0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
30 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut merupakan ringkasan dari 2 jurnal yang membahas tentang strategi pengelolaan perusahaan dengan penerapan manajemen pengetahuan dan analisis budaya organisasi serta gaya kepemimpinan pada lembaga riset industri. Kedua jurnal tersebut menganalisis tantangan dalam penerapan manajemen pengetahuan di perusahaan besar dan kesesuaian antara budaya organisasi dengan gaya kepemimpinan pada lembaga tersebut.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan dari 2 jurnal yang membahas tentang strategi pengelolaan perusahaan dengan penerapan manajemen pengetahuan dan analisis budaya organisasi serta gaya kepemimpinan pada lembaga riset industri. Kedua jurnal tersebut menganalisis tantangan dalam penerapan manajemen pengetahuan di perusahaan besar dan kesesuaian antara budaya organisasi dengan gaya kepemimpinan pada lembaga tersebut.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan dari 2 jurnal yang membahas tentang strategi pengelolaan perusahaan dengan penerapan manajemen pengetahuan dan analisis budaya organisasi serta gaya kepemimpinan pada lembaga riset industri. Kedua jurnal tersebut menganalisis tantangan dalam penerapan manajemen pengetahuan di perusahaan besar dan kesesuaian antara budaya organisasi dengan gaya kepemimpinan pada lembaga tersebut.
PERUSAHAAN (Penerapan Manajemen Pengetahuan Ke Dalam Organisasi) Jurnal al-Ghazwah Volume dan halaman Vol. I / 10 halaman Tahun terbit Agustus 2018 Penulis Antin Rakhmawati Reviewer Agus ( D1061181001 ) Tanggal 18 Oktober 2020 Tujuan penelitian berfokus pada masalah budaya atau individu-individu, terlalu menekankan teknologi, mengabaikan aspek dinamis dari konten dan lebih memilih terhadap kuantitas konten ketimbang kualitas. Meskipun hal-hal tersebut bukan daftar tantangan secara lengkap namun ada atau tidaknya tantangan yang ada akan tetap menjadi konsensus yang cukup baik untuk dihadapi oleh manajemen pengetahuan Subjek penelitian Masyarakat yang membuat suatu organisasi Metode penelitian Data meruupakan fakta atau pengamatan di luar konteks, oleh karena itu tiak langsung bermakna (Zack, 1999a). Hasil informasi menggantikan dari data dengan konten yang lebih bermakna dari isi sebuah pesan (Zack, 1999a). pengetahuan adalah sesuatu yang lebih bermakna dari pada informasi (Beijerse, 1999). Pengetahuan meningkat melalui interaksi dengan informasi (Clarke and Rollo, 2001). Pengetahuan dikategorikan menjadi dua yaitu explicit and tacit knowledge (Polanyi, 1966; Nonaka and Takeuchi, 1995). Pengetahuan ekspiliit mudah untuk mengartikulasikan , menangkap dan mendistribusikan dalam format yang berbeda. Pengetahuan tacit lebih tersembunyi dan susah untuk di ungkapkan (McInerney, 2002). individu sulit menyusun dan mendistribusikan pengetahuan tacit , karena orang tidak dapat dengan mudah mengartikulasikan jenis pengetahuan tersebut (Bhatt, 2000). Ada dua pendekatan utama mengenai manajemen pengetahuan. Pertama berfokus pada penyebaran dan penggunaan teknologi yang tepat untuk memanfaatkan pengetahuan sementara yang lain berfokus pada penangkapan dan transformasi pengetahuan menjadi aset perusaahan (Mason and Pauleen 2003; Guah and Currie, 2004). Pendekatan pertama menekankan teknologi informasi dan berfokus pada mekanisme sistem untuk mengelola pengetahuan (Alavi and Leidner, 2001; Hansen et al, 1999). Yang kedua menekankan pada orang dan proses. Hal ini berdasarkan pentingnya kepada hubungan manusia dan elisitasi pengetahuan tacit (Alee, 1999;Holsapple and Joshi, 2000; Gold et al, 2001). Hasil penelitian a. Developing a working definitiion of knowledge Ini adalah kebutuhan untuk menbedakan antara data dan infromasi di satu sisi dan pengetahuan disisi lain. Hal ini penting untuk tahap konstruksi pengetahuan. Jika tidak , makan organisasi akan memperlakukan data, informasi, dan pengetahuan menjadi sama dan tidak bernilai b. Dealing with tacit knowledge and utilization of IT Fokus pada pengetahuan tacit tidak harus menekankan pada pentingnya implementasi informasi teknologi. Keseimbangan yang efektif antara pengetahuan tacit dan memanfaatkan IT harus dicapai. Bisnis hlobal memposisikan informasi teknologi sebagai komponen integral dari proses manajemen pengetahuan . c. Adaption to cultural complexity Sebagai komponen kompleksitas sosial dan budaya perusaaan global pengalaman menyiratkan beberapa intervensi manajerial dan organisasi dengan budaya organisasi. Karena budaya organisasi merupakan elemen kunci dari mengelola perubahan organisasi dan pembaharuan d. Attention to human resources Membangun shubungan saling percaya dalam organisasi juga mendukung kebujakan sumber daya manusia yang memungkinkan terjaidnya proses menajamen pengetahuan dalam organisasi. Aliran dialog yang efektif harus dicapai, dan praktik berbagi pengetahuan terutama informasl harus didorong oleh manajemen. Kesimpulan Untuk mengatasi tantangan di masa depan, organisasi harus memaksakan melakukan adopsi pendekatan yang diperlukan dan kegiatan yang telah disebutkan di atas. Seusi tepat waktu dan hati-hati untuk menanggapi tanggapan yang penting bai terciptanya inisiatif manajemen pengetahuan yang sukses. Untuk bisnis global, tanggapan yang tepat, tepat waktu dan berhati-hati untuk tantangan akan meningkatkan keefektifan proses manajemen pengetahuan dan membantu mengamankan keunggulan kompetitif di pasar global. Oleh karena itu perusahaan harus mempertimbangkan dan menghadapi manajemen pengetahuan secara holistik dengan mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses manajmen pengetahuan
2.
Judul Analisis Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan pada
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Jurnal Jurnal Manajemen dan Organisasi (JMO), Volume dan halaman Vol. 11/ hal. 115-124 Tahun terbit Agustus 2020 Penulis Indri Rizky Seventia, dan Lindawati Kartika* Reviewer Agus ( D1061181001 ) Tanggal 18 Oktober 2020 Tujuan penelitian penelitian ini ialah (1) Menganalisis realisasi budaya organisasi dan budaya organisasi yang diharapkan pada BPPI Kementerian Perindustrian. (2) Menganalisis gaya kepemimpinan yang dimiliki pimpinan BPPI Kementerian Perindustrian baik melalui persepsi pimpinan maupun karyawan dengan menggunakan Management Skill Assessment Instrument (MSAI). (3) Memberikan rekomendasi implikasi manajerial budaya organisasi dengan gaya kepemimpinan yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan pada BPPI Kementerian Perindustrian. Subjek penelitian Perindustrian Metode penelitian Evaluasi Penilaian PMPRB (Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi) di Kementerian Perindustrian terus mengalami kenaikan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2015, akan tetapi memiliki perbedaan penilaian dan evaluasi yang signifikan terhadap Menpan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian adalah melalui manajemen perubahan, yang diimplementasikan pada budaya organisasi dan gaya kepemimpinan, seperti pada Badan Pengembangan Industri pada Kementerian Perindustrian. Evaluasi terkait pengimplementasian budaya organisasi dan gaya kepemimpinan menggunakan metode Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) dari Cameron dan Quinn (2006). Budaya organisasi digambarkan dengan apa yang disebut dengan nilai, gaya kepemimpinan yang dominan, bahasa dan sumber, prosedur dan rutinitas, dan definisi kesuksesan yang membuat organisasi bersifat unik Cameron dan Quinn (2006). Lebih lanjut, budaya organisasi juga dianalisis melalui (Six Key Deminsion of Culture) yang membagi menjadi Klan, Hirarki, Adhokrasi, dan Market, sedangkan gaya kepemimpinan dianalisis menggunakan metode Management Skill Assessment Instrument (MSAI) dan melihat kemampuan manajerial dengan membagi gaya kepemimpinan menjadi empat tipe, antara lain: Klan, Hirarki, Adhokrasi, atau Market, dimana nantinya gaya kepemimpinan dalam organisasi tersebut akan mempengaruhi budaya organisasi Hasil penelitian Proses analisis berdasarkan kecenderungan budaya organisasi pada pada masing-masing dimensi budaya organisasi menggunakan instrumen Organizational Culture Assesment Instrument (OCAI), hal ini bertujuan untuk melihat kecenderungan dimensi dari budaya organisasi melalui perbedaan karakteristik tipe realisasi budaya organisasi dengan budaya organisasi yang diharapkan pada masing-masing dimensi budaya organisasi. Melihat kesesuaian antara budaya organisasi dengan kemampuan manajerial yang dimiliki oleh sumber daya manusia pada Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, maka dilakukan analisis terhadap kemampuan para pimpinan yang melibatkan pimpinan dengan karyawan dengan menggunakan instrumen Management Skill Assesment Instrument (MSAI) Tipe budaya klan yang menitikberatkan kepada kerja sama tim dan tipe budaya adhokrasi yang cenderung inovatif memerlukan karakteristik karyawan yang secara teori lebih menguasai permasalahan pada dunia kerja, selain itu pada tipe budaya ini kerja sama merupakan unsur yang penting mengingat pekerjaan yang lebih dinamis dan memiliki pandangan jauh ke depan. Karakteristik masa kerja dinilai yang paling baik memiliki masa kerja 3-7 tahun, masa kerja ini pada umumnya sudah memiliki rasa kebersamaan diantara karyawan atau rasa loyalitas kepada organisasi karena sudah cukup lama mereka bekerja secara bersama sehingga jika diarahkan kepada nilai-nilai pada tipe budaya klan yang cenderung seperti keluarga besar dengan orientasi kerja sama yang baik akan lebih mudah dilakukan. Sama halnya dengan pengarahan yang dilakukan kepada nilai-nilai budaya adhokrasi yang cenderung inovasi dengan suasana kerja yang lebih dinamis akan lebih mudah dilakukan kepada karyawan yang telah memiliki pengalaman kerja. Karakteristik karyawan ini memang bukan suatu patokan yang pasti, namun pada umumnya keterhubungan tersebut dapat terjadi mengingat dalam sebuah organisasi terdapat perilaku dari individu yang dapat memberikan dampak terhadap kinerja karyawan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis budaya organisasi BPPI Kementerian Perindustrian dan gaya kepemimpinan dengan Management Skill Assessment Instrument (MSAI), maka dapat disimpulkan bahwa, Realisasi budaya organisasi BPPI Kementerian Perindustrian lebih cenderung mengarah kepada budaya Klan dan budaya Hirarki, sedangkan budaya yang diharapkan BPPI Kementerian Perindustrian yang diharapkan lebih cenderung mengarah kepada budaya Klan dan budaya Adhokrasi. Gaya kepemimpinan yang dimiliki pimpinan BPPI Kementerian Perindustrian baik melalui persepsi pimpinan maupun karyawan tidak menunjukkan kesenjangan. Hal ini menunjukkan bahwa, gaya kepemimpinan pada Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian mengarah ke gaya kepemimpinan fasilitator, mentor, innovator dan visioner. Rekomendasi bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian budaya organisasi yang perlu ditingkatkan adalah budaya Klan dan Adhokrasi dengan meningkatkan Gaya kepemimpinan melalui efektivitas, sosialisasi, transparansi dan mentoring pada program yang telah berjalan.
3.
Judul Pengembangan Identitas Organisasi sebagai Strategi Bisnis
Jurnal PSIKOLOGI Volume dan halaman Vol. XL/ hal, 226-239 Tahun terbit DESEMBER 2018 Penulis Yan Wahid Prasetyo1, Fathul Himam2 Reviewer Agus ( D1061181001 ) Tanggal 18 Oktober 2020 Tujuan penelitian mengeksplorasi penggunaan identitas organisasi sebagai strategi bisnis, proses pengembangan, dan pemaknaannya bagi karyawan stasiun TV. Pendekatan kualitatif dengan tradisi grounded theory digunakan sebagai desain penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan analisis dokumen. Hasil penelitian menemukan pentingnya penggunaan dan pengembangan identitas organisasi sebagai strategi bisnis yang membuat perusahaan tetap bertahan dan berkesinambungan. Penelitian ini juga menyimpulkan model pengembangan identitas organisasi yang dapat digunakan sebagai strategi bisnis. Subjek penelitian karyawan stasiun TV Metode penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memfokuskan penggalian berdasarkan pemaknaan dan interpretasi subjek penelitian. Berbeda dengan pendekatan kuantitatif yang berusaha menampilkan data dalam bentuk angkaangka, penelitian kualitatif mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretatif dan fenomenologis (Poerwandari, 2005). Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yaitu: Menggunakan setting nyata sebagai sumber data utama, bersifat deskriptif, berfokus pada proses, menggunakan analisis induktif, Hasil penelitian membawa identitas yang dibentuk oleh founding fathers (pemilik, CEO, dan manajemen). Peneliti mengelompokkan identitas organisasi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Balmer dan kawan-kawan (2009) dimana segmen industri yang digeluti dan pangsa pasar yang dibidik digolongkan ke dalam actual identity. Makna nama, logo serta tag line termasuk kedalam convenanted identity. Ideal identity dijabarkan dalam bentuk misi perusahaan dan desired identity dijabarkan dalam bentuk visi dan tujuan. Identitasidentitas yang melekat pada perusahaan tersebut kemudian disampaikan kepada masyarakat melalui program CSR baik dalam bentuk program acara maupun aksi kepedulian perusahaan sebagai bentuk communicated identity. Perusahaan membawa beragam filmfilm bioskop kedalam layar kaca yang tidak hanya berasal dari dalam negeri, namun juga box office movie. Hal ini merupakan langkah yang diambil berdasarkan pertimbangan segmen pasar yang dibidik dan kebutuhan program yang dapat dijual. Keseluruhan program ini merupakan perwujudan dari identitas organisasi yang dikembangkan perusahaan sebagai media lifestyle dan entertainment yang ditujukan bagi keluarga dengan kelas ekonomi A, B dan C+. Kesimpulan dan saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan strategi bisnis stasiun televisi swasta sebagaimana dipresentasikan pada Tabel 2. Secara eksternal perusahaan dapat melakukan segmentasi pasar dan menjadikan pijakan dalam melakukan akuisisi dan diferensiasi bisnis untuk kemudian mengembangkan identitasnya sebagai perusahaan yang fokus pada segmen tertentu. Strategi ini sangat berkaitan dengan bidang keilmuan psikologi konsumen yang berusaha menyesuaikan produk yang dipasarkan dengan pangsa pasar yang dituju (Munandar, 2008). Temuan ini menguatkan penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa perusahaan dapat menggunakan pertimbangan budaya dan kelas sosial (Assael, 1981) untuk melakukan market segmentation dan product positioning (Assael, 1981. Secara internal, stasiun televisi swasta dapat melakukan sistem home ground manajemen sebagai usaha menekan biaya produksi untuk memaksimalkan profit perusahaan. Saran Saran diberikan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan topik dan situs yang sama adalah untuk melakukan penelitian dengan sistim magang. Sistim ini akan memungkinkan peneliti untuk mendapatkan lebih banyak data dari observasi lapangan dan catatancatatan perusahaan yang akan memperkaya hasil penelitian. Namun begitu, peneliti perlu berhati-hati dengan kemungkinan terjadinya halo efect yang akan mencemari hasil penelitian. Peneliti selanjutnya juga sangat dianjurkan untuk mewawancarai subjek secara langsung dalam melakukan proses penggalian data. Hal ini akan membantu peneliti dalam melakukan probing sehingga tingkat kedalaman data yang diinginkan dapat tercapai.
4.
Judul MANAJEMEN PERUBAHAN ORGANISASI SEBAGAI
UPAYA PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN DI INDUSTRI BATIK LAWEYAN SURAKARTA Jurnal Manajemen Perubahan Organisasi. Volume dan halaman Vol. 3/ 49-63 Tahun terbit Dessember 2018 Penulis Lukman Hakim dan Eko Sugiyanto Reviewer Agus ( D1061181001 ) Tanggal 18 Oktober 2020 Tujuan penelitian (1) Mengidentifikasi penyebab perubahan organisasi yang terjadi di industri Batik Laweyan Surakarta. (2) Mengidentifikasi dampak perubahan organisasi di industri Batik LaweyanSurakarta. (3) Menganalisis proses perubahan organisasi yang terjadi di industri Batik LaweyanSurakarta. (4) Menganalisis faktor pendukung perubahan organisasi di industri Batik LaweyanSurakarta Subjek penelitian Industry batik Metode penelitian menggunakan metode deskriptip dengan pendekatan studi kasus (Case Studies). Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori yang bisa diterapkan pada obyek baik masyarakat atau perusahaan. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi atau arsip. Studi kasus dalam penelitian ini dipakai untuk meneliti perubahan organisasi di industri batik Laweyan Surakarta, di mana para pengusahanya bisa mencapai prestasi luar biasa yaitu mengangkat pemasaran produknya yang bersifat lokal menjadi internasional. Hasil penelitian Penyebab Perubahan Dari hasil analisis data dilapangan ditemukan beberapa identifikasi penyebab perubahan organisasi yang terjadi di industri batik Kampung Laweyan, antara lain: Penyebab pertama oleh karena pemenuhankebutuhan dan selera konsumen. Sebab atau alasan untuk menghasilkan perubahan didasari oleh kebutuhan individual terutama yang berkaitan dengan keinginan dan selera konsumen Penyebab keempatadalah karena kondisi perekonomian di Indonesia yang fluktuatif. Kondisi perekonomian di Indonesia yang fluktuatif, dimana dalam beberapa tahun terakhir mata uang rupiah mengalami pelemahan yang signifikan sedangkan sumber bahan baku kain seperti kapas, crayon dan sutera berasal dari Cina. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa organisasi yang telah mengadakan perubahan maka mekanisme integrasi manusia diberi kepercayaan karena juga memendam karyawan sangat berkomitmen dari rekanrekan organisasi mereka, sedangkan transaksi di mana tujuan integrasi tugas diberikan preferensi sementara mengabaikan integrasi manusia, karyawan mengembangkan emosi negatif dari kemarahan dan rasa tidak aman karena mereka yang baru bergabung perusahaan Kesimpulan dan saran Kesimpulan 1. Penyebab Perubahan organisasi: (1) karena pemenuhan kebutuhan dan selera konsumen, (2) adanya persaingan dari competitor pengusaha batik, (3) karena kondisi perekonomian di Indonesia yang fluktuatif. (4) Adanya masalah pendidikan dan kemampuan keuangan perusahaan batik, (5) faktor lingkungan sekitar. 2. Dampak perubahan, antara lain: (1) bertambahnya pasar dari penjualan produk, (2) meningkatnya permintaan 3. Proses pelaksanaan perubahan yang merupakan tahapan dalam melakukan setiap perubahan di industri batik Laweyan secara individu tidak semuanya sama, ada beberapa perusahaan yang melakukan perubahan secara radikal dan strategis seperti perubahan arah dan fokus bisnis, perubahan nilai-nilai dasar perusahaan dan perubahan cara kerja, ada beberapa perusahaan yang melakukan secara evolusi atau tahapan-tahapan. Saran 1. Bagi pengusaha batik di Industri Batik Laweyan dalam mengelola perubahan, maka memfokuskan pada upaya dikelompok pengusaha batik yang tergabung dalam FPKBL baik penanganan perubahan secara perusahaan individu maupun organisasional atau kelompok. 2. Bagi Pemerintah Kota Surakarta siap diajak bermitra bahkan mendukung sepenuhnya program kemitraan seperti mengadakan pendidikan dan pelatihan kerja, dalam hal ini Balai Latihan Kerja, Lembaga pelatihan atau Dewan Kesenian dan Kerajinan Nasional Daerah(DEKRANASDA). Pemkot Surakarta juga menyerukan pada Lembaga Keuangan baik konvensional
5.
Judul PENERAPAN KONSEP PENGORGANISASIAN DAN
PENGARAHAN PADA PT BAYUS CARGO BADUNG, BALI Jurnal Organisasi dan manajemen Volume dan halaman Vol. 12 / hal 101-110 Tahun terbit November 2018 Penulis I Wayan Lanang Pastika Reviewer Agus ( D1061181001 ) Tanggal 18 Oktober 2020 Tujuan penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi penerapan konsep pengorganisasian dan pengarahan dengan pendekatan metode brainstorming dan fishbone diagram pada PT. Bayus Cargo. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan metode brainstorming dan fishbone diagram. Hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif menunjukkan penerapan konsep pengorganisasian dan pengarahan belum mencerminkan adanya penerapan konsep yang efektif, efesien, dan produktif. Ini mengidentifikasi perlu adanya perbaikan- perbaikan secara internal dalam berbagai segi termasuk di dalam struktur organisasi, pembagian kerja, koordinasi, komunikasi dan rentang kendali, dan lain-lain. Penerapan konsep pengorganisasian dan pengarahan pada aktivitas organisasi PT Bayus Cargo sudah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, namun sebaiknya sebagai salah satu perusahaan pelayanan jasa pengiriman dan penerimaan barang ekspor impor di bali harus memperhatikan kalangsungan aktivitas organisasi agar dapat menghindari kemunduran aktivitas organisasai dalam perkembangan perusahaan menjadi “local champion”. Subjek penelitian organisasi PT Bayus Cargo Metode penelitian Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan metode diagram sebab-akibat (fishbone diagram). Menurut Sallis (2015) meskipun dapat meningkatkan daya imajinasi dan merangsang ide, brainstorming bukan merupakan alat analisis. Maka dalam memperoleh data kualitatif menggunakan pendekatan metode brainstorming dalam memperoleh isu-isu atau penyimpangan yang terjadi pada penerapan konsep pengorganisasian dan pengarahan aktivitas organisasi PT Bayus Cargo harus dilanjutkan dengan metode fishbone diagram agar memperoleh secara spesifik sebabakibat dari permasalahan yang ditimbulkan. Hasil penelitian 1. Pendekatan Metode Brainstorming a. Pemberian informasi Pimpinan perusahaan menjelaskan latar belakang permasalahan yang menyangkut tentang kendala-kendala yang sering dihadapi dalam kelancaran proses pengiriman dan penerimaan barang pada PT Bayus Cargo. b. Identifikasi Pimpinan perusahaan atau pimpinan rapat meminta karyawan untuk mengidentifikasi permasalahan. Maka kendala-kendala yang masih menjadi permasalahan dalam melaksanakan aktivitas organisasi berkaitan dengan konsep pengorganisasian dan pengarahan yang belum diterapkan secara optimal oleh manajemen PT. Bayus Cargo. 2. Pendekatan Metode Fishbone Diagram Berikut ini merupakan proses dalam mendapatkan sebab-akibat dari permasalahan yang ditimbulkan pada aktivitas organisasi PT Bayus Cargo dengan menggunakan metode fishbone diagram a. Fishbone Diagram Konsep Pengorganisasian b. Fishbone Diagram Konsep Pengarahan Kesimpulan a. Penerapan konsep pengorganisasian belum cukup optimal yang ditandai dengan penyimpangan yang terjadi sebagai berikut. b. Departementasi yang berkaitan dengan pembagian kelompok yang belum optimal ke dalam masing-masing departemen. c. Pembagian Kerja yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban yang belum dapat diorganisir secara efektif. d. Wewenang dan delegasi yang berkaitan dengan dilepaskannya tanggung jawab kepada bawahan atas tugas yang telah diberikan oleh pimpinan. e. Desentralisasi dan sentralisasi yang berkaitan dengan pemusatan kekuasaan dari pemilik perusahaan yang belum dapat melimpahkan kekuasaaan kepada tingkat fungsional organisasi. f. Rentang kendali yang berkaitan dengan jumlah potensial yang dapat dikendalikan dalam sebuah hubungan dalam anggota organisasi. g. Bentuk-bentuk Organisasi yang berkaitan dengan alur kinerja dari struktur organisasi PT Bayus Cargo yang belum dipahami sepenuhnya oleh karyawan.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional
Makalah - 1122002008 Abdul Rahman - Implementasi Knowledge Management Terhadap Perusahaan Indonesia Untuk Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Perusahaan Km-Si-Ub Ver 1.1