Anda di halaman 1dari 10

Kontribusi Pantun Pada Kesantunan Berbahasa Indonesia

Prof. Dr. Lince Sihombing, M.Pd


LTBI PPs UNIMED Medan

1. Pendahuluan Bahasa menunjukkan bangsa adalah semboyan yang dahulu selalu menghiasi punggung buku-buku teks bahasa Indonesia untuk siswa di tingkat lanjutan atas dan sederajat. Kini semboyan tersebut telah sirna. Mungkin tak ada keterkaitan langsung antara hilangnya semboyan tersebut dengan perubahan sikap pengguna atau penutur bahasa khususnya bahasa Indonesia dari yang sebelumnya santun menjadi kasar, tidak terkendali dan membuat orang yang dikenai perbuatan ini sakit hati (Perhatikan bagaimana acara Democrazy dikemas dan gaya bicara orang-orang yang terlibat dalam acara ini). Namun ada hal yang sangat jelas terhilang dari isi buku teks bahasa Indonesia (pada umumnya) yakni materi pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan pantun. Pantun adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Pantun yang pada umumnya dilisankan oleh pembuatnya membutuhkan keahlian tinggi untuk dapat menyusun rangkaian katakatanya sehingga menjadi sesuatu yang bermakna. Makna tersebut tidak serta merta diujarkan tetapi diatur sedemikian rupa sehingga menjadi rangkaian kata-kata bermakna. Pada umumnya pantun terdiri atas empat baris dimana baris pertama dan kedua berfungsi sebagai sampiran, yang digunakan sebagai pengantara atau mempersiapkan orang yang dituju oleh pantun untuk memfokuskan pikiran pada maksud si pembuat / pengujar pantun. Sementara itu isi atau maksud si pembuat pantun baru dapat diketahui pada baris ke tiga dan ke empat. Sebagai contoh adalah pantun yang dikutip dari blog si Mbah, 25 Juni 2008 pukul 18.05 Kisah konyol juragan emas Sigap sekali mencari tambat Jaksa Urip tertunduk lemas Toh penyesalan datang terlambat

Tujuan si pembuat pantun sebenarnya adalah untuk menyampaikan sindiran tentang tingkah polah seorang jaksa korup yang terkena kasus BLBI tetapi sindiran tersebut tidak dinyatakan secara langsung. Oleh si pembuat pantun terlebih dahulu dibuatkan kalimat-kalimat pengantara yang terdapat pada baris pertama dan kedua. Pelajaran penting yang dapat diperoleh dari keberadaan pantun ini adalah bahwa si pembuat pantun berusaha memperlihatkan kesantunan meskipun dalam menyatakan/menyampaikan sindiran. Santun yang merupakan kata dasar kesantunan bermakna halus dan baik (budi bahasa, tingkah laku), sabar, tenang, sopan serta penuh rasa belas kasihan (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).

Sesungguhnya, si pembuat pantun (Mbah) dapat saja secara langsung menyatakan kekesalannya mengingat perbuatan jaksa Urip telah sangat merugikan keuangan negara. Namun hal tersebut tidak dilakukannya. Kesantunannya yang tertanam jauh di sanubarinya, mencegahnya untuk tidak semena-mena menganiaya orang lain lewat kata-kata, meskipun orang tersebut jelas-jelas bersalah terbukti jaksa Urip di vonnis oleh pengadilan. Kesantunan pulalah yang menyebabkan si Mbah menggunakan kalimat Jaksa Urip terduduk lemas. Toh penyesalan datang terlambat bukannya Jaksa Urip mendarat di penjara. Karena telah menggerogogoti uang negara. Kembali pada topik pembicaraan semula bahwa pantun telah hilang dari sebagian besar isi buku teks bahasa Indonesia padahal pantun berpotensi besar untuk mensosialisasikan kesantunan berbahasa sekaligus menyantunkan pengguna bahasa Indonesia. Apakah yang menyebabkan penulis buku-buku teks bahasa Indonesia tidak lagi menganggap penting memasukkan pantun sebagai salah satu unsur atau isi buku teks bahasa Indonesia? Bagaimana cara mensosialisasikan pantun pada masyarakat terdidik agar kelak pantun dapat menjadi wahana membudayakan kesantunan berbahasa khususnya bahasa Indonesia?

2. Hakikat dan Ragam Pantun Pantun seperti telah dijelaskan sebelumnya adalah rangkaian kalimat yang terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Dengan demikian pantun merupakan cerminan atau refleksi kehalusan budi dan ketajaman fikiran. Pantun berdasarkan fungsinya memiliki beragam jenis seperti: pantun adat, pantun agama, pantun budi, pantun jenaka, pantun kepahlawananan, pantun kias, pantun percintaan dan pantun peribahasa (http://id.wikipedia.org/wiki/pantun). Berikut adalah contoh untuk untuk masing-masing jenis pantun di atas: Pantun Adat Ikan berenang di dalam lubuk Ikan belida dadanya panjang Adat pinang pulang ke tampuk Adat sirih pulang ke gagang Pantun Agama Daun terap di atas dulang Anak udang mati di tuba Dalam kitab ada terlarang Yang haram jangan dicoba Pantun Budi Diantara padi dengan selasih Yang mana satu tuan luruhkan Diantara budi dengan kasih Yang mana satu tuan turutkan Pantun Jenaka Elok berjalan kota tua Kiri kanan berbatang sepat Elok berbini orangtua Perut kenyang ajaran dapat Pantun Kepahlawanan Kalau orang menjaring ungka rebung seiris akan pengukusnya Kalau arang tercoreng ke muka Ujung keris akan penghapusnya Pantun Kias Ayam sabung jangan di paut Jika ditambat kalah laganya Asam di gunung ikan di laut Dalam belanga bertemu juga Pantun Nasihat Parang ditetak ke batang sena Belah bulu taruhlah temu Barang dikerja takkan sempurna Bila tak penuh menaruh ilmu Pantun Percintaan Ikan belanak hilir berenang Burung dara membuat sarang Makan tak enak tidur tak tenang Hanya teringat dinda seorang Pantun Peribahasa Pohon pepaya di dalam semak Pohon manggis sebesar lengan Kawan tertawa memang banyak Kawan menangis diharap jangan Pantun Perpisahan Duhai selasih janganlah tinggi Kalaupun tinggi berdaun jangan Duhai kekasih janganlah pergi Kalaupun pergi bertahun jangan Pantun Teka-teki Kalau tuan muda teruna Pakai seluar dengan gayanya Kalau tuan bijak laksana Biji diluar apa buahnya

Disamping jenis-jenis pantun yang telah dibicarakan di atas sebenarnya masih ada jenis pantun lainnya tetapi mengingat bentuknya yang tidak sama dengan pantun yang terdiri atas empat baris maka jenis ini disebut karmina / gurindam dan talibun. Karmina Mawar merah tumbuh di dinding Jangan marah, just kidding Talibun Tengah malam sudah terlampau Dinihari belum lagi nampak Budak-budak dua kali jaga Orang muda pulang bertandang Orangtua berkalih tidur Embun jantan rintik-rintik Berbunyi kuang jauh ke tengah Sering lanting riang di rimba Melenguh lembu di padang Sambut menguak kerbau dikandang Berkokok mendung, merak mengingal Fajar sidik menyingsing naik Kicau-kicau burung murai Taktibau melambung tinggi Berkuku balam di hujung bendul Terdengar puyuh panjang berbunyi Puntung sejengkal tinggal sejari Itulah alamat hari nak siang (Hikayat Malim Demam) Bila diperhatikan dengan seksama bagaimana pantun dibentuk maka dengan segera dapat diketahui bahwa sampiran atau dua baris pertama bagian pantun pada umumnya berkaitan dengan alam. Sesungguhnya ini tidak terlepas dari kondisi lingkungan dimana masyarakat pengguna pantun tersebut berdiam. Harus diakui bahwa pantun adalah hasil karya sastra yang sudah digunakan berabad-abad oleh masyarakat Nusantara. Dengan demikian awal pertama pantun dibentuk tentunya masyarakat tidak dapat terlepas dari menggunakan benda-benda yg ada disekitar nya. Berhubung pada saat itu masyarakat Nusantara adalah masyarakat agraris maka yang mengilhami mereka dalam membuat sampiran dua baris pertama pantun adalah tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar mereka. Contoh: pada sampiran pantun Budi: diantara padi dan selasih atau pada sampiran pantun kepahlawanan rebung Gurindam Baik-baik memilih kawan, Salah-salah bisa jadi lawan

seiris pengukusnya. Penulis tidak yakin apakah masih banyak orang Indonesia terutama yang berdiam di kota-kota besar masih mengenal pohon selasih atau selasih itu sendiri, mengenal apa itu rebung dan bagaimana rasa rebung yang sudah diolah. Sama seperti isi syair sebuah lagu yang merefleksikan kondisi zaman saat lagu diciptakan maka hal yang sama juga terjadi pada pantun. Bedanya adalah pembuat syair lagu tidak terikat pada atura-aturan tertentu sementara pembuat pantun justru sebaliknya terkendala oleh adanya keharusan membuat sampiransampiran meskipun sampiran itu sendiri kerap kali tidak berhubungan dengan isi pantun yang diterangkannya. Sesungguhnya keterikatan ini disalah artikan oleh pengguna atau pencipta pantun di zaman modern ini sehingga terkendala untuk bergerak maju seiring zaman. Lupa bahwa pantun yang sedang dibacanya adalah produk berabad-abad lampau. Lupa bahwa isi pantun mencerminkan kehidupan di zaman si pembuat pantun. Akhirnya orang yang mencoba membuat pantun merasa tak berdaya dan pantun menjadi tersingkirkan. Contoh-contoh pantun yang kreatif yang mewakili zamannya dapat dilihat berikut ini: Matahari terbit saat pagi Lalu terbenam di pinggir pantai Pemilu 2009 sebentar lagi Awas, jangan sampai salah memilih partai Beli sepatu di Taman Puring Mata melotot lihat harganya Pilih partai jangan menghitung kancing Cari saja yang paling banyak duitnya

3. Pantun Sebagai Media Pembentukan Kesantunan Berbahasa Dunia modern menuntut masyarakat pengguna bahasa khususnya

masyarakat Indonesia berpindah dari kondisi atau keadaan: pikir dulu, pendapatan, sesal kemudian tidak berguna ke arah Time is money, katakan sesuatu langsung pada sasaran. Gunakan kata sehemat mungkin. Bahkan sampai ada istilah: sedikit bicara banyak berbuat. Semua kondisi ini benar-benar kebalikan dari kondisi penciptaan dan penggunaan pantun. Pantun justru mengharuskan pengguna bahasa untuk lebih banyak menggunakan kata-kata meskipun tujuannya sederhana misalnya: sindiran seperti pada pantun berikut ini (dikutip dari blog ybneb moderator)

Anak muda masa kini Tak indah lagi kesopanan Koar sana koar sini Ambisi jadi presiden ngak kesampaian Sindiran yang dimaksudkan adalah agar orang jangan sombong bicara. Harus dapat memperhitungkan tenaga untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Clarck and Clarck (1977) seperti dikutip Hudson (1985) menyatakan bahwa ada keterkaitan yang sangat erat antara bahasa dengan pikiran atau sebaliknya antara pikiran dengan bahasa. Pernyataan ini benar adanya dan apabila dikaitkan dengan penggunaan atau pun pembuatan pantun memang dapat dibuktikan kebenarannya. Sebagai contoh orang yang gugup cenderung berbicara salah. Alih-alih mengatakan Kami persilahkan bapak Walikota Sukoco memberi sepatah dua patah kata maka yang keluar adalah Kami persilahkan bapak Walikoco Sukota memberi sepatah dua patah kata. Atau orang yang sedang marah besar tanpa sadar akan mengeluarkan makian yang sangat kasar meskipun sebelumnya orang mengetahui bahwa yang bersangkutan sebelumnya tidak pernah berbicara kasar. Kaitannya pada pembuatan dan penggunaan pantun adalah berikut ini. Pantun sejatinya adalah sesuatu yang dilisankan tetapi dengan berjalannya waktu dan berkembangnya komunikasi, pantun pada akhirnya juga dituliskan. Pantun yang dituliskan pada dasarnya adalah hasil ketajaman berpikir asosiatif si pembuat pantun. Orang tersebut harus dapat melihat dan merasakan bahwa suatu kata dapat memiliki kaitan dengan kata lain. Selanjutnya, pantun yang dituliskan ini otomatis terbuka untuk digunakan oleh orang lain yang mungkin secara kebetulan memiliki tujuan yang sama. Namun telah menjadi sifat manusia yang senantiasa kreatif baik dalam menciptakan sesuatu yang baru maupun memodifikasi yang telah ada, maka pantun yang pernah dibacanya ini mengilhaminya untuk membuat pantun yang baru yang dianggapnya dapat memenuhi tujuannya. Dengan demikian pantun tertulis milik orang lain menjadi ajang baginya untuk menciptakan pantunnya sendiri. Dalam proses penciptaan pantun inilah seseorang diperbaiki kemampuannya dalam merangkai kata sehingga kesatuan kata-kata tersebut menjadi alat penguat penyampaian pesan. Akan halnya pantun yang dilisankan, yang diciptakan seketika demi mencapai tujuan yang disampaikan merupakan ajang melatih seseorang tentang

makna kata sebelum berujar. Kondisi ini membuat pencipta pantun berada pada kondisi mempertanyakan lebih dahulu dalam hatinya apakah kata-kata yang akan disampaikannya pantas untuk disampaikan. Apakah kata-kata tersebut tidak akan menyakiti hati. Kesemuanya ini harus disampaikan secara cepat. Dengan demikian baik pantun yang dituliskan maupun yang dilisankan merupakan ajang pembentukan kesopanan ataupun kesantunan berbahasa. 4. Sosialisasi Pantun Pada Masyarakat Terdidik Ada pepatah yang mengatakan bahwa mata pena lebih tajam daripada mata pedang. Perbandingan ini sepertinya terlalu berlebihan meskipun kebenarannya tak dapat dipungkiri. Ketajaman pena almarhum mantan presiden pertama Indonesia yang menggoreskan ajakan untuk merdeka yang pada akhirnya membawa bangsa Indonesia pada masa itu secara serentak bahu-membahu berjuang untuk merdeka. Ketajaman pena Chairil Anwar pula lewat puisinya Kerawang Bekasi yang mengilhami banyak orang untuk juga memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jika hal ini dapat terjadi di masa lalu maka cara ini masih tetap akan efektif di masa kini. Banyak cara sebenarnya dapat ditempuh untuk mensosialisasikan pantun pada masyarakat terdidik tetapi salah satunya melalui ajang perlombaan. Perlombaan ini dapat dibagi dua yakni perlombaan membuat pantun tertulis yang ragam pantunnya sebelumnya harus ditetapkan agar tidak mengundang silang pendapat mengingat banyaknya ragam pantun tersebut dan ajang lomba berbalas pantun (yang dilisankan) perlu pula dipertimbangkan siapa yang akan mengikuti ajang perlombaan tersebut. Apabila pengikut lomba berada di taraf sekolah menengah mereka lebih baik diminta membuat pantun jenaka dan pantun percintaan. Masa-masa sekolah di tingkat sekolah menengah adalah masa dimana siswa sangat membutuhkan hiburan terutama karena kondisi, phisik, dan umur mereka yang tidak lagi dikategorikan anak-anak tetapi telah beranjak remaja, maka ajang perlombaan membuat pantun jenaka ataupun pantun percintaan akan menjadi obat mujarab bagi jiwa mereka yang labil. Pantun yang dilisankan atau perlombaan berbalas pantun sebaiknya dilaksanakan di tingkat perguruan tinggi. Rasionalnya adalah tingkat sekolah menengah belum mampu berpikir cepat apabila terpojokkan lewat kata-kata yang

sebelumnya tidak dapat diprediksi. Dikatakan demikian sebab meskipun ajang lomba menetapkan tema atau topik perlombaan tetapi cara peserta lomba menyampaikan maksudnya pastilah berbeda satu sama lain baik dalam memulai menyampaikan sampiran maupun pada penyampaian isi yang sesungguhnya. Ini tidak terlepas dari latar belakang dan kesukaan seseorang akan sesuatu yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, kedua pantun berikut adalah pantun nasihat berbau politik tetapi pilihan kata yag digunakan berbeda (pantun di kutip dari blog si Mbah, super Moderator) Hujan gerimis rintik-rintik Kalau sakit bisa berabe Pada ceriwis sama politik Salah sedikit jadi rame Makan steak sebelum ke butik Makan sate dekat api unggun Ini trend pantun politik Boleh rame tetapi harus santun Adapun jenis pantun atau ragam pantun yang dijadikan ajang untuk mensosialisasikan kesantunan berbahasa dapat dipilih dari ragam nasihat tetapi nasihat yang dihubungkan dengan kondisi zaman dan pemerintahan. Apabila ajang lomba dilaksanakan pada masa pemilu maka ada baiknya pantun nasihat yang diperlombakan dikaitkan dengan kondisi politik. Cara seperti ini efektif untuk ditempuh mengingat pekerjaan baru dikatakan efektif bila sebelumnya telah memperhitungkan dan mempertimbangkan hal-hal yang dapat memperlancar maupun memperlambat suatu pekerjaan. 5. Penutup Pantun adalah cara seseorang untuk menyampaikan maksud atau isi hatinya kepada orang lain secara santun. Dikatakan santun sebab maksud hati tidak disampaikan secara langsung tetapi dialihkan melalui penyertaan sampiran yang sesungguhnya lebih sering tidak berhubungan dengan isi pantun yang terdapat pada baris-baris berikutnya. Namun cara ini sesungguhnya secara tidak langsung telah mendidik seseorang baik yang cuma sekedar menggunakan pantun yang telah ada sebelumnya maupun yang secara serta merta menciptakan sendiri pantunnya karena tuntutan keadaaan.

Ketika seorang pembuat pantun duduk merenung atau memikirkan bagaimana menautkan kata-kata yang terdapat dalam baris-baris sampiran dengan kata-kata yang berada dalam baris-baris isi, maka secara tidak langsung yang bersangkutan telah melakukan seleksi atau memilih dan memilah kata-kata yang digunakan, mana yang layak dan mana pula yang tidak layak. Selain itu pembuat pantun juga harus memikirkan rima ataupun harmonisasi bunyi dari kata-kata terakhir dari dua baris sampiran dan dua baris isi yang membentuk pantun. Tidak tertutup kemungkinan pembuat pantun terpaksa mengganti salah satu dari kata yang ada di baris-baris sampiran maupun di baris-baris isi agar ketika diucapkan tercapai harmonisasi bunyi dan ketika dikaji penyampaian isi pantun tidak menunjukkan keberpihakan. Kondisi seperti ini secara tidak langsung akan melatih pembuat pantun santun menggunakan kata-kata. Sementara itu, apabila seseorang hanya sebagai penikmat pantun, terekam dalam benaknya untuk tidak sembarangan menggunakan kata-kata ketika akan menyampaikan maksud hati.

Daftar Pustaka Hudson, R.A. Socialinguistics, 1985. Alden Press, Oxford: Great Britain http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/imdex.php http://id.wikipedia.org/eiki/pantun

BIOGRAFI PENULIS

Nama Tempat/tgl. lahir Alamat

Prof. Dr. Lince Sihombing, M.Pd. Medan, 25 April 1961 Komplek Surya Indah No. 35 Jln. Surya Haji Desa Laut Dendang Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang - Guru Besar FBS Jurusan Bahasa Inggris UNIMED Jabatan - Sekretaris Prodi S2 Linguistik Terapan Bahasa Inggris Sekolah Pasca Sarjana UNIMED FBS Kegiatan mengajar 1. Program S1 Pendidikan Bahasa Inggris UNIMED Medan. pada 2. Fakultas Sastra Inggris Universitas Methodist Indonesia Medan 3. FKIP Kelas Medan Jur. Bahasa Inggris Universitas HKBP Nommensen Medan 4. Program S2 Linguistik Terapan Bahasa Inggris Sekolah Pascasarjana UNIMED Medan 5. Program S2 Magister Theologia STT Paulus Medan 6. Program S2 Magister Bahasa Universitas HKBP Nommensen Medan & P. Siantar 1. Asesor portofolio guru dalam jabatan Kegiatan lain 2. Instruktur Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) - Tanda Kehormatan Satyalancana Satya Karya 20 tahun Piagam/Penghargaan dari Presiden Republik Indonesia no. 31354 tanggal 20 Yang Diterima April 2009 - Sertifikat Pendidik dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi no. 09110400368 tanggal 15 April 2009.

Prof. Dr. Lince Sihombing, M.Pd MUTIARA foundation


Professional Training & Developing Excellence e-mail : mutiarafoundation@yahoo.co.id 081361020111 08153059892

10

Anda mungkin juga menyukai