Anda di halaman 1dari 8

Metode Statistika II

Pengujian Hipotesis
Disusun oleh: Tayasi Ditoresmi Gayatri (212011328 - 2ST8)

Hipotesis Statistik
Hipotesis Statistik adalah pernyataan dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Kita
mengambil suatu contoh acak dari populasi (sampel) dan menggunakan informasi dari
sampel itu untuk memutuskan kemungkinan besar atau salahnya hipotesis tadi.
Penolakan atau penerimaan hipotesis berdasarkan cukup tidaknya bukti yang ada.
Penolakan hipotesis menyimpulkan bahwa hipotesis itu salah, penerimaan hipotesis
menyimpulkan bahwa kita tidak punya cukup bukti untuk mempercayai sebaliknya.

Hipotesis Nol (𝐻0 ) → hipotesis yang ingin ditolak (hipotesis nol dapat mengandung nilai
yang bersifat =/ sama dengan ) dan dugaan sementara yang diakui kebenarannya.

Hipotesis Alternatif (𝐻1 )→ hipotesis yang ingin dibuktikan kebenarannya atau dugaan
lain yang akan berlaku kebenarannya.

Wilayah kritis adalah wilayah di luar batas nilai yang memisahkan dua wilayah 𝐻0 dan 𝐻1

Hipotesis Tunggal → Hipotesis yang berupa nilai tunggal

𝐻0 : 𝜃 = 𝜃0

Hipotesis Majemuk → Hipotesis yang nilainya berupa selang

𝐻0 : 𝜃 ≤ 𝜃0

Keputusan
𝐻0 Benar 𝐻1 Benar

Gagal Tolak 𝐻0 Benar (1−𝛼) Salah (𝛽)

Tolak 𝐻0 Salah (𝛼) Benar (1-𝛽)

1
Jenis Kesalahan
a. Tipe 1 → Menolak 𝐻0 yang benar (𝛼)
b. Tipe 2→ Tidak menolak 𝐻0 yang salah (1-𝛼)

Peluang melakukan kesalahan tipe 1 disebut dengan taraf nyata/taraf signifikansi (𝛼), atau
kadang juga disebut ukuran wilayah kritis. 𝛼 ditentukan peneliti di awal pengujian.

Peluang melakukan kesalahan tipe 2 disebut dengan kuasa uji (𝛽).

(1 − 𝛽) : Tingkat kekuatan uji (power of the test)

𝛼 ↓ 𝛽 ↑ . 𝛼 𝑑𝑎𝑛 𝛽 akan berkurang jika sampel bertambah.

Jenis Pengujian Hipotesis

Uji satu arah (one tail test)

Suatu pengujian yang wilayah kritisnya hanya ada pada satu bagian kurva, hanya di ekor kanan
atau ekor kiri.

Biasanya hipotesis menggunakan tanda pertidaksamaan.

Ekor kanan Ekor kiri

𝐻0 : 𝜃 = 𝜃0 𝐻0 : 𝜃 = 𝜃0

𝐻1 : 𝜃 > 𝜃0 𝐻1 : 𝜃 > 𝜃0

2
Uji dua arah (two tail test)

Suatu pengujian yang wilayah kritisnya ada pada 2 bagian kurva, di ekor kanan dan ekor kiri.

Biasanya hipotesis menggunakan tanda tidak sama dengan.

𝐻0 : 𝜃 = 𝜃0

𝐻1 : 𝜃 ≠ 𝜃0

Catatan: Hipotesis nol akan selalu dituliskan dengan tanda kesamaan sehingga
menspesifikasikan suatu nilai tunggal.

Dalam pengujian hipotesis diskrit, wilayah kritisnya dapat kita tentukan sendiri. Bila 𝛼 terlalu
besar, kita dapat memperkecilnya dengan mengubah nilai kritisnya atau memperbesar ukuran
untuk mengimbangi 𝛽. Dalam pengujian hipotesis kontinu, kita tentukan dulu 𝛼, biasanya sebesar
0,05 atau 0,01, lalu kita tentukan wilayah kritisnya. Suatu uji dikatakan nyata jika hipotesis nol
ditolak pada taraf nyata 0,05 dan sangat nyata pada taraf nyata 0,01.

Langkah Pengujian Hipotesis


a. Nyatakan Hipotesisnya (𝐻0 𝑑𝑎𝑛 𝐻1 )
b. Tentukan taraf nyata-nya 𝛼
c. Pilih statistik uji yang sesuai dengan keadaan sampel
d. Tentukan wilayah kritis (lebih baik disertakan gambar kurva wilayah kritis)
e. Hitung statistik uji berdasarkan data.
f. Buat Keputusan (Gagal Tolak atau Tolak)
g. Interpretasikan

Uji Hipotesis 1 Populasi


Uji Hipotesis Rata-rata

𝐻0 : 𝜇 = 𝜇0

𝐻1 : 𝜇 ≠ 𝜇0

3
Jika 𝜎diketahui,

Nilai Statistik Uji Wilayah Kritis


𝐻0 𝐻1

𝑥 − 𝜇0
𝜇 = 𝜇0 𝑧= 𝜎 𝜇 < 𝜇0 𝑧 < −𝑧𝑎
√𝑛
𝜇 > 𝜇0 𝑧 > 𝑧𝑎

𝜇 ≠ 𝜇0 𝑧 < −𝑧𝑎/2 atau 𝑧 > 𝑧𝑎/2

Jika 𝜎tidak diketahui,

Nilai Statistik Uji Wilayah Kritis


𝐻0 𝐻1

𝑥 − 𝜇0
𝜇 = 𝜇0 𝑡= 𝑠 𝜇 < 𝜇0 𝑡 < −𝑡𝑎
√𝑛
𝜈 =𝑛−1 𝜇 > 𝜇0 𝑡 > 𝑡𝑎

𝜇 ≠ 𝜇0 𝑡 < −𝑡𝑎/2 atau 𝑡 > 𝑡𝑎/2

Pendekatan p-value

P-value merupakan nilai z dari statistik hitung.

Misalkan Nilai 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = −1,99 dan merupakan uji 2 arah maka

P-value = P(𝑧 ≤ −1,99)+P(𝑧 > 1,99)

Tolak 𝐻0 jika p-value < 𝛼

Gagal Tolak 𝐻0 jika p-value ≥ 𝛼

4
Uji Hipotesis Varians

Nilai Statistik Uji Wilayah Kritis


𝐻0 𝐻1

2
(𝑛 − 1)𝑠 2
𝜎0 = 𝜎0 2 = < 𝜎0 2
𝜒
𝜎0 2
𝜎0 𝜒 2 < 𝜒 21−𝛼
𝜈 =𝑛−1 𝜎0 > 𝜎0 2 𝜒 2 > 𝜒 2𝛼

𝜎0 ≠ 𝜎0 2 𝜒 2 < 𝜒 21−𝛼 atau 𝜒 2 > 𝜒 2 𝛼/2


/2

Uji Hipotesis Populasi

Nilai Statistik Uji Wilayah Kritis


𝐻0 𝐻1

𝑥 − 𝑛 𝑝0 𝑝̂ − 𝑝0
𝑝 = 𝑝0 𝑧= = 𝜇 < 𝜇0
√𝑛𝑝0 𝑞0 𝑝 𝑞 𝑡 < −𝑡𝑎
√ 0 0
𝑛
𝜇 > 𝜇0 𝑡 > 𝑡𝑎

𝜇 ≠ 𝜇0 𝑡 < −𝑡𝑎/2 atau 𝑡 > 𝑡𝑎/2

Jika 𝑛𝑝 ≥ 5 𝑑𝑎𝑛 𝑛(1 − 𝑝) ≥ 5maka sebaran berdistribusi normal dan bisa menggunakan rumus
pada tabel di atas.

5
Uji Hipotesis 2 Populasi
Uji Hipotesis Beda Rata-rata

*Data tidak berpasangan

Hipotesis Asumsi Statistik Uji Daerah Kritis

𝐻0 : 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 𝜎1 𝑑𝑎𝑛 𝜎2 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 𝑥̅1 − 𝑥̅2 − 𝑑0 𝑍 < −𝑍𝛼/2 ATAU


𝑧=
𝐻1 : 𝜇1 − 𝜇2 ≠ 𝑑0 𝜎12 𝜎 2 𝑍 > 𝑍𝛼/2
√ + 2
𝑛1 𝑛2
𝐻0 : 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 𝑍 > 𝑍𝛼
𝐻1 : 𝜇1 − 𝜇2 > 𝑑0

𝐻0 : 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 𝑍 < −𝑍𝛼
𝐻1 : 𝜇1 − 𝜇2 < 𝑑0

𝐻0 : 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 𝜎1 𝑑𝑎𝑛 𝜎2 tidak 𝑥̅1 − 𝑥̅2 − 𝑑0 𝑡 < −𝑡𝛼/2 ; 𝑛1 + 𝑛2−2


𝑡=
𝐻1 : 𝜇1 − 𝜇2 ≠ 𝑑0 diketahui dan 1 1 𝑡 > 𝑡𝛼/2 ; 𝑛1 + 𝑛2−2
√𝑠𝑝 2 ( + )
diasumsikan 𝑛1 𝑛2
𝐻0 : 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 nilainya sama. Dengan 𝑡 > 𝑡𝛼 ; 𝑛1 + 𝑛2−2
𝐻1 : 𝜇1 − 𝜇2 > 𝑑0
(𝑛1 − 1)𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2
𝐻0 : 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 𝑆𝑝 2 = 𝑡 < −𝑡𝛼 ; 𝑛1 + 𝑛2−2
𝑛! + 𝑛 2 − 2
𝐻1 : 𝜇1 − 𝜇2 < 𝑑0

𝐻0 : 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 𝜎1 𝑑𝑎𝑛 𝜎2 tidak 𝑥
̅1 − 𝑥
̅2 − 𝑑0 𝑡 < −𝑡𝛼/2 ; 𝑣
𝑡=
𝐻1 : 𝜇1 − 𝜇2 ≠ 𝑑0 diketahui dan 𝑡 > 𝑡𝛼/2 ; 𝑣
diasumsikan 𝑆1 2 𝑆2 2
√( + )
𝑛1 𝑛2
𝐻0 : 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 nilainya tidak 𝑡 > 𝑡𝛼/; 𝑣
𝐻1 : 𝜇1 − 𝜇2 > 𝑑0 sama. dengan

2
𝑆1 2 𝑆2 2
𝐻0 : 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 ( + ) 𝑡 < −𝑡𝛼/; 𝑣
𝑛1 𝑛2
𝐻1 : 𝜇1 − 𝜇2 < 𝑑0 𝑣 =
2 2 2 2
𝑆1 𝑆
( ) ( 2 )
𝑛1 𝑛2
+
𝑛1 − 1 𝑛2 − 1

6
*Data berpasangan

Hipotesis Statistik Uji Statistik Uji Daerah Kritis

Ho : μd = 𝑑0
𝑡 =
𝑑 − 𝑑0 t < –tα/2 ; n–1 atau
H1 : μd ≠ 𝑑0 𝑆𝑑 √𝑛 t > tα/2 ; n–1
𝑑 = 𝑋1 − 𝑋2
H0: μd =𝑑0 atau H0: μd ≤ 𝑑0
d.f. = n-1 t > tα; n –1
H1: μd > 𝑑0 H1: μd > 𝑑0

H0: μd = 𝑑0 atau H0: μd ≥ 𝑑0 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖 2 − (∑𝑛𝑖+1 𝑑𝑖 )2 t < –tα; n–1


𝑆𝑑 = √
H1: μd < 𝑑0 H1: μd < 𝑑0 𝑛(𝑛 − 1)

Uji Hipotesis Beda Proporsi

𝑥 𝑥 𝑝1 (1−𝑝1) 𝑝2 (1−𝑝2 )
̂1 = 1
𝑝 ̂2 = 2
𝑝 µ𝑝̂1 −𝑝̂2 = 𝑝1 − 𝑝2 σ𝑝̂1 −𝑝̂2 = √ +
𝑛 1 𝑛 2 𝑛1 𝑛2

Hipotesis Proporsi tidak sama → 𝑝1 − 𝑝2 = 𝛿0 > 0

Hipotesis Statistik Uji Statistik Uji Daerah Kritis

𝐻0 : 𝑝1 − 𝑝2 = 𝛿0 (𝑝
̂1 − 𝑝
̂)
2 − 𝛿0 𝑍 < −𝑍𝛼/2 ATAU
𝐻1 : 𝑝1 − 𝑝2 ≠ 𝛿0 𝑍=
𝑝
̂(1 − ̂)
𝑝1 𝑝
̂(1 − 𝑝
̂) 𝑍 > 𝑍𝛼/2
√ 1 + 2 2
𝑛1 𝑛2
𝐻0 : 𝑝1 − 𝑝2 ≤ 𝛿0 𝑍 > 𝑍𝛼
𝐻1 : 𝑝1 − 𝑝2 > 𝛿0

𝐻0 : 𝑝1 − 𝑝2 ≥ 𝛿0 𝑍 < −𝑍𝛼
𝐻1 : 𝑝1 − 𝑝2 < 𝛿0

Hipotesis Proporsi Sama→𝑝1 − 𝑝2 = 𝛿0 = 0

Hipotesis Statistik Uji Statistik Uji Daerah Kritis

𝐻0 : 𝑝1 − 𝑝2 = 𝛿0 (𝑝
̂1 − 𝑝
̂)
2 𝑍 < −𝑍𝛼/2 ATAU
𝐻1 : 𝑝1 − 𝑝2 ≠ 𝛿0 𝑍=
1 1 𝑍 > 𝑍𝛼/2
√𝑝̂ (1 − 𝑝̂ ) ( + )
𝑛1 𝑛2
𝐻0 : 𝑝1 − 𝑝2 ≤ 𝛿0 𝑍 > 𝑍𝛼
𝐻1 : 𝑝1 − 𝑝2 > 𝛿0 𝑥1 + 𝑥2
𝑝̂ =
𝑛1 + 𝑛2
𝐻0 : 𝑝1 − 𝑝2 ≥ 𝛿0 𝑍 < −𝑍𝛼
𝐻1 : 𝑝1 − 𝑝2 < 𝛿0

7
Uji Hipotesis Rasio Dua Varians

Jika 𝑆1 2 𝑑𝑎𝑛 𝑆2 2 adalah varian dari 2 sampel acak yang saling independen dengan ukuran
masing-masing 𝑛1 𝑑𝑎𝑛 𝑛2 yang diambil dari 2 populasi normal yang saling independen
dengan varians masing-masing 𝜎1 2 𝑑𝑎𝑛 𝜎2 2 , maka

𝑆1 2 /𝜎1 2 𝑆1 2 . 𝜎2 2
𝐹 = =
𝑆2 2 /𝜎2 2 𝑆2 2 . 𝜎1 2

Akan mengikuti distribusi F dengan derajat bebas 𝑣1 = 𝑛1 − 1 𝑑𝑎𝑛 𝑣2 = 𝑛2 − 1.

Hipotesis Statistik Uji Statistik Uji Daerah Kritis

𝐻0 : 𝜎1 2 = 𝜎2 2 𝑆1 2 𝑓 < 𝑓𝛼/2(𝑣1,𝑣2) ATAU


𝐻1 : 𝜎1 2 ≠ 𝜎2 2 𝑓= 𝑓 > 𝑓1−𝛼/2(𝑣1,𝑣2)
𝑆2 2
𝐻0 : 𝜎1 2 = 𝜎2 2 1 𝑓 > 𝑓1−𝛼 (𝑣1,𝑣2)
𝑓1−𝛼 (𝑣1,𝑣2) =
𝐻1 : 𝜎1 2 > 𝜎2 2 𝑓𝛼 (𝑣1,𝑣2)
1
𝑓1−𝛼/2 (𝑣1,𝑣2) =
𝑓𝛼/2 (𝑣1,𝑣2)
𝐻0 : 𝜎1 2 = 𝜎2 2 𝑓 > 𝑓𝛼 (𝑣1,𝑣2)
𝐻1 : 𝜎1 2 < 𝜎2 2

Anda mungkin juga menyukai