Anda di halaman 1dari 24

A.

BAHASA BINATANG DAN BAHASA MANUSIA


Selama bebrapa dekade terakhir terdapat berbagai usaha untuk mengajarkan
bahasa kepada binatang, seperti kera, ikan lumba-lumba, ikan paus, dan mamalia lainnya.
Hasilnya sering kontroversial. Sebagian orang berkomentar bahwa hal itu sekedar
menunjukkan penguasaan sejumlah tanda yang mengesankan. Sebagian lagi mengatakan
itu merupakan perilaku simbolik yang sebenarnya. Perdebatan tersebut masih
berlangsung hingga kini, dan mungkin akan terus berlangsung hiingga ada suatu
terobosan hebat yang dapaat membuktikan bahwa binatang dapat berbahasa seperti
manusia. Akan tetapi, mengingat manusia memiliki otak yang memungkinkannya
berpikit dan berbahasa berkah yang tidak dimiliki binatang – agaknya binatang takkan
pernah menyamai manusia dalam keterampilan berbahasa, seperti ditunjukkan berbagai
penelitian.
Herbert Terrace dari Universitas Colombia AS mengajarkan lebih dari 100 tanda
kepada seekor simpanse bernama Nim Chimsky dengan menggunakan isyarat tangan
yang mirip dengan bahasa isyarat untuk kaum tuna rungu. Koko, seekor gorila yang
dilatih Francine Patterson di Universitas Standford AS, mempelajari lebih dari 600 tanda.
Alex, seekor beo abu – abu Afrika yang “belajar” di Univetsitas Purdue, menguasai lebih
dari 40 kata, yang sebenarnya tidak luar biasa bagi seekor beo. Akan tetapi Alex cepat
belaajar untuk meminta beberapa objek berdasarkan warna, bentuk, dan bahannya,
sehingga ia dapat mengatakan misalnya, “Tiga kertas hijau di pojok.” Dalam tes semantik
mingguannya, skor yang diperoleh Alex juga lebih dari 80%. Akan tetapi berdasarkan
berrbagai penelitian itu, disimpulkan bahwa binatang tetap saja kurang mampu
berbahasa, yakni menggunakan seperangkat simbol untuk berbagi pengalaman.
Seperti ditegaskan John C. Condon, Jr., 4 yang mengutip beberapa percobaan
tersebut, kata kuncinya adalah “abstraksi”. Dengan kemampuan ini manusia mampu
belajar dari masa lalu dan merencanakan masa depan, suatu kemampuan yang tidak
dimiliki binatang. Berkat kemampuannya ituu manusia terus menerus mengalami dan
melakukan perubahan, atau mengembangkan budaya, hingga kita samapi pada zaman
internet sekarang. Sebaliknya, oleh karena keterbatasannya berkomunikasi, binatang
tidak mampu mengalami kemajuan yang berarti dari generasi ke generasi.
Condon melukiskan, seekor tikus dapat menyusur jalan-jalan yang ruwet lewat
trial and error, tetapi tidak dapat merencanakan suatu perjalanan hanya dengan
menggunakan peta. Atau, sebagaimana dikatakan S.1 Hayakawa, “Anda dapat mengajari
seekor anjing untuk menjawab secara layak terhadap kata-kata 'Hamburger sekarang!'
tetapi tidak terhadap kata-kata 'Hamburger Selasa depan."' Binatang dapat merespons
tanda-tanda, tetapi tidak mampu berkomunikasi secara efektif. Susanne Langer
merumuskan perbedaan itu dengan mengatakan bahwa tanda "mengumumkan" tetapi
simbol "mengingatkan." Artinya, binatang dapat memancarkan dan menerima jeritan
yang menandakan makanan, seks atau bahaya, tetapi binatang tidak dapat
mempertimbangkan tabiat makanan dan memutuskan apakah itu suatu gagasan yang baik
untuk merampingkan badan atau tidak.5 Berdasarkan kemampuan fisiologis yang relatif
sederhana dan stabil, hewan sejenis memiliki suara yang relatif sama di mana pun di
dunia ini. Akan tetapi, ketika orang - orang berbeda budaya mencoba "memetakannya"
dalam bahasa lisan atau tulisan, ternyata hasilnya berbeda-beda. Usaha meniru bunyi
hewan, benda lain (mobil, kereta, pesawat) atau tindakan (menembak, memukul,
membanting pintu) atau peristiwa (guruh, hujan, angin) lewat suara manusia itu disebut
onomatopoeia. Maka gonggongan anjing dilukiskan oleh onomatopoeia sebagai gog gog
dalam bahasa Sunda, guk guk dalam bahasa Indonesia, waf waf dalam bahasa Belanda,
wau wau dalam bahasa Jerman, hu wuu dalam bahasa Malawi, woof woof dalam bahasa
Inggris, wan wan dalam bahasa Jepang, dan gua gua (atau wang wang) di beberapa
wilayah di daratan China. Sedangkan suara ayam jantan ditirukan dalam berbagai bahasa
sebagai:
Suara tiruan Bahasa
Kongkorongok Sunda
Kukuruyuk Indonesia
Kokekoko Jepang
Korea Kokio
Kukuruku Kuwait
Cock-a-doddle-doo Inggris
Kukeleku Belanda
Kikeriki Jerman
Kikiriki Prancis
Cocorico Spanyol
Kuckeliku Swedia
Kukuriku Rusia
Kukuriku Hungaria
Kakaryku Latvia
Malawi Kokoliko

Oleh karena orang-orang mendengar seperangkat suara yang sama yang berasal dari
hewan seperti anjing atau ayam, perbedaan dalam cara stimulus ditafsirkan ini lazimnya
dinisbahkan kepada va:iasi fonem bahasa yang lazim digunakan dalam budaya yang
bersangkutan.6

Bayangkan, jika bunyi yang sama saja dibahasamanusiakan dengan cara yang
berbeda, apaiagi tindakan-tindakan, peristiwa- peristiwa yang berubah, atau kondisi-
kondisi bersifat abstrak. Kata kita saja bisa berarti macam-macam di indonesia, bisa
berarti "saya," terutama saat diucapkan orang Manado, "saya dan orang lain yang diajak
bicara" (arti yang sebenarnya dalam bahasa Indonesia) dan bahkan bisa berarti "kami"
(seperti sering diucapkan polisi yang mewakili instansinya saat muncul di televisi).
Seorang Jawa bisa mengatakan "Saya kesel" sambil tersenyum yang tidak dimengerti
oleh mitra komunikasinya yang orang Sunda karena yang dimaksud kesel (bahasa Jawa)
sebenarnya berarti lelah. Bahkan nama makanan pun bisa berbeda-beda. Apa yang
disebut ikan seperti dalam kalimat 'Mau ikan apa?" atau "Ikannya yang banyak ya" di
beberapa daerah di Indonesia, bukan berarti ikan dalam arti harfiah, yakni makhluk
bersirip yang hidup di air," melainkan "teman nasi" yang boleh jadi berupa daging sapi,
daging ayam, atau udang. Lebih jelas lagi, di Bandung makanan yang bernama bala-bala
(makanan terbuat dari tepung dan sayuran seperti kol, wortel yang digoreng), martabak
manis, dan odading itu masing-masing bernama ote-ote, terang bulan, dan roti goreng di
Surabaya. Apa yang disebut martabak di Kota Pahlawan itu disebut martabak telor di
Bandung martabak Mesir di Medan dan Pekanbaru. Sate Madura atau sate padang ada di
Bandung dan di Jakarta, namun sebenarnya tidak ditemukan di Madura dan di Padang.
Yang ada hanya sate tanpa embel-embel. Yakin pulalah bahwa warteg (Warung Tegal)
itu tidak ada di Tegal, meskipun bertebaran di Jakarta. Di Bandung tidak ada jajanan
bernama Mee Bandung, meskipun dijual di Johor Malaysia. French Fries (kentang
goreng) ada di Amerika, tetapi bahkan di Paris pun Anda takkan menemukannya.
Martubak San Francisco dan Holland Bakery memang ada di Bandung, tetapi tampaknya
sulit untuk menemukannya di negara-negara bersangkutan yang namanya disebutkan
dalam merek dagang tersebut. Kadang-kadang nama makanan bisa menyesatkan.
Makanan bernama Paruik Ayam (artinya Perut Ayam) di Padang bukan makanan yang
mengandung daging atau usus ayam, melainkan cemilan manis yang berbahan dasar
singkong yang diparut, setelah direbus, lalu dibentuk bulat-bulat dan digoreng. 7 Di
Pontianak terdapat makanan khas bernama bubur pedas yang ternyata sama sekali tidak
pedas. Makanan itu merujuk kepada bubur gurih yang dicampur sayuran dan rempah,
yang terbuat dari beras yang disangray dan kemudian ditumbuk.8

Kata Sunda bujang yang berarti jejaka, dalam bahasa Batak panuli berarti alat
kelamin perempuan. Namun kata kelamin bisa berarti keluarga di Malaysia. Di Universiti
Sains Malaysia (USIM) Penang Malaysia saya menemukan istilah rumah kelamin yang
rumah yang dihuni keluarga, sedangkan rumah yang dihuni satu orang (single) disebut
rumah bujang. Kata kelamin di Malaysia dapat juga berarti pasangan. Seorang dosen
perempuan asal Bandung yang kini sudah purnabakti pernah mendapatkan pertanyaan
"Kelaminnya tak dibawa?" dari seorang penyambutnya yang orang Malaysia saat ia
datang sendirian ke sebuah acara. Tak menyadari makna kata itu menjawab dengan
marah, "Saya bawa kelamin saya!"

Di Kalimantan, kata yang mirip yakni lamin bermakna lain lagi. seperti dalam
cerita berikut:

Dua orang pemuda dari Jawa datang ke Kalimantan untuk mengunjungi teman lamanya.
Sesampainya di Tenggarong, Kalimantan Timur, mereka berkenalan dengan seorang
wanita Dayak. Setelah mengobrol ngalor-ngidul, wanita itu berkata kepada kedua
pemuda tersebut, "Ayo main ke lamin saya!" Dengan perasaan tidak karuan, kedua
pemuda itu mengikuti wanita tersebut. Setelah sampai di tempat tujuan, wanita itu
berkata, "Ini lamin saya." Ternyata yang dimaksud wanita itu adalah rumahnya. Kedua
pemuda itu pun tersenyum malu karena sudah berpikir yang tidak-tidak. Dalam bahasa
Dayak, lamin memang berarti rumah.9

Apa yang disebut otak di pedalaman Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur,


ternyata berarti parang ("Budi, kamu bawa otak, tidak?" tanya seorang anak kepada
temannya "Wah, ketinggalan di rumah," jawab Budi).10 Berak ternyata tidak selalu berarti
kotoran manusia. Warga Desa Sukamanah, Kecamatan Geger Bitung, Sukabumi, biasa
menggunakan kata berak untuk merujuk kepada pupuk, seperti dalam kalimat, "Tanaman
tumbuh bagus bila cukup berak.11 Sedangkan penduduk Mentawai menggunakan kata
berak untuk merujuk kepada beras (nasi), seperti dalam kalimat, "Mukom berak," yang
maksudnya mengajak makan nasi.12 Orang Kuningan mengartikan waras sebagai sehat
(baru sembuh dari sakit), jadi berkaitan dengan keadaan fisik, alih-alih "tidak gila"
(berkaitan dengan keadaan psikis) seperti diartikan orang Bandung. Kata siap ternyata
tidak selalu berarti "sedia untuk melakukan sesuatu yang belum dikerjakan." Bagi oranh
Sumatra, khususnya orang Padang atau orang Riau, siap itu berarti sudah beres
dikerjakan, seperti dilukiskan kasus berikut:

Kami berencana pergi ke Gramedia. Ketika saya menelepon Shalldy dan menanyakan
apakah dia sudah siap, dia menjawab dengan kalimat, "Saya tadi abis nyuci, tetapi
sekarang sudah siap." Terus saya bilang, "Kalau lagi nyuci terusin aja nyucinya. Ke
Gramedia- nya bisa ditunda sampai kamu beres nyucinya." Tetapi dia bersikeras kalau
nyucinya sudah siap. Terus saya bilang lagl, "Saya nggak apa-apa kok nunggu sampai
kamu beres nyuci. Soalnya kan tanggung banget kalau cuciannya udah disiapin, terus
ditinggal." Dia tetap bersikeras kalau cuciannya sudah siap. Akhirnya saya tanya,
"Emangnya kalau siap itu artinya apa?" Dia bilang, kalau siap itu ya siap, artinya sudah
selesai dikerjakan. Dari situ saya baru menyadari kekeliruan yang disebabkan oleh
perbedaan bahasa, karena kalau di Bandung siap itu berarti sudah dikumpulkan, dan baru
akan dikerjakan, tetapi kalau menurut bahasa Riau (Dumai), siap itu sudah beres
dikerjakan.13

Setiap kelompok budaya jelas punya peta yang berbeda untuk merepresentasikan
realitas budaya mereka. Maka, ucapan boleh jadi sama tetapi maknanya berbeda.
Kesalahpahaman ini dapat terjadi bukan hanya antara orang-orang berbeda suku dalam
suatu bangsa, tetapi terlebih-lebih antara orang-orang yang berbeda bangsa, seperti
dilukiskan anekdot-anekdot berikut.

Seorang kuli beretnik Pakistan melayani seorang turis lokal yang baru tiba di sebuah
stasiun kereta di Melbourne, Australia, dengan membawa banyak barang. Setiap turis itu
memberi instruksi, si kuli menjawab, "Yes, Sir." Setelah berkali-kali memberi instruksi,
akhirnya sang turis bertanya, "What is your name?"

"Yes, Sir."

"What is your name?"

"Yes, Sir."

"Why do you keep saying, 'Yes Sir, Yes Sir'?"

"My name is Yashir, Sir'14

(Sebenarnya jawaban kuli itu adalah Yashir, menyebut namanya, yang bunyinya
mirip Yes Sir di telinga sang turis).

Seorang cewek yang bahasa Inggrisnya kacau-balau suatu hari menabrak seorang
bule ketika jalan-jalan di mal

Cewek : "I am sorry."

Bule : "I am sorry, too."

Si cewek bingung. la merasa harus menjawab si bule.

Cewek : "I am sorry, three."

Bule : "What are you sorry for?"

Cewek : "I am sorry five."15

Seorang pelancong dari Bandung datang ke Jerman. Logat Sundanya sangat kental. Suatu
ketika ia bertemu dengan orang Jerman yang kemudian menanyakan namanya. la
menjawab. "Ich bin Ujang." Saya Ujang, katanya Kemudian orang Jerman itu bertanya
lagi, "Wie geht es?" Apa kabar? Terus ia menjawab lagi, "Gut, aber Ich bin faul." la
bermaksud menjawab "Baik, tetapi saya lagi males nih." Oleh karena logat Sundanya,
maka yang terdengar oleh orang jerman itu adalah "Ich bin Paul." Orang Jerman itu
menjadi bingung. Tadi katanya Ujang, sekarang Paul.16

Keniga anekdot di atas menyangkut komunikasi antara orang-orang yang berbeda


budaya dan berbeda bahasa-ibu. Dua orang yang berasal dari budaya yang sama dan
berbicara nasional yang sama pun boleh jadi memberikan makna berbeda terhadap kata
yang sama, jika mereka tidak mengetahui konteks pembicaraan, seperti dalam humor
berikut:

Kabayan bersama Karnadi ditugaskan oleh bosnya untuk menggerebek srang mafia di
sekitar hutan. Tiba-tiba mereka melihat dari semak-semak ada yang bergerak. Dengan
naluri detektifnya mereka cepat bertindak, "Jangan bergerak!" Karnadi membentak.
"Bergerak berarti mati," lanjutnya. "Dasar tolol. Bergerak itu artinya hidup!" kata
Kabayan.17

Satu pasangan muda sangat bersuka cita demi mengetahui sang istri hamil muda. Namun
sebelum mendapat kepastian dari dokter, mereka sepakat untuk merahasiakan kehamilan
tersebut.

Istri : "Pa, nggak usah diomongin dulu ya ... takut gagal kan nggak enak kalau sudah
diomong-omongin."

Suami : "Oke deh, Ma, janji nggak bakalan diomongin sebelum ada konfirmasi dokter."

Tiba-tiba datang karyawan PLN ke rumah mereka untuk menyerahkan tagihan dan denda
atas tunggakan rekening listrik mereka bulan lalu.

Petugas PLN : "'Nyonya terlambat satu bulan."

Istri : Bapak tahu dari mana ...? Papa ... Tolong bicara sama orang PLN ini...!"

Suami : "Eh, sembarangan... bagaimana Anda bisa tahu masalah ini?"

Petugas PLN : ''Semua tercatat di kantor kami, Pak."

Suami : (tambah sengit) "Oke, besok saja saya ke kantor Bapak, untuk
menyelesaikan masalah ini!"
Keesokan harinya ...

Suami : "Bagaimana PLN tahu rahasia keluarga saya?”

Petugas PLN : "Ya tahu dong, Iha wong ada catatannya pada kami!"

Suami : "Jadi saya mesti bagaimana agar berita ini dirahasiakan, Pak?"

Petugas PLN : "Ya mesti bayar dong Pak!"

Suami : (sialan gue diperes nih!) "Kalau saya tidak mau bayar, bagaimana?"

Petugas PLN : "Ya, punya Bapak terpaksa kami putus..."

Suami : "Lha, kalo diputus... nanti istri saya bagaimana...?"

Karyawan PLN : "Kan bisa pakai lilin."18

Kemuskilan bahasa ini berlaku juga untuk bahasa-bahasa asing yang serumpun. Dalam
bahasa Inggris Amerika a billion berarti satu miliar, sedangkan dalam bahasa Inggris
British berarti satu triliun. Perbedaan makna itu benar-benar bisa mengecoh pebisnis
kedua negara tersebut. Kata rubber yang berarti penghapus (untuk menghapus tulisan
pensil) di Inggris berarti kondom di AS.19 Seorang peniliti asal Inggris pernah bertanya,
"May I borrow a rubber?" kepada seorang pegawai perempuan di perpustakaan
Randolph-Macon Woman's College di Lynchburg, Virginia, AS. Sang pegawai tentu saja
terkejut. la berpikir si peneliti ingin meminjam kondom, padahal ia bermaksud meminjam
penghapus karet.

Going to school di inggris berarti pergi ke sekolah untuk tingkat SD hingga


sekolah menengah (5 - 16 tahun), tetapi di AS hal itu berarti juga kuliah. Dalam bahasa
Inggris Amerika, pants berarti celana, tetapi dalam bahasa Inggris British, kata itu berarti
celana dalam. Bayangkan, apa jadinya jika seorang turis Amerika yang berkeras ingin
membeli pants di sebuah toko di London, tetapi peiayan toko ngotot menunjukkan celana
dalam.20 Apa yang disebut sendok meja (tablespoon) di Inggris sebenarnya berukuran dua
kali ukuran tablespoon di Amerika, fakta yang sering menghasilkan resep makanan yang
gagal.21 Di Amerika, tingkat satu dalam gedung (first floor) itu adaiah tingkat gedung
yang permukaannya sama dengan permukaan tanah, sedangkan di Inggris tingkat satu itu
sama dengan tingkat dua di Amerika. Di Inggris lantai yang setara dengan lantai satu di
Amerika disebut ground floor. Kalimat Her speech bombed and then her proposal was
tabled at the executive meeting board di Amerika jelas menunjukkan betapa
menyedihkan hari yang dilalui si pelaku. Akan tetapi di inggris kalimat itu justru
menunjukkan makna sebaliknya. Di Amerika speech bomb berarti bencana atau
kegagalan besar, sedangkan di Inggris hal itu berarti sukses besar. Dalam konteks kalimat
di atas, tabled di Amerika berarti ditolak tanpa pembahasan lebih lanjut, sedangkan di
inggris hal itu berarti digunakan atau dilanjutkan untuk didiskusikan.22

Sebuah contoh lain menunjukkan kesalahpahaman atas makna kata table tersebut. Di
markas NATO di Brussels, staf dari negara negara anggota bekerja bersama, termasuk
orang AS dan Inggris. Lebih dari sekali, dalam suatu rapat, seorang Inggris mungkin
berkata, "Let's table the proposal" yang mengagetkan orang-orang Amerika yang
menyangka bahwa, sebaliknya, proposal itu penting dan harus dibahas sekarang. Sekali
lagi, dalam bahasa Inggris British to table berarti “to put it on the table," yakni
menyerahkannya untuk didiskusikan (to submit for discussion); dalam bahasa inggris AS,
ekspresi yang sama berarti mengundurkannya hingga waktu tak terbatas dan kurang lebih
sama dengan menyimpannya di laci.23

Kenyataannya, kita sering mencampuradukkan bahasa sebagai peta budaya dan


realitas budaya tersebut. Orang kemudian menggunakan kata-kata yang sekadar peta
realitas seolah-olah sebagai realitas itu sendiri. Maka dalam bahasa Mandarin kata untuk
kematian dihindari dan di China Selatan angka empat adalah nomor sial dan digunakan
sesedikit mungkin karena kata untuk kematian mirip kata untuk empat. 24 Tindakan ini -
sering tidak disadari - tentu saja keliru, sebagaimana keliru mencampuradukkan antara
peta suatu wilayah dengan wilayah itu sendiri. Ini misalnya juga tampak pada kenyataan
bahwa betapa banyak orang, termasuk orang Amerika dan orang Indonesia, yang takut
pada angka 13 karena angka tersebut dianggap bencana. Misalnya sedikit hotel di
Amerika yang merujuk kepada lantai ke-13. Klenik mengenai Jumat tanggal 13 (Friday
the13th) ternyata juga mengkhawatirkan banyak orang Amerika.

Pada dekade 1980-an para penumpang Amerika tidak bersedia terbang dengan
pesawat DC-10 Boeing yang terbang pertama kali pada hari Jumat tanggal 13, seusai
pesawat-pesawat sejenis diistirahatkan untuk melewati serangkaian pemeriksaan
sehubungan dengan sejumiah kecelakaan yang menimpa pesawat-pesawat tersebut.25 Pun
di Indonesia, tidak sedikit nomor 13 kadang juga no 4 pada lantai sebuah gedung,
ruangan (di hotel atau rumah sakit misaInya), alamat rumah, dan kursi di pesawat udara,
juga ditiadakan, karena angka tersebut dianggap angka sial.

B. PERMAINAN BAHASA
Menurut Ludwig Wittgenstein, bahasa ibarat sebuah permainan. Ada bahasa
untuk memberi perintah, melaporkan peristiwa, berspekulasi, menguji hipotesis,
membuat lelucon, berterima kasih, mengutuk, menyapa, dan berdoa.26 Oleh karena bahasa
sebenarnya relatif berjarak dari rujukannya, kita dapat mempermainkan bahasa, tanpa
pusing-pusing memaknai kata-kata tersebut. Maka bahasa sekadar permainan atau
plesetan. Seseorang atau suatu kelompok orang dapat menciptakan permainan bahasa
(language play) sebagai nama pribadi (khususnya kaum selebritis), nama kelompok atau
lembaga, merek, judul, iklan, kepanjangan dari singkatan atau akronim (atau sebaliknya:
membuat singkatan atau akronim dari serangkaian kata), humor (teka-teki), ungkapan
pribadi dalam media sosial (bahasa gaul daiam chatting), semboyan atau slogan (pada
stiker misalnya), atau ungkapan pada kendaraan pribadi atau kendaraan umum, juga pada
tas-tas atau pakaian (seperti yang tercetak pada T. Shirt Dagadu yang diproduksi di
Yogyakarta atau T. Shirt Jager yang diproduksi di Bali). Alasan membuat permainan
bahasa dan plesetan itu mungkin"bersifat pragmatis: enak didengar, lucu, atau
menghibur, atau boleh jadi telah menjadi kebiasaan suatu komunitas, misainya komunitas
Yogvakarta.27 Yang jelas ada kenikmatan tersendiri dalam mengekspresikan ungkapan-
ungkapan tersebut, tanpa harus terbebani oleh kandungan maknanya. Maka MS yang
resminya merupakan gelar S2 (Magister Sains) pernah diplesetkan menjadi Master of
Sekeloa buat lulusan program S2 Universitas Padjadjaran ketika lokasi gedung
perkuliahannya masih di Sekeloa, tak jauh dari kampus di Jalan Dipati Ukur Bandung.
Bahkan setelah gelar S2 itu menjadi M.Si., tetap saja gelar tersebut diplesetkan, menjadi
Master of Sekeloa Indah.
Gelar Ph.D. pernah diisukan diperoleh wanita-wanita yang mengikuti suami-
suami mereka yang tugas belajar di Melbourne, Australia, sejauh mereka melahirkan
anak di sana, meskipun para istri itu tidak belajar apa-apa, karena memang Ph.D. di sana
dapat diplesetkan menjadi Pernah Hamil Di sini. Saya ingat,beberapa mahasiswa BKi
(Biro kerohanian Islam) di Fakultas Iimu Komunikasi Universitas Padjadjaran di
Jatinangor, pernah menempelkan poster dengan judul "Bubarkan Fikom." Poster itu
menghebohkan sebagian Fikom. Padahal maksudnya adalah "Buka bareng Dekan
Fikom."28

Permainan bahasa juga dapat berbentuk kata-kata atau kalimat rekaan yan dibuat-
buat atau dimirip-miripkan seperti berikut:29

Definisi Puasa Menurut Sejumlah Negara

1. Malaysia : tak santap dan tak teguk dari fajar sampai petang tiba
2. Mandarin: thong tuang shiang shiang
3. Jepang : tarabuka sasukana
4. Belanda : Der eaten en drinken van geust magriben
5. Germany : Ein zubuhen nahen lavaren en dahagen zamfen zonten
6. Prancis : Les zanarie nou leboux moun beduque moa'rieb bouca tazile
7. Inggris : Start on dawn and finish to twilight
8. Itali : La balebato nahano nafuso neppi adzant magribi di battali
9. Spanyol : El janarias daharos ya magribas los bucanos de ta tajilas
10. Portugis : De janario tuangha sahurio e buburito bucond sabado magribha
11. Rusia : Ye Imsakski nohanov hawaya neviski adzanov magribiski
12. India : Te dahare te inume ti subuhe nevi sorehee
Berikut adalah contoh-contoh permainan bahasa dan atau plesetan lain yang dapat
kita temukan dalam berbagai konteks
 Smary Saklitinov, nama yang diamnbil dari nama bapaknya yang bernama
(Sjurtono dan ibunya (Mary)anti, kelahiran (Sa)bwon (Ti)ga (Nov)ember30
 Bee Gees, grup musik legendaris (yang berdiri tahun 1958) kependekan
dari Brothers Gibb alias Gibb Bersaudara
 Senior, Senang Istri Orang
 Terus Terang Terang Terus (iklan lampu Philips)
 "Sedia Minuman Ekstasi" (Es Kolak Susu Tanpa Sirup).31
 "Longok longok Barang Ayu" (teriakan kernet angkot), maksudnya
Cilongok, Ajibarang dan Bumiayu, nama-nama daerah di Purwokerto.32
 "Pengumuman! Pengumuman! Diumumkan kepada umum bahwa sampai
saat ini belum ada pengumuman."33
Stiker dan ungkapan pada kendaraan:
 Tong 1000, Can 1000 dak (Bahasa Sunda: Tong sare, Bu. Can sare budak,
yang berarti "Jangan tidur, Bu. Anak beium tidur")
 Sekilas Pandang Pelepas Rindu
 Rindu Menanti
 Memburu Harapan
 An 3 Dis
 Tonk He Love (Tong hilap, bahasa Sunda), Jangan lupa
 Pengembara Malam
 Atos Ah Getek (bahasa Sunda), Sudah Ah Geli
 Tilas Tapi Raos (bahasa Sunda), bekas tapi enak
 www.angkot.com.34
 Lebih baik kaya masuk surga daripada miskin masuk neraka
 Senyummu Menawan Kantongku Berantakan
 Jelek-jelek Milik Pribadi
 Naik Gratis Turun Bayar
 Kutunggu Jandam
 Pemburu Dolar35
 Langsung Enak
 Warning Supir angkot ini dalam pengawasan istri muda
 Mobil ini tidak di jual

Kalau kita terus eksplorasi, permainan bahasa in banyak ragamnya,


termasuk pantun (yang terdiri dari sampiran dan isi), puisi (contoh terbaik adalah
puisi-puisi mbeling Remy Sylado atau Sutardji Calzoum Bachri), peribahasa,
cerita, humor, atau sekadar ungkapan biasa yang menimbulkan rasa senang,
terlepas dari apa pun makna kalimat tersebut. Dalam konteks ini, makna kalimat
menjadi sekunder, bahkan dilepaskan sama sekali dari makna harfiah kata-kata
dan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut. Berikut adalah
beberapa contoh:

Sepisau luka sepisau duri


sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi36

Jeng Juminten janda judes, jelek jerawatan, jari jempolnya jorok, Jeng Juminten
jajal jualan jamu jarak jauh Jogya-Jakarta. Jamu jagoannya: jamu jahe. "Jamu-jamuuu....,
jamu jahe-jamu jaheee ...!"Juminten jerit-jerit jajakan jamunya, jelajahi jalanan. Jariknya
jatuh, Juminten jatuh jumpalitan. Jeng Juminten jerit-jerit: "Jarikku jatuh, jarikku jatuh..."
Juminten jengkel, jualan Jamunya jungkir-jungkiran, jadi jemu juga. Juminten jumpa
Jack, jejaka Jawa jomblo, juragan jengkol, jantan, juara judo. Jantungnya Jeng Juminten
janda judes jadi jedag-jedug. Juminten janji jera jualan jamu, jadi Julietnya Jack. Johny
jadi jealous Juminten jadi Juliet-nya Jack. Johny juga jejaka, jomblo, jalang, juga
jangkung. Julukannya, Johny Jago Joget."Jiehhh jack jejaka Jawa, Jum?" joke-nya I
ohny. Jakunnya jadi jungkat-jungkit jelalatan jenguk Juminten. "Jangan jealous, John..."
jawab Juminten.

Jumat, Johny jambret, jagoannya jembatan Joglo jarinya jawil-jawil jerawatnya


Juminten. Juminten jerit-jerit: "Jack, Jack, Johny jahil, jawil-jawil!!!" Jack jumping-in
jalan, jembatan juga jemuran. Jack jegal Johny Jebreeet! Jack jotos Johny Jidatnya Johny
jenong, jadi jontor juga jebleh.. jeleekk."John, jangan jahilin Juminten ...!" jerit jack
Jantungnya Johny jedotjedotan, "janj, Jack,janji... Johny jera jawab Johny.

Juni, Jack jadikan Johny join jualan jajanan jejer Juminten. Johny jadi jongosnya
Jack-Juminten, jagain jongko, jua'lan jus jengkol jajanan jurumudi jurusan Jogja-
Jombang, julukannya Jus Jengkol Johny "jolly-jolly jumper." Jumpalagi, jek...!!! Jangan
joba-joba jikin jerita jayak jini jagi ja..!!! jusah...!!!?

Suatu komunitas bisnis pun tidak jarang menggunakan bahasa plesetan. Di Bursa
Efek Jakarta (BEJ), para pialang kerap menggunakan bahasa plesetan ketika mereka
melakukan jual beli. Misalnya, "Isat naik dua poin!" (saham Indosat naik dari Rp 50,-
dari harga sebelumnya); "Garam! Garam ... diguyur!" (saham Gudang Garam saat itu
banyak dijual oleh beberapa pialang; "Ricky ... kolor ... naik lagi tuh" (saham PT Ricky
Putra Globalindo Tbk. Dengan kode Ricky emiten pembuat pakaian dalam pria merek
GT Man naik lagi setelah sebelumnya turun); "BH iterm punya Rina open dua lot,
ya!!"(saham PT Bhakti Investama Tbk. dengan kode BHIT pesanan nasabah bernama
Rina belum terjual dua lot lagi).38

Banyak merek produk sebenarnya merupakan permainan bahasa, meskipun


penciptaannya terlebih dulu melalui pertimbangan yang matang, atau bahkan penelitian.
Perusahaan-perusahaan mobil Jepang sangal terampil memilih nama-nama yang keren
dan indah. Jika Anda memahami bahasa Inggris, boleh jadi Anda mengasosiasikan
merek-merek mobil berikut dengan citra-citra tertentu terlepas dari apakah citra-citra
tersebut memang dimaksudkan oleh produsen mobil tersebut atau tidak-seperti berikut
ini:

Daihatsu : Classy, artinya berkelas atau anggun; Feroza, berasosiasi dengan


ferocious, artinya tampak dahsyat; Taft berasosiasi dengan tough, yang artinya
kuat, tangguh atau tegar, Rocky, artinya (mobil mampu melewati wilayah)

Honda : Ferio, berasosiasi dengan ferri, artinya baja (kuat, tangguh); Genio,
dengan genius, artinya unggul (secara intelektual dan mental) dan kreatif; Integra,
dengan integral, artinya utuh; Maestro, artinya pemimpin (orkes
simfoni);Prelude, artinya (pertunjukan) pendahuluan sebelum pertunjukan utama
(mobil lain diproduksi); Wonder, artinya keajaiban; Jazz, berasosiasi dengan
(musik) yang lincah; Mobilio yang berarti mobile (bergerak atau lincah) dan Brio
yang berasosiasi dengan kata Bright yang berarti cemerlang.

Mazda : Capella artinya bintang terbesar di rasi bintang Auriga; Familia,


berasosiasi dengan family, artinya keluarga.

Mitsubishi : Eterna, berasosiasi dengan eternal, artinya abadi; Gallant, artinya


gagah; Lancer, artinya pembuka jalan atau yang maju ke depan dengan cepat.
Nissan : Infiniti, berasosiasi dengan infinity, artinya ketakterbatasan; Terrano
dengan terrain, artinya (mobil yang mampu melewati) wilayah geografis; Serena
dengan serene, artinya ketenangan atau kenyamanan; Livina dengan living artinya
(tempat) tinggal.

Suzuki : Aerio, berasosiasi dengan aerial, artinya berlangsung dalam udara


terbuka/segar atau suasna yang menarik; Baleno, dengan balance, artinya
seimbang; Escudo dengan scud, artinya bergerak atau berlari cepat; Futura,
dengan future, artinya masa depan; Karimun, dengan carry moon, artinya (mobil
yang) membawa bulan; Forsa dengan force, artinya kekuatan, daya atau tenaga;
Vitara dengan vital, artinya sangat penting

Toyota : Corona artinya mahkota atau lingkaran sinar matahari Dyna, berasosiasi
dengan dynamic, artinya dinamis. atau dynosaurus, artinya dinosaurus (kuat,
tangguh), Soluna, dengan solar-lunar, artinya (mobil yang menggabungkan
keindahan) matahari dan bulan; Starlet artinya bintang harapan; Avanza
berasosiasi dengan advance yang artinya kemajuan atau avant-garde artinya
perintis atau pelopor; Innova yang berasosiasi dengan Innovation (pembaharuan).

C. DINAMIKA BAHASA
Sebagaimana peta yang sangat terbatas untuk menunjukkan seluruh titik, lokasi,
dan keadaan dalam suatu wilayah, maka terbatas pulalah bahasa yang kita gunakan
sebagai peta realitas budaya (seluruh makna) yang dimiliki individu. Simbol-simbol baru:
kata, istilah, metafora atau gaya bahasa muncul dan berkembang menggantikan simbol-
simbol lama; menyebar ke atau ditiru oleh kelompok budaya lain. Itulah sebabnya
mengapa simbol-simbol ini, karena mudah berubah, dianggap lapisan terluar dari budaya
yang juga paling dangkal, sementara nilai-nilai yang relatif permanen adalah lapisan
terdalamnya.39

Bahwa bahasa itu dinamis dan selalu berubah, tampak dalam ragam bahasa
Inggris dalam periode-periode berbeda, seperti berikut.

Bahasa Inggris Kuno abad ke-8: "Hwaet! We Gar-Dena, in geardagum."


(Beowulf)
Bahasa Inggris abad ke-14: "Whan that Aprille with his shourse sate." (Chaucer)

Abad ke-16: "Shall I compare thee to a summer's day." (Shakespeare)

Abad ke-20: "Don't have a cow, man." (Bart Simpson).40

Bahasa Indonesia (Melayu) juga berubah dari waktu ke waktu. Berikut adalah
ragam bahasa Melayu yang ditemukan dalam kalimat pembuka buku terjemahan Tadjoes
Salatin, jaitoe Makoeta Segala Radja-Radja (diterbitkan GCT van Dorp, Semarang,
1866), yang naskah aslinya ditulis Bukhari al-Jauhari tahun 1603.

Segala poedji bagi Allah djoewa, jang tijada ada dalam keradjaanya itoe sakoetoe
baginya, dan tijada ada, jang menghoeko sebagi hoekoemnja itoe, ija djoewa empoenja
keradjaan, dan ija djoewa empoenja hoekoem, sedang ijalah jang terlebih bidjak dari pada
sekalijan hakim.41

Bahkan ragam bahasa Melayu seperti yang kita temukan dalam buku-buku roman
yang terbit pada paro pertama abad ke-20 seperti Siti Nurbaya karangan Marah Rusli atau
Salah Asuhan karangan Abdul Muis juga pasti berbeda. Silakan Anda baca sendiri buku-
buku tersebut. Anda mungkin akan mengerutkan dahi ketika Anda menemukan kata-kata
yang sulit Anda mengerti karena kini tidak pernah dipakai lagi, atau Anda tersenyum
karena merasa kata-kata tersebut terasa janggal atau lucu. MisaInya, dalam novel Siti
Nurbaya, untuk melukiskan Siti Nurbaya, terdapat frase seperti, "Pipinya sebagai pauh
dilayang" dan kalimat "Suaranya lemah lembut, bagai buluh perindu, memberi pilu yang
mendengarnya."

Pernyataan bahwa kata-kata dan maknanya bersifat dinamis juga mengisyaratkan


bahwa kata-kata yang kita kenal dalam suatu bahasa boleh jadi diserap dari bahasa lain
(misalnya Inggris, Prancis, Jerman) yang pada gilirannya berasal dari bahasa lain
(misalnya Latin atau Arab). Banyak kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari
bahasa asing, seperti Inggris (ideologi, instan, interaksi, organisasi); Belanda (dasi dari
dasje, ember dari emer, kopling dari koppeling, potlot dari potiood, pulpen dari vulpen),
Portugis (bolu dari bolo, boneka dari boneca, gereja dari igreja, keju dari queijo, jendela
dari Janella, kaldu dari caldo, kemeja dari camisa, lemari dari armaria, lentera dari
lanterna, mentega dari manteiga, panu dari pano, peluru dari pellouro, sekolah dari
escola, sepatu dari sapato)42 ; Sansekerta (bangsa, graha, merdeka, payudara, tirta); China
(bakso, cukong, jitu, kangkung, kelontong, kue, labu, lihai, lobak, tauco, tauge, dan ubi 43;
dan Arab (akrab, daulat, ilmu, kursi, musyawarah, paham, surat, syukur dan wakil).
Bahasa Inggris pun yang kini digunakan luas tal terkecuali memungut sejumiah kata dari
bahasa Arab, sebagai berikut.44

Bahasa Inggris Bahasa Arab

Admiral Amir al-Rahl

Alchemy al-Kimiya

Algebra al-Jabr

Atlas Atlas

Banana Banana

Cable Habl

Camel Jamal

Coffee Qahwa

Cotton Qutun

Giraffe Zurafa

Lemon Limun

Magazine Makhazin

Mask Maskhara

Nadir Nazir

Orange Naranj

Rice Ruzz

Safari Sa fara

Suffa Sofa
Sugar Sukkar

Syrup Sharub, Shurb

Troubadour Tarrab

Zero Sifr

Kata-kata atom, eksperimen, kampus, metode, republik, senat, dan simbol


memang berasal dari kata-kata inggris, yakni atom, experiment, campus, method
republic, senate, dan symbol. Tetapi tahukah Anda bahwa kata-kata tersebut berasal dari
kata Latin, yakni atomus, experimentum, campus, methodus, respublica, senatus, dan
symbolum.45

Jadi terlihat bahwa bahkan bahasa Inggris pun yang kini sudah internasional
menyerap banyak kata dari bahasa lain, termasuk bahasa Arab dan bahasa Latin.

Seperti akan saya tunjukkan nanti, kedinamisan bahasa berarti bahwa dalam
perkembangannya, makna terkini suatu kata dapat berarti sesuatu berbeda, aneh atau
bahkan bertentangan dengan makna asalnya, tanpa disadari oleh para penggunanya.
Selain itu, pada saat yang sama, makna suatu kata juga bergantung pada konteks
penggunaannya: dalam situasi apa dan diterapkan kepada siapa. Misalnya, kita dapat
memilih salah satu kata berikut: meninggal dunia, berpulang, mati, atau modar. Seorang
pemirsa televisi boleh jadi berkomentar, "Penjahat kambuhan itu modar ditembak polisi."
Akan tetapi ketika seorang asing yang sedang belajar bahasa Indonesia mengatakan
kalimat "Ibu saya modar tahun lalu," kalimat tersebut keliru dan menggelikan. Dalam
bahasa asing pun, kita menghadapi persoalan serupa. Kita biasanya menggunakan kata to
pass away alih-alih to die atau to kick the bucket, untuk menunjukkan bahwa seseorang
telah meninggal dunia, misalnya. He passed away last year, alih-alih He died last year.
Pass away adalah padanan meninggal dunia yang lebih sesuai untuk manusia, sedangkan
die adalah padanan mati yang lebih cocok digunakan untuk hewan atau tumbuhan. Lebih
kasar lagi adalah to kick the bucket, suatu slang Amerika yang salah satu makna
konotatifnya adalah "matinya hewan (babi) yang disembelih. 46 Mari kita cermati kasus
berikut:
Mai-Li, seorang imigran China tiba di AS satu dekade lalu dan berusaha belajar bahasa
Inggris, termasuk metafora, peribahasa, kata-kata humor, dan slang. Salah satu ekspresi
slang yang ia peroleh adalah, "to kick the bucket," istilah yang digunakan para cowboys
untuk menunjukkan bahwa seseorang telah meninggal. Segera setelah Li mempelajari
ekspresi tersebut, istri profesornya meninggal. Ketika antre untuk menyatakan dukanya
kepada profesor, Li berkata, "Professor Akbar, I am sorry that your wife has 'kicked the
bucket!" Meskipun Li bermaksud baik, komentarnya tidak layak karena ekspresi informal
"to kick the bucket" tidak sesuai dalam peristiwa itu.47

Bahkan, kata-kata sebagai indikator budaya terkadang menyesatkan, karena


maknanya tidak sesuai dengan yang dimaksudkan. Istilah "penuh" dan "kosong"
tampaknya mengaburkan bahaya nyata dalam menangani drum bensin. Drum kosong
sebenarnya sangat mudah terbakar, sementara drum penuh justru kurang mengancam.
Tetapi, drum kosong tampaknya tidak berbahaya berdasarkan persepsi linguistik orang
awam atas kata tersebut.48

D. KESEMENA-MENAAN KATA DAN MAKNANYA

Hubungan antara bunyi suatu kata - sebagai simbol - dan maknanya bersifat
arbitrer (suka-suka, sekenanya, semena-mena). Dengan demikian, suatu kata dengan
bunyi apa pun dapat diberi makna apa pun, berdasarkan kesepakatan bersama. Kata
bukanlah rujukannya itu sendiri. Bahasa-bahasa berbeda menamakan atau menyebut hal
yang sama dengan bunyi dan ejaan berbeda pula. Jika bahasa-bahasa berbeda
menggunakan kata-kata dengan bunyi-bunyi yang mirip untuk merujuk kepada hal yang
sama, Anda dapat menyimpulkan bahwa bahasa bahasa tersebut mempunyai asal-usul
yang sama. Misalnya kopi dengan krim disebut au lait (bahasa Prancis), conleche (bahasa
Spanyol), latte (bahasa Italia). Sedangkan angka 2 dapat disebut dalawa (bahasa
Tagalog), dua (bahasa Malaysia, Indonesia), rua (bahasa Fiji), atau lua (bahasa Samoa);
Senada dengan itu, kucing disebut cat (bahasa inggris), chat (bahasa Prancis), katze
(bahasa Jerman), katte (bahasa Swedia), atau kat (bahasa Polandia).49

Bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog agaknya memiliki asal usul yang sama.
Terbukti ada kemiripan beberapa katanya, misalnya kata-kata aku, babi, kambing, murah,
paku, payung, dan sabun dalam bahasa Indonesia adalah aka, baboy, kambing, mura,
pako, payong, dan sabon bahasa Tagalog. Bahasa Malagasy pun ternyata menunjukkan
sedikit kemiripan dengan bahasa melayu, seperti kata – kata : horita=gurita;
fanu=penyu; hoala=kuala; tanjona=tanjung; varatra=barat; hihy=gigi; fify=pipi;
molotra=mulut; haranka=kerangka. Sejumlah kata Malagasy dekat dengan kata-kata
Jawa seperti: mora=murah; aho=aku; vuan=wulan; sofina-kuping; roa=dua (2):
telo=telu (3): fito=pitu (7): valu=wolu (8), Berdasarkan kemiripan bahasa tersebut ada
dugaan bahwa nenek moyang orang Malagasy berasal dari Indonesia yang datang ke
Malagasy sekitar abad ke-7 Masehi.50

Sifat sebarang bahasa bukan hanya menyangkut bunyinya dan maknanya, tetapi
juga hingga derajat tertentu urutan kata dalam suatu kalimat untuk men sintaksis (syntax).
Dalam bahasa Indonesia urutan suatu kalimat adalah Subjek (S), Predikat (P) yang dalam
Bahasa Inggris disebut kata kerja atau Verb (V), dan Objek (O). Padahal setidaknya
terdapat enam kemungkinan untuk memadukan unsur-unsur tersebut, dengan tiga
kemungkinan pertama lebih sering ditemukan.51

Urutan kata Contoh bahasa Inggris,

SVO "cats eat mice" China, Swahili

SOV "cats mice eat" Jepang, Korea

VSO "eat cats mice" Arab klasik, Samoa

VOS "eat mice cats" Trotzil (suatu bahasa Maya)

OSV "mice cats ear" Karbadia (suatu bahasa di Caucasus Utara)

OVS "mice eat cuts" Hixkaryana (suatu bahasa di Brasl)

Perbedaan aturan dalam penggunaan kata kata kepunyaan misalnya terdapat


dalam bahasa Spanyol dan bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris kita mengatakan
"Marys house," sedangkan dalam bahasa spanyol aturannya tidak menggunakan koma di
atas (apostrofi), maka orang Spanyol mengatakan la casa de Maria atau the house of
Mary.52 Dalam struktur bahasa Jerman, kita mengatakan “Marias Haus" (tanpa apostrofi)
dan dalam bahasa Indonesia kita menyebut "Rumah Maryam." Selain bersifat sebarang,
bahasa juga punya keterbatasan, dalam arti;
 Bahasa bersifat ambigu.
 Kita harus menduga maknanya.
 Dugaan kita cenderung tetap, bukan sementara.
 Dugaan kita berlangsung cepat.53

Suatu kata yang paling singkat pun, seperti preposisi at dan in berikut punya
makna yang berbeda dalam kalimat berbeda.

There is a man at the door

There is a taxi at the door

The coffee is in the cup

The pencil is in the cups54

Perhatikan maksud (makna) pertanyaan-pertanyaan berikut ini yang juga ber.

+ Pukul berapa sekarang?

- Pukul dua.

+ Terima kasih.

+ Pukul berapa sekarang?

-Pukul dua.

+Bagus Sekali!55

Apa pula makna kata ramah, dalam kalimat-kalimat berikut:

la kenalan yang ramah

Lingkungan yang ramah menyambut kami ketika kami tiba

Harga harga menjad ramah seusai hari lebaran

Betapa sering kita menganggap bahwa hanya ada satu makna bagi kata tertentu.
Padahal, setiap pesan verbal dapat ditafsirkan dengan berbagai cara, bergantung dalam
konteks budaya. Sebuah anekdot melukiskan bagaimana seorang tamtama dari sebuah
unit militer di Bandung mengartikan Pembantu Rektor sebagai pembantu dalam
pengertian harfiah yakni sebagai pelayan atau jongos di rumah Sang Rektor ketika ia
menerima telepon dari Pembantu Rektor II1 (Bidang Kemahasiswaan) sebuah perguruan
tinggi di Bandung yang menanyakan keberadaan mahasiswa perguruan tinggi tersebut
yang ditahan di unit militer itu. Sang Pembantu Rektor bergelar doktor itu dibentak sang
tamtama yang terheran-heran apa urusannya "Pembantu Rektor" menanyakan mahasiswa.
Cerita serupa berikut benar-benar kisah nyata: Seorang Pembantu Rektor sebuah
perguruan tinggi negeri di Pekanbaru bertamu ke rumah atasannya (Rektor)dan disambut
pembantunya. Ketika pembantu bertanya kepada sang tamu dan dijawab oleh sang tamu
dengan ucapan, "Saya Pembantu Rektor," maka sang pembantu rumah tangga itu
menjawab, "Wah kita sama-sama dong."56 Mungkin karena kata "pembantu" dalam
jabatan "pembantu rektor" berkonotasi rendah, banyak perguruan tinggi dewasa ini
menggunakan istilah wakil rektor atau deputi rektor untuk merujuk kepada jabatan yang
sama. Berikut adalah sebuah contoh mengenai bagaimana kata kawan dimaknai secara
berbeda oleh orang-orang yang berbeda budaya:

Mantan perdana menteri Finlandia Kalevi Sorsa dan mantan residen Tanzania Julius
Nyerere pernah diwawancarai bahasa Inggris dalam suatu acara bincang-bincang di
televisi Finlandia. Mereka telah bekerja sama beberapa tahun dalam gerakan
internasional sosialis dan ditanya jika mereka menganggap satu sama lain sebagai kawan
(friends). Julius Nyerere menjawab pertama dan berkata bahwa ia telah mengenal Kalevi
Sorsa dengan baik selama bertahun-tahun dan menganggapnya sebagai kawan. Ketika
tiba giliran Kalevi Sorsa, ia berkata bahwa ia telah bekerja dengan Julius Nyerere untuk
waktu yang lama, bahwa ia angat menyukai dan mengaguminya, tetapi meskipun
demiikian ia berpendapat bahwa ia tidak cukup akrab untuk disebut kawan. Ini jelas
situasi memalukan yang disebabkan dua faktor (a) usaha Kalevi Sorsa untuk jujur dan
untuk tidak berbasa-basi ("Ya tentu saja ia kawan saya"), dan (b) oieh fakta bahwa kedua
orang itu definisikan "kawan" (friend) dengan cara berbeda. Nyerere menggunakan
definisi bahasa Inggris biasa, yang lebih longgar daripada kata Finlandia yang sesuai
ystava atau bahasa jerman Freund, yang sama-sama mengisyaratkan hubungan yang jauh
lebih intim daripada kata !nggris.57
Untuk memahami lebih jauh bahwa suatu kata itu pada dasarnya bersifat semena-
mena dengan makna yang semena-mena pula kemudian disepakati bersama, marilah kita
bandingkan dua bahasa yang berdekatan, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia.

Di Indonesia kata bisa atau dapat berpadanan dengan kata boleh di Malaysia. Apa
yang kita sebut air putih (air tawar) untuk kita minum di Indonesia adalah air kosong di
Malaysia. Kata menziarahi di Indonesia lazimnya digunakan untuk orang yang sudah
meninggal dunia (misainya saya menziarahi makamnya) atau menziarahi suatu tempat
suci atau keramat, tetapi di Malaysia kata menziarahi dapat digunakan untuk orang yang
masih hidup, jadi artinya mengunjungi. Apa yang disebut sirsak di Indonesia adalah
durian Belanda di Malaysia. Juga menarik, apa yang disebut guru besar di Indonesia
adalah kepala sekolah di Malaysia. Sedangkan kantor di Indonesia adalah pejabat di
Malaysia. Penggunaan kata punggung di Malaysia bisa menimbulkan masalah karena
kata tersebut di negara tersebut sama dengan pantat di negara kita. Makna celaka di
Indonesia juga berbeda dengan makna celaka di Malaysia. Kata celaka berkonotasi lebih
buruk di negara jiran itu daripada di negara kita. Dulu ketika kelompok pemusik kita
Sheila On 7 tampil di Malaysia, mereka mendapat kecaman karena mereka mengucapkan
kata celaka dalam salah satu lagu mereka yang berjudul "Seberapa Pantas". "Celakanya
hanya kau yang benar-benar kurindu. Hanya kau yang benar-benar kutunggu ..." Dalam
bahasa Malaysia, kata celaka lazimnya digunakan sebagai penghinaan, celaan, atau
kutukan kepada seseorang, yang tentu saja sangat tidak sopan, padahal Sheila On 7 tidak
bermaksud demikian, melainkan sekadar luapan kekecewaan.58

Makna duduk di Malaysia juga berbeda dengan di Indonesia, seperti dalam cerita
seorang lelaki asal Kampar, Provinsi Riau, yang pernah menjadi pasien sebuah rumah
sakit di Malaka, Malaysia, seperti berikut: saya yang sebelumnya duduk di luar ruangan
Poli THT dipanggil oleh perawat tersebut untuk mengisi data dalam proses penyiapan
berkas operasi. Pada saat pengisian berkas tersebut perawat tadi bertanya kepada saya,
"Adek duduk kat mane?" Spontan saya menjawab, "Tadi saya duduk di luar," Kemudian
perawat tadi menjelaskan kembali maksudnya dengan bertanya, "Stay di mana?"
Kemudian barulah saya paham maksud dia menanyakan duduk itu adalah tempat
tinggal.59
Berikut adalah sejumlah kata lainnya yang merujuk kepada hal yang sama dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, dilengkapi padanannya dalam bahasa Inggris:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Malaysia

Campaign Kampanye Kempen

Scedling Kecambah Anak benih

Survey Survei sensus Banci

Toilet Kamar Kecil Tandas

Emergency Door Exit Pintu Darurat Pintu Kecemasan

Date Tanggal Tarikh

Car Mobil Kereta

Fabric Bahan pakaian/kain Fabrik/Kain

Factory Pabrik Kilang

Jam Kemacetan Kesesakan

Soldier Tentara Askar/tentera

Chat Mengobrol Berbual

Membandingkan bahasa Indonesia dengan bahasa Malaysia, kita akan


menemukan juga kata-kata yang merujuk kepada hal yang sama, tetapi dengan ejaannya
yang agak berbeda. Misalnya kata-kata arti, bahwa, beda, coba, identitas, karena, kawin,
kabar, mau, resmi, sadar senantiasa, dan yaitu dalam bahasa Indonesia, adalah erti,
bahawa, beza, cuba, identiti, kerana, kahwin, khobar mahu, resmi, sedar, sentiasa, dan
iaitu dalam bahasa Malaysia. Banyak kata Malaysia yang diterjemahkan langsung dari
bahasa Inggris dengan ucapan yang mirip, meskipun ejaannya berbeda, misalnya kata
kempen, fesyen, hospital, fabrik, polis, polist, poulariti, stesen, dan universiti, yang
merupakan terjemahahan dari

Anda mungkin juga menyukai