Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas (I) pengertian linguistik, (ii) objek linguistik, (iii) bahasa sebagai
objek linguistik; (iv) pembatasan karakteristik bahasa sebagai objek linguistik, dan (v)
linguistik dan subdisiplinnya.

1.1 PENGERTIAN LINGUISTIK

Istilah linguistik dalam bahasa Indonesia (untuk selanjutnya disingkat BI) berpadanan
dengan kata linguistics dalam bahasa Inggris, dan ber-padanan dengan kata linguistique
dalam bahasa Prancis. Istilah linguistik yang digunakan sekarang, sebenarnya berasal dari
kata Latin lingua yang bermakna bahasa.

Kata lingua dalam bahasa Latin itu masih kita dapati dalam bahasa serumpun di
Eropa, misalnya dalam bahasa Italia lingua, bahasa Spanyol lengua, dan dalam bahasa
Prancis langue, langage. Istilah linguistics dalam bahasa Inggris bermakna "the study of
language and languages"(Lihat Hornby dkk; 1961:733), sedangkan kata linguis(dalam BI
disebut ahli bahasa) bermakna "a person who is clever in foreign languages".

Kata langage dalam bahasa Prancis bermakna bahasa pada umumnya, sedangkan kata
langue bermakna bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia, bahasa Gorontalo, bahasa
Inggris. Terhadap istilah linguistik (dalam bahasa Inggris linguistics, Anda pasti dapat
menjelaskan mengapa istilah linguistics dalam bahasa Inggris diakhiri dengan konsonan / s /
yang ternyata bukan penanda jamak).

Langacker (1973:5) mengatakan, "linguistics is the study of human language".


Menurut Langacker linguistik adalah studi bahasa manusia. Lyons (1975:1) berpendapat
"linguistics may be defined as the scientific study of language". Dengan kata lain linguistik
adalah studi ilmiah tentang bahasa. Hal yang sama dikatakan oleh Stork dan Widdowson
(1985:15) yang mengatakan, "linguistics is the study of language". Linguistik adalah studi
tentang bahasa.

Berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan


bahwa Ilaguistik adalah studi bahasa manusia secara ilmiah. Yang dipelajari adalah bahasa
manusia dan cara mempelajarinya harus secara ilmiah. Dengan mempelajari linguistik berarti
kita mempelajari teori bahasa pada umumnya dan bukan teori bahasa tertentu. Dengan
mempela-jari linguistik kita mendapat keterangan tentang objeknya, tataran-tatarannya,
struktur bahasa, sejarahnya, dan tentang teori dan aliran yang berkem-bang dalam linguistik.
Pendek kata teori bahasa pada umumnya. Meskipun demikian kita harus berhati-hati, jangan
sampai kita menyamakan istilah linguistik dengan grama (dalam BI, tata bahasa), sebab
istilah grama lebih mengacu kepada pemerian morfologi dan sintaksis (Iihat misalnya
Verhaar, 1981:7; Stork dan Widdowson, 1985:17). Di dalam buku tata bahasa kita
memperoleh informasi tentang aturan, kaidah, norma suatu bahasa, sedangkan di dalam buku-
buku linguistik, kita akan memperoleh keterangan bahasa pada umumnya, misalnya
keterangan tentang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pandangan tradisional, aliran
struktural, dan aliran transformasi. Linguistik lebih mengacu kepada teori, sedangkan grama
lebih mementingkan kaidah atau norma yang terdapat di dalam bahasa tertentu. Meskipun
demikian keduanya merupakan hasil studi empiris, diperoleh dari pengalaman dan kenyataan
yang terdapat di dalam kehidupan manusia. Linguistik dan grama adalah perian kenyataan
bahasa yang di-gunakan penuturnya, meskipun kadang-kadang di dalam grama kita lebih
banyak memperoleh keterangan tentang kaidah bahasa yang diperikan atau dideskripsikan.

1.2 OBJEK LINGUISTIK

Bertitik-tolak dari definisi yang dikutip di atas, dapat diambil.kesim-pulan bahwa


objek linguistik adalah bahasa. Kita pun harus berhatt-hati di sini, sebab yang dimaksud
dengan bahasa dalam pengertian ini, adalah bahasa manusia. Manusia yang dimaksud pun
adalah manusia yang normal dan dewasa. Bahasa anak kecil dan bahasa orang gila tidak
dibahas dalam linguistik. Bahasa anak kecil lebih banyak dibicarakan di dalam psikologi,
namun persoalan pemerolehan bahasa dan belajar bahasa biasanya dibi-carakan dalam
linguistik, dalam hal ini dalam psikolinguistik dan juga dalam linguistik terapan.

Bahasa sebagai objek linguistik yang menyebabkan linguistik dipu-tuskan menjadi


satu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Seperti diketahui suatu ilmu dapat
disebut ilmupengetahuan apabila dipenuhi tiga syarat. Syarat itu, ialah (i) teratur atau
bersistem, yang berarti ilmu penge-tahuan haruslah mempunyai metode, (ii) otonom, berarti
ilmu pengetahuan harus mempunyai objek, dan (iii) progresif atau berkembang, yang berarti
ilmu pengetahuan harus berkembang terns sesuai dengan perkembangan
1.3 HAKIKAT BAHASA SEBAGAI OBJEK LINGUISTIK

Berkaitan dengan kemajuan teknologi sekarang, kita dapat berbicara Iangsung dengan
orang lain meskipun orang itu tinggal beratus-ratus kilometer dari tempat tinggal kita. Kita
dapat menghubunginya dengan plan menelepon jarak jauh yang berarti kita menggunakan
bahasa. Semestinya kita harus berlayar menemuinya, tetapi dengan menggunakan bahasa me-
lalui jasa telepon, kita dapat meminta, misalnya ia datang atau kita meminta supaya ia
mengirim uang kepada kita.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita berkata, "Adi! Ambillah buku itu”. Tidak
berapa lama kemudian, buku yang kita maksud sudah berpindah tempat, sudah berada di
tangan kita. lni berarti dengan menggunakan beberapa patah kata, ada kegiatan manusia yang
diganti. lni berarti pula bahwa bahasa menggantikan diri kita. Dengan mengatakan, daging,
karung, mobil, pada hakikatnya kita telah mengganti,benda yang kita maksud. Dengan kata
lain menggunakan bahasa berarti rnelakuhan poses mengganti.

Menggunakan bahasa berarti mengirimkan lambang-lambang dari pembicara menuju


kepada pendengar. Oleh karena bahasa kata-kata dan. kalimat.yang kita
gunalcaniNberasaldari.pribadi seseorang„ _maka-dapatkitakatakanbahwa baba$4_bersifat
individiML Bahas ung-si menghubungkan_Prhadidenon pribadi.
Bahasa_belSifat_persongyang berarti berguna unti.kmerlyatakaniluirLaa_perasaari dan
kemauan Apa yang kita katakan akan ditafsirkan oleh pendengar. Dengan kata lain, setelah
kata atau kalimat yang berwujud bunyi-bunyi itu dihasilkan, ming yailg mandengarnya boleh
saja menaatinya. Ini berarti terjadi kerja L,amScaliner_ 4 0

sama antara pembicara dengan pendengar. Ini berarti pula bahwa,hakikat _bahasa_yang
bersifat individual tadi menjadi kopperatif.Inmantara _pembicaradengan pendengarterjadi
kerja sama dengan jalan menggunakan _bahasa. Hal itu dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya antara pembeli dengan penjual, antara sopir dengan penumpang, antara
dokter dengan pasien, dan antara guru dengan si terdidik. Tanpa bahasa manusia tidak dapat
melaksanakan amanah kehi-dupannya di dunia ini secara sempurna. Memang, orang bisu pun
dapat menjalankan amanah kehidupannya, tetapi kalau ditilik secara seksama, orang bisu
tidak dapat merasakan manis-pahitnya hidup secara lengkap. Betapa sulit baginya kalau
hendak mengungkapkan peristiwa yang baru saja disaksikannya kepada orang lain. Betapa
sulit baginya untuk meminta tolong apabila ada sesuatu kejadian yang menimpa dirinya.
Kalau demikian, kita dapat mengatakan bahwa bahasa adalah_alat yang_sempurna untuk
rrenshubungkandunia seseorang dengandunia di luar dirinya. Jelas di sine bahwa bahasa
bersifat instrumentalis. Bahasa sebagai alat, mengacu pula pada pengertian bahwa
tabas.amerupakan-alat_perekandan penyampai_ aktivitas kebudayaan dad, satu generasi ke
generasi berikutnya Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi dan betapa sulitnya seandainya
manusia tidak memiliki bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam kaitan dengan penjelasan di
atas bacalah Reichling (terj. Willie Koen, 1971).

CS

1.4 KARAKTERISTIK BAHASA SEBAGAI OBJEK LINGUISTIK ‘x

Hill (1958:3-9) menjelaskan 5 karakteristik bahasa sebagai objek linguistik. Kelima


karakteristik dimaksud adalah:

a. Bahasa merupakan seperangkat bunyi (language is a set of sounds). Memang demikian


kenyataannya, sebab dalam kehidupan sehari-hari, kalau seseorang berbicara kita hanya
mendengar bunyi-bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu bersistem yang dihasilkan oleh alat bicara
manusia. Bunyi bahasa yang berwujud kata dan kalimat kita pahami maknanya kalau kata
dan kalimat tersebut menggunakan bahasa yang kita ketahui. Ini berarti harus ada saling
mengerti antara pembicara dengan pende-ngar.

b. Hubungan antara bunyi bahasa atau urutan bunyi bahasa dengan objeknya bersifat arbitrer
dan tidak dapat diramalkan (arbitrary and anpredictable). Itu sebabnya suatu benda yang
disebut anjing, di Pran-cis disebut chien, di Spanyol dinamai perro, di Indonesia disebut
anjing, sedangkan di Gorontalo disebut apula. Padahal, kata, lambang, atau simbol anjing,
apula, chiendan perrowujudnya hanya satu, yakni anjing seperti yang kita lihat atau kita
bayangkan dalam pikiran kita. Kita pun tidak mengerti mengapa anjing di.sebut a. n.jing.

c. Bahasa bersistem. Tiap bahasa di dunia In' mempunyai sistem sendiri-sendiri an berbeda
satu sama lain. (Lihat juga Uhlenbeck, 1978:40). Misalnya, tidak mungkin orang Inggris
berkata five book, tetapi five books, karena sistem bahasa Inggris mempersyaratkan bahwa
kata bendajamak harus dibubuhi fonem / s /di belakang kata benda itu (Anda pasti dapat
menyebutkan kekecualiannya).

d. Bahasa adalah seperangkat lambang (a set of symbols). Memang bu-nyi yang dihasilkan
oleh alat bicara manusia pada hakikatnya berwujud lambang-lambang yang tadi kita sebut
mengganti benda, peristiwa, proses dan aktivitas yang kita maksud. Misalnya, sesuatu yang
ber-wujud rumah, lambangnya rumah yang terdiri dari fonem Irumahl. Kalau kita melihat
orang yang sedang berbaring di tempat tidur yang hampir-hampir tidak dapat berbuat apa-
apa, keadaan orang itu kita ganti dengan lambang sakit. Dengan demikian beribu-ribu
lambang yang kita ketahui yang sewaktu-waktu muncul dan siap digunakan dalam
berkomunikasi. Beribu-ribu lambang yang bersemayam di otak kita yang sewaktu-waktu
keluar apabila kita butuhkan. Apabila lam-bang-lambang itu kita satin ke dalam pita rekaman,
entah berapa gu-lungan pita yang kita butuhkan dan entah bagaimana susunannya di otak
kita. Kalau kita renungkan dalam-dalam, kita merasa takjub dan di sana kita akan berkata,
"sungguh kuasa Tuhan yang telah menjadikan itu semua bagi manusia".

e. Bahasa bersifat sempurna (the fact that it is complete). lni berarti ba-hasa memudahkan
manusia untuk berkomunikasi. Meskipun demikian tidak boleh kita tafsirkan bahwa semua
benda, peristiwa, proses dan aktivitas secara sempurna dapat diungkapkan oleh manusia.
Masih banyak jenis flora dan fauna yang belum mempunyai lambang. Datang-lah Anda ke
hutan belantara atau ke dasar laut yang terdalam, di sana Anda akan menemukan tumbuh-
tumbuhan dan jenis makhluk yang Anda tidak ketahui namanya yang berarti belum ada
lambangnya. Untuk menutupi kekurangan manusia, manusia berlindung di batik nama
kelompok, dan muncullah nama kelompok, misalnya binatang, burung, rumput dan tumbuh-
tumbuhan. ltu sebabnya kadang-kadang kita kesal kalau disuruh ibu ke pasar. lbu hanya
berkata, belilah ikan, dan tidak dijelaskan ikan yang mana, apakah mujahir, ikan mas atau
ikan taut. Lalu, kalau ikan laut apa namanya?

Berdasarkan penjelasan di atas, Hill (1958'9 berkata bahwa bahasa P.iia;a" reran uta:na dan
rumit dari aktivitas simbolis manusia. CamScanner

2n

Pendapat Hill ini dapat dibandingkan dengan pandangan Stork dan Widdowson (1985:11-15)
yang mengatakan bahwa bahasa mempunyai sifat, rangkap dua, (ii) kreatif, (iii) arbitrer, (iv)
dapat diganti, dan (v) berkembang. Sifat pertama rangkap dua mengacu kepada bentuk dan
makna, lambang dan acuan. Misalnya, kuda acuannya adalah kuda. Lam-bang kuda,
maknanya kuda. Sifat kedua, yakni kreatif yang mengacu ke-pada keterbukaan bahasa. Setiap
bahasa terbuka menambah kosa kata dan terbuka untuk berubah. Sifat ketiga, yakni arbitrer
mengacu kepada prinsip tidak ada hubungan antara lambang dengan acuan. Lambang kuda
dalam bahasa Indonesia, dikatakan wadala dalam bahasa Gorontalo, dan horse dalam bahasa
Inggris. Sifat keempat, yakni dapat diganti mengacu kepada waktu dan ternpat suatu bahasa
digunakan. Kita dapat mengatakan, si Ali duduk, tetapi kita juga dapat mengatakan, si All
menulis, si All berdiri, si Ali berpikir, dan si Ali bekerja. Sifat kelima, yakni berkembang
yang meng-acu kepada sifat alamiah bahasa yang selamanya berkembang terus.

1.5 LINGUISTIK DAN SUBDISIPLINNYA

Anttila (1972:20) mengatakan bahwa secara tradisional linguistik dapat dibagi atas (i)
deskriptif, (ii) historis, dan (iii) komparatif. Linguistik deskriptif memformulasi struktur
bahasa sesuai apa adanya yang berlaku sekarang ini. Linguistik historis atau biasa disebut
linguistik diakronis ada-lah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dari tahun ke
tahun, sedangkan linguistik komparatif adalah subdisiplin linguistik yang bertugas
menetapkan tingkat hubungan antara dua bahasa atau lebih dan berusaha merekonstruksi
bahasa pada awalnya yang biasa disebut bahasa proto. Langacker (1973:6) menyebut
linguistik deskriptif, linguistik historis, linguistik antropologis, psikolinguistik,
sosiolinguistik, dan linguistik terapan, sedangkan Pateda (1988:45) membagi linguistik
berdasarkan (i) pem-bidangannya, (ii) sifat telaahnya, (iii) pendekatan objeknya, (iv)
instrumen, (v) ilmu-ilmu lain, (vi) penerapannya, dan (vii) aliran dan teori yang men-
dasarinya. Dilihat dari segi pembidangannya, linguistik dapat dibagi atas (i) Ii-nguistik
umum, (ii) linguistik terapan, (iii) linguistik teoretis, dan (iv) linguistik historis. Dilihat dari
segi sifat telaahnya, linguistik dapat dibagi atas (i) Ii-nguistik mikro, dan (ii) linguistik
makro. Dilihat dari segi pendekatan objek, linguistik dapat dibagi atas (i) linguistik deskriptif,
(ii) linguistik historis, (iii) linguistik komparatif, (iv) linguistik kontrastif. Sedangkan dilihat
dad segi instrumen yang digunakan, linguistik dapat disebut adanya linguistik kom-ran j
puter. Selaniutnya dilihat dari segi hubungannya dengan ilmu-ilmu yang lain, : CS ...I Lcii
111U, VIII CamScanner 21

dikenal (i) psikolinguistik, gabungan linguistik dengan psikologi, (ii) sosio-linguistik,


gabungan linguistik dengan sosiologi, (iii) antropolinguistik, ga-bungan linguistik dengan
antropologi, (iv) etnolinguistik, gabungan antara linguistik dengan etnologi, (v)
statistikolinguistik, gabungan antara linguistik dengan statistik, (vi) neurolinguistik,
gabungan antara linguistik dengan neurologi, (vii) biolinguistik, gabungan antara linguistik
dengan biologi, (viii) linguistik aljabar, gabungan antara linguistik dengan aijabar (algebrais-
che taalkunde). Dilihat dari segi penerapannya, di dalam linguistik dikenal istilah li-nguistik
terapan (applied linguistics). Di samping itu dikenal pula dialek-tologi, Ieksikologi, dan
Ieksikostatistik dan glotokronologi, sedangkan dilihat dari segi aliran atau teori yang
mendasarinya, linguistik dapat dibagi atas linguistik struktural dan linguistik transformasi.
Berdasarkan uraian ini terlihat bahwa linguistik terapan hanya me-rupakan salah satu
subdisiplin linguistik. Akan dijelaskan nanti bahwa linguistik terapan itu luas sekali.
Pokoknya linguistik yang berhubungan dengan penerapan linguistik untuk kepentingan
praktis, digolongkan ke dalam linguistik terapan.

DAFTAR PUSTAKA

Anttila, Raimo. 1972. An Introduction to Historical and Comparative Linguistics. New-York:


The Macmillan and Co.

Bell, Roger T. 1987. An Introduction to Applied Linguistics. London: B.T. Batsford Ltd. Hill,
A.A. 1958. Introduction to Linguistic Structures. New-York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Hornby, dkk. 1961. The Advances Learner's Dictionary of Current English. London: Oxford
University Press. Langacker, Ronald W. 1973. Language and Its Structure. Second Edition.
New-York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Lyons, John. 1975. Introduction to Theoretical
Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press. Pateda, Mansoer. 1988. Linguistik
(Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa. Reichling, A.J.B.N. 1971. Bahasa, Hukum-Hukum
dan Hakikatnya. Teri. Willie Koen. Ende: Nusa Indah. Stork and Widdowson. 1985. Learning
About Linguistics. London: Hutchinson. Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar Linguistik I.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ,,,,anned with CamScanner

CS

Anda mungkin juga menyukai