelum berutang. Anda harus memastikan bahwa tingkat keuntungan yang
Anda hasilkan dari kegiatan bisnis tersebut mampu digunakan untuk membayar
cicilan yang diisyaratkan oleh utang tersebut. Jika kondisi tersebut tidak
terpenuhi, maka penggunaan utang akan membuat modal yang Anda tanamkan
akan semakin berkurang, dan Anda berada dalam kondisi awal kebangkrutan.

Jenis-Jenis Utang
Terdapat beberapa jenis utang yang sering kita jumpai. Berdasarkan tipenya, kita
dapat mengklasifikasikan utang kedalam lima kelompok, yaitu:

1. Berdasarkan periode utang: terdapat utang jangka pendek (kurang dari 1


tahun), utang jangka menengah (1-5 tahun) dan utang jangka panjang (lebih
dari 5 tahun).
2. Berdasarkan penggunaan utang: terdapat utang untuk kepemilikan
perumahan, toko, dan sebagainya (real estate loan), utang untuk kebutuhan-
kebutuhan pribadi dan konsumsi (personal loan). Utang lainnya (non-real
estate loan).
3. Berdasarkan ada tidaknya jaminan: terdapat utang yang mengsyaratkan
adanya jaminan/ collteral tertentu (secured loan) dan utang yang tanpa
mensyaratkan jaminan (unsecured loan).
4. Berdasarkan tingkat suku bunga: terdapat utang yang memiliki tingkat suku
bunga tetap sampai dengan jatuh tempo (fixed rate loan) dan utang dengan
tingkat suku bunga tetap sampai dengan tingkat suku bunga berubah-ubah
sesuai dengan kondisi saat itu (variable rate loan).
5. Berdasarkan tipe pembayaran: terdapat 4 jenis utang, yaitu utang dengan
model pembayaran satu kali atas nominal utang tersebut, dan biasanya di
akhir periode utang (single payment loan), utang dengan model maksimum
plafon pinjaman dan pengusaha diperkenankan meminjam maksimum
sebesar plafon tersebut (line of credit), utang dengan pembayaran utang lebih
besar diawal periode dan semakin lama semakin menurun biasanya untuk
pinjaman KPR dan kepemilikan kendaraan (amortized loan), dan utang dengan
fleksibilitas pembayaran lebih besar di akhir periode (balloon payment loan).

Biaya Utang

Seperti dijelaskan di atas, meskipun utang memiliki kelebihan dibanding sumber


dana lainnya, tetapi utang juga memberikan kewajiban bagi enterpreneur yang
meminjam untuk membayarnya. Biaya utang terdiri dari biaya bunga dan biaya
non bunga (misalnya: biaya appraisal, biaya provisi, biaya administrasi, dan
sebagainya). Untuk biaya bunga, yang harus dicermati oleh pebisnis adalah tipe
bunga yang digunakan. Secara umum, terdapat tiga jenis tipe bunga yang sering
digunakan yaitu:

 (APR) Annual Percentage Rate/Nominal Rate, yaitu tingkat suku bunga yang
berlaku selama satu tahun. Contoh: UD. ARVAZETA meminjam dari lembaga
keuangan sebesar Rp. 1.000.000 dengan tingkat suku bunga 12%APR.
Artinya dalam periode 1 tahun UD. ARVAZETA menanggung beban
pembayaran bunga sebesar 12% x Rp. 1.000.000 Rp. 120.00
 Periodic Rate, yaitu tingkat bunga berdasarkan periode berlaku. Untuk
menghitung besarnya periode rate, dapat digunakan rumus:
Periode rate = APR/m

APR adalah tingkat suku bunga tahunan, dan m adalah jumlah bulan. Jadi,
berdasarkan contoh di atas, tingkat suku bunga periodic per bulan yang harus
ditanggung oleh UD.ARVAZETA adalah 1%

 Effective Rate, adalah tingkat suku bunga yang secara efektif harus
ditanggung oleh peminjam. Tingkat suku bunga inilah yang dapat digunakan
untuk melakukan perbandingan antara beberapa pilihan pinjaman yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan. Untuk mendapatkan nilai suku bunga
efektif, dapat juga digunakan formula sebagai berikut:
Eff = (1 + periodic rate)m-1

Sumber-Sumber Pendanaan

Anda sudah belajar bahwa dalam bisnis, kreativitas sangat diperlukan. Kreativitas
tidak hanya diperlukan untuk membuat produk yang menarik, layanan yang
terbaik, tetapi juga kreatif dalam mencari sumber pendanaan yang dapat diakses
oleh setiap enterpreneur, yaitu:
 Individual Deposits & Savings, yaitu simpanan, baik yang berupa
tabungan, deposito maupun giro yang dimiliki oleh setiap enterpreneur.
Jika simpanan tersebut digunakan untuk berbisnis, maka biasanya
dianggap sebagai penyertaan modal sendiri.
 Loan, yaitu utang yang disediakan oleh pihak-pihak tertentu, di antaranya
a. Family Loan, yaitu utang yang berasal dari keluarga, ayah, ibu,
mertua, kakak, adik, dan sebagainya.
b. Neighbors Loan, yaitu utang dari keluarga, saudara, dan partner bisnis
secara individual.
c. Pegadaian Loan, yaitu memanfaatkan jasa gadai dari Pegadaian untuk
mendapatkan dana segar dalam rangka menjaga likuiditas.
d. Bank Loans, yaitu pinjaman kepada lembaga perbankan, baik Bank
Umum, Bank Perkreditan Rakyat, maupun Bank Syariah.
e. Venture Capital, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga-lembaga
modal ventura. Biasanya modal ventura akan menaruh seorang
direktur (misalnya direktur keuangan) untuk mengendalikan
keuangan dan memperbaiki manajemen.
f. Leasing, yaitu mencari sumber pendanaan dengan memanfaatkan
skema pembiayaan yang disediakan oleh lembaga pembiayaan baik
berupa operational lease maupun financial lease.
 Suppliers, yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh supplier untuk
mengurangi kebutuhan pendanaan usaha, seperti pembelian kredit, tempo
pembayaran, dan sebagainya.
 Customers, yaitu upaya menggunakan dana yang dimiliki oleh konsumen
untuk pembiayaan usaha, seperti pemesanan dan pembayaran di muka
(installment).

Financial Thermometer
Seperti tubuh manusia, kondisi bisnis juga dapat berubah-ubah, baik menjadi
lebih baik maupun lebih buruk. Untuk mengetahui kondisi tersebut, kita perlu
menggunakan alat ukur berupa termometer keuangan seperti berikut ini.
1. Termometer likuiditas, yaitu ukuran-ukuran yang menunjukkan kemampuan
bayar atas kewajiban yang dimiliki oleh suatu usaha. Terdapat dua jenis
termometer likuiditas, yaitu current ratio (CR) dan quick ratio (QR).
 Current Ratio dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
CR = Current Asset/Current Leability
 Quick Ratio dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
Qr= (Current Asset – Inventory)/Current Liability
2. Termometer Pengelolaan Asset, yaitu ukuran-ukuran yang menunjukkan
efektivitas pengelolaan aset yang dimiliki. Terdapat empat jenis termometer
pengelolaan aset, yaitu Inventory Turn Over (Inv.TO), Days Dales
Outstanding (DSO), Fixet Asset Turn Over (FATO), dan Total Asset Turn Over
(TATO).
 Nilai Inventory Turn Over menunjukkan efektivitas penggunaan
persediaan dalam mendapatkan penjualan. Nilai tersebut dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
Inventory Turn Over = Sale/Inventory
 Nilai Days Sales Outstanding menunjukkan efektivitas pengelolaan
piutang dagang yang dimiliki oleh enterpreneur. Nilai tersebut dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut:
DSO = Receivables/Average Sales Per Day
 Nilai Fixet Asset Turn Over menunjukkan efektivitas penggunaan aset-
aset tetap dalam mendapatkan penjualan. Nilai tersebut dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
Fixet Asset Turn Over = Sales/Total Ficet Asset
 Nilai Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan efektivitas penggunaan
keseluruhan aset yang dimiliki untuk membukukan penjualan. Nilai
tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
TATO = Sales/Total Asset
3. Termometer Pengelolaan Utang, yaitu ukuran-ukuran yang menunjukkan
efektivitas pengelolaan utang. Terdapat dua ukuran yang sering digunakan
yaitu Debt Ratio dan Time Interest Earnet Ratio.
 Debt Ratio menunjukkan proporsi pendanaan yang dimiliki oleh suatu
usaha. Semakin tinggi nilai debt ratio menunjukkan semakin banyak
utang digunakan. Nilai ratio dapat diperoleh dengan formula sebagai
berikut:
Debt ratio = total liability/total asset
 Time Imterest Earnet Ratio (TIE) menunjukkan kemampuan pembayaran
bunga atas utang-utang yang digunakan oleh perusahaan. Semakin
besar nilai ratio tersebut akan semakin baik. Nilai ratio tersebut dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
TIE = Earnings Before Interest And Tax/Interest
Changes
4. Termometer Profibilitas, yaitu ukuran-ukuran yang menunjukkan
kemampuan bisnis dalam menghasilkan keuntungan. Secara umum,
terdapat empat termometer yang digunakan, yaitu Profit Margin (PM), Basic
Earning Power (BEP), Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE).
 Profit Margin (PM) menunjukkan kemampuan bisnis untuk
mendapatkan keuntungan

Dari setiap penjualan yang dibukukan. Semakin besar nilai PM akan semakin baik. Nilai
PM tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagi berikut:

PM = Net Income/Sales
 Basic Earning Power (BEP) menunjukkan kemampuan aset-aset yang dimiliki untuk
menghasilkan laba kotor. Semakin besar nilai BEP akan semakin baik. Nilai BEP tersebut
dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
BEP = Earning before interest and Tax/Total Asset
 Return of Asset (ROA) menunjukkan kemampuan aset-aset yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan bersih. Semakin besar nilai ROA akan semakin baik. Nilai ROA
tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
ROA = Net Income/Total Asset
 Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan. Semakin besar nilai ROE akan semakin baik. Nilai ROE tersebut dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
ROE = NET Income/Common Equity

Tips Pengelolaan Keuangan

Tips dan Trik Pengelolaan Modal Kerja:


1. Temukan siklus konversi kas (cash convension cycle)
Siklus konversi kas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kas (modal awal)
menjadi kas kembali (pendapatan). Siklus dimulai dari kas awal yang digunakan untuk
membeli persediaan guna kegiatan produksi, kemudian diproses menjadi produk yang
siap dijual, dilakukan penjualan, dan berakhir di penagihan penjualan. Semakin cepat
waktu yang dibutuhkan untuk mengonversi dari kas menjadi kas kembali, maka modal
kerja yang dibutuhkan akan semakin sedikit. Sebagai contoh, bisnis makanan.
h
s
ia
c
le
C
S
R
b
v
2. Optimalkan kebijakan cash management
Tentukan jumlah kas optimal, misalnya menggunakan anggaran kas, untuk menghindari
cash shortage dan investment opportunity loss.
3. Optimalkan kebijakan inventory management
Semakin sedikit sediaan yang memiliki tentu akan semakin sedikit pula modal kerja yang
dibutuhkan. Namun, terlalu sedikit memiliki sediaan, terdapat resiko tidak terlayaninya
permintaan konsumen.
4. Optimalkan kebijakan manajemen piutang
Sedapat mungkin kurangi besarnya piutang kepada counter-party anda. Jika terpaksa
ada, pastikan tempo pembayaran yang jatuh temponya pendek. Dan jika terlanjur
memiliki piutang dalam jumlah yang signifikan, segera perbaiki manajemen
penagihannya.
5. Optimalkan kebijakan manajemen utang
Perbaiki posisi tawar Anda dengan supplier sehingga Anda mendapatkan fleksibilitas
dalam pembayaran serta tempo pembayaran yang lebih lama. Jika kondisi tersebut
terjadi, maka kebutuhan modal kerja dapat ditekan.

Tips dan Trik Mencari Pinjaman yang Aman:


1. Pahami benar karakteristik bisnis Anda.
2. Hitung benar kebutuhan keuangan Anda.
3. Ukur kekuatan pembayaran Anda.
4. Perkirakan besarnya bunga yang harus dibayarkan dan periode pinjaman.
5. Jika diperlukan, minta penjelasan lebih detail dan lakukan simulasi.
6. Siapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan.

“SELAMAT MENGELOLA KEUANGAN USAHA ANDA”

Daftar Pustaka
Brigham, Eugene F. and Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial Management: Theory and
Practice. 11st edition, Singapore: South-Western, Thomson Learning.

Anda mungkin juga menyukai