Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Penyearah 3 Fasa 1/2 Gelombang Terkontrol

Dosen Pengampu: Siti Saodah, M.T.

Nama : Reza Mochammad Fadhlur Rahman


NIM : 181724024
Kelas : 3C – TPTL

Jurusan Teknik Konversi Energi


Politeknik Negeri Bandung
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan kegiatan praktikum mahasiswa diharapkan dapat:
1. Merangkai rangkaian penyearah 3 fasa setengah gelombang terkendali
2. Membuat rangkaian penyearah 3 fasa ½ gelombang terkontrol dan dapat
menerangkan prinsip kerjanya.
3. Bisa menghitung besar tegangan, efisiensi, dan parameter lainnya keluaran
(output) penyearah 3 fasa ½ gelombang terkendali
4. Mengetahui bentuk gelombang tegangan penyearah 3 fasa ½ gelombang
terkontrol
5. Mengetahui pengaruh tegangan output terhadap pergeseran sudut trigger.
2. Pendahuluan

Kebutuhan akan daya listrik searah (Tegangan DC) teragantung dari besar kecilnya
beban yang akan dicatu oleh penyearah tersebut. Untuk kebutuhan daya arus searah
yang besar umumnya digunakan penyearah 3 fasa. Penyearah tegangan terkontrol 3 fasa
(3 Phase AC to DC Controller) mempunyai tegangan output yang lebih sempurna yaitu
tegangan ripelnya lebih halus, Dengan menggunakan thyristor 3 buah yang dikontrol
dengan sudut trigger α yang sama dan pergeseran sudut secara bersamaan maka
tegangan output penyearah ini akan bergerak dari tegangan 0 sampai dengan maximum.
Di bawah ini gambar rangkaian penyearah 3 fasa ½ gelombang terkontrol dengan beban
resistif,
sbb:

Tegangan antara fasa R ke fasa S. atau antara fasa R ke fasa T, atau antara fasa S ke T
disebut tegangan line (tegangan line ke line) disingkat V L. Tegangan antara fasa R atau
S atau T ke Netral (N) disebut tegangan fasa (Vf).
Vr-s = Vr-t = Vs-t = VL (tegangan line), Vr-N = Vs-N = Vt-N = Vf (tegangan fasa)
𝑉𝐿 = 𝑉𝑓 √3
Persamaan tegangan 3 fasa
a. Tegangan fasa R, vr = Vm Sin ϕ
b. Tegangan fasa S, vs = Vm Sin (ϕ -1200)
c. Tegangan fasa T, vt = Vm Sin (ϕ -2400)
Gelombang tegangan 3 fasa yang disearahkan dengan penyearah ½ gelombang seperti di
bawah ini :

Tegangan keluaran (output ) penyearah tergangtung dari besar sudut trigger (φ). Sudut
trigger pada system penyearah ini efektif bekerja dari sudut 300 sampai dengan sudut
1500, lebih kecil dari sudut 300 besar tegangan output akan tetap sama (Berulang).
Gelombang output pasti berakhir di π (Kecuali untuk sudut trigger 300 dan 1500). Dengan
demikian tegangan Searah difomulasikan menjadi :
Penyearah terkontrol ini menyebabkan adanya pergeseran sudut antara arus beban
terhadap tegangan input yang disebut Power Faktor (Cos f) meskipun beban tersebut
berbentuk resistif. Power factor (PF) adalah perbandingan antara daya aktif output dan
daya input semu. (PF) = Daya aktif output /daya input semu

Parameter Penyearah:
1. Besaran keluaran penyearah komponen DC terdiri dari:
a. Tegangan rata-rata keluaran penyearah (Vdc)
b. Arus rata-rata keluaran penyearah (Idc)
c. Daya keluaran penyearah (Pdc)
Dimana Pdc=Vdc.Idc

2. Besaran keluaran penyearah komponen efektif (rms) terdiri dari:


a. Tegangan keluaran efektif penyearah (Vrms)
b. Arus keluaran efektif penyearah (Irms)
c. Daya keluaran AC (Pac)
Dimana Pac=Vrms.Irms

3. Efisiensi (Rasio penyearahan) yang menggambarkan keefektifan penyearah:


𝑃𝑑𝑐
𝜂=
𝑃𝑎𝑐

4. Tegangan keluaran penyearah merupakan kombinasi dari 2 komponen, masing-


masing komponen mempunyai besaran komponen DC besaran komponen AC
atau ripel.
a. Tegangan efektif (tegangan rms) komponen AC dirumuskan sbb:
𝑉𝑎𝑐 = √𝑉 2 𝑟𝑚𝑠 − 𝑉 2 𝑑𝑐
b. Faktor Bentuk (Form Faktor) disingkat FF diukur dari bentuk tegangan
keluaran penyearah yang dirumuskan sbb:
𝑉𝑟𝑚𝑠
𝐹𝐹 =
𝑉𝑑𝑐
c. Faktor Ripel (Riple Factor) disingkat RF diukur dari besaran tegangan ripel
keluaran penyearah yang dirumuskan sbb:
𝑉𝑟𝑚𝑠 2 𝑉𝑎𝑐
𝑅𝐹 = √(( ) − 1) = √(𝐹𝐹2 − 1) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝐹 =
𝑉𝑑𝑐 𝑉𝑑𝑐
3. Peralatan yang digunakan
1. Transformator 1 fasa 220V/24V 3 Amper ( 3 buah)
2. Oscilloscope (1 satu buah dan prop 2 buah)
3. Trafo isolasi (1 buah), Amper meter (2 buah), Volt meter (2 buah)
4. Modul Thyristor 700V/5 Amper (3 modul)
5. Modul Kontrol (1 Modul)
6. Resistor variable (beban geser) 70 Ohm/5 Amper (2 buah)
7. Kabel penghubung (1 set), Saklar (2 buah)

4. Rangkaian Percobaan

5. Langkah Kerja
A. Sebelum percobaan Oscilloscope dikalibrasi dulu!!!
B. Langkah percobaan :
1. Buat rangkaian percobaan seperti pada gambar
2. Pasang oschilloscope prop1 di rangkaian input dan prop 2 di rangkaian output
3. Off kan rangkaian trigger
4. Tahanan geser pada posisi maksimum (tahanan pada posisi paling besar)
5. Amper meter dipasang pada 2.4 Amper (A1 arus AC dan A2 arus DC)
6. Volt meter dipasang pada range tegangan 50 V (V1 tegangan AC dan V2
tegangan DC)
7. Pastikan bahwa tegangan primer trafo di tegangan 220 V dan tegangan sekunder
di 18 Volt.
8. Masukkan tegangan sumber ke trafo
9. On-kan rangkaian trigger
10. Atur sudut trigger dari sudut 180 0 dan Amati tegangan V1 dan V2 serta amati
arus A1 dan A2 (masukkan data ke table percobaan )
11. Gambarkan bentuk gelombang tegangan input dan output yang tergambar di
oscilloscope ke dalam kertas millimeter

6. Tabel Hasil Pengukuran


Input AC Output DC
Sudut
No. V1 V2 A2 Vm
Trigger (O) A1 (Ampere)
(Volt) (Volt) (Ampere)
1 180 18,001 0,138 18,167 0,26 25,37
2 150 18 0,145 20,984 0,3 25,416
3 120 18,001 0,075 6,048 0,086 -
4 90 18 0,115 12,107 0,173 25,449
5 60 18,001 0,138 18,167 0,26 25,363
6 30 18 0,145 20,993 0,3 25,419
7 0 18,001 0,075 6,048 0,086 -

𝑇
Vm yang dimaksud adalah tegangan maksimum output saat di 4 gelombang input tiap
fasanya. Ketika sudut trigger 00 dan 1200, data Vm tidak ada sebab gelombang tegangan
𝑇
output baru muncul di 3 gelombang tegangan input tiap fasanya.

7. Tugas dan Pertanyaan


1. Dari data yang diperoleh, hitung parameter-parameter penyearah terkontrol
dilihat dari gambar gelombang tegangan dan penunjukan volt dan amper meter.
2. Bandingkan pada setiap hasil pengukuran voltmeter dan amperemeter output
penyearah terkontrol dengan hasil perhitungan yang didasarkan pada bentuk
gelombang hasil pengukuran oscilloscope.
3. Buat grafik Vout=f (sudut α)
4. Berikan kesimpulan percobaan yg telah dilakukan!!!!
8. Jawaban
1. Perhitungan parameter penyearah
Perhitungan berikut menggunakan rumus yang telah diuraikan sebelumnya,
menggunakan data hasil pengukuran voltmeter, ammeter, serta osiloskop.

Untuk percobaan nomor 2 dan 3, Vm yang digunakan adalah Vm tegangan


input, maka:
𝑉𝑚 = 𝑉1 √2
Sedangkan untuk percobaan nomor yang lainnya menggunakan Vm yag didapat
dari osiloskop.

Maka didapatlah nilai Vm seperti pada tabel berikut:

No. Vm

1 25,37
2 25,416
3 25,457258
4 25,449
5 25,363
6 25,419
7 25,457258

No. Vdc Idc Pdc Vrms Irms Pac


1 18,167 0,26 4,72342 19,7067 0,281524 5,547913
2 20,984 0,3 6,2952 21,36681 0,30524 6,522005
3 6,048 0,086 0,520128 9,74803 0,139258 1,357487
4 12,107 0,173 2,094511 15,58427 0,222632 3,469562
5 18,167 0,26 4,72342 19,70126 0,281447 5,544851
6 20,993 0,3 6,2979 21,36933 0,305276 6,523545
7 6,048 0,086 0,520128 9,74803 0,139258 1,357487
No. Vac Efisiensi FF RF
1 7,63636 85,14% 1,084752 0,420342
2 4,026428 96,52% 1,018243 0,191881
3 7,644985 38,32% 1,611778 1,264052
4 9,812742 60,37% 1,287211 0,810502
5 7,622317 85,19% 1,084453 0,419569
6 3,992758 96,54% 1,017926 0,190195
7 7,644985 38,32% 1,611778 1,264052

No. P S Pf
1 5,547913 8,777544561 0,632057464
2 6,522005 9,516443895 0,68534061
3 1,357487 4,34186278 0,312650851
4 3,469562 6,940990469 0,499865569
5 5,544851 8,775122692 0,631883069
6 6,523545 9,517567177 0,685421504
7 1,357487 4,34186278 0,312650851

2. Rasio Vdc dan Idc antara hasil pengukuran dengan perhitungan berdasarkan
gelombang pada osiloskop

Perbandingan dibawah dapat digunakan sebagai tolak ukur valid atau tidak nya
rumus perhitungan yang digunakan. Jika hasil hitung Vdc dan Idc berdasarkan
osiloskop mendekati dengan hasil pengukuran oleh alat ukur, maka dapat
dikatakan rumus perhitungan yang digunakan valid.

Alat Ukur Osiloskop Rasio


No.
Vdc Idc Vdc Idc Vdc Idc
1 18,167 0,26 18,16992 0,25957 0,999839 1,001655
2 20,984 0,3 21,01886 0,300269 0,998341 0,999103
3 6,048 0,086 6,077473 0,086821 0,99515 0,990543
4 12,107 0,173 12,151 0,173586 0,996379 0,996626
5 18,167 0,26 18,16491 0,259499 1,000115 1,001932
6 20,993 0,3 21,02134 0,300305 0,998652 0,998985
7 6,048 0,086 6,077473 0,086821 0,99515 0,990543

Berdasarkan perbandingan di atas, semua perbandingan menunjukkan hasil


yang mendekati 1. Jadi dapat dikatakan bahwa rumus perhitungan yang
digunakan sudah valid.
3. Gambar gelombang tegangan input dan output, serta gelombang arus (khusus
untuk beban R dengan filter kapasitor).

1) 180O

2) 150O
3) 120O

4) 90O
5) 60O

6) 30O
7) 0O

4. Grafik Vout=f (sudut α)


Vout=f(Sudut Trigger)
25

20

15
Vout [V]

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Sudut Trigger [O]

Dari grafik di atas, terlihat bahwa besar tegangan output akan berulang setiap
1200. Tegangan maksimum didapat saat sudut trigger 30 0, sedangkan
tegangan minimum didapat saat sudut trigger antara 1490 - 1500.
Pada sudut trigger 30O hasil penyearahan sama dengan penyearah 3 fasa ½
gelombang dengan dioda.
5. Kesimpulannya:
 Dengan menggunakan SCR sebagai saklar dalam penyearah 3 setengah
gelombang terkontrol, output DC dapat diatur besarnya (Variable)
dengan mengatur sudut trigger dari 300 - 1500 (Range 1200), selebih nya
output DC akan berulang (periodik).

 Tegangan output maksimum didapat saat sudut trigger 30 0, sedangkan


tegangan output minimum didapat saat sudut trigger antara 1490 - 1500.

 Semakin besar tegangan output maka semakin besar faktor daya nya
(Pf), begitupun sebaliknya.

Catatan: Dalam praktikum ini, sudut trigger dinyatakan terhadap sudut referensi 0 0.

Anda mungkin juga menyukai