Anda di halaman 1dari 13

BENTUK DAN LAPORAN

AUDIT INVESTIGASI

A. Bentuk Format Laporan Audit

1. Pedoman Penyusunan Laporan Audit

Format pelaporan sangat bervariasi, beberapa

organisasi pengawasan yang memiliki satuan

unit investigasi, khususnya di sektor


pemerintahan, memiliki pedoman penyusunan
laporan hasil audit investigatif yang bersifat
baku sehingga informasi kasus dapat disajikan
secara konsisten. Apapun format yang
digunakan, suatu laporan umumnya terdiri dari
memorandum, dokumen-dokumen, lampiran,
indeks, halaman judul dan surat pengantar.
Agar dapat memenuhi tujuannya, maka perlu
diadakan pengaturan penyusunan laporan hasil
audit investigasi. Jika dari audit investigasi
dijumpai adanya penyimpangan-penyimpangan
yang memerlukan tindak lanjut laporan dibuat
dalam bentuk bab. Namun jika tidak dijumpai
adanya unsur-unsur tersebut maka cukup
diterbitkan surat yang menjelaskan tidak adanya
tindak pidana korupsi pada kasus yang diaudit.

2. Outline Laporan Hasil Udit Investigasi

Bab I : Simpulan dan Saran


Bab II : Umum, berisi:
1. Dasar Audit
2. Audit
3. dan Ruang Lingkup Audit
4. Umum
Bab III : Uraian Hasil Audit Investigatif, yang memuat:
1. Dasar Hukum Auditee
2. Temuan Hasil Audit
a. Sistem Pengendalian Intern
b. Materi Temuan
 Jenis penyimpangan
 Modus operandi penyimpangan
 Dampak penyimpangan
 Sebab Penyimpangan
 Unsur kerja sama
 Pihak yang diduga terlibat
c. Tindak lanjut
3. Rekomendasi
4. Lampiran
3. Penjelasan Outline Laporan Hasil Audit

Investigasi

BAB I : Simpulan dan Rekomendasi

Bab ini memuat secara ringkas dan


jelas penyimpangan yang terjadi, saran berupa
langkah-langkah perbaikan dan atau tindak
lanjut yang perlu dilakukan oleh pejabat yang
berwenang/ pejabat atasan obyek yang diaudit.
Materi yang diuraikan oleh bab ini tidak boleh
menyimpang dari materi yang diuraikan dalam
Bab II.

BAB II : Umum

1.Dasar Audit
Menjelaskan tentang dasar atau alasan dilakukan audit. Misalnya,
karena adanya surat pengaduan masyarakat atau bukti awal yang
diperoleh dari hasil audit sebelumnya (audit operasional, audit
keuangan) sehingga perlu pendalaman melalui audit investigasi.
2.Sasaran dan Ruang Lingkup Audit Investigasi
Menguraikan masalah pokok yang menjadi sasaran dan ruang
lingkup audit, misalnya masalah ganti rugi tanah, pengadaan
barang, pemborongan pekerjaan, penyalah- gunaan fasilitas negara,
dan lain-lain dengan menyebutkan periode yang diperiksa, masa
audit dan jangka waktu audit
3.Data umum yang memuat informasi mengenai :
• Nama obyek yang diperiksa
• Dasar Hukum Obyek yang Diperiksa
• Kementerian atau Lembaga Non Departemen, BUMN/D
• Alamat obyek yang diperiksa
• Organisasi obyek yang
diperiksa

BAB III : Uraian Hasil Audit Investigasi

1. Dasar Hukum Auditee


Memuat ketentuan atau peraturan yang melandasi kegiatan yang
diaudit. Pada contoh kasus di atas, yang perlu disajikan
adalah Surat Perjanjian antara pihak proyek dengan kontraktor
pelaksana maupun konsultan pengawas yang merupakan dasar
hukum atau landasan kegiatan pencetakan sawah. Selanjutnya
perlu pula diungkapkan hal-hal penting yang dimuat dalam
Surat Perjanjian sehingga dapat secara jelas diketahui
kewajiban masing-masing penandatangan Surat Perjanjian.
2. Temuan Hasil Audit Investigatif memuat uraian
sebagai berikut :
a) Sistem pengendalian intern kegiatan yang diaudit.
Memuat kelemahan-kelemahan prosedural dan sistem
yang memungkinkan terjadinya tindak penyimpangan
oleh pejabat obyek yang diperiksa termasuk kelemahan
ketentuan-ketentuan intern dari obyek yang diperiksa.
b) Materi temuan yang memuat uraian sebagai berikut :
1) Jenis penyimpangan
Memuat uraian tentang penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi yang merupakan
ketidak-taatan kepada prosedur, peraturan, maupun
perundang-undangan yang terkait atas suatu
tindakan.
2) Modus Operandi Penyimpangan
Berisikan uraian kronologis kejadian
penyimpangan yang mengarah pada tindak pidana
korupsi yang merugikan keuangan negara. Dalam
uraian ini
diungkap secara bersamaan kenyataan yang
sebenarnya terjadi dengan ketentuan yang
seharusnya ditaati.
3) Dampak penyimpangan memuat uraian-uraian
mengenai Kerugian keuangan negara yang
ditimbulkan oleh adanya penyimpangan, yang
diungkapkan dalam nilai uang dirinci pertahun
kejadian. Apabila kerugian keuangan negarabelum
dapat ditetapkan besarnya secara pasti (adanya
faktor ker ugian bunga atau denda)
pengungkapannya agar menggunakan kata- kata
“sekurang-kurangnya”. Dalam hal ini harus juga
diungkapkan dampaklainnya, misalnya :
 Tidak tercapainya program pemerintah
 Kerugian perekonomian negara.
4) Sebab Penyimpangan
Sebab penyimpangan merupakan uraian
mengenai fakta yang mendorong timbulnya tindak
pidana korupsi, yang merupakan upaya yang
disengaja atau berupa kelalaian dari pihak
pelaksana dan tidak adanya pengendalian dari
manajemen.
5) Unsur kerja sama menguraikan secara jelas
tindakan-tindakan pihak yang diduga terlibat,
sehingga memberikan gambaran adanya kerja
sama pihak-pihak yang bersangkutan. Kerja
sama tersebut dapat berupa pemberian fasilitas,
informasi data, atau bentuk kemudahan lainnya
yang berakibat adanya kerugian negara.
6) Pihak-pihak yang diduga terlibat memuat
uraian tentang :
 Nama, NIP/NIK/NPP/NRP, Pangkat, Jabatan
bagi pejabat/pegawai yang diduga terlibat
dalam kasus yang bersangkutan.

 Nama dan kedudukan pihak ketiga lainnya


yang diduga terlibat.
 Apabila mungkin, nilai kerugian
keuangan negara yang menjadi
tanggung jawab masing-masing yang
diduga terlibat.
 Peranan atau porsi kesalahan masing-masing
yang diduga terlibat.
 Pengungkapan yang terlalu panjang, dapat
dimuat dalam suatu daftar yang merupakan
lampiran LHP dengan mencantumkan nomor
lampirannya.
c). tentang langkah- langkah perbaikan atau pengamanan yang
telah dilaksanakan oleh obyek yang bersangkutan atau
instansi yang berwenang.
3. Rekomendasi memuat uraian mengenai saran
tindakan yang perlu dilakukan sehubungan dengan
kelemahan-kelemahan yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan.
4. Lampiran-lampiran yang diperlukan terutama :

a) Berita Acara Permintaan Keterangan


b) Surat Pernyataan Kesanggupan
c) Flow Chart Modus Operandi
d) Risalah Rapat dan atau Surat Kesepakatan dengan Pihak
Penegak Hukum.

B. Laporan Audit Investigasi

Tahap terakhir dalam proses audit investigatii adalah menyampaikan hasil


audit kepada instansi yang terkait. Tahap ini sama pentingnya dengan
tahapan audit lainnya, dimana fokus, metode dan pelaksanaan audit
diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna laporan.
Penanganan kasus yang berindikasi tindak pidana korupsi, tidak selesai
sampai di unit pengawasan saja, namun harus diteruskan dengan proses
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan yang dalam hal ini dilakukan oleh
lembaga penegakan hukum. Laporan audit investigasi bersifat rahasia
menghasilkan kesimpulan yang mana akan disampaikan kepada penegak
hukum sebagai proses penyidikan dan dilanjutkan pembuktian di
pengadilan. Audit investigasi mengungkap dan menjelaskan 6W+1H
berdasarkan sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tahapan dan tehnik audit investigasi dilakukan secara cermat untuk
mengungkap kecurangan yang terjadi.

Laporan hasil audit investigatii harus disampaikan kepada pihak-pihak


yang berkepentingan guna keperluan :

1. Dalam rangka kerjasama antara unit pengawasan internal dengan


lembaga penegak hukum untuk menindak- lanjuti adanya indikasi tindak
pidana korupsi. Dengan demikian laporan hasil audit investigatif
harus mudah dipahami oleh penggunanya, dalam hal ini para staf
lembaga penegakan hukum yang terkait.
2. Memudahkan pejabat yang berwenang dan atau pejabat obyek yang
diperiksa dalam mengambil tindakan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Laporan tersebut disampaikan, tergantung dari materi hasil audit. Apabila


dari hasil audit ditemukan penyimpangan yang mengandung unsur-unsur
tindak pidana korupsi atau perdata, laporan disampaikan kepada :
1. Penyidik (kejaksaaan/kepolisian) yang akan digunakan sebagai
informasi/bahan penanganan lebih lanjut.
2. Atasan langsung dari pejabat organisasi/ entitas yang diaudit atau
pejabat yang berwenang yang akan menindak-lanjuti
rekomendasi
yang tercantum dalam laporan.

Apabila dari hasil audit ditemukan penyimpangan yang memerlukan


tindak lanjut, tetapi tidak memenuhi unsur TPK/Kasus Perdata, maka
Laporan Hasil Fraud Audit tidak perlu disampaikan ke
Kejaksaan/Kepolisian atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Lembaga pengawasan internal pada umumnya telah menyepakati


kerja sama dengan Kejaksaan Agung, Kepolisian maupun KPK dalam hal
menindak-lanjuti kasus- kasus yang Korups, Kolusi dan Nepotisme.
Kerjasama tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh
para auditor investigatif di lingkungan lembaga pengawasan internal.
Menyampaikan hasil audit investigatif merupakan bagian dari tahapan
dalam rangkaian kegiatan audit. Selain itu, seorang auditor investigatif
dapat pula didengar keterangannya di pengadilan sebagai seorang ahli.

C. Contoh Kasus Hasil Audit Investigasi


1. Contoh Kasus Bobolnya Dana PT. Elnusa
a) Kasus :
PT. Elnusa Tbk, telah mendepositokan dananya sebesar Rp.
161 milliar pada tanggal 7 September 2009 di Bank Mega KCP
Bekasi, Jababeka. Dana tersebut, menurut deposito berjangka tidak
seperti yang diklaim oleh pihak Bank Mega yaitu deposito on call.
Dirut PT. Elnusa menjelaskan dana senilai RP. 161 milliar
itu terbagi kedalam lima advis deposito berjangka waktu 1-3
bulan. Rincian kelima advis tersebut ialah; Rp. 50 milliar
berjangka waktu 91 hari pada tanggal 7 September 2009, dengan
bunga 7,75%. Pada tangal 29 September 2009 sebesar Rp.
50milliar untuk jangka waktu 91 hari dan bunga 7,75%. Pada
tanggal 14 April 2010 sebesar Rp. 11milliar dengan jangka waktu
30hari dan bunga 7%. Dan terakhir pada tanggal 16 Juli 2010
sebesar Rp. 10 milliar berjangka waktu 94 hari dengan bunga 7%.
Pada tanggal 19 April 2011, pihak Elnusa mendatang Bank
Mega untuk mencairkan deposito tersebut. Namun pihak bank
mengatakan bahwa dana tersebut sudah tidak ada karena telah
dicairkan. Pihak Elnusa mengaku bahwa, pihaknya hanya pernah
mencairkan dana deposito satu kali sebesar Rp. 50milliar pada
tanggal 5 Maret 2010. Seharusnya dana deposito yang masih
tersisa adalah Rp. 111 milliar.
b) Audit forensik dengan 5W2H :
• Apa jenis fraud yang telah dilakukan ?
Dalam kasus PT. Elnusa dicurigai terjadi pembobolan dana
deposito yang di simpan di Bank Mega KCP Bekasi, Jababeka.
• Mengapa bisa dicurigai terjadinya fraud?
Dana deposito PT Elnusa yang disimpan di Bank Mega telah
raib. Pihak Elnusa mendatangi Bank Mega untuk mencairkan
dana deposito, tetapi pihak Bank menginformasikan bahwa dana
tersebut suda tidak ada karena telah dicairkan.
• Kapan diketahui terjadinya fraud ?
Diduga terjadinya fraud ketika pihak kepolisian
menginformasikan bahwa dana deposito PT. Elnusa yang
disimpan di Bank Mega KCP Bekasi, Jababeka bermasalah.
Kemudian pihak bank menginformasikan dana sebesar Rp. 111
milliar telah dicairkan.
• Dimana dicurigai terjadinya fraud?
Fraud dicurigai terjadi pada dana deposito PT. Elnusa sebesar
Rp. 111milliar yang telah raib yang disimpan di Bank Mega.
• Siapa yang diduga menjadi pelaku fraud?
Pihak-pihak yang diduga terlibat dalam kasus ini adalah Direktur
Keuangan PT. Elnusa, Kepala Cabang Bank Mega Jababeka,
Direksi PT. Discovery, Komisaris PT. Har, dan staf dari PT. Har.
• Bagaimana fraud tersebut dilakukan ?
Adanya pembobolan dana deposito PT. Elnusa oleh sindikat yang
didalamnya melibatkan direktur keuangan Elnusa. Tindakan ini
dilakukan secara berkolaborasi dengan beberapa pihak terkait,
dan Bank Mega digunakan sebagai lembaga tempat untuk
bertransaksi. Modus tindakan ini menggunakan dana perusahaan
untuk kepentingan pribadi dengan menginvestasikannya di pihak
ketiga yang bergerak dibidang pengelolaan investasi.
• Berapa banyak jumlah yang telah raib ?
Jumlah dana deposito yang telah hilang adalah sebesar Rp.
111milliar. Dana tersebut merupakan sisa dari simpanan dana
Elnusa yang semula ditempatkan sebesar Rp. 161milliar, yang
dilakukan secara bertahap pada tanggal 7 September 2009- 16
Juli 2010. Dan pada tanggal 5 Maret 2010, PT. Elnusa hanya
pernah mencairkan satu kali dananya sebesar Rp. 50milliar dari
dana yang tersimpan sebanyak Rp. 161milliar.
c) Alat bukti :
 Ditemukannya barang bukti senilai total Rp. 11milliar,
barang bukti tersebut berupa 6 unit mobil mewah, lima unit
sepeda kayuh, dan uang tunai senilai Rp. 2 milliar dan US
$34.400.
 Terdapat 28 rekening yang diduga sebagai penampung
dana hasil pembobolan deposito Elnusa.
 Terdapat tujuh rekening yang terdiri dari empat rekening
atas nama perseorangan dan tiga rekening atas nama
perusahaan.
 Terdapat tiga saksi yang berasal dari tiga perusahaan
penanam investasi yang berbeda dan terdaftar pada Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi dan 10 orang
saksi yang terkait pembobolan dana deposito tersebut.
 Keterangan saksi ahli dari dari Bank Indonesi, Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan
ahli hukum pidana dari Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai