Pengelolaan Pengetahuan
Dosen Pengampu : Heri Iswanto, S.kom, M.M.
Disusun oleh :
Kelompok 5
Knowledge management atau manajemen pengetahuan adalah suatu sistem dan proses yang
terformat dan terarah yang dikembangkan dalam suatu organisasi untuk menciptakan,
mencari, mengumpulkan, memilih, mengorganisir, mendokumentasikan, menyimpan,
memelihara dan menyebarkan informasi dan pengetahuan dalam rangka mendukung
kebutuhan masing-masing individu di dalam perusahaan sehingga dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan yang baik untuk mendukung strategi bisnis.
1. Menurut Koina dalam Siregar (2005) Knowledge Management adalah suatu disiplin
yang mempromosikan suatu pendekatan terintegrasi terhadap pengidentifikasian,
pengelolaan dan pendistribusian semua asset informasi suatu organisasi .
Bagi organisasi yang ingin menerapkan manajemen pengetahuan dalam organisasinya perlu
menyadari pertama, bahwa pengetahuan ada pada orang dan bukan pada sistem, meskipun
sistem punya data dan informasi yang dapat membantu proses pengetahuan. Kedua,
penciptaan pengetahuan merupakan proses sosial, tercipta melalui interaksi antara individu-
individu dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Manajemen pengetahuan berhubungan erat dengan memori organisasi sebagai gudang
pengetahuan. Berdasarkan kepentingan tersebut maka pemanfaatan media secara inovatif
akan menjadi jembatan komunikasi yang sanggup mengajak masyarakat menyampaikan
aspirasinya dan merasakan nikmatnya berdemokrasi. E-Government diharapkan tidak
menjadi produk pemerintah dengan pemerintah dengan persepsi minus di mata masyarakat,
untuk itu maka dibutuhkan pembentukan media pendukung lainnya agar tercipta rangkaian
media yang dapat membangun iklim keterbukaan yang sebenarnya. Untuk itu maka
departemen-departemen yang ada di pemerintahan perlu menerapkan Manajemen
Pengetahuan (Knowledge Management) dalam Upaya Implementasi Konsep E-Government,
sehingga dapat terwujud transfaransi terhadap masyarakat, layanan yang cepat, (faster), baik
(better), dan murah (cheaper).
Ada banyak manfaat Knowledge Management bagi organisasi yang menerapkannya, bahkan
beberapa organisasi menjadikan Knowledge Management sebagai bagian dari proses inti
organisasi yaitu :
1. Mengurangi kehilangan modal intelektual ketika orang meninggalkan perusahaan.
2. Pengurangan biaya dengan mengurangi jumlah pengulangan saat perusahaan
memecahkan masalah yang sama.
3. Skala ekonomi dalam memperoleh informasi dari penyedia eksternal.
4. Pengurangan redundansi kegiatan berbasis pengetahuan.
5. Meningkatkan produktivitas dengan membuat pengetahuan yang tersedia lebih cepat
& mudah.
6. Peningkatan kepuasan karyawan dengan memungkinkan pengembangan pribadi dan
pemberdayaan.
7. Keunggulan kompetitif strategis di pasar.
Keuntungan Knowledge Management
Knowledge management adalah sebuah alat yang sangat penting bagi perusahaan maupun
organisasi manapun yang ingin meningkatkan kemampuan para pekerja mereka. Berikut ini
beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dari knowledge management.
Kolaborasi yang didasari oleh wawasan akan memberikan pandangan dan opini yang lebih
beragam dari variasi pengalaman yang dapat diterapkan dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian, setiap keputusan yang dibuat oleh perusahaan didasarkan pada
keahlian dan pengalaman kolektif.
Kerugian Knowledge Management
Dalam menerapkan knowledge management, perusahaan juga harus memahami kelemahan
atau kerugian yang mungkin ditimbulkan. Beberapa tantangan yang muncul dari knowledge
management antara lain adalah:
1. Kesulitan dalam menemukan cara yang efisien untuk mencatat pengetahuan bisnis
2. Segala informasi dan sumber terkait menjadi lebih mudah untuk ditemukan orang lain
3. Memotivasi orang-orang dalam perusahaan untuk membagi, menggunakan, dan
mengaplikasikan pengetahuan yang ada menjadi sulit
4. Sulit menyelaraskan knowledge management dengan keseluruhan tujuan dan strategi
bisnis
5. Memilih dan mengimplementasikan teknologi knowledge management menjadi
tantangan tersendiri
6. Butuh waktu untuk mengintegrasikan knowledge management ke dalam proses dan
sistem informasi yang sudah ada.
Kelemahan atau kekurangan lain dari knowledge management adalah adanya ketergantungan
pada kontributor pengetahuan, menciptakan kebingungan di antara para manajer dan
karyawan biasa, hingga pengelolaan informasi perusahaan yang kurang tepat.
Menurut Frappaolo dan Toms (Dewiyana, 2006), fungsi knowledge management adalah
sebagai berikut:
4. Cognition, yaitu fungsi suatu sistem untuk membuat keputusan yang didasarkan atas
ketersediaan pengetahuan. Cognition merupakan penerapan pengetahuan yang telah
berubah melalui tiga fungsi terdahulu.
Fungsi ini mendukung empat fungsi lainnya, untuk mengelola pengetahuan itu sendiri.
Implementasi knowledge management atau manajemen pengetahuan akan memberikan
pengaruh positif terhadap proses bisnis perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Adapun manfaat adanya manajemen pengetahuan di perusahaan antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Penghematan waktu dan biaya. Dengan adanya sumber pengetahuan yang terstruktur
dengan baik, maka perusahaan akan mudah untuk menggunakan pengetahuan tersebut
untuk konteks yang lainnya, sehingga perusahaan akan dapat menghemat waktu dan
biaya.
b. Peningkatan aset pengetahuan. Sumber pengetahuan akan memberikan kemudahan
kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan
pengetahuan di lingkungan perusahaan akan meningkat, yang akhirnya proses
kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat
meningkatkan kompetensinya.
c. Kemampuan beradaptasi. Perusahaan akan dapat dengan mudah beradaptasi dengan
perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.
d. Peningkatan Produktifitas. Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan ulang untuk
proses atau produk yang akan dikembangkan, sehingga produktivitas dari perusahaan
akan meningkat.
1. Informasi/Pengetahuan
Knowledge Management erat kaitannya dengan informasi, pada era global seperti
sekarang ini setiap organisasi bisnis saling berlomba untuk mendapatkan informasi –
informasi yang berkaitan dengan kondisi pasar, baik itu berupa peluang, tantangan
maupun situasi dan kondisi yang dapat menghambat kinerja organisasi secara umum.
Tuntutan konsumen terhadap mutu suatu produk dan pelayanan terhadap konsumen
misalnya mendorong perusahaan untuk menelaah kembali proses produksi, distribusi,
promosi, dan pelayanan serta bentuk dan fasilitas pelayanan. Disamping itu
perusahaan pun membutuhkan peningkatan mutu sumber daya manusianya itu sendiri,
agar teknologi tersebut dapat dikendalikan oleh individu yang ada dan bukan
sebaliknya.
2. Manusia
Perkembangan teknologi informasi memang memainkan peranan yang penting dalam
konsep knowledge management. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diperlukan
adanya Sumber Daya Manusia yang memiliki Pengetahuan , Gagasan , Keahlian serta
Pengalaman untuk dapat membentuk SDM yang superior yang menjadi aset penting
bagi perusahaan. Berbeda dengan unsur finansial yang akan habis jika tidak dikelola
dengan baik dalam menggunakan keempat unsur tersebut. Kemauan untuk belajar,
bertanya, mencoba, mengemukan pendapat dapat menumbuhkan rasa percaya diri
kita.
3. Organisasi
Hampir semua aktivitas keidupan manusia diwarnai dengan pengelolaan informasi,
begitu juga dengan sebuah organisasi. Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan
yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna bagi
kepentingan organisasi. Organisasi memerlukan Knowledge Management untuk
melancarkan kinerja organisasi secara umum dengan memanfaatkan teknologi
informasi.
4. Struktur/ manajemen
Di sisi lain, I Made Wiryana dan Ernianti Hasibuan (2002) memiliki pandangan lain
tentang pengetahuan. Mereka mengelompokkan knowledge (pengetahuan) menjadi 3
jenis yaitu;
a. Tacit knowledge
Pada dasarnya suatu informasi akan menjadi tacit knowledge ketika diproses oleh
pikiran seseorang. Knowledge jenis ini biasanya belum dikodifikasikan atau disusun
dalam bentuk tertulis. Dalam knowledge ini termasuk intuisi, cognitive knowledge.
Tacit knowledge seperti intuisi, dan pandangan biasanya sangat sulit untuk
dimodifikasikan. Biasanya pengetahuan ini terkumpul melalui pengalaman sehari-hari
pada pelaksanaan suatu pekerjaan. Pengetahuan jenis ini akan menjadi explicit
knowledge ketika dikomunikasikan kepada pihak lain dengan format yang tepat
(tertulis, grafik dan lain sebagainya).
b. Explicit Knowledge
Pengetahuan yang telah dikodifikasi atau dieksplisitkan. Jadi biasanya telah
direpresentasikan dalam suatu bentuk yang tertulis dan terstruktur pengetahuan jenis
ini jelas lebih mudah direkam, dikelola dan dimanfaatkan serta ditransfer ke pihak
lain.
c. Shared Knowledge
Explicit knowledge yang digunakan bersama-sama pada suatu komunitas. Dalam
suatu komunitas, agar terjadi akselerasi dalam wilayah pembahasan pengetahuan itu
sendiri, maka biasanya tacit knowledge akan ditransformasikan menjadi explicit
knowledge.
Ada dua jenis aset Knowledge yang perlu dikelola bisnis saat ini yaitu Structured Knowledge
dan Semi Structured Knowledge, karena menurut studi para ahli, paling tidak ada 80% dari
konten bisnis suatu organisasi adalah Semi Structured dan Unstructured.
Siklus Knowledge Management
1. Identification (Identifikasi)
Pada tahapan ini, aset pengetahuan yang berupa dokumen fisik maupun elektronik dari
sebuah organisasi mulai dimunculkan. Semua bukti baik itu implisit maupun eksplisit
dicari tahu melalui brainstorming dan analisis bersama-sama dengan para anggota.
Setelah semua aset pengetahuan berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis dan penilaian aset dengan berdasarkan aturan, budaya, dan kriteria
evaluasi tertentu dalam sebuah organisasi.
2. Create (Pembuatan Pengetahuan)
Informasi yang dianalisis pada tahap sebelumnya bisa dijadikan sebuah pengetahuan baru
atau untuk memperbarui pengetahuan yang sudah ada. Pembuatan pengetahuan ini bisa
dilakukan dengan cara pemetaan proses, analisis informasi, dan pembuatan prototipe.
Penciptaan pengetahuan ini harus mengikuti panduan dan prinsip yang sama dengan
Analisa dan nilai pengetahuan dalam tahap identifikasi.
Store (Menyimpan)
Pengetahuan yang dianggap berharga oleh sebuah organisasi, semua pengetahuan yang
telah dibuat dari disimpan sebagai sebuah komponen aktif dalam organisasi. Pengetahuan
harus disimpan secara terstruktur. Namun hak tersebut memungkinkan pengetahuan untuk
bisa diambil dan dimanipulasi. Untuk menghindari hal tersebut, hendaknya pengetahuan
dibagikan secara efisien dalam lingkup internal organisasi.
3. Share (Membagikan)
Pembagian pengetahuan bisa dilakukan dengan cara sosialisasi terhadap semua bagian
yang ada dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Ini merupakan tahap yang sangat
krusial karena karyawan biasanya membutuhkan waktu untuk memproses dan menyerap
pengetahuan tersebut. Sosialisasi pengetahuan dapat diwujudkan dalam bentuk program
pelatihan dan bimbingan.
Kunci dari kesuksesan sosialisasi pengetahuan adalah jalur komunikasi yang baik
sehingga bisa dipahami oleh semua karyawan yang berkepentingan. Hal ini erat kaitannya
dengan kematangan sebuah organisasi. Semakin matang organisasi, maka semakin besar
kemampuannya dalam menemukan media saluran pengetahuan yang efisien.
4. Use (Menggunakan)
Tahap selanjutnya adalah penggunaan pengetahuan, dimana aset pengetahuan yang telah
dibagikan bisa diterapkan oleh seluruh organisasi dalam pemecahan masalah, pembuatan
keputusan, peningkatan efisiensi, hingga promosi pemikiran yang inovatif. Dalam hal ini,
mungkin diperlukan bantuan dari seorang yang ahli untuk bisa menerapkan pengetahuan
dengan baik dan efisien.
5. Learn (Pembelajaran)
Aset pengetahuan yang sudah disusun dan dibagikan dapat digunakan sebagai dasar atau
acuan untuk menemukan pengetahuan baru lainnya. Penggunaan pengetahuan pada
akhirnya bisa memberikan pembelajaran tersendiri bagi karyawan yang menggunakannya
dalam berbagai situasi yang relevan. Terdapat beberapa fase dalam pembelajaran yang
meliputi integrasi, keterkaitan, penggabungan, dan internalisasi pengetahuan itu sendiri.
Jika aset pengetahuan dirasa cukup lengkap dan berharga, maka bisa dilanjutkan ke tahap
penyempurnaan. Namun apabila pengetahuan dirasa kurang lengkap atau kurang cukup,
maka pengetahuan tersebut bisa dikembalikan ke tahap identifikasi atau pembuatan
pengetahuan di awal.
6. Improve (Improve)
Seperti yang sudah disinggung pada tahap sebelumnya, pengetahuan yang sudah dirasa
cukup dan memiliki nilai, maka dapat semakin disempurnakan lebih lanjut. Pengetahuan
dapat dikemas kembali untuk direferensikan atau disimpan agar nilainya bisa
dimanfaatkan secara efektif di masa depan nantinya.
2. Externalization
Eksternalisasi membutuhkan penyajian pengetahuan tacit ke dalam bentuk yang lebih
umum sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Pada tahap eksternalisasi ini, individu
memiliki komitmen terhadap sebuah kelompok dan menjadi satu dengan kelompok
tersebut. Dalam prakteknya, eksternalisasi didukung oleh dua faktor kunci. Pertama,
artikulasi pengetahuan tacit – yaitu konversi dari tacit ke eksplisit – seperti dalam dialog.
Kedua, menerjemahkan pengetahuan tacit dari para ahli ke dalam bentuk yang dapat
dipahami, missal dokumen, manual, dsb.
3. Combination
Kombinasi meliputi konversi pengetahuan eksplisit ke dalam bentuk himpunan
pengetahuan eksplisit yang lebih kompleks. Dalam prakteknya, fase kombinasi
tergantung pada tiga proses berikut :
a. Pertama, penangkapan dan integrasi pengetahuan eksplisit baru termasuk
pengumpulan data eksternal dari dalam atau luar institusi kemudian
mengkombinasikan data - data tersebut.
b. Kedua, penyebarluasan pengetahuan eksplisit tersebut melalui presentasi atau
pertemuan langsung.
c. Ketiga, pengolahan pengetahuan eksplisit sehingga lebih mudah dimanfaatkan
kembali – misal menjadi dokumen rencana, laporan, data pasar, dsb.
4. Internalization
Internalisasi pengetahuan baru merupakan konversi dari pengetahuan eksplisit ke dalam
pengetahuan tacit organisasi. Individu harus mengidentifikasi pengetahuan yang relevan
dengan kebutuhannya di dalam organizational knowledge tersebut. Dalam prakteknya,
internalisasi dapat dilakukan dalam dua dimensi. Pertama, penerapan pengetahuan eksplisit
dalam tindakan dan praktek langsung. Contoh melalui program pelatihan. Kedua, penguasaan
pengetahuan eksplisit melalui simulasi, eksperimen, atau belajar sambil bekerja.
a. People
People adalah orang yang memiliki knowledge, mengelola sistem dan proses, dan
berkomitmen terhadap proses strategik knowledge untuk keseluruhan organisasi. Budaya
sharing mendorong penyebaran knowledge dapat dibangun melalui hubungan knowledge
efektif, networks, CoPs dan strategi komunitas sosial lainnya.
b. Process
Process adalah pengaturan dan penyelarasan dari strategi, prinsip, proses, praktek untuk
memastikan bahwa knowledge management berjalan dengan baik ketika
diimplementasikan.
c. Technology
Technology adalah peran atau media pendukung yang penting dalam knowledge
management, dimana dibutuhkan individu yang memiliki kompeten ketika
menggunakannya. Implementasi knowledge management system memerlukan berbagai
tools cukup beragam yang ikut terlibat dalam sepanjang siklus knowledge management
teknologi yang digunakan untuk memfasilitasi teruntama komunikasi, kolaborasi, dan
konten manajemen untuk knowledge capture, sharing, dissemination, and application.
Dalam hal ini teknologi berperan sebagai support dan enabler bagi organisasi, karena
people merupakan komponen knowledge management yang paling berperan penting.
Rantai nilai Knowledge Management (KM Value Chain) adalah serangkaian proses bisnis
yang dikembangkan dalam suatu organisasi untuk menemukan, membuat, menyimpan,
membagikan, dan menerapkan Knowledge. Dengan Knowledge Management organisasi
dapat meningkatkan kemampuan dalam mengambil pelajaran dari lingkungan sekitarnya dan
meningkatkan kemampuan untuk mengimplemtasikan Knowledge ke dalam proses bisnisnya.
Salah satu slogan yang tepat dari bidang Knowledge Management adalah, "Knowledge
Management yang efektif adalah 80% Manajerial dan Organisasi, dan 20% Teknologi.
Ada 4 proses pada rantai nilai KM yaitu: Knowledge Acquisition, Knowledge Storage,
Knowledge Dissemination, dan Knowledge Application
3. Knowledge Dissemination Saat ini telah tersedia berbagai teknologi untuk berbagi
dan berkolaborasi Knowledge seperti e-mail, instant messaging, Portal, jaringan
sosial, wiki dan mesin pencari. Teknologi masa kini bahkan telah menciptakan
fenomena banjir Informasi dan Knowledge. Namun untuk karyawan dapat
mendapatkan Informasi dan Knowledge melalui program pelatihan, jaringan informal,
dan berbagi pengalaman yang disampaikan melalui budaya perusahaan yang fokus
pada Knowledge dan informasi penting.
Daftar Pustaka
Davenport, T. H., & Prusak, L. (1998). Working knowledge: How organizations manage
what they know. Harvard Business Press.
O’Brien, James A. & Marakas, George M. (2011), Management Information Systems (10th
Edition): McGraw-Hill/Irwin, New York, USA
Zins,C. (2007), Conceptual Approaches for Defining Data, Information, and Knowledge,
Journal Of The American Society For Information Science And Technology, 58(4), pp. 479–
493.