Anda di halaman 1dari 6

Kaidah Kebahasaan

1. Diksi
Agar tujuan sebuah pantun dapat disampaikan dengan sempurna, seseorang yang melantunkan
pantun harus jeli menempatkan kata-kata tertentu. Penempatan diksi yang tepat menjadi sangat
penting. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), diksi diartikan sebagai pilihan kata yang
tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan.
Pantun yang digunakan untuk berkomunikasi biasanya menggambarkan masyarakat pada
zamannya (zaman pantun tersebut diciptakan), yang tentu saja terlihat pada diksi yang
digunakan. Misalnya pantun yang lahir pada zaman tradisional, kerap menggunakan diksi yang
berkaitan dengan alam dan kehidupan masyarakat saat itu.
Jika diperhatikan pantun yang lahir pada masa dahulu, maka akan dinemukan beberapa kata
arkais yang sudah jarang ditemukan saat ini. Berikut ini beberapa kata arkais yang sering muncul
dalam pantun tradisonal.
No Kata
. Arksis

Makna Kata

1. Tingkap

Jendela di atap, di dinding , dan sebagainya.

2. Jikalau

Kalau ; Jika

3. Langau

Lalat besar yang suka mengisap darah hewan ; pikat .

4. Lesap

Hilang ; Lenyap ; Lucut.

5. Lubuk

Bagian yang dalam di perairan (sungai, laut, danau, dan sebagainya)

6. Gaharu

Kayu yang harum baunya, biasanya dari pohon tengkuras.

7. Tenun

Hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) yang dibuat dari benang
(kapas, sutera, dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukkan
pakan secara melingtan pada lungsin

8. Amanat

Keseluruhan makna atau isi pembicaraan ; konsep atau perasaan


yang ingin disampaikan oleh pembicara untuk dimengerti dan
diterima pendegar atau atau pembaca.

9. Selendang Kain (sutra, dan sebagainya) panjang penutup leher (bahu, atau
kepala) atau untuk menari
10. Pedada

Pohon yang tumbuh di hutan-hutan bakau, tingginya mencapai 15


meter. Berakar napas yang keluar dari lumpur, bentuk daunnya bulat
telur, ujungnya tumpul dan membundar, panjangnya 513 cm;
beremban;.

Akan tetapi, diksi yang digunakan berbeda dengan pantun yang lahir pada zaman modern. Kata
yang digunakan seringkali dihubungkan dengan kondisi masyarakat modern dengan berbagai
sarana dan prasarana mutakhir. Simak beberapa bait pantun berikut ini.

Jalan-jalan ke pasar unik,


membeli baju dan handphone baru.
Siapa gerangan wanita cantik,
yang tersenyum di hadapanku.
Mencari ikan di dalam lubuk,
ikan gabus banyak dinanti,
lubuk dalam tanah tertimbun.
Setiap hari bermain facebook,
bosan rasanya status berganti,
perkenankan hamba lantunkan talibun.
No Diksi Mutakhir Makna Kata
.
1. Facebook

Facebook adalah sarana sosial yang menghubungkan orangorang dengan teman dan rekan mereka lainnya yang bekerja,
belajar, dan hidup di sekitar mereka.

2. Handphone

Handphone (HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik


yang dapat dibawa ke mana-mana (portabel/mobile) dan tidak
perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan
kabel (nirkabel; wireless).

3. Status

Kabar berita

2. Bahasa kiasan
Dalam pantun sering ditemukan bahasa kiasan, yaitu bahasa yang digunakan pelantun untuk
menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak langsung mengungkapkan
makna. Bahasa kiasan di sini bisa berupa peribahasa atau ungkapan tertentu dalam
menyampaikan maksud berpantun.
Ungkapan atau bentuk idiom adalah gabungan kata yang menimbulkan makna baru, yakni
makna khusus, sehingga tidak dapat diartikan secara sebenarnya. Misalnya isapan jempol
dimaknai sebagai tidak bermakna, bertekuk lutut menyerah, buah tangan oleh-oleh, dan
sebagainya. Carilah makna ungkapan yang ada pada kolom berikut dan buatlah contoh dalam
kalimat.
No Ungkapan Makna
.

Makna Kata

1. Besar
kepala

Sombong

Pak Ardi menjadi besar kepala setelah menduduki


jabatan baru.

2. Kaki
tangan

Anak buah Mereka berdua telah benar-benar menjadi kaki tangan


bagi Danurejo dan juga kafir Belanda.

3. Tebal
muka

Tidak tahu Memang tebal muka anak itu, masa ia berani mencuri
malu
di depan orang tuanya.

4. Kepala
batu

Tidak mau Udin anak yang berkepala batu, sudah dinasehati agar
nasihat dari rajin belajar tetapi selalu saja dia bermain-main dengan
orang lain teman-temannya

5. Mata-mata Pengintip

Dalam Serat Centini diceritakan, mata-mata Susuhunan


Amangkurat akhirnya mengetahui tempat
persembunyian keturunan Sunan Giri, musuh
bebuyutan dinasti Mataram.

7. Darah biru Keturunan Dalam banyak budaya terutama Jawa, pewaris darah
bangsawan biru ini biasanya akan berusaha mendapatkan pasangan
yang juga berasal dari kalangan darah biru.
8. Banting
tulang

Bekerja
keras

Ayah membanting tulang demi mencukupi kebutuhan


anak dan istrinya.

9. Ringan
tangan

Suka
Wawan memang anak yang ringan tangan, setiap orang
membantu yang kesulitan pasti dibantunya.

10. Tangan
besi

Memerinta Raja itu memang pantas mendapatkan ganjarannya


h dengan
karena selama ini memerintah rakyatnya dengan tangan
semenabesi.
mena

3. Imaji
Imaji atau citraan yang dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam pembuatan teks pantun.
Jika kita melakukan pengimajian, akan menghasilkan gambaran yang diciptakan secara tidak
langsung oleh pelantun pantun. Oleh sebab itu, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat
(imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
Perhatikan sebait pantun berikut ini.
Jikalau gelap orang bertenun,
bukalah tingkap lebar-lebar.
Jikalau lenyap tukang pantun,
sunyi senyap bandar yang besar.
Imaji yang dilukiskan pada pantun tersebut adalah imaji visual (melihat) dan imaji taktil
(merasakan). Imaji visual dapat dilihat pada baris pertama /Jikalau gelap orang bertenun//bukalah
tingkap lebar-lebar/, seolah-olah pendengar melihat ada orang yang sedang bertenun dalam
kegelapan, lalu meminta pendengar membuka jendela lebar-lebar. Sementara itu, imaji taktil
tergambar pada bagian isi /Jikalau lenyap tukang pantun//sunyi senyap bandar yang besar/. Hal
ini membuat pendengar seolah-olah merasakan sunyinya kota pelabuhan yang besar karena
sudah tidak ada lagi orang yang berpantun.
Kalau pedada tidak berdaun (Imaji Visual)
Tandanya ulat memakan akar (Imaji Visual)
Kalau tak ada tukang pantun (Imaji Taktil)
Duduk musyawarah terasa hambar (Imaji Taktil)

Tikar pucuk tikar mengkuang (Imaji Visual)


Alas nikah raja melayu (Imaji Visual)
Ikan busuk jangan dibuang (Imaji Visual)
Buat perecah disaur kayu (Imaji Visual)
Telah masak buah mengkudu (Imaji Visual)
Masak pula buah kepayang (Imaji Visual)
Hati risau bercampur rindu (Imaji Taktil)
Siang malam mabuk kepayang (Imaji Taktil)
Asam kandis asam gelugur (Imaji Visual)
Ketiga asam si riang-riang (Imaji Taktil)
Menangis mayat didalam kubur (Imaji taktil)
Teringat badan tidak sembahyang (Imaji Taktil)
Orang berkain menutup aurat (Imaji Visual)
Sesuai dengan Al-Quran dan Hadist (Imaji Taktil)
Orang muslim hidup beradat (Imaji Visual)
Perangai sopan muka pun manis (Imaji Visual)
4. Bunyi
Struktur pembangun teks pantun yang terakhir adalah bunyi yang biasanya muncul dari diksi,
kiasan, serta imaji yang diciptakan saat menuturkan pantun. Dalam bunyi, kalian akan melihat
unsur rima (rhyme) dan ritme (rhytm). Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun,
sedangkan irama adalah turun naiknya suara secara teratur. Selain untuk memperindah bunyi
pantun, bebunyian diciptakan juga agar penutur (pelantun) dan pendengar lebih mudah mengingat
serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang terdapat dalam teks pantun jenis apapun.

Dalam menghasilkan sebuah teks pantun, harus memiliki kemahiran dalam memilih kata yang
digunakan, agar menghasilkan bunyi yang selaras dengan rima akhir a-b-a-b. Tentu saja selain
menghasilkan bunyi yang sepadan, sebuah teks pantun yang dilantunkan memiliki makna. Berikut
akan diberikan beberapa bait pantun, tetapi urutan kata dalam setiap larik tidak tersusun dengan
benar.
No.

Urutan Awal

Setelah Disusun Kembali

1.

Pucuk-tikar-mengkuang-tikar
Raja-alas-Melayu-nikah
Busuk-ikan-dibuang-jangan
Perecah-buat-kayu-di-asur

Tikar pucuk tikar mengkuang


Alas nikah raja Melayu
Ikan busuk jangan dibuang
Buat perencah di saur kayu

2.

Siang-berkebun-bila-orang
Naik-gelap-hari-ke-rumah
Bila-pantun-hilang-tukang
Lesap-habislah-petuah-amanah

Bila siang orang berkebun


Hari gelap naik ke rumah
Bila hilang tukang pantun
Habislah lesap petuah amanah

3.

Apa-bertenun-orang-guna
Baju-untuk-kain-dan-membuat
Orang-apa-untuk-berpantun
Ilmu-menimba-untuk-berbagai

Apa guna orang bertenun


Untuk membuat kain dan baju
Untuk apa orang berpantun
Untuk menimba berbagai ilmu

4.

Kalau-pukat-hendak-berlabuh
Berdaun-kayu-carilah-pancang
Adat-kurang-kalau-mengetahui
Orang-berpantun-carilah-tahu

Kalau hendak berlabuh pukat


Carilah pancang kayu berdaun
Kalau kurang mengetahui adat
Carilah orang tahu berpantun

5.

Telurnya-hitam-putih-ayam
Di-pinggir-kali-mencari-makan
Hitam-giginya-orang-putih
Manis-sekali-kalau-tertawa

Ayam hitam telurnya putih


Mencari makan dipinggir kali
Orang hitam giginya putih
Kalau tertawa manis sekali.

Pemilihan dan susuan katanya ditempatkan sedemikian rupa, sehingga kata dalam pantun tidak
dapat
dipertukarkan letaknya atau diganti dengan kata lain yang memiliki makna yang sama. seandainya
kata itu diganti susunannya, akan menimbulkan kekacauan bunyi. Setelah memahami struktur
pantun, kalian dapat menyusun larik-larik yang sengaja diacak untuk menjadi sebuah bait pantun
yang tepat. Tentukanlah mana yang merupakan sampiran dan mana yang merupakan isi.
No. Urutan Awal

Setelah Disusun Kembali

1.

jika hendak menuntut ilmu


kalau hendak pergi meramu
carilah ilmu yang bermanfaat
carilah kayu berbuah lebat

Kalau hendak pergi meramu,


carilah kayu yang berbuah lebat .
Jika hendak menuntut ilmu,
carilah ilmu yang bermanfaat.

2.

mencabut tebu tidaklah mudah


banyak sekali aral halangan
menuntut ilmu tidaklah mudah
banyak sekali duri lalangnya

Mencabut tebu tidaklah mudah,


banyak sekali duri lalangnya.
Menuntut ilmu tidaklah mudah
banyak sekali aral halangan.

3.

ayam berbunyi di bawah dapur


ditutuh betung berdekak-dekak
meriam bunyi awak tertidur
sungguh beruntung orang pekak

Meriam bunyi awak tertidur


Ditutuh betung berdekak-dekak
Ayam berbunyi dibawah dapur
Sungguh beruntung orang pekak

4.

bagaimana kidung takkan kembang


hendak ke hilir ditahan kera
bagaimana hidung takkan kembang
awak pandir dijadikan ketua

Bagaimana kidung takkan kembang


Hendak kehilir ditahan kera
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak pandir dijadikan ketua

5.

yang besar si jalar-jalar


yang besar disebut gelar
yang kecil sigama-gama
yang kecil disebut nama

Yang besar di sebut gelar


Yang kecil sigama-gama
Yang besar di sebut gelar
Yang kecil disebut nama

Anda mungkin juga menyukai