SKRIPSI
Program Studi Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG MEMBENTUK
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar SARJANA EKONOMI
Program Studi Manajemen
N a m a : REINHARD MENDROFA
NIM : 03103-202
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
NIM : 03103-202
Pocari Sweat
Disahkan Oleh :
Pembimbing ,
NIM : 03103-202
i
3. Ibu Dra. Yuli Harwani, MM, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu dan tenaga serta pikirannya untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Endi Rekarti, S.E dan Bapak Tafiprios S.E, lewat kuliah yang sangat
menginspirasi penulis untuk mendalami ilmu pemasaran.
5. Seluruh staf pengajar dan administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Mercu
Buana, yang telah memberikan ilmu serta bantuan yang bermanfaat selama
kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.
6. Sahabatku Indah Rosdiana yang tiada jemu memberi semangat serta
membantu mengedarkan angket untuk skripsi ini.
7. Kepada teman-teman kuliah serta berbagai pihak yang tidak dapat disebut
satu per satu.
Dengan tulus penulis mengakui bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun guna
perbaikan skripsi ini pada penelitian selanjutnya. Semoga materi dan hasil
penelitian dalam skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Reinhard Mendrofa
ii
DAFTAR ISI
Halaman :
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 7
iii
D. Manfaat Ekuitas Merek ................................................................. 18
2. EquiTrend .............................................................................. 26
iv
1. Kesadaran Merek (Brand Awareness) .................................... 53
v
3. Persepsi Kualitas (Perceived Quality) ..................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman :
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman :
viii
Gambar 4.10 Diagram Performance-Importance ............................................ 79
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
produk. Sebagian besar kesalahan pemasaran berasal dari asumsi bahwa produk
adalah tokoh sentral dalam program pemasaran dan produk yang lebih baik akan
bukan produk.
benak konsumen, pemasaran adalah branding (Al Ries dan Laura Ries, 1999).
bila menganggap merek hanya sebagai sebuah nama, logo, atau simbol. Bagi
seberapa kokoh dan solidnya value yang ditawarkan produsen kepada pelanggan.
Dalam kondisi pasar yang sangat kompetitif seperti saat ini, preferensi dan
1
2
dimana setiap hari kita dihadapkan pada ratusan pesan iklan, baik lewat televisi,
surat kabar, majalah, berbagai media luar ruang serta media alternatif lainnya.
Tren komoditasi produk juga terjadi di pasar, dimana kualitas sudah merupakan
standar yang dengan mudah ditiru oleh siapa saja. Simak saja, hampir tidak ada
pembeda yang signifikan antara suatu produk dengan produk lainnya. Bahan,
kemasan juga tidak banyak berbeda. Distribusi pun praktis menggunakan saluran
yang sama. Alhasil yang terjadi kemudian ialah perang harga untuk berebut
pelanggan, atau meminjam istilah W. Chan Kim dan Renée Mauborgne dalam
Blue Ocean Strategy (2005), kebanyakan produsen tercebur di “red ocean” yang
Durianto et al, 2004). Mengapa orang lebih menyukai Coca Cola daripada Pepsi
Cola? Mengapa harga Toyota Avanza lebih mahal daripada Daihatsu Xenia,
tersebut adalah merek (brand). Konsumen merasa lebih bergaya, bergengsi dan
Merek yang kuat dan prestisius memiliki ekuitas merek yang tinggi.
Semakin tinggi ekuitas merek, maka semakin tinggi pula value yang diberikan
oleh merek baik kepada produsen maupun pelanggan. Semakin kuat ekuitas
3
merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen
meraih keuntungan jangka panjang. Alhasil merek dapat menjadi motor bagi
suksesnya penjualan melalui pembelian ulang (repeat buying) serta aset tak
mendatang.
lama serta brand experience yang mengesankan, mengingat pelanggan masa kini
adalah pelanggan yang sangat penuntut (demanding) dan berkiblat pada nilai
(value oriented).
Salah satu konsep ekuitas merek yang sangat terkenal dan banyak dikutip
dalam pemasaran adalah konsep dari David A. Aaker (1991) yang menyatakan
bahwa ekuitas merek adalah serangkaian aset dan kewajiban (liabilities) merek
yang terkait dengan sebuah merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan
merek (brand associations), persepsi kualitas (perceived quality), dan aset merek
Definisi serta elemen ekuitas merek versi Aaker memiliki keunggulan yakni
operasionalisasi teori ekuitas merek yang lain hanya berfokus pada salah satu
oleh pengamat pemasaran dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini ialah
Brandmaker, tren healthy food mulai tampak sekitar lima tahun belakangan.
Melihat peluang ini maka beragam kategori baru produk healthy food hadir di
pasar seperti minuman isotonik, susu berkalsium tinggi, makanan dan minuman
bagi penderita diabetes, minuman teh hijau serta suplemen makanan lainnya.
waktu 2005-2006 mencapai diatas dua digit (SWA Sembada, Agustus 2007).
sekitar 40% dalam 7-8 tahun terakhir, jauh diatas pertumbuhan rata-rata kategori
produk minuman energi dan minuman kesehatan sebesar 28,6% per tahun (SWA
Sembada, Agustus 2006). Pada tahun 2005 total market size bisnis minuman
pasar minuman energy drink yang relatif stagnan sekitar 5%. Tak heran pasar
Pocari Sweat adalah merek pionir dalam kategori minuman isotonik. Sejak
diluncurkan pertama kali pada tahun 1989, merek ini sukses mengedukasi pasar
dan memetik hasilnya sebagai penguasa terbesar di pasar minuman isotonik ini.
Namun ibarat pepatah lama, ada gula ada semut, pasar yang terus bertumbuh ini
dilihat oleh para pebisnis lain sebagai peluang bagus yang bisa dimasuki
khususnya pada segmen-segmen yang tidak terlayani oleh Pocari Sweat. Para
pemain baru pun beramai-ramai memasuki bisnis minuman isotonik ini, antara
Cola), X-ion (Dankos Laboratories), Optima Sweat (Sinar Mas Group), Zporto
(Triusaha Mitraraharja), Kino Sweat (Kino Group), Viton (Tempo Scan), , serta
Merek yang memiliki ekuitas merek yang tinggi harus terus dijaga dan
dikelola karena merek, seperti halnya aset tak berwujud (intangible asset) pada
umumnya, bersifat dinamis dan sangat rapuh (vulnerable). Nilai ekuitas merek
nilai ekuitas merek mengalami pasang-surut dari waktu ke waktu tergantung pada
Pada akhir tahun 2006, Mizone sebagai pemain nomor dua di kategori
minuman isotonik dibawah Pocari Sweat sempat mengalami krisis serius karena
terjegal isu bahan pengawet sehingga produk minuman ini sempat ditarik dari
mengail di air keruh, seperti dilakukan oleh Vitazone yang mengklaim bebas
bahan pengawet. Isu bahan pengawet ini cukup berpengaruh pada kinerja
penjualan Mizone. Data sebuah badan riset terpercaya merekam selama beberapa
pemasaran yang matang yakni dengan tindakan penarikan produk dari pasar yang
diikuti oleh relabelling serta didukung kegiatan komunikasi yang agresif untuk
melalui kegiatan riset mampu memberi gambaran dari waktu ke waktu terhadap
isotonik ini serta menyadari pentingnya riset mengenai ekuitas merek seperti
B. Perumusan Masalah
elemen ekuitas merek produk minuman kategori isotonik cair dalam menciptakan
C. Pembatasan Masalah
Produk minuman isotonik dapat dijumpai dalam wujud cair dan non-cair
(serbuk), juga dalam berbagai bentuk kemasan seperti kaleng, botol kaca, PET
penulis, maka penulis membatasi obyek penelitian hanya pada merek kategori
produk minuman isotonik cair yaitu merek Pocari Sweat (kaleng dan botol PET).
merupakan penguasa pangsa pasar (market share) terbesar yaitu sebesar 70%
8
kemampuan setiap variabel merek pada produk minuman kategori isotonik cair,
dengan pembatasan obyek penelitian pada merek Pocari Sweat, mengacu pada
Penulis berharap agar hasil penelitian ini kelak dapat berguna untuk:
minuman kategori isotonik, dengan studi kasus pada merek Pocari Sweat.
isotonik cair.
bersaing.
LANDASAN TEORI
A.Pengertian Merek
bahasa Inggris berasal dari kata "brandr" dalam bahasa Old Norse, yang berarti "to
miliknya.
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal
produk pesaing.
memberikan feature, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Janji merek adalah
visi pemasar menjadi apa seharusnya merek itu dan apa yang dilakukannya
9
10
merek lebih dari sekedar simbol. Menurut Kotler (1997) terdapat enam tingkat
pengertian merek dimana pemasar harus menentukan pada tingkat mana akan
Bagi Keller (2003) suatu merek adalah sebuah produk namun mampu
lain yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang serupa. Perbedaan tersebut
bisa bersifat rasional dan berwujud (tangible) - terkait dengan kinerja produk dari
misalnya logo, simbol, nama, karakter dan sebagainya, yang terdiri atas dua
Manajemen kedua elemen ini secara efektif sangat krusial dalam mendukung
sekedar sebuah nama, logo atau simbol. Merek adalah payung yang
sangat penting dan strategis bagi perusahaan karena berfungsi pedoman dalam
B. Manfaat Merek
internal dan eksternal, janji atau ikatan khusus antara konsumen dengan produsen,
alat simbolis yang memproyeksikan citra diri, dan sinyal kualitas. Melalui
identifikasi dan atribut merek konsumen dapat memiliki persepsi dan pengalaman
Bagi Kapferer seperti dikutip dalam Fandy Tjiptono (2005), fungsi potensial
membeli produk yang terbaik di kategorinya dan terbaik pada tujuan spesifik
produknya.
8. Etis (ethic) : kepuasan berkaitan dengan perilaku yang bertanggung jawab dari
antara lain :
akuntansi.
2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek
3. Sinyal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa
dengan mudah memilih dan membeli lagi pada masa mendatang. Loyalitas
memasuki pasar.
4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari
para pesaing.
loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.
Salah satu konsep pemasaran yang terkenal dan dianggap penting muncul
pada tahun 1980-an adalah konsep ekuitas merek (brand equity). Ekuitas merek
didefinisikan sebagai nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini
bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak terhadap
merek, harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Ekuitas
merek merupakan aset tak berwujud yang penting yang memiliki nilai psikologis
Konsep ekuitas merek yang kemudian cukup populer dan banyak dikutip
adalah konsep dari David A. Aaker (1991) yang menyatakan bahwa ekuitas merek
ialah serangkaian aset dan kewajiban (liabilities) merek yang terkait dengan
sebuah merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang
elemen ekuitas merek kedalam lima kategori : loyalitas merek (brand loyalty),
persepsi kualitas (perceived quality), dan aset merek lainnya (other proprietary
brand assets).
paling sederhana dan komprehensif. Lebih jauh, definisi serta elemen ekuitas
pada salah satu diantara dimensi persepsi konsumen dan dimensi perilaku
konsumen.
menyatakan peranan merek dan aset yang terdapat dalam merek. Al Ries (1999)
menggunakan istilah kekuatan merek, sedangkan Scott Davis memakai istilah aset
Secara garis besar terdapat tiga teori yang banyak dipakai terkait istilah
ekuitas merek (brand equity) yaitu ekuitas merek yang dikaitkan dengan nilai uang
(financial value), perluasan merek (brand extension), dan ekuitas merek yang
perusahaan dan penelitian. Namun karena keragaman dalam konsep dan metode
ahli sepakat bahwa konsep ini berbicara tentang nilai sebuah merek sebagai aset,
Mengenai konsep dan pengukuran ekuitas merek yang beragam, ada dua
kesan terhadap metode yang dipakai dalam survei selama ini. Pertama, masih
terdapat perbedaan perspektif diantara para ahli. Kedua, metode yang dipakai
tidak ada suatu pandangan yang paling benar tentang bagaimana konsep dan
2. Ekuitas merek memberi rasa percaya diri kepada konsumen dalam mengambil
atau merangkul konsumen lama. Artinya, promosi akan berjalan lebih efektif
pelanggan. Kesan kualitas, asosiasi dan nama yang terkenal bisa memberikan
ketergantungan promosi.
merek (brand extension). Merek yang memiliki ekuitas merek positif akan
pedagang tidak ragu-ragu dengan merek yang telah teruji dan telah
memperoleh pengakuan.
menempati posisi terdepan karena memiliki atribut yang penting untuk segmen
Beberapa manfaat lain dari ekuitas merek yang dirangkum oleh Keller
pekerjaan mengestimasi nilai keuangan total dari merek itu. Mengukur ekuitas
terhadap posisi merek dari waktu ke waktu, maka hasil penelusuran tersebut
indeks ekuitas merek yang merupakan hasil kalkulasi dan merangkum tingkat
dibutuhkan beragam alat dan metode pengukuran. Semakin beragam alat dan
20
pemasaran sehingga para manajer merek akan memiliki pemahaman yang lebih
luas dan akurat tentang apa dan mengapa - yang terjadi dengan mereknya.
Yaitu nilai total sebuah merek sebagai aset terpisah. Kebutuhan terhadap
penilaian merek dalam konteks ini biasanya dipicu oleh dua situasi utama
yakni:
Sejauh ini cukup banyak berkembang metode brand valuation salah satu
valuation sebagai indikator brand strength, brand health, atau kinerja merek
aktual yang bisa dicapai sebuah merek dalam transaksi penjualan riil. Kedua,
nlai sebuah merek berbeda-beda bagi pembeli yang berlainan. Ketiga, tidak
ada nilai absolut untuk sebuah merek. Bila dijual, sebuah merek sangat
bergantung pada siapa dan apa motivasi dibalik jual beli merek tersebut.
dan sebagainya.
Menurut Feldwick, brand value lebih mencerminkan situasi transaksi bisnis aktual
ekuitas merek (brand equity) sebagai penilaian aset. Kendati demikian, ketiga
oleh tingkat kesadaran (merek) yang tinggi dan kuat, disukai, serta asosiasi
Metode ini mencoba menyajikan suatu nilai terhadap suatu merek baik secara
adalah :
berdasar pada atribut fisik produk dari pilihan merek secara keseluruhan.
faktor, yaitu :
dan budaya.
dan pemasaran.
dan diaplikasikan pada beragam merek atau produk. Hasil penilaian dan
pengukuran ekuitas merek yang telah mapan dan dikenal luas yaitu :
negara, BAV menyajikan ukuran komparatif ekuitas merek dari ribuan merek
kesehatan suatu merek dalam BAV yang kemudian disebut sebagai "empat
pilar", yakni:
Keunggulan utama dari model BAV ini adalah dapat menyajikan profil
lengkap dari suatu merek. Metode ini juga menyajikan peta merek (brand
2. EquiTrend
diukur, yaitu :
Equity/CBBE)
konsumen. Asumsi pokok model ini adalah bahwa kekuatan sebuah merek
knowledge, yang terdiri atas brand awareness dan brand image. Dengan
awareness serta familiaritas yang tinggi terhadap sebuah merek dan memiliki
menstimuli respon merek yang diharapkan dan menjalin relasi merek yang
pelanggan. Blok pembangunan merek ini dapat dirakit dari segi piramid
Gambar 2.1
Piramida Ekuitas Merek Berbasis Konsumen/
Customer-Based Brand Equity (CBBE)
Judgements Feelings
konsumsi.
penyusunan merek dan rute emosional yang ada disebelah kanan piramid.
dilakukan masih terbatas pada survei merek paling diingat (top of mind) dan
MARS dengan Indonesian Best Brand Award (IBBA) sejak tahun 2002.
konsep "equity" menjadi "merek terbaik" (best brand) yang didasarkan atas
kredibilitas survei, MARS dan SWA dari tahun ke tahun terus melakukan
value (BV), mereka juga menambah cakupan wilayah survei menjadi 7 kota
sampling.
variabel yakni:
a. Top of Mind Advertising (TOM Ad) : merek yang paling diingat iklannya
d. Brand Used Most Often (BUMO) : merek yang paling sering digunakan,
Consulting Group sejak tahun 2007 juga menyelenggarakan Top Brand Index
of mind (TOM)
usage, dan
dan Future Intention (FI). Top Brand Index diperoleh dengan mengambil rata-
Gambar 2.2
Model Pengukuran TOP Brand
t.wt
TOP TOP
BRAND
BRAND Index
I.wi f.wf
Market Share Commitment Share Last Usage (I) Future Intention (f)
Pada tahun 1991 dalam buku yang berjudul Managing Brand Equity:
Capitalizing on the Value of a Brand Name (The Free Press, New York),
konsep ekuitas merek (brand equity) sebagai seperangkat aset dan liabilitas merek
yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada
perusahaan maupun pada pelanggan. Lebih lanjut menurut Aaker, aset dan
liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek dapat dikelompokkan ke dalam lima
Empat elemen ekuitas merek pertama dari konsep di atas dikenal sebagai
elemen-elemen utama dari brand equity. Elemen yang kelima secara langsung
dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya,
produk yang bersangkutan. Kontinum ini dapat terwakili dalam tingkatan yang
Gambar 2.3
Piramida Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Puncak
Pikiran
(Top of Mind)
Pengingatan
Kembali merek
(Brand Recall)
Pengenalan Merek
(Brand Recognition)
Peran brand awareness dalam ekuitas merek tergantung pada sejauh mana
konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. Kondisi ini termasuk
(aided recall).
untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini
karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk
Adalah kondisi dimana suatu merek yang disebut pertama kali oleh
konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen dengan
tanpa bantuan. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama
ekuitas merek yang kuat. Kesadaran terhadap merek akan semakin meningkat
merek. Kesadaran merek inilah yang dapat membentuk citra positif dalam
sudah dikenal dan diasumsikan memiliki kualitas yang baik. Namun upaya
membangun kesadaran merek yang tinggi tidaklah mudah, mahal serta biasanya
merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah
merek. Sama halnya dengan kesan kualitas (perceived quality), asosiasi bersifat
Atribut yang sebenarnya tidak terkait dengan produk pun bisa saja dikatakan
36
Asosiasi yang tercipta dalam benak konsumen dapat berasal dari atribut produk,
geografis.
spesifikasi yang mungkin sulit dikenal dan diakses oleh para pelanggan.
Sebuah asosiasi bisa menciptakan informasi padat bagi pelanggan dan bisa
membuat keputusan.
b. Membedakan/memposisikan merek
Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi usaha untuk
membedakan dan memisahkan suatu merek dari merek yang lain. Asosiasi-
Beberapa asosiasi juga memberikan kredibilitas dan rasa percaya diri pada
kesesuaian antara suatu merek dengan sebuah produk baru, atau dengan
jasa layanan berkaitan dengan apa yang apa yang diharapkan oleh pelanggan.
merek. Persepsi kualitas juga terkait erat dengan keputusan pembelian sehingga
a. Alasan membeli
Salah satu karakteristik yang penting dari merek suatu produk adalah
c. Harga Optimum
Suatu produk yang memiliki perceived quality yang tinggi akan memberi
e. Perluasan Merek
Suatu merek produk atau jasa dengan persepsi kualitas yang tinggi dapat
produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan,
equity) yang merupakan gagasan sentral dalam pemasaran. Hal ini terkait
dengan peluang penjualan yang berasal dari pembelian ulang (repeat buying)
oleh konsumen yang berarti pula jaminan perolehan laba perusahaan di masa
Berbeda dengan kesadaran merek, loyalitas merek ini tidak dapat terjadi
Gambar 2.4
Piramida Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Committed
Buyer
Satisfied Buyer
Habitual Buyer
Switcher
a. Switcher/Price Buyer
loyal sama sekali terhadap suatu merek. Bagi pembeli, merek apapun
keputusan pembelian. Salah satu ciri konsumen tipe ini ialah membeli suatu
b. Habitual Buyer
Adalah pembeli yang puas dengan produk atau setidaknya tidak mengalami
kebiasaan. Untuk pembeli seperti ini, tidak ditemui alasan ketidakpuasan yang
disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas
c. Satisfied Buyer
cost) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja akibat tindakan
peralihan merek yang dilakukan. Untuk menarik minat para pembeli yang
termasuk golongan ini, para kompetitor perlu mengatasi biaya peralihan yang
yang tinggi.
e. Committed Buyer
tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsi
sukarela.
meliputi antara lain simbol, nama dan paten. Ketiga aset tersebut tidak hanya
berkaitan dengan simbol yang menjadi penguat suatu asosiasi atau sebuah
persepsi terhadap merek, tetapi juga terkait dengan hak milik perusahaan secara
legal. Suatu simbol dengan karakteristik tertentu yang telah terdaftar dapat
mencegah pesaing menggunakan simbol atau nama yang sama untuk merebut
konsumen.
Selain ketiga hal yang berkaitan dengan paten seperti disebut di atas, ada
pula aset merek lainnya yang juga bisa menguatkan suatu persepsi terhadap
43
merek. Aset tersebut adalah semboyan atau slogan yang digunakan untuk
sebagai elemen-elemen utama dari ekuitas merek. Elemen kelima, yaitu aset-
aset merek lainnya, secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat
elemen utama tersebut. Semua aset itu harus dikelola secara konsisten karena
yang sangat spesifik. Aset ini harus diselaraskan dengan semua dimensi ekuitas
merek lainnya agar dapat menimbulkan suatu perasaan positif terhadap merek.
Secara ringkas konsep ekuitas merek dapat dirangkum dalam gambar 2.5,
Gambar 2.5
Konsep Ekuitas Merek David A. Aaker
Perceived Quality
METODOLOGI PENELITIAN
1. Sejarah Perusahaan
Pocari Sweat hadir pertama kali di Indonesia pada tahun 1989. Saat
itu produknya masih terbatas pada kemasan kaleng 330ml dan diimpor
pada awalnya dikelola oleh PT Otsuka Indonesia (PT OI). Sebagai produk
baru, penjualan kala itu kecil sekali, hanya sekitar 3 ribu kaleng saja.
Pocari Sweat hanyalah salah satu dari beragam produk makanan dan
Perusahaan yang didirikan oleh Busaburo Otsuka pada tahun 1921 ini dalam
dan minuman). Bisnis farmasi yang digeluti oleh OPC meliputi obat-obatan
Indonesia, infus yang diproduksi oleh PT Otsuka Indonesia sejauh ini masih
memimpin pasar.
45
46
mengusung slogan citra "Otsuka People Creating New Product for Better
Distribusi serta sasaran pasar yang masih kurang jelas, dijadikan satu
dengan produk farmasi keluaran OI, menjadi kendala utama saat itu. Agar
lebih fokus, penjualan cuma 16,3 juta kaleng sementara kerugian mencapai
Bando. Distribusi dibenahi, selain Jakarta dan Bandung, pasar luar Jawa pun
ditangani Bando, Pocari masih merugi Rp 2 miliar. Namun setelah itu, yaitu
47
tahun 2002, penjualan naik menjadi 23 juta kaleng dan untuk pertama
kalinya laba berhasil diraih. Penjualan Pocari Sweat terus meningkat, tahun
2004 mencapai 103 juta kaleng dan 6,5 juta sachet serta pada tahun 2005
ada merek Gatorade dari Amerika yang masuk pada tahun 1994 dengan
timing yang belum tepat menyebabkan Gatorade pada tahun 1998 harus
yang keliru terhadap Gatorade yang dianggap sebagai soft drink sama
lagi pada saat itu konsumen Indonesia didera krisis ekonomi yang hebat dan
48
masih rendah.
Pada masa awal sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 1989
hingga tahun 1990-an, Pocari Sweat memasuki periode yang penuh dengan
tantangan. Saat itu Pocari Sweat masih diimpor langsung dari negara
asalnya Jepang. Konsumen masih belum mengenal konsep ion dan isotonik.
Hambatan lain adalah soal rasa, yaitu rasa Pocari Sweat yang cenderung
entry point, mereka mengarah ke segmen sport dengan iklan yang memakai
atlet bulu tangkis Mia Audina sebagai endorser. Edukasi ini berhasil, walau
Sebagai minuman isotonik, Pocari Sweat bisa ditujukan kepada target pasar
yang lebih luas yaitu setiap orang yang berpotensi kehilangan cairan tubuh
dengan endorser dan pesan yang variatif seperti benefit bagi kesehatan kulit,
the line melalui seminar dan talkshow di kota-kota besar Indonesia. Peserta
yang diundang berasal dari profesi yang berbeda, mulai dari kalangan
mempunyai slogan (tag line) yaitu pengganti ion tubuh. Kegiatan pemberian
sekolah dan kampus turut mendukung upaya edukasi sekaligus promosi ini.
tiga di Jakarta dan satu di Bandung, maka sejak 2004 Pocari mulai
disesuaikan dengan target segmen yaitu pada SES (status sosial dan
premium yang tidak terlalu sensitif terhadap harga. Karenanya, harga Pocari
rela membayar lebih mahal karena yakin terhadap manfaat yang ditawarkan
lebih mudah dijangkau oleh konsumen. Cara yang ditempuh adalah dengan
meluncurkan kemasan sachet isi 15 gram pada tahun 2001 dan kemasan
menguasai pasar minuman isotonik. Kendati tidak ada data yang spesifik,
pertumbuhan pasar minuman energi (energy drink) dalam dua tahun terakhir
No.09/2007).
Pasar minuman isotonik yang terus meningkat, pada tahun 2006 telah
Indonesia.
Tabel 3.1
Daftar Merek-merek Minuman Isotonik di Indonesia
Launching Bentuk
Merek Perusahaan Harga
Date Kemasan
Kaleng
Pocari Sweat Amerta Indah Otsuka 1989 330 ml Rp 3.625 - Rp 4.000
PET 350ml Rp 3.890
PET 500ml Rp 4.700 – Rp 5.000
Sachet Rp 6.875/5 sachet
Mizone Aqua Danone 27 Sep 2005 PET 500ml Rp 2.650 - Rp 3.500
Vitazone Mayora Awal 2006 PET 500ml Rp3.050
Powerade Coca Cola Akhir 2005 Kaleng Rp 3.750
PET 500ml Rp 5.800
Botol n.a
distribusi yang luas, harga yang relatif murah, target market pada semua
umur dan kelas SES, iklan yang gencar, kemasan botol PET, serta rasa yang
oleh MARS pada Januari 2006, merek Mizone telah mencapai top of mind.
diketahui secara pasti oleh penulis, tingkat pertumbuhan Mizone pada tahun
No.02/2008). Tetapi klaim ini menurut penulis berbeda dengan klaim Pocari
52
No.04/2008).
B. Metode Penelitian
gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan
berikut: (1) berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu, (2)
menguraikan satu variabel atau lebih dan diuraikan satu per satu, dan (3)
variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan (treatment).
C. Sampel Penelitian
produk jarang diketahui dengan pasti. Disamping itu, produk dengan brand
equity yang kuat umumnya memiliki populasi konsumen yang besar. Dengan
waktu, biaya dan tenaga. Untuk itulah dalam penelitian riset elemen ekuitas
dalam penelitian ini. Penetapan teknik ini didasarkan pada ketersediaan dan
diteliti.
daya dan waktu yang dimiliki oleh peneliti, maka kuesioner dibagikan kepada
100 orang responden yang berdomisili di Jakarta Barat dan Tangerang. Jumlah
100 sampel ini disadari oleh penulis masih belum mewakili populasi pengguna
minuman isotonik merek Pocari Sweat yang jumlahnya jutaan, apalagi metode
kelima elemen teori ekuitas merek (brand equity) menurut David A. Aaker
dan other proprietary brand assets. Selain kelima variabel ekuitas merek,
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer
menelusuri literatur, buku teks, majalah dan jurnal yang berkaitan dengan
masalah penelitian, antara lain: majalah ekonomi dan bisnis seperti SWA
Data yang diperoleh dari tahap pengumpulan data perlu dianilisis lebih
lanjut guna memperoleh hasil akhir berupa informasi yang dapat digunakan
digunakan metode analisis deskriptif. Dalam penelitian ini alat ukur yang
55
digunakan berbeda antara satu variabel dengan variabel lainnya. Metode yang
akan digunakan untuk menganalisa data dari keempat elemen ekuitas merek
(brand association), yaitu cara tidak langsung (indirect method) dan cara
digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal atau untuk informasi
dalam bentuk terpisah dua (dikotomi). Rumus dari Cochran Test adalah :
Keterangan :
N = total besar
tabel Chi Square Distribution. Jika nilai Q < (,v), maka H0 diterima,
yang berarti proporsi jawaban "ya" pada semua atribut dianggap sama,
Jika Q > (,v), maka H0 ditolak, artinya tidak semua asosiasi adalah
paling kecil dari perhitungan kembali nilai Q. Tahapan ini terus dilakukan
dimiliki oleh produk tersebut. Hasil dari pengukuran ini dapat menjadi
minuman isotonik dalam hal ini merek Pocari Sweat dengan mengajukan
Gambar 3.1
Diagram Performance – Importance
Tinggi
KUADRAN I KUADRAN II
UNDERACT MAINTAIN
IMPORTANCE
KUADRAN III KUADRAN IV
importance juga rendah sehingga disebut low priority. Pada kuadran ini
dimana tingkat performance tinggi tetapi tingkat importance rendah. Hal ini
berlebihan (overact).
59
Tabel 3.2
Rentang Skala
lainnya meliputi antara lain simbol, nama dan paten. Pada kuesioner,
A. Profil Responden
produk minuman isotonik merek Pocari Sweat ini diperoleh dari jawaban
konsumen pria sebanyak 63% dan wanita sebanyak 37%. Berdasarkan usia,
tahun sebanyak 27%, berusia 23-30 tahun sebanyak 41%, berusia 31-38
tahun sebanyak 22%, berusia 39-46 tahun sebanyak 6% dan yang berusia
60
61
paling banyak adalah antara 23-30 tahun (41%) dan diikuti kelompok usia
15-22 tahun (27%) serta 31-38 tahun (22%). Kedua kelompok usia ini
responden yang telah lulus SLTA (49%), kemudian lulus Sarjana (32%),
Akademi/Diploma (15%), lulus SLTP (3%) dan lulus SD (1%). Dari 100
Sarjana.
wirausaha dengan persentase yang sama sebesar 28%, pegawai negeri (6%)
dan jenis pekerjaan lainnya sebesar 7%. Kategori jenis pekerjaan "lainnya"
63
kesehatan (healthy food). Elemen yang menjadi daya tarik konsumen untuk
banyak berasal dari konsumen dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
64
(SLTA dan sarjana) serta jenis pekerjaan dengan pendapatan yang baik
dari responden ialah antara Rp 750 ribu - Rp 1,5 juta (50%). Kemudian pada
juta (18%), Rp 2,25juta – Rp 3 juta (7%) dan tingkat pengeluaran lebih dari
Rp 3 juta (3%).
Nielsen Indonesia pada tahun 2008, maka tingkat pengeluaran per bulan dari
65
100 responden yang terlibat dalam survei ini terdistribusi ke dalam semua
elemen ekuitas merek Pocari Sweat karena sejalan dengan target segmennya
Nielsen Indonesia.
Tabel 4.1
Social&Economy Status (SES)
mengalami penurunan.
lebih dulu disebutkan sebagai merek TOM atau yang paling diingat pada
kategorinya.
Mizone sebagai yang paling sering diingat pada pertanyaan brand recall.
Pocari Sweat (19%), Vitazone (16%), Powerade (7%) dan Gatorade (4%)
mengenal merek Pocari Sweat dari iklan televisi (60%), kemudian diikuti
oleh iklan di media cetak (30%), rekomendasi teman (5%), toko (4%)
Indonesia.
merek (brand awareness) Pocari Sweat. Hal ini dapat dibuktikan dengan
Sweat ini tidak berbeda jauh dengan data hasil penelitian yang dilakukan
oleh Frontier pada TOP Brand Award 2007. Saat itu Pocari Sweat
Edisi Khusus-1/2007).
Tabel 4.3
Top Brand Index (TBI) 2007
pada tahun 2006 (MIX No.02/2008). Anggaran sebesar ini sangat jauh
Sweat dari iklan televisi dan sebanyak 30% dari iklan di media cetak.
anak-anak.
mana saja yang merupakan asosiasi Pocari Sweat. Pada 100 responden
yang terlibat dalam survei ini diberi pertanyaan tertutup berupa pilihan
jawaban ya atau tidak atas kesan merek yang mereka terhadap merek Pocari
SPSS.
Sweat (lihat lampiran). Jawaban "ya' diwakili oleh angka 1 dan jawaban
paling sedikit, hingga nilai Cochran's test (Q) lebih besar daripada nilai chi
Tabel 4.4
Atribut Brand Association Pocari Sweat
Jawaban
Atribut
Ya Tidak
Menganti cairan tubuh 95 5
Memulihkan stamina 87 13
Harga terjangkau 71 29
Kandungan bahan pengawet yang aman 90 10
Rasa segar/enak 73 27
Mudah didapat/ tersedia di toko terdekat 92 8
Lebih bergengsi 70 30
Minuman kesehatan 76 24
Mutu tinggi 75 25
Sumber : Hasil Pengolahan Data
lain atau bahkan dengan air mineral. Selain itu, Pocari Sweat juga sempat
dipersepsikan sebagai sports drink. Ini mungkin terjadi karena dalam iklan
bukan terbatas pada orang sakit (medicated drink) karena ukuran pasarnya
lebih sempit. Karena itu, survei persepsi konsumen terhadap asosiasi merek
Kino Sweat pada akhir tahun 2006. Isu ini sempat membuat Mizone
fakta yang diperoleh lewat riset terukur yang diselenggarakan oleh majalah
telah berhasil pulih dari krisis yang pernah menimpanya saat isu kandungan
Tabel 4.5
Brand Association Mizone
dengan hati-hati oleh pemilik merek. Keempat asosiasi tersebut akan dengan
mudah ditiru oleh pesaing Pocari Sweat. Tabel 4.5 menunjukkan asosiasi
78
beberapa kesamaan.
komoditas, dimana tidak ada lagi pembeda atau differentiator yang jelas
antar produk. Hampir semua merek memberikan nilai yang sama atau
perang harga dan bila hal ini terjadi secara jangka panjang, maka industri
menjadi tidak menarik lagi, atau meminjam istilah populernya, red ocean
pun hampir mirip atau bahkan lebih baik dari Pocari Sweat. Mizone
Mizone dijual dengan harga lebih murah dan kesan lebih bergengsi (Amalia
Agar terhindar dari situasi ini, maka PT Amerta Indah Otsuka (AIO)
kualitas produk itu pun rendah, apa pun realitasnya. Jadi, persepsi adalah
realitas.
responden yang terlibat dalam survei ini, menilai performance Pocari Sweat
(skor rata-rata 3,41) masih lebih rendah daripada importance-nya (skor rata-
rata 3,89). Namun perlu dicermati dengan lebih seksama, variabel mana saja
yang sudah melebihi harapan konsumen dan atribut mana yang masih
Gambar 4.10
Diagram Performance-Importance
5
KUADRAN 1 KUADRAN 2
AMAN
RASA MANFAAT
4 ISI KETERSEDIAAN
3,89
KEMASAN
GIZI
3
Importance
2
KUADRAN 3 KUADRAN 4
1 3 4 5
Performance 3,41
diharapkan.
dianggap baru juga menghadapi masalah rasa yang kurang disukai yaitu
pasar Indonesia bila tidak mau melakukan adaptasi terhadap selera lokal
variabel yang diukur. Penilaian ini bisa timbul karena harga Pocari Sweat
isotonik. Dengan membayar lebih mahal untuk ukuran isi yang sama
dibagi dengan total give) yang lebih besar pula tergantung pada tipe
konsumennya.
Agar sukses dalam krisis yang sedang terjadi, Pocari Sweat yang
yang sesuai dengan masa krisis. Langkah yang bisa ditempuh diantaranya
ialah melakukan rationalizing the brand, dengan content yang tetap sama
bahan kemasan Pocari Sweat yang naik. Kemasan sachet yang sudah
dalam batas aman bagi kesehatan, juga menjadi atribut Pocari Sweat
tertinggi diantara tiga atribut yang berada pada kuadran 2. Saat krisis
memanfaatkan jalur distribusi Aqua yang sudah sangat kuat hingga pasar
tradisional.
karakter yang sama dengan energy drink yaitu impulse buying serta low-
yang dilakukan pada bulan April 2008 oleh Qasa Strategic Consulting
Tabel 4.6
Distribution Performance 2008
Acc.
Brand Total
Produsen Nama Merek Management
Index Index
Index
PT Aqua Danone Indonesia Mizone 54,9% 12,6% 67,5%
PT Amerta Indah Otsuka Pocari Sweat 53,3% 12,8% 66,2%
PT Mayora Vitazone 40,4% 20% 60,4%
PT ABC President Pro Sweat 29,4% 17,1% 46,5%
86
serta faktor gizi termasuk ke dalam kuadran ini. Kuadran ini memuat
yang tinggi terhadap manfaat pengganti ion tubuh yang ditawarkan oleh
Pocari Sweat.
bernutrisi dengan kombinasi lima vitamin penting yaitu C, B3, B5, B6,
dan B12. Berbeda lagi dengan Vitazone yang selain mengklaim sebagai
isotonik bervitamin, juga bebas dari bahan pengawet. Proposisi ini sering
PET dalam ukuran 350ml dan 500ml, selain kemasan kaleng yang berisi
lebih luas yaitu konsumen AMDK (air minum dalam kemasan). Harga
Pocari Sweat kemasan kaleng sendiri sejak Februari 2008 naik menjadi
dalam kemasan PET tidak mengalami kenaikan (Rp 3900 ukuran 350ml
(skor 3,33). Dari penelitian yang dilakukan oleh Amalia Maulana (MIX
disukai karena bisa diisi dengan air putih dan botol bekas Mizone punya
Tabel 4.7
Kesan dan Pengalaman Minuman Isotonik
bahkan dari pelanggan yang puas bisa menjadi pengiklan yang efektif lewat
merek.
Salah satu keuntungan dari persepsi kualitas yang tinggi ialah harga
premium. Manfaat ini telah dirasakan oleh Pocari Sweat yang menikmati
bisa menetapkan harga yang seenaknya saja. Menurut Philip Kotler, saat ini
market leader sudah beruntung jika bisa mematok harga 10-20% lebih
Yang tetap perlu diingat ialah persepsi kualitas (perceived quality) ini
dirasakan terhadap satu atau beberapa faktor relatif berbeda antar konsumen
satu dengan lainnya. Begitu juga dengan tingkat kepuasan konsumen, selalu
secara kumulatif dari seorang pelanggan yang loyal sangat besar. Seorang
loyalis merek cenderung mau membeli produk lebih banyak dan membeli
Aaker yang digunakan pada survei ini, tingkat loyalitas merek terdiri dari
91
switcher, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand, dan yang
a. Analisis Switcher
dibandingkan dengan rentang skala (Tabel 3.2 halaman 59), maka dapat
loyal.
Pocari Sweat lebih mahal dari pesaingnya dan baru saja menaikkan harga
Sweat dalam sebulan masih rendah yaitu frekuensi 1-3 kali sebesar 64%.
raga juga berguna bagi aktivitas lain terutama kepada konsumen wanita
Gambar 4.17
Pengukuran Alasan Mengkonsumsi
96
kategori baik.
digunakan pada penelitian kali ini diakui oleh penulis masih sederhana.
tebel 4.8.
Tabel 4.8
Indeks Kepuasan Pelanggan Indonesia (ICSA)
Tahun 2006 & 2007
Pocari Sweat 4.349 4.329 4.175 4.149 4.300 4.254 4.003 3.915 4.210 4.168
Mizone 4.008 4.085 3.844 3.965 3.995 4.026 3.669 3.714 3.883 3.953
Vita Zone 3.680 3.725 3.545 3.568 3.683 3.686 3.327 3.284 3.561 3.573
Powerade Isotonik 3.642 n.a 3.622 n.a 3.663 n.a 3.492 n.a 3.605 n.a
Sumber : Majalah SWA Sembada No.20/2006 & No.19/2007
98
dalam kategori baik. Maka dapat disimpulkan bahwa merek Pocari Sweat
committed buyer. Temuan ini sejalan dengan hasil pengukuran liking the
saja.
simbol, dan slogan Pocari Sweat, hanya sebagian kecil (21%) responden
yang ingat. Hasil temuan ini menjadi masukan kepada pemilik merek
bisa juga melalui posisi harga, diferensiasi, atau lewat produk dan
kemasan.
BAB V
A. Kesimpulan
b. Bila dibandingkan dengan data tahun 2007 sebesar 95%, maka hasil
aman.
101
102
memiliki asosiasi yang hampir sama dengan Pocari Sweat, juga memiliki
b. Atribut produk yang termasuk ke dalam kuadaran I adalah rasa dan isi.
Pocari Sweat cenderung asam dan jumlah isi yang menawarkan value for
d. Pada kuadran III ditemukan atribut kemasan dan gizi, dimana kedua
atribut ini kurang dianggap penting bagi konsumen dan kinerjanya pun
B. Saran
dengan kegiatan below the line (BTL) seperti komunikasi dari mulut ke
wanita.
b. Distribusi harus selalu kuat agar merek dan produk selalu dekat dengan
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David. A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek: Memanfaatkan Nilai dari suatu
Merek, Edisi Pertama, Spektrum Mitra Utama, Jakarta.
Aaker, David. A. 1996. Building Strong Brands, The Free Press, New York.
Darmadi Durianto, Membangun Merek Kuat, Majalah SWA Sembada, Nomor 15,
XXI, 21 Juli – 3 Agustus 2005, hal. 64.
Darmadi Durianto, Sugiarto, Lie Joko Budiman. 2004. Brand Equity Ten: Strategi
Memimpin Pasar. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Freddy Rangkuti. 2004. The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan
Strategi Pengembangan Merek plus Analisis Kasus dengan
SPSS,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Idollen dan Yenny. 2005. Analisis Elemen-elemen Ekuitas Merek Aqua Galon:
Studi Kasus PT Tirta Investama Depo Kembangan, Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Ign. Eko Adiwaluyo. 2007. Pocari Sweat: Awarenessnya Kini 95%. Majalah
MARKETING, Nomor 06, VI, Juni 2007, halaman 38.
Keller, Kevin, Lane. 2003. Strategic Brand Management: Building, Measuring and
Managing Brand Equity, second edition, Prentice Hall, New Jersey.
Kim, Chan. W and Renée Mauborgne. 2006. Blue Ocean Strategy, Penerjemah
Satrio Wahono, Edisi bahasa Indonesia, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta.
Kotler, Philip. 1999. Kotler on Marketing: How to Create, Win and Dominate
Markets, The Free Press, New York.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi dua
belas. PT Indeks, Jakarta.
Lis Hendriani dkk. 2006. Mengukur Prospek Vitazone, Majalah MIX, Nomor 10,
III, 30 Oktober – 15 November 2006, halaman 40.
MARS Marketing Research dan SWA Sembada. 2005. Indonesian Best Brand
2005, Majalah SWA Sembada, Nomor 15, XXI, 21 Juli – 3 Agustus 2005.
Qasa Strategic Consulting dan Majalah MIX. 2008. The Most Powerful
Distribution Performance 2008, Majalah MIX , Nomor 07, V, 14 Juli – 10
Agustus 2008, halaman 30.
Ries, Al and Jack Trout. 2002. Positioning: The Battle for Your Mind, Edisi
Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Ries, Al and Laura Ries. 2005. The Origin of Brands (Asal-usul Merek),
Penerjemah: Drs. Alexander Sindoro, Karisma Publishing Group, Batam.
Ries, Al and Laura Ries. 1999. The 22 Immutable Laws of Branding: Strategi
Membangun Produk atau Jasa Menjadi Merek Berkelas Dunia, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Simon Jonathan. 2006. Ancaman Untuk Pocari Sweat, Majalah MIX, Nomor 05,
III, 20 Juni-20 Juli 2006, hal.32.
Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono. 2004. Riset Pemasaran: konsep dan aplikasi
dengan SPSS, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Trout, Jack. 2002. Big Brands Big Trouble : Pelajaran Berharga dari Merek-Merek
Ternama, Erlangga, Jakarta.
(d) 31 - 38 tahun
6. Pengeluaran keluarga Anda (diluar cicilan rumah, kendaraan dan barang) setiap bulan:
(a) Kurang dari Rp 750.000
(b) Rp 750.001 – Rp 1.500.000
(c) Rp 1.500.001 – Rp 2.250.000
(d) Rp 2.250.001 – Rp 3.000.000
(e) Lebih dari Rp 3.000.000
7. Sebutkan satu merek minuman isotonik yang pertama kali muncul dalam ingatan anda:
__________________________________
8. Sebutkan merek minuman isotonik selain yang telah disebutkan pada jawaban
(a) _______________________________
(b) _______________________________
(c) _______________________________
(d) _______________________________
(e) _______________________________
(a) Ya, saya mengenalnya dan telah menuliskannya pada jawaban pertanyaan nomor
7 dan 8
(b) Ya, tapi saya belum mencantumkan dalam jawaban pertanyaan di atas
(b) Iklan di TV
(d) Teman
(e) Toko
11. Apa kesan Anda terhadap minuman isotonik merek Pocari Sweat?
Pocari Sweat
Kesan Anda Ya Tidak
Mengganti cairan tubuh
Memulihkan stamina/energi
Harga terjangkau
Kandungan bahan pengawet yang aman
Rasa segar/enak di lidah
Mudah didapat (tersedia di toko/kios terdekat)
Lebih bergengsi dibanding minuman isotonik
merek lain
Minuman kesehatan
Mutu Tinggi
12. Menurut Anda bagaimana kandungan nilai gizi dalam Pocari Sweat?
(a) Jelek Sekali (b) Jelek (c) Cukup (d) Baik (e) Baik Sekali
13. Bagaimana manfaat (mengganti cairan tubuh yang hilang) yang Anda rasakan dari
minuman isotonik Pocari Sweat?
(a) Jelek Sekali (b) Jelek (c) Cukup (d) Baik (e) Baik Sekali
14. Apakah minuman isotonik Pocari Sweat aman untuk dikonsumsi (bahan pengawet
dalam batas aman bagi kesehatan)?
(a) Sangat Tidak Aman (b)Tidak Aman (c) Cukup (d) Aman (e)Aman Sekali
15. Menurut Anda bagaimana rasa minuman isotonik Pocari Sweat?
(a) Jelek Sekali (b) Jelek (c) Cukup (d) Baik (e) Baik Sekali
17. Menurut Anda bagaimana jumlah isi/volume (kepuasan untuk sekali minum) minuman
isotonik Pocari Sweat?
(a) Sedikit sekali (b) Sedikit (c) Cukup (d) Banyak (e) Banyak sekali
20. Saat Anda membeli minuman isotonik, seberapa pentingkah Anda mempertimbangkan
hal-hal seperti disebutkan di bawah ini?
(Mohon memberi tanda X pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai dari 1 =
sangat tidak penting hingga 5 = sangat penting)
22. Apa pendapat Anda terhadap harga minuman isotonik Pocari Sweat?
(a) Murah Sekali (b) Murah (c) Cukup (d) Mahal (e) Mahal Sekali
23. Apakah Anda setuju bahwa alasan anda membeli merek minuman isotonik Pocari
24. Alasan apa yang mendorong Anda merasa perlu membeli/menggunakan minuman
isotonik? (jawaban boleh lebih dari satu)
Saat berolah raga
Sebelum/sesudah tidur
Sakit
Haus
Capek
Lainnya, sebutkan : _______________________
26. Apakah Anda puas dalam menggunakan minuman isotonik merek Pocari Sweat?
(a) Sangat tidak puas (c) Biasa saja (e) Sangat puas
(b) Tidak puas (d) Puas
27. Apakah Anda benar-benar menyukai merek minuman isotonik Pocari Sweat?
(a) Sangat tidak suka (c) Biasa saja (e) Sangat suka
(b) Tidak suka (d) Suka
29. Apakah Anda ingat logo, slogan, semboyan minuman isotonik merek Pocari Sweat?
Ya. Sebutkan : ______________________________________
Tidak
Terima kasih atas waktu dan kesediaan anda dalam mengisi kuesioner ini.