Anda di halaman 1dari 4

Cerita Rakyat Dari Jawa Timur : Gunung

Kelud dan Lembu Suro

Dahulu kala di masa kerajaan Majapahit, ada seorang raja yang


bijak bernama Raja Brawijaya. Ia memiliki putri yang sangat cantik
bernama Putri Diah Ayu Pusparini, karena kecantikannya banyak
pemuda yang jatuh cinta kepadanya. Berulang kali para yang
terpikat pada kecantikannya berusaha untuk meminang Putri Diah.

Namun, Putri Diah selalu menolak lamaran pernikahan yang


datang padanya. Kondisi tersebut membuat sedih Raja Brawijaya,
ia sangat ingin melihat putrinya menikah dengan pemuda yang
tepat.

Raja membayangkan betapa bahagianya, jika Putri Diah menikah.


Akan ada pesta yang meriah di pernikahan di kerajaan. Raja
Brawijaya semakin sedih karena sang putri selalu menolak semua
pemuda yang ingin menikahinya.

Raja pun berpikir untuk mengajak putrinya untuk berbicara empat


mata karena beranggapan sang Raja sudah semakin tua. Raja
Brawijaya ingin mengadakan sayembara bagi siapapun yang bisa
meregangkan busur Kyai Garudayaksa dan mengangkat Gong
Kyai Sekardelima ia akan menjadi suami Putri Diah.

Putri Diah kaget, namun tidak berani menolak permintaan ayahnya.


Dia tak mampu berkata-kata, ia tau ayahnya sangat menginginkan
dia segera menikah, sehingga Putri Diah terpaksa untuk menerima
keinginan ayahnya. Putri Diah pun termenung di dalam kamar, dia
bingung harus bagaimana. Dia hanya berharap mendapatkan calon
suami yang hebat.

Karena Putri Diah tahu, busur Kyai Garudayaksa dan Gong Kyai
Sekardelima memiliki kekuatan gaib. Maka yang bisa hanyalah
orang yang hebat.
Hari diselenggarakannya sayembara pun tiba, para pemuda dari
berbagai penjuru datang untuk menunjukkan kekuatannya
menaklukkan busur dan gong gaib. Maka dimulailah sayembara itu
untuk mencari suami Putri Diah.

Satu persatu para pemuda mulai mencoba untuk merenggangkan


busur dan mengangkat gong. Namun tidak ada satupun yang
berhasil, Raja Brawijaya berencana menghentikan sayembara
tanpa pemenang dan ia berpikir tidak akan ada yang bisa
memenangkan sayembara.

Namun tiba-tiba seorang pemuda datang dan menyatakan


keinginannya untuk menjadi peserta sayembara. Semua orang pun
menatapnya karena pemuda ini berbeda dengan lainnya. Sangat
aneh, kepalanya tidak seperti kepala manusia, ia memiliki kepala
seperti banteng.

Raja bingung dengan kedatangannya dan menanyakan


namanya,"Siapa namamu?" Pemuda itu pun menjawab,"Nama
saya Lembu Sura." Jika raja ingin menolaknya, nantinya dianggap
Raja yang adil dan jika pemuda itu menang ia harus menikahkan
Putria Diah dengan manusia berkepala banteng. Raja pun
menerima Lembu Sura menjadi peserta terakhir.

Lembu Sura pun memasuki tempat pelataran busur dan gong


berada. Kemudian ia mencoba untuk merenggangkan busur, dia
pun berhasil melakukannya. Ujian selanjutnya ia harus
mengangkat gong, ujian ke dua pun juga berhasil dilakukan.
Semua orang yang menyaksikan bertepuk tangan, mereka
terkagum-kagum melihat kekuatan Lembu Sura.

Sementara itu, di sudut istana Putri Diah bersedih karena ia tidak


menyangka mendapatkan suami berkepala banteng. Raja
Brawijaya juga sedih. Pemenangnya memang memiliki kekuatan
yang hebat. Akan tetapi pemuda tersebut berkepala banteng. Raja
pun tidak mempunyai pilihan lain, dia harus menepati janji
sayembara itu.
Maka Raja pun meminta kepada anak buahnya untuk menyiapkan
upacara pernikahan putrinya. Hari pernikahan Putri Diah semakin
dekat, semua persiapan sudah hampir selesai. Namun Putri Diah
semakin sedih, ia sangat ingin membatalkan pernikahannya. Dia
mencari cara agar pernikahan dibatalkan.

Lalu Putri Diah meminta syarat kepada ayahnya untuk Lembu Sura.
Syarat tersebut adalah membuat sumur di puncak gunung dengan
alasan sumur tersebut digunakan tujuan mandi. Raja memahami
keinginan putrinya, syarat itu pun disetujui oleh Raja Brawijaya.

Dipanggilnya Lembu Sura untuk melakukan syarat pernikahannya


dengan Putri Diah, mendengar syarat tersebut Lembu Sura pun
setuju. Lembu Sura pun pergi je puncak gunung, disana ia
menggali tanah gunung sampai dalam. Berhari-hari Lembu Sura
mengerjakan sumur tersebut, hingga akhirnya kerja kerasnya
membuahkan hasil. Sumur buatan Lembu Sura telah jadi,
mengetahui Lembu Sura berhasil membuat sumur.

Putri Diah mengajukan syarat lagi, ia meminta Lembu Sura masuk


kedalam sumur untuk mengetahui apakah airnya wangi atau tidak.
Tanpa berpikir panjang, Lembu Sura menyetujuinya, dia langsung
masuk kedalam sumur yang baru selesai dibuat.

Di luar sumur Putri Diah dan Raden Brawijaya membuat rencana


jahat untuk menggagalkan pernikahannya. Raja pun
memerintahkan para pengawalnya untuk menutup sumur ketika
Lembu Sura sudah ada di bawah sumur tersebut.

Ketika Lembu Sura sudah sampai ke dasar sumur, para pengawal


segera melaksanakan perintah raja untuk menutup sumur tersebut.
Mereka melempar tumpukan tanah ke dalam sumur.

Lembu Sura yang sudah ada di dalam sumur, tidak berdaya ditimpa
tumpukan tanah. Lembu Sura tidak bisa berbuat apa-apa, sebelum
meninggal dunia ia mengutuk Raja Brawijaya dan
mengatakan,"Raja Brawijaya tunggu pembalasan dendam ku, aku
akan menghancurkan kerajaanmu."
Semua orang yang mendengar merasa ketakutan, mereka sangat
yakin Lembu Sura akan membalaskan dendamnya kepada
kerajaan karena Raja sudah tidak adil dan menepati janjinya.

Hingga saat ini, setiap kali Gunung Kelud meletus, masyarakat


setempat mengatakan,"Lembu Sura sedang membalaskan
dendamnya."***

Anda mungkin juga menyukai