Anda di halaman 1dari 8

TURUQ AL-ISTINBAT AL-AHKAM ASPEK KEBAHASAAN

Kaidah-kaidah pengambilan hukum berdasarkan aspek kebahasaan

Kata turuk berasal dari bahasa Arab dalam bentuk jamak atau plural yang berarti jalan metode atau
cara. Sedangkan istinbath sebagaimana yang didefinisikan Ali Al fayumi (w.770H) seorang ahli
bahasa dan fiqh, yaitu “upaya menarik hukum dari Alquran dan Sunnah dengan jalan ijtihad”dengan
demikian truk al-istinbat bisa didefinisikan sebagai sebuah metode menetapkan hukum dengan jalan
istinbat.

Para ulama Ushul fiqih menciptakan kaidah-kaidah kebahasaan (ushuliyah) untuk memahami pesan
hukum yang terkandung baik dalam Alquran maupun sunnah sebagai berikut :

1.Amr

a. Pengertian Amr

Secara bahasa artinya perintah adapun menurut istilah Amar adalah suatu lafal yang didalamnya
menunjukkan tuntutan pekerjaan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dari orang yang derajatnya
lebih tinggi kepada orang yang derajatnya lebih rendah.

b. Bentuk-Bentuk Amar

Beberapa bentuk kamar yang dirumuskan oleh para ahli bahasa Arab sebagai lafal yang
menunjukkan perintah diantaranya adalah

1. Fi’il Amar atau kata perintah langsung

2. Fi’il mudore yang didahului oleh lam Amr

3. Lafal lafal yang berarti perintah

4. Isim fi’il Amar

5. Masdar pengganti fi’il

6. Kalam khobar bermakna insya

7. Lafaz Amara

Menurut sapiudin Siddiq pada hakekatnya a dalam bahasa Arab menunjukkan tuntutan yang tegas
akan tetapi dalam penggunaannya ternyata sering ditemukan amr tidak mengandung arti tuntutan
yang tegas seperti perintah untuk petunjuk memperingati dan doa maka amr disitu bersifat majaz.

Perintah pada asalnya menunjukkan arti wajib kecuali ada dalil yang memalingkannya.

Bentuk Amr disertai oleh Al karinah atau dalil yang menunjukkan bahwa Amr itu untuk arti selain
wajib maka amr itu disesuaikan dengan konteksnya dalam hal ini ulama merinci ada 15 macam
makna dalam lafadz Amar yaitu :
1. Amr mengandung arti ijab atau wajib

2. Amr mengandung arti nadb atau sunnah

3. Amr mengandung arti ibahah atau kebolehan

4.Amr mengandung arti Irsyad atau petunjuk

5.Amr mengandung arti tahdid atau ancaman

6. Amr mengandung arti adat

7. Amt mengandung arti indhar atau peringatan

8. Amr mengandung arti ikroman atau memuliakan

9.Amr mengandung arti taskhir atau penghinaan

10.Amr mengandung arti ta’jiz atau melemahkan

11.Amr mengandung arti taswiyyah atau menyamakan

12. Amr mengandung arti tamanni atau angan-angan

13.Amr mengandung arti dua atau berdoa

14.Amr mengandung arti Hana atau meremehkan

15.Amr mengandung arti itimas

c. Kaidah kaidah Amr

Ada beberapa kaidah yang berhubungan dengan amr di antara kaidah tersebut adalah sebagai
berikut

1. Pada dasarnya perintah itu menunjukkan kewajiban

Maksudnya adalah jika ada dalil baik dari ayat Alquran atau hadis yang menunjukkan perintah untuk
melakukan suatu perbuatan melakukan perbuatan tersebut merupakan wajib apabila yang
diperintahkan tersebut tidak mengerjakannya maka dia berdosa.

2. Perintah itu pada dasarnya tidak menghendaki pengulangan

Maksud kaidah ini adalah bahwa suatu perintah itu apabila sudah dilakukan tidak perlu diulang
kembali contohnya adalah kewajiban mengerjakan ibadah haji hanya diwajibkan sekali dalam
seumur hidup kaidah ini tidak dapat digunakan dalam semua persoalan artinya kaidah ini tidak dapat
berdiri sendiri ada illat sifat atau syarat maka amal tersebut harus dilakukan berdasarkan kepada illat
sifat atau syarat adapun kaidah yang berkaitan dengan ketentuan tersebut adalah “hukum itu
berlaku berdasarkan ada atau tidaknya illat”
Contohnya adalah perintah Allah untuk mendera laki-laki dan perempuan yang terbukti berzina
hukum telah dilakukan berulang-ulang kali setiap kali manusia tersebut melakukan perzinaan
pemerintah daerah tersebut disesuaikan sebabnya yaitu perzinaan.

3. Perintah itu pada dasarnya tidak menunjukkan kepada kesegeraan

Maksud dari kaidah ini adalah sesungguhnya perintah akan sesuatu hal itu tidak harus dilakukan
secara segera karena itu pelaksanaan sebuah perintah itu bukan terletak pada kesegarannya tetapi
berdasarkan kepada kesempurnaan dan kesiapan untuk melakukannya bukan dilihat dari
pengkhususan waktu melakukannya contohnya perintah untuk melakukan ibadah haji tidak harus
dilakukan secara langsung tetapi harus menunggu kemampuan dan kesiapan untuk melakukannya.

4. Perintah terhadap suatu perbuatan pemerintah juga terhadap medium yang menyampaikan
kepada perbuatan tersebut

Maksud kaidah ini adalah bahwa hukum media atau alat sama dengan hukum sesuatu yang
diperintahkan contoh orang diperintahkan untuk naik ke rumah lantai 2 untuk naik ke lantai dua
diperlukan adanya tangga keberadaan tangga sama hukumnya dengan naik ke rumah lantai 2 ini
berkaitan dengan kaidah lain yang berbunyi sesuatu yang menyempurnakan perbuatan wajib maka
ia tidak lain hanyalah wajib pula contohnya adalah salat lima waktu itu hukumnya wajib namun salat
tidak akan sempurna tanpa wudhu untuk itu hukum wudhu menjadi wajib.

5. Perintah sesudah larangan berarti gak boleh maksudnya adalah ketika permintaan akan
suatu hal itu datang namun sebelumnya ada larangan akan suatu tersebut contohnya adalah
perintah berburu setelah tahallul

“jika kamu telah menyelesaikan ibadah haji maka boleh berburu”.

2.Nahyi

a. Pengertian nahyi

Nahi menurut bahasa artinya mencegah melarang dan juga diartikan dengan lafadz Al aql yang
berarti Al nuhyah atau larangan.

Nahyi menurut istilah ialah meminta untuk meninggalkan sesuatu dari yang lebih tinggi derajatnya
kepada yang lebih rendah.

Wahbah Zuhaili mendefinisikan adalah perintah meninggalkan sesuatu perbuatan dari atasan
kepada bawahan.

Maksud dari definisi di atas adalah larangan yang harus ditaati yang datang dari atasan kepada
bawahan
b.Bentuk Bentuk Nahyi

1. Fi’il mudhari yang didahului lam nahyi

2. Fi’il mudhori yang didahului oleh lam nahyi dalam arti nahyi

3. Lafal-lafal yang mengandung larangan

Dalam masalah arti atau makna yang terkandung dalam suatu lafal nahyi para ahli Ushul fiqih
berbeda pendapat tetapi Al amidi merinci bahwa lafal nahi mempunyai 7 makna dalam hukum
yaitu :

1. Nahyi menunjukkan makna tahrim atau keharaman

2. Nahyi ini menunjukkan makna alkhabir atau makruh

3. Nahyi ini menunjukkan makna dua’ atau keharaman

4. Nahyi menunjukkan makna Irsyad atau petunjuk

5.nahyi menunjukkan makna taqbih atau menegur

6. Nahyi yg menunjukan makna taiss atau putus asa

7. Nahyi menunjukkan mana adanya akibat atau keharaman.

C.kaidah kaidah yang berhubungan dengan nahyi

1. Asal dari sebuah larangan itu adalah keharaman

2. Asal Nahyi itu akan mengakibatkan kerusakan secara mutlak

3. Pada asalnya nahyi itu menghendaki adanya pengulangan sepanjang masa secara mutlak

4. Larangan terhadap sesuatu itu berarti perintah kebalikannya

B. AM DAN KHAS

1. Am

a.pengertian Am

I’m secara bahasa berarti yang umum merata dan menyeluruh akan tetapi menurut istilah adalah
sebagaimana yang dikemukakan oleh abu Husain Al bisyri sebagaimana yang dikutip oleh
Muhammad Mustofa Al amidi ialah am adalah lafadz yang menunjukkan pengertian umum yang
mencakup satuan-satuan afrad yang ada dalam lafadz itu tanpa pembatasan jumlah tertentu
Menurut Al souqy mendefinisikan asam sebagai berikut ama adalah suatu lafadz yang dipergunakan
untuk menunjukkan suatu arti yang dapat terwujud pada satuan-satuan yang banyak tanpa terbatas.

B. Lafal lafal yang menunjukkan arti am atau umum

Berdasarkan hasil penelitian terhadap mufrodat dan ungkapan gaya bahasa dalam bahasa Arab
ditemukan bahwa lafal lafal yang bahasanya menunjukkan arti yang bersifat umum yang mencakup
semua satuan-satuan nya adalah sebagai berikut

1. Lafal ‫ كل‬dan ‫جميع‬

2. Lafal mufrod yang dimarifatkan oleh Al tarif jinsi

3. Lafal jamak yang dima’rifatkan dengan alif dan lam atau dengan idhofah

4. Isim maushul atau kata sambung

5. Isim istifham atau kata tanya

C.kaidah kaidah yang berkaitan dengan Am

1. Keumuman itu tidak menggambarkan suatu hukum

Sepeda ini dapat dipahami bahwa kalimat Am itu masih bersifat global masih bersifat umum dan
belum menunjukkan ketentuan hukum yang pasti dan jelas

2. Makna tersirat itu mempunyai bentuk umum

Maksud kaidah ini bahwa makna tersirat atau mafhum dari sebuah kalimat masih menyimpan arti
bersifat umum belum pasti dan jelas

3. Orang yang memerintah sesuatu maka ia termasuk di dalam perintah tersebut

Kaidah ini dipahami bahwa hukum tidak hanya berlaku kepada bawahan atau orang yang
diperintahkan tetapi juga berlaku kepada orang yang memerintahkannya kecuali itu dalam hal ini
yang memerintah itu adalah Allah hukum itu tidak berlaku bagi Allah

4. Pelajaran diambil didasarkan keumuman lafadz bukan karena kekhususan sebab


2.Khas

a.pengertian khas

Secara bahasa khas berarti tertentu secara istilah khas adalah lafal yang dipakai untuk satu arti yang
sudah diketahui kemandiriannya.

Sementara Abdul Wahab khalaf mendefinisikan khas dengan redaksi yang berbeda yaitu khas adalah
tiap-tiap lafal yang dipakai untuk arti satu Yang tersendiri dan terhindar dari arti yang lain yang
musytarak.

Berdasarkan 2 definisi yang dijelaskan diatas dapat dipahami bahwa lafal hadis adalah lafal yang
dalalahnya hanya untuk satu yang tertentu seperti menunjukkan perorangan seperti Ibrahim atau
menunjukkan satu jenis laki-laki atau menunjukkan bilangan seperti 11/12 sebuah kota sekumpulan
dan sekelompok.

Dalam Alquran dan hadis banyak yang terdapat lafal lafal yang menunjukkan makna umum atau am
begitupun juga lafal khas yang terbentuk dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu lafal

1. berbentuk mutlak 2.berbentuk khas

3.berbentuk amr dan 4. Berbentuk nahyi

1. Lafal khas berbentuk mutlak yaitu lafal hadis yang tidak ditentukan dengan sesuatu

Maksudnya adalah apabila ada Nash itu terdapat lafal yang menunjukkan makna khas lafal tersebut
harus diartikan sesuai dengan arti hakiki selama tidak terdapat dalil yang mengalirkan dari makna
hakiki kemana lain

2. Lafal khas terbentuk khas atau muqayyad yaitu lafal yang ditentukan dengan sesuatu

Apabila lafal khas yang mutlak itu dalamnya selain ditemukan dan diterangkan secara mukayat
sedangkan pokok pembicaraan dan sebab-sebabnya sama semua hukumnya harus ikut sama

3. Lafal khas berbentuk amr

Artinya jika lafal khas itu berbentuk Amr atau berbentuk kata yang mengandung arti amr atau khaba
rukhsah hukumnya adalah wajib
4. Lafal khas berbentuk nahyi

Maksudnya adalah jika lafal dibawakan dalam bentuk lafal khas atau mengandung arti nahyi hukum
yang terkandung di dalamnya adalah haram.

b. Kebolehan mentakhsis atau mengkususkan lafal yang umum

Para ulama sepakat bahwa mengkhususkan lafal yang umum itu boleh pada dasarnya semua ayat-
ayat Alquran mengandung kebolehan baik berupa muttashil ataupun munfashil sebagaimana ulama
merumuskan bahwa hanya ada 5 ayat yang tidak memerlukan pengkhususan yaitu

1. Masalah kesempurnaan dan keagungan Allah

2. Keharaman menikahi ibu baik karena nasab atau persusuan

3. Setiap individu pasti mengalami kematian

4. Allah selalu menanggung rezeki makhluk hidup

5. kalau yang memiliki apa yang ada di langit dan di bumi

C.macam macam takhsis

Pengkhususan dalam istilah ilmu usul fiqih terbagi ke dalam dua bagian yaitu

1.takhsis muttasil

2.takhsis mungfasil

1.takhsis muttasil

Yaitu takhsis yang tidak bisa berdiri sendiri tetapi pengertiannya selalu berhubungan dengan dalil

Bentuk-bentuk takhsis muttasil di antaranya adalah

1. Syarat contohnya bolehnya suami rujuk dengan istrinya jika ia menghendaki kebaikan

2. Sifat contohnya seruan memerdekakan budak yang mukmin bagi orang yang membunuh orang
mukmin yang tidak disengaja

3. Ghayah yaitu lafal yang menunjukkan maksud terakhir contohnya membasuh tangan dalam
berwudhu sampai siku
4.badal Badu min kull yaitu pengganti dari sebagian contohnya kewajiban haji bagi orang-orang yang
mampu melakukan perjalanan.

2. Takhsis mungfasil

Yaitu takhsis yang bisa berdiri dengan sendiri ketentuan takhsis munfasil adalah sebagai berikut

1. Alquran dapat diwujudkan dengan Alquran contohnya batas iddah wanita yang dicerai suaminya
selama tiga kali suci atau haid

2. Alquran di khusus kan dengan sunnah contohnya masalah waris anak laki-laki mendapatkan 2
bagian dari bagian perempuan

3. As-sunnah dapat ditakhsiis dengan Alquran contohnya bahwa tidak sah salat seseorang kecuali
dengan wudhu

4. Sunnah di takhsis dengan sunah contohnya adalah hadits yang memerintahkan zakat hasil tani
10% jika dibantu dengan air hujan

5. Alquran atau hadits takhsis oleh qiyas contohnya adalah hukum darah bagi pelaku zina dengan
durasi 100 kali

6. Mentakhsis Alquran dengan ijma’

Anda mungkin juga menyukai