Dukungan Atasan Dan Teman Sejawat Memeng 59c28d2f
Dukungan Atasan Dan Teman Sejawat Memeng 59c28d2f
*E-mail: tuti.afriani@gmail.com
Abstrak
Masalah utama yang dihadapi perawat di Indonesia adalah masalah kualitas sumber daya manusia. Sistem jenjang karir
merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi dukungan atasan dan teman sejawat ekspektasi perawat dalam penerapan jenjang karir di
rumah sakit. Desain penelitian menggunakan korelasi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 145
perawat di salah satu rumah sakit Kabupaten Bogor Jawa Barat dengan teknik simple random sampling. Data dianalisis
menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik berganda. Terdapat hubungan dukungan atasan (p= 0,000) dan
dukungan teman sejawat (p= 0,023) dengan ekpektasi perawat terhadap penerapan jenjang karir di rumah sakit. Dukungan
atasan (OR= 3,806) dan jenis kelamin (OR= 2,278) merupakan faktor yang paling dominan dengan ekspektasi perawat.
Penelitian ini merekomendasikan agar pimpinan rumah sakit mendukung sistem jenjang karir dan memotivasi perawat
meningkatkan kompetensi melalui sistem jenjang karir sehingga ekspektasi perawat meningkat terhadap manfaat dari
sistem ini.
Kata kunci: dukungan atasan, dukungan teman sejawat, ekspektasi, jenjang karir perawat.
Abstract
Leader and Peer Support Influence Nurses’ Expectations of The Career Ladder System Implementation. The main
problem faced by nurses in Indonesia is a nursing quality. Nursing Clinical Ladder System (CLS) is one way to improve
the quality of nurses in providing nursing care. This study is aimed to identify superiors and peers support affecting
nurses’ expectations towards the implementation of nursing clinical ladder system. This research is using Cross Sectional
descriptive correlation and simple random sampling technique, and has involved 145 nurses at one hospital in Kabupaten
Bogor Jawa Barat. Data were analyzed by Chi-Square test and multiple logistic regression. There is found a significant
relationships between leader’s support (p= 0.000) and colleagues’ support (p= 0.023) and the nurses' expectations
towards the implementation of CLS. The leader support (OR= 3.806) and the gender factor (OR= 2.278) are the dominant
factors of nurses’ expectation. It is recommended that hospital leaders support CLS and motivate nurses to improve their
competence through this system so that CLP will increase the nurses’ expectation to the benefits of CLS.
Keywords: superiors support, peers support, expectation, nursing clinical ladder system
Ekspektasi
Variabel Rendah Tinggi Total p OR (CI 95%)
n % n %
Umur
a. < 30 tahun 31 58,5 22 41,5 53 0,130 1,331
b. 30–40 tahun 43 51,6 40 48,4 83 (0,7;2,6)
c. > 40 tahun 2 22,2 7 77,8 9 4,932
(0,9;26,0)
Lama Kerja
a. < 9 Tahun 41 53,2 36 46,8 77 0,831 1,074
b. > 9 Tahun 53 51,5 33 48,5 68 (0,5;2,1)
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 26 63,4 15 36,6 41 0,096 1,872
b. Perempuan 50 48,1 54 51,9 104 (0,8;3,9)
Tingkat Pendidikan
a. D3 Keperawatan 49 49,0 51 51,0 100 0,220 0,641
b. S1 Keperawatan/Ners 27 60,0 18 40,0 45 (0,3;1,3)
Status Kepegawaian
a. PNS 43 55,8 34 42,2 77 0,379 1,341
b. Non PNS 33 48,5 35 51,5 68 (0,7;2,9)
Pengetahuan tentang JK
a. Rendah 47 56,5 36 43,4 83 0,240 1,486
b. Tinggi 29 46,8 33 53,2 62 (0,8;2,9)
cenderung lebih telaten dan sabar dalam men- jang karir belum menyeluruh kepada semua
jalani proses jenjang karir dibanding laki-laki perawat terutama kepada perawat pelaksana
dalam melakukan proses pada tiap tahap pe- sehingga perlu adanya sosialisasi kepada semua
nerapan jenjang karir. perawat untuk meningkatkan ekspektasi pera-
wat terhadap sistem jenjang karir. Hal ini masih
Hasil penelitian mendapatkan tidak ada hu- kurangnya pengajaran tentang jenjang karir
bungan bermakna antara tingkat pendidikan yang didapatkan pada institusi pendidikan, pe-
dengan tinggi rendahnya ekspektasi perawat ter- rawat lebih banyak mendapatkan pengetahuan
hadap penerapan jenjang karir. Mangkunegara tentang jenjang karir secara detil dari workshop
(2009) bahwa individu dengan pendidikan ting- dan pelatihan.
gi mampu berpikir kritis, luas dan memiliki
inisiatif serta kreatifitas yang tinggi sehingga Ekspektasi paling rendah mayoritas perawat
dapat menemukan solusi atas permasalahan yang dari penelitian ini adalah perawat PK 0 yaitu
ada. Penelitian Hasanuddin dan Kadir (2013) perawat yang bekerja di atas 1 tahun dan sudah
menyatakan ada hubungan antara faktor pen- menyelesaikan masa orientasi, namun belum
didikan dan pelatihan dengan upaya pengem- kenaikan jenjang untuk ditempatkan pada jen-
bangan karir. jang PK I. Penelitian yang dilakukan oleh Ari
dan Insook (2013) menyatakan bahwa perawat
Bila dihubungkan antara lama kerja dengan spesialis 2 (Expert) memiliki persepsi yang
tingkat pendidikan didapatkan bahwa sebagian lebih baik terhadap jenjang karir daripada pe-
besar perawat Ners bekerja masih dibawah 10 rawat spesialis 1 (Competent/Proficient), pera-
tahun artinya perawat tersebut masih menem- wat generalis (Novice/Advance Beginner), dan
pati posisi perawat pelaksana. Sosialisasi jen- perawat baru (New Nurse).
Ekspektasi
Variabel Rendah Tinggi 𝑿𝟐 p
N (%) N (%)
Faktor Pendukung
Dukungan RS 2,316 0,088
Kurang 47(58,0) 34(42,0)
Baik 29(45,3) 35(54,7)
Dukungan Atasan 12,347 0,000*
Kurang 56(64,4) 31(35,6)
Baik 20(34,5) 38(65,5)
Dukungan Teman 4,701 0,023*
Kurang 54(59,3) 37(40,7)
Baik 22(40,7) 32(59,3)
Variabel B SE p OR
Jenis Kelamin 0,824 0,406 0,043 2,278
Posisi dalam pekerjaan mendapatkan hasil Rendahnya pengetahuan perawat menjadi ham-
bahwa ketua tim memiliki ekspektasi terhadap batan untuk mengikuti program jenjang karir.
penerapan jenjang karir lebih tinggi dari pe- Carryer, Russell, dan Budge (2007) menekan-
rawat pelaksana Penelitian Han dan Kim (2014) kan perlunya peningkatan pengetahuan dan
menyatakan bahwa ekspektasi paling tinggi memberikan pendidikan tentang sistem jenjang
adalah pada ketua tim, dimana ekspektasi ter- karir, sehingga perawat cenderung mengem-
hadap jenjang karir yang terdiri dari ekspektasi bangkan perilaku yang positif bila perawat
terhadap imbalan, profesionalisme, penampilan lebih tahu tentang program ini
kerja, dan otonomi.
Donley dan Flaherty (2008) menyampaikan
Perawat PNS memiliki ekspektasi yang lebih bahwa untuk mencapai keberhasilan program
rendah dibandingkan perawat non PNS. Me- jenjang karir perlu adanya sistem pendukung
nurut Gatot dan Adisasmito (2005) karyawan yang membantu perawat memahami jenjang
PNS lebih memiliki ketenangan dengan sta- karir ini. Sistem pendukung yang disediakan
tusnya, perawat PNS mengerti peluang pen- baik melalui pelatihan, kedekatan perawat
gembangan karir dan cukup tenang dengan mentor melalui konsultasi personal dan melalui
jaminan hari tuanya. Sebaliknya hal ini tidak perbaikan sistem jenjang karir secara terus
dialami oleh pegawai yang berstatus non PNS. menerus.
Sistem pengembangan karir dalam konteks
sistem penghargaan perawat sudah dikembang- Burket, Felmlee, Greider, Hippensteel, Rohrer,
kan untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dan Shay (2010) dalam penelitian menemukan
tertuang dalam SK Menpan No.94/Kep/M.PAN keberhasilan jenjang karir tergantung dari
/11/2001 tentang jabatan fungsional perawat banyak faktor terdiri dari dukungan dari pim-
termasuk angka kreditnya, namun bagi tenaga pinan keperawatan, dukungan manejer kepera-
Non PNS tidak ada aturan mengenai kenaikan watan, antusias staff perawat dan dedikasi dari
pangkat atau jabatan. anggota komite. Program jenjang karir dapat
bertahan kuncinya adalah mengikuti siklus pem-
Menurut peneliti dengan adanya program jen- belajaran yaitu mengidentifikasi tujuan, per-
jang karir perawat non PNS memiliki peluang ubahan rencana, melakukan aksi dan proses
untuk naik jabatan tanpa melihat status ke- evaluasi.
pegawaian. Perawat dengan dedikasi dan kineja
yang baik melalui jenjang karir akan mendapat Hasil penelitian menunjukkan masih rendahnya
promosi untuk menjadi ketua tim atau kepala dukungan terhadap penerapan jenjang karir di
ruangan. Ekspektasi perawat non PNS terhadap rumah sakit. Hal ini bisa dipahami karena rumah
jenjang karir meningkat dengan alasan tersebut sakit baru memulai pelaksanaan jenjang karir
diatas. pada tahun 2014 lalu.
Nelson dan Cook (2008) menyatakan bahwa Menurut peneliti, hasil penelitian yang di-
motivasi untuk mengikuti jenjang karir ber- dapatkan sesuai dengan kondisi riil dilapangan.
hubungan dengan pengetahuan tentang jenjang Organisasi rumah sakit belum terlihat komit-
karir dan persepsi partisipan terhadap jenjang men dan upaya dalam penerapan jenjang karir.
karir. Penelitian ini menemukan bahwa tidak Tim jenjang karir yang sudah dibentuk belum
ada hubungan antara pengetahuan dengan eks- melakukan kegiatan untuk memulai penerapan
pekasi perawat terhadap penerapan jenjang jenjang karir. Kurangnya koordinasi dan kola-
karir hal ini disebabkan sosialisasi jenjang karir borasi antara pimpinan, bidang keperawatan
di RS X di Kabupaten Bogor baru berjalan se- dan komite keperawatan dengan tim jenjang
bagian, belum seluruh perawat terpapar dengan karir juga menjadi hambatan. Prinsip pengem-
sistem jenjang karir. bangan karir perawat menyatakan perlu adanya
Afriani, et al., Dukungan Atasan dan Teman Sejawat Memengaruhi Ekspektasi Perawat 81
komitmen yang tinggi dari pimpinan untuk berdasarkan kompetensi perawat. Perawat ber-
pengembangan karir perawat (Depkes, 2008). asumsi dengan adanya jenjang karir dapat di-
beri kewenangan dan otoritas dalam bertindak
Dukungan atasan dan dukungan teman sejawat sesuai dengan level jenjang karir perawat.
dinilai cukup baik dalam meningkatkan eks-
pektasi perawat terhadap penerapan jenjang Jenjang karir memberikan ukuran yang objektif
karir. Penelitian mengindikasikan bahwa du- untuk mencapai otonomi dan pertumbuhan pro-
kungan atasan lebih berpengaruh dibandingkan fesional (Buchan, 1999; Cote & Burwell, 2007;
dukungan organisasi (Eisenberger, et al., 1986). Jennings, et al., 2009). Penelitian di atas juga
Penelitian Kopp dan Stachowski (2013) juga menyampaikan bahwa sistem jenjang karir
menemukan dukungan atasan lebih berpenga- memberikan dampak yang positif tidak hanya
ruh dibanding dukungan dari teman sejawat. pertumbuhan profesional namun juga otonomi
dalam praktik keperawatan dan memberikan
Ekspektasi perawat terhadap penerapan jenjang kepuasan dalam bekerja
karir masih rendah yaitu 52,2%. Menurut pe-
neliti kurangnya ekspektasi perawat terhadap Komponen kedua hasil penelitian ini adalah
penerapan jenjang karir disebabkan belum ada- ekspektasi perawat terhadap penerapan jenjang
nya tindak lanjut dan tindakan konkrit dari karir yaitu penampilan kerja. Penampilan kerja
manajemen rumah sakit untuk mewujudkan (work performance) adalah pencapaian kualitas
program jenjang karir ini. Pelaksanaan peme- dan kuantitas seorang perawat dalam melak-
taan yang sudah dilakukan belum secara resmi sanakan tugas sesuai tanggung jawab (Hariyati,
mendapat pengakuan dari pimpinan rumah 2014). Perawat mempunyai persepsi bahwa
sakit sehingga belum terlihat dampaknya baik penilaian kinerja penting untuk menempatkan
secara fisik berupa perbedaan remunerasi tiap perawat sesuai dengan level jenjang karir dan
level maupun secara non fisik misalnya se- pemberian remunerasi berbasis kinerja.
mangat untuk meningkatkan karir melalui pen-
didikan yang berkelanjutan. Pembentukan tim Komponen ketiga ekspektasi perawat terhadap
jenjang karir juga sudah dibuat namun sampai imbalan finansial. Robbin dan Judge (2013)
saat ini belum ada karya nyata dari tim jenjang menyatakan bahwa uang dapat memotivasi se-
karir tersebut. seorang dalam bekerja. Agar uang dapat me-
motivasi Pekerja harus memenuhi beberapa
Penelitian ini menemukan bahwa ekpektasi kondisi sebagaimana disampaikan teori Vroom
perawat dari persentase tertinggi ke yang ren- (1995) tentang teori ekspektasi yang terdiri dari
dah meliputi ekspektasi terhadap otonomi, pe- tiga elemen yaitu, pertama expectancy yaitu
nampilan kerja, imbalan finansial, manajemen, kepercayaan seseorang bahwa sesuatu yang
pengembangan profesional dan kolaborasi. Ber- didapat sesuai dengan keinginan atau harapan-
beda dengan penelitian yang dilakukan oleh nya, dalam hal ini perawat masih menganggap
Han dan Kim (2014) yang menyatakan ekspek- balasan finansial merupakan hal yang penting
tasi perawat tertinggi terhadap kolaborasi, im- dan diinginkan saat ini. Kedua instrumentality
balan finansial, pengembangan profesional, pe- uang dipersepsikan sebagai ganjaran dari apa
nampilan kerja, otonomi, dan manajemen. yang sudah dilakukan, perawat menganggap
bahwa insentif yang didapatkan tidak sesuai
Penelitian ekspektasi perawat paling tinggi ter- dengan beban kerja yang diberikan. Ketiga
hadap otonomi. Perawat mempunyai persepsi Valence, apakah nilai reward cukup bernilai
dengan adanya sistem jenjang karir meningkat- bagi individu.
kan kemandirian terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Perawat juga dapat memutus- Pada prinsipnya pemberian remunerasi harus
kan sendiri terhadap asuhan yang diberikan memenuhi prinsip keadilan dan memenuhi
82 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2, Juli 2017, hal 75-84
kejelasan atau keterbukaan. Bila remunerasi hasilan dan keberlangsungan sistem jenjang
sesuai dengan kebutuhan dan harapan perawat, karir tergantung dari banyak faktor, yaitu du-
maka remunerasi tersebut dapat meningkatkan kungan dari pimpinan keperawatan, antusias
minat dan motivasi dalam bekerja. staf, dan dedikasi dari anggota komite kepe-
rawatan serta komite jenjang karir. Anggota-
Komponen keempat dari ekspektasi perawat anggota yang terdiri dari perawat manajer,
terhadap jenjang karir dalam penelitian ini perawat pendidik, perawat ahli dan staf perawat
adalah pengembangan profesional. Menurut perlu berkolaborasi agar sistem ini terlaksana.
Cooper (2009) pengembangan profesional ada- (Burket, et al, 2010).
lah komitmen secara konstan untuk memelihara
level kemampuan perawat melalui jalur karir. Kesimpulan
Pengembangan profesional melalui jalur formal Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada
misalnya perawat D3 atau perawat vokasi me- hubungan antara karakteristik individu yang
lanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih meliputi umur, jenis kelamin, lama kerja, pen-
tinggi S1 dan S2 keperawatan atau perawat didikan, posisi dalam pekerjaan, penjenjangan
profesional. Pelatihan baik inhouse training hasil pemetaan dan status kepegawaian dengan
maupun pelatihan diluar juga diatur oleh diklat ekspektasi terhadap penerapan jenjang karir.
rumah sakit sehingga setiap perawat mem-
punyai hak yang sama untuk mendapatkan pe- Ekspektasi perawat dalam penerapan jenjang
latihan secara bergiliran. Informasi-informasi karir paling tinggi adalah ekspektasi terhadap
tentang jenjang karir baik tersedia di masing- otonomi diikuti oleh ekspektasi terhadap pe-
masing ruangan sehingga setiap perawat ter- nampilan kerja, imbalan finansial, pengem-
papar dengan jenjang karir ini. Kepala ruangan bangan profesional, manajemen, dan paling
beserta ketua tim hendaknya mengetahui ke- rendah ekspektasi terhadap kolaborasi.
butuhan masing-masing staf untuk peningkatan
karir mereka sehingga setiap perawat mendapat Dukungan atasan dan dukungan teman sejawat
kesempatan untuk mengikuti pelatihan baik mempunyai hubungan yang bermakna dengan
yang diadakan didalam maupun diluar rumah ekspektasi perawat. Ekspektasi perawat ter-
sakit. hadap penerapan jenjang karir di Rumah Sakit
X Kabupaten Bogor umumnya masih kurang
Komponen kelima ekspektasi perawat terhadap baik. Pengetahuan perawat terhadap jenjang
penerapan jenjang karir dari hasil penelitian ini karir tergolong kategori sedang, namun tidak
adalah manajemen. Penelitian Bjork, Hansen, ada hubungan bermakna antara pengetahuan
Samdal, Torstad, dan Hamilton (2007) me- dengan ekspektasi perawat terhadap penerapan
nemukan perawat dalam penelitian tersebut jenjang karir di rumah sakit.
kurang dorongan dan kedekatan antara peserta
jenjang karir dengan pimpinan keperawatan Faktor determinan yang paling berpengaruh
mengakibatkan rendahnya angka untuk berpar- terhadap ekspektasi terhadap implementasi jen-
tisipasi dalam sistem jenjang karir. Penelitian jang karir adalah dukungan atasan dan jenis
juga memperlihatkan pentingnya peran manajer kelamin. Semakin besar dukungan atasan akan
sebagai pendukung dan fasilitator dalam pe- meningkatkan ekspektasi perawat sebanyak
ngembangan profesional perawat (Reay, Golden- tiga kali dibandingkan perawat yang kurang
Biddle, & Germann, 2003). mendapat dukungan atasan.
Komponen keenam ekspektasi perawat ter- Keberhasilan program jenjang karir perlu ada-
hadap penerapan jenjang karir yang ditemukan nya komitmen yang kuat dari pimpinan untuk
pada penelitian ini adalah kolaborasi. Keber- melakukan langkah-langkah penerapan jenjang
Afriani, et al., Dukungan Atasan dan Teman Sejawat Memengaruhi Ekspektasi Perawat 83
karir. Pimpinan rumah sakit lebih dahulu me- Carryer, J., Russell, A., & Budge, C. (2007). Nurses'
ngesahkan penerapan sistem jenjang karir, understandings of the Professional Develop-
melakukan pemetaan perawat, membuat daftar ment Recognition Programme. Nursing
kompetensi tiap level jenjang karir, dan me- praxis in New Zealand Inc, 23 (2), 5–13.
lakukan sosialisasi kepada seluruh perawat di (PMID: 18293653).
rumah sakit. Koordinasi tim jenjang karir
Cooper, E. (2009). Creating a culture of pro-
dengan komite keperawatan dan pimpinan ru- fessional development: A milestone pathway
mah sakit juga perlu dilakukan secara intensif. tool for registered nurses. The Journal of
Apabila diperlukan rumah sakit dapat mela- Continuing Education in Nursing, 40 (11),
kukan studi banding membuat kesepakatan 501–508.
dengan institusi pendidikan atau rumah sakit
lain sebagai mitra bestari dalam pelaksanaan Cote, D.A., & Burwell, K.T. (2007). A revised
program jenjang karir di rumah sakit (MS, MK, nephrology nurses' clinical ladder. Nephrology
TN). Nursing Journal, 34 (2), 243.
Hariyati, R.T.S. (2014). Perencanaan, pengem- Nelson, M. J., & Cook, P.F (2008). Evaluation of
bangan dan utilisasi tenaga keperawatan. career ladder program in a ambulatory care
Jakarta: Rajawali Press. environment. Nursing economic, 26 (11),
353–360.
Hasanuddin, A., & Kadir, A. (2013). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan upaya pengem- Nelson, J., Sassaman, B., & Phillips, A. (2008).
bangan karir perawat di rumah sakit Career ladder program for registered nurses
Bhayangkara Mappa Oudang Makassar. in ambulatory care. Nursing economic, 26
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2 (1), 1– (6), 393–398.
8. ISSN: 2302-1721.
Reay, T., Golden‐Biddle, K., & Germann, K.
Kopp, L.R., & Stachowski, A. (2013). The effect of (2003). Challenges and leadership strategies
perceived supervisor support on employee for managers of nurse practitioners. Journal
work life balance, job satisfaction, organiza- of nursing management, 11 (6), 396–403.
tional commitment, and organizational
citizenship behavior (Unpublished, Master Robbins, S.P. & Judge, T.A. (2013). Organization
theses). University of Wincostin-Stout, behavior (15th Ed.). USA: Prentice Hall.
Menomonie.
Sitinjak, L. (2008). Pengaruh penerapan sistem
Jennings, K., Mutsch, K.S., & Schleman, J. (2009). jenjang karier terhadap kepuasan kerja
Factors contributing to decision to partici- perawat di RS PGI Â Cikini (Tesis, Tidak
pate or not participate in a clinal ladder dipublikasikan). Fakultas Ilmu Keperawatan
program. ProQuest Dissertations. Northern Universitas Indonesia, Jakarta.
Kentucky University. UMI Number:
1462240. Suroso, J., Hariyati, R.T.S., & Pujasari, H. (2011).
Hubungan persepsi tentang jenjang karir
Mangkunegara, P.A.A. (2009). Manajemen sumber dengan kepuasan kerja dan kinerja perawat
daya manusia (Cetakan kesembilan). RSUD Banyumas (Tesis, tidak dipublikasi-
Bandung: Remaja Rodakarya. kan). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Jakarta.
Mashudi, D., Hariyati, R.T.S., & Allenidekania
(2013). Pengaruh penerapan jenjang karir Vroom, V.H. (1995). Work and motivation (pp. 17–
perawat klinik terhadap kinerja dan kepuas- 27). San Francisco, CA: Jossey-Bass.
an kerja perawat pelaksana di instalasi rawat
inap B RSUP Fatmawati (Tesis, Tidak
dipublikasikan). Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Jakarta.