Anda di halaman 1dari 5

Analisis Tingkat Penerapan Manajemen Pengetahuan dalam Membangun

Organisasi Berbasis Pengetahuan

Kelompok 11

Raisa Salma Nadira 21221196 MN5

Salwa Zahrah Athifah 21221150 MN4

Ainun Nurul Aulia 21221217 MN6

Novita Setiawati 21221067 MN2

Manajemen pengetahuan menjadi kunci utama dalam membangun organisasi


berbasis pengetahuan yang sukses. Dalam konteks ini, analisis tingkat penerapan
manajemen pengetahuan menjadi suatu hal yang sangat penting. Penerapan manajemen
pengetahuan mencakup sejumlah langkah kritis yang mendukung proses transformasi
organisasi menuju entitas yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan
pengetahuan secara efektif. Strategi pengelolaan manusia ini sangat ditentukan oleh
tuntutan lingkungan strategic terhadap organisasi. Bila lingkungan strategik berubah ke
arah yang baik maka akan terjadi perubahan organisasi ke arah yang baik pula yang
mengakibatkan akan muncul sumber keunggulan baru. Strategi berbasis pengetahuan,
sebenarnya merupakan bentuk pararel dengan analisis SWOT, menjelaskan keseluruhan
pendekatan yang dilakukan organisasi untuk mengkaitkan sumberdaya pengetahuan dan
kapabilitas yang dipunyai dengan strategi yang dilakukan. Hubungan manajemen
pengetahuan dan strategi merupakan hubungan timbal balik artinya strategi
mempengaruhi manajemen pengetahuan sebaliknya manajemen pengetahuan
mempengaruhi strategi.

Pengetahuan telah menjadi sesuatu yang sangat menentukan. Oleh karena itu,
perolehan dan pemanfaatannya perlu dikelola dengan baik dalam konteks peningkatan
kinerja organisasi. Langkah ini dipandang sebagai sesuatu yang sangat strategis dalam
menghadapi persaingan yang mengglobal, sehingga pengabaiannya akan merupakan
suatu bencana bagi dunia bisnis. Oleh karena itu, diperlukan cara yang dapat
mengintegrasikan pengetahuan dalam kerangka pengembangan sumberdaya manusia
dalam organisasi, yaitu dengan menggunakan manajemen pengetahuan.

Melalui manajemen pengetahuan, seluruh pengetahuan yang dimiliki di dalam


organisasi dapat diidentifikasi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja dan
menghasilkan berbagai inovasi, meskipun pengetahuan memang merupakan milik
individu namun dapat dimanfaatkan oleh organisasi dengan tetap memberikan otonomi
pengembangannya pada individu tersebut, yang nantinya pengetahuan tersebut menjadi
milik organisasi.

Pertama-tama, identifikasi pengetahuan yang dimiliki oleh individu dan kelompok


dalam organisasi adalah langkah awal yang esensial. Analisis ini memungkinkan
pemahaman mendalam tentang sumber daya intelektual yang tersedia dan potensi
kolaborasi antar anggota organisasi. Agar konversi bisa berjalan dengan baik, Nonaka
dan Takeuchi (1995) memperkenalkan 4 pola dasar penciptaan pengetahuan yang
dikenal dengan The Spiral Of Knowledge, yaitu Sosialisasi, menjelaskan saling berbagi
antar tacit knowledge, umumnya tanpa melibatkan hal-hal formal, misalnya sharing
budaya organisasi antara anggota organisasi yang lama dengan anggota yang barn
dengan tujuan anggota yang baize mampu beradaptasi dengan budaya organisasi.
Eksternalisasi/artikulasi, menkonversi tacit knowledge menjadi explicit knowledge
biasanya menggunakan metafor-metafor yang dapat dipahami bersama. Kombinasi,
mengkombinasikan antar explicit knowledge yang dipunyai oleh individu lain dengan
explicit knowledge yang dipunyai oleh diri sendiri contoh konkrit adalah sekolah-
sekolah bisnis yaitu MBA, dan MM. Internalisasi, merubah explicit knowledge menuju
tacit knowledge. Jargon yang paling populer untuk menjelaskan internalisasi adalah
learning by doing. Misalnya dengan pengalaman mengoperasikan mesin bare dapat
meningkatkan pemahaman tacit knowledge.

Dengan memahami pengetahuan yang dimiliki, organisasi dapat mengalokasikan


sumber daya dengan lebih efisien dan mengidentifikasi area di mana peningkatan
kompetensi diperlukan. Selanjutnya integrasi teknologi informasi dan komunikasi
memainkan peran krusial dalam meningkatkan akses dan distribusi pengetahuan.

Implementasi sistem manajemen pengetahuan yang canggih dapat membantu


menyimpan, mengorganisir, dan membagikan pengetahuan secara efisien di seluruh
organisasi. Dengan adopsi teknologi yang tepat, organisasi dapat memfasilitasi
kolaborasi antar anggota tim, bahkan jika mereka berada di lokasi yang berbeda.
Dampak teknologi informasi terhadap organisasi, pengguna, dan manusia
pendukungnya antara lain adalah meningkatkan efisiensi operasi, mendukung inisiatif
strategis, memperluas batas organisasional, mengubah pola kerja, mengubah
persyaratan kemampuan individu dalam organisasi,mengubah sifat pengawasan,
meningkatkan daya saing, dan mengusahakan platform budaya yang sesuai.

Komunikasi menunjukan bahwa mayoritas karyawan meyakini dan menilai bahwa


kemampuan berkomunikasi tertulis dan lisan, kemampuan lawan bicara memahami hal-
hal yang akan dikomunikasikan, pengenalan lawan bicara, mencari inti pesan yang
disampaikan dalam berkomunikasi, dirasakan sudah memiliki komunikasi yang baik
sekali. Hal lainnya seperti ketidaktahuan media yang tepat untuk menyalurkan hasil
pemikiran, dirasakan perlu dicari media yang tepat agar tersedia media dalam
menyalurkan hasil pemikiran karyawan dan juga tidak kalah penting

Selain itu, promosi budaya berbagi pengetahuan perlu diperkuat. Analisis terhadap
budaya organisasi membantu memahami sejauh mana nilai-nilai berbagi pengetahuan
telah diterapkan dalam kegiatan sehari-hari. Mayoritas karyawan meyakini dan menilai
bahwa hal-hal yang menyangkut kompetensi yang dimiliki karyawan yaitu pemahaman
tingkat kompetensi yang dibutuhkan pekerjaan, dinilai karyawan baik sekali. Namun,
karyawan menilai bahwa tingkat kompetensi mereka tidak sesuai dengan pekerjaannya.
Pemberian insentif dan pengakuan terhadap kontribusi berbagi pengetahuan dapat
mendorong karyawan untuk lebih aktif terlibat dalam proses ini.

Tingkat keberhasilan penerapan manajemen pengetahuan juga terkait erat


dengan kemampuan organisasi dalam mengelola perubahan. Analisis perubahan budaya,
struktural, dan prosedural diperlukan untuk memitigasi hambatan yang mungkin muncul
selama proses transformasi. Pemimpin organisasi harus mampu memberikan dukungan
yang kuat dan mengkomunikasikan nilai-nilai perubahan kepada seluruh anggota.

Secara keseluruhan, analisis tingkat penerapan manajemen pengetahuan dalam


membangun organisasi berbasis pengetahuan adalah langkah yang tak terhindarkan
untuk mengoptimalkan potensi sumber daya intelektual. Dengan mengidentifikasi,
mengintegrasikan teknologi, mempromosikan budaya berbagi, dan mengelola
perubahan, organisasi dapat mencapai keunggulan kompetitif melalui pemanfaatan
pengetahuan yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aldi, D. E. (2005). Menjadikan manajemen pengetahuan sebagai keunggulan kompetitif
perusahaan melalui strategi berbasis pengetahuan. Jurnal Manajemen dan
organisasi, Vol. 2. Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/14967/1/Menjadikan_Manajemen_Pengetahuan_Sebag
ai....by_B._Elnath_Aldi.pdf
Esthi, R. B., & Sukmawati, A. (2011). Analisis Tingkat Penerapan Manajemen
Pengetahuan Dalam Membangun Organisasi Berbasis Pengetahuan (Studi Kasus
PT Trubus Mitra Swadaya SE-JABODETABEK). Jurnal Manajemen dan
Organisasi, 135-153.
Mukhlasin, H., & Budi, I. (2017). Analisis pengukuran tingkat kesiapan penerapan
manajemen pengetahuan: studi kasus badan pendidikan dan pelatihan keuangan,
kementerian keuangan. Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information
Systems)., 11-20. doi:DOI: http://dx.doi.org/10.21609/jsi.v13i1.514
Rusilowati, U. (2015). Analisis manajemen pengetahuan berbasis teknologi informasi
(studi kasus pada lemlitbang pemerintah pengambil kebijakan). Jurnal
Organisasi dan Manajemen, Vol. 11, 44-61. Retrieved from
file:///C:/Users/hp/Downloads/zairulsyah,
+05+JOM+11(1)+2015+Umi_Rusilowati,
+Analisis+Manajemen+Pengetahuan+...,+Irul,+44-61.pdf

Anda mungkin juga menyukai