Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENTINGNYA PENGETAHUAN BAGI ORGANISASI MODERN

Disusun oleh:

Yuliani Nur Aziah 042390095


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Era globalisasi yang diwarnai dengan maraknya inovasi ditandai juga dengan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari akan persaingan
yang semakin berat, maka diperlukan perubahan paradigma dari yang semula
mengandalkan resouce-based menjadi knowledge-based yang bertumpu pada analisis
bidang ilmu pengetahuan.

Membangun keunggulan sebuah organisasi bisnis didalam situasi persaingan


yang sedemikian tinggi, mengharuskan para pelaku bisnis menemukan strategi yang
lebih sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan persaingan. Strategi seharusnya
dibangun atas dasar pemahaman yang komprehensif mengenai aset atau sumber daya
apa yang tepat digunakan organisasi bila ingin unggul. Organisasi yang unggul tidak
lagi harus semata-mata bertumpu pada pada sumber daya finansial, bangunan, tanah,
teknologi, posisi pasar, dan aset-aset yang lebih tangible lainnyaa, tetapi justru harus
lebih bertumpu pada aset pengetahuan (intangible) karena pengetahuan merupakan
keunggulan strategik bagi perusahaan juga. Oleh karena itu banyak perusahaan yang
sekarang ini membangun teori organisasinya ke arah pengetahuan.

Untuk dapat mengelola manajemen pengetahuannya dengan baik. Maka


perusahaan harus dapat mengerti tentang sejarah perkembangan manajemen
pengetahuan (knowledge management) dengan baik. Sebenarya, arah bisnis yang
disebut sebagai manajemen pengetahuan telah muncul dalam beberapa dekade
terakhir ini. Kemunculan manajemen pengetahuan pada dasarnya memiliki akar yang
cukup panjang dan bahkan dimulai sejak beberapa abad yang lalu, baik di negara barat
maupun timur.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dengan ini penulis mengkaji
tentang sejarah manajemen pengetahuan (knowledge management) karena pada
dasarnya memahami tentang sejarah knowledge management penting bagi perusahaan
jika ingin dapat mengelola perusahaannya dengan baik.

Knowledge merupakan bagian dalam kehidupan sosial manusia modern. Selain


itu, dalam sebuah organisasi, peran knowledge yang dimiliki secara keseluruhan dapat
meningkatkan daya saing dan efisiensi kerja dari organisasi yang bersangkutan. Dalam
era informasi penting untuk disadari bahwa aliran knowledge ke dalam dan ke luar
organisasi berlangsung sangat cepat. Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
telekomunikasi, revolusi penyebaran dan pemanfaatan knowledge bukan merupakan
hal yang aneh. Banyak organisasi dewasa ini mengadopsi dan mengimplementasikan
knowledge management system sebagai sarana dalam menunjang proses-proses yang
terkait dengan pemberdayaan knowledge yang mereka miliki.

Untuk mengimplementasikan KM yang efektif akan melibatkan banyak elemen


yaitu manusia, budaya, proses, kepemimpinan dan teknologi. Karena mencakup
elemen-elemen yang begitu luas, maka tidak semua elemen dibahas secara mendalam.
Pada penyusunan arsitektur knowledge diposisikan sebagai produk, yang di-create,
diproduksi, didistribusikan, diakuisisi dan dimanfaatkan oleh para anggota organisasi
dalam suatu yang siklus kontinu. Elemen-elemen yang terlihat dalam berbagai proses
yang dialami oleh knowledge tersebut menjadi pilar-pilar utama dari bangunan KM.
Melalui knowledge management akan teridentifikasi pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki sebuah organisasi untuk meningkatkan kinerja dan menghasilkan berbagai
inovasi. Inovasi dalam suatu organisasi dapat diperoleh melalui kreasi pengetahuan
(knowledge creating) yang merupakan salah satu dimensi proses knowledge
management. Dengan demikian organisasi terus menerus memperbaiki diri (continous
improvement) dan menghasilkan inovasi berkelanjutan untuk menghadapi lingkungan
yang selalu berubah. Cara meningkatkan pengetahuan itu diantaranya membiasakan
budaya berkomunikasi antar pegawai, memberikan kesempatan untuk belajar, dan
menggalakan saling berbagi knowledge, baik lewat forum learning maupun coaching
clinic. Dimana usaha ini akan menciptakan dan mempertahankan peningkatan nilai dari
inti kompetensi organisasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada

1.2  Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah knowledge management ?
2. Bagaimana cara menerapkan Knowledge Management untuk menangani
suatu masalah ?
3. Apa kegunaan diterapkannya Knowledge Management dalam suatu
perencanaan ?
4. Apa saja jenis Knowledge Management dan bagaiman cara pengaplikasiannya
?
1.3  Tujuan dan Manfaat
1.3.1        Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang sejarah knowledge management.


2. Menginformasikan kepada pembaca pengertian Knowledge
Management dan cara pengaplikasian Knowledge Management.
3. Menginformasikan kepada mahasiswa pentingnya pengaplikasian
Knowledge Management.

1.3.2        Manfaat

1. Bagi mahasiswa makalah ini dapat dijadikan referensi agar dapat


memahami dengan baik tentang knowledge management
2. Bagi pihak tekait seperti perusahaan makalah ini dapat dijadikan refrensi
agar perusahaan dapat mengelola knowledge managementnya dengan
baik.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Pengetahuan
Menurut Davenport dan prusak (dalam puji wahono, 2012,34) Pengetahuan
adalah suatu campuran cair dari pengalaman yang dibingkai, nilai-nilai, informasi
konstekstual, dan wawasan tentang keahlian yang menyediakan suatu kerangkaa untuk
evaluasi dan menggabungkan pengalaman-pengalaman dan informasi baru. Sedangkan
definisi pengetahuan menurut Drucker (dalam Paul. L. Tobing, 2007,16 ), pengetahuan
(knowledge) adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu terjadi
ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut
memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau
tindakan yang lebih efektif dari sebelumnya.

2.2  Pengertian Knowledge Management
Definisi knowledge manajemen dari American Productivity and Quality Centre
(dalam Paul L. Tobing, 2007,8 ) Knowledge management adalah pendekatan-
pendekatan sistematik yang membantu muncul dan mengalirnya informasi dan
knowledge kepada orang yang tepat pada saat yang tepat untuk menciptakan nilai.
Sementara itu menurut pandangan Karl Erick Sveiby (dalam Sangkala, 2007,8 )
Knowledge management adalah seni penciptaaan nilai dari ingatible asset (aset
pengetahuan). Definisi lain dari knowledge management adalah dari Bergerson (dalam
Sangkala, 2007,8)  knowledge management merupakan suatu pendekatan yang
sistematik untuk mengelola asset intelektual dan informasi lain ssehingga memberikan
keunggulan bersaing perusahaan.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Knowledge Management


Kemunculan knowledge management pada dasarnya memiliki akar yang cukup
panjang dan bahkan dimulai sejak beberapa abad yang lalu, baik di negara barat
maupun timur. Di awal tahun 1970-an, penelitian tentang intelijen artifisial sebagai
bentuk perluasan ditolak untuk menemukan aturan umum dalam menghasilkan
intelijen. Sesudah sukses diawal tahun 1950-an dan 1960-an, para peneliti kemudian
meyakini bahwa intelijen memerlukan domain pengetahuan khusus. Diperlukan
pendekatan baru untuk menggambarkan pengetahuan dalam bentuk yang dapat
diproses oleh sebuah komputer. Hasilnya kemudian, di tahun 1970-an fokus penelitian
intelijen artifisial bergeser kearah sistem yang diikuti oleh logika sederhana, tetapi telah
mempunyai pengetahuan yang lebih detail terhadap domain aplikasinya.

Pada tahun 1980-an, kisah keberhasilan peningkatan pemrosesan pengetahuan


sukses dipublikasikan terutama dalam memperluas sistem keahlian dan teknologi
berbasis pengetahuan. Ide bahwa keahlian dapat digambarkan didalam sebuah sistem
komputer dan dapat disediakan kapanpun dan dimanapun dibutuhkan menjadi suatu
kebenaran umum. Sistem keahlian dipasarkan sebagai solusi untuk mengurangi
masalah penyederhanaan perusahaan, berhentinya para ahli, dan kehilangan
kompetensi yang penting. Dengan menggambarkan pengetahuan didalam bentuk yang
telah dikembangkan oleh komputer, selanjutnya pengetahuan manusia kemudian
dianggap dapat digambarkan dengan akurat sekaligus dapat dideteksi dengan benar.

Fokus di dalam penelitian-penelitian intelijen artifisial di tahun 1970-an dan


1980-an lebih kepada pemrosesan pengetahuan yang otomatis. Peningkatan kapabilitas
untuk menyimpan informasi dibuat dalam bentuk dokumen dan sistem database
manajemen yang baru. Salah satu ide yang paling populer di tahun 1980-an adalah
“hypertext”. Misalnya Akscyn dan koleganya (1988) mengembangkan suatu sistem
manajemen pengetahuan (knowledge management system) yang juga dikenal sebagai
KMS, suatu sistem hypermedia interaktif dan kolaboratif, dimana menjadi inspirasi kunci
bagi website dunia. KMS merupakan versi komersial dari awal-awal sistem hypertext.
KMS juga digunakan untuk mengelola sejumlah besar buku pedoman pada pesawat
udara.
Penelitian pada piranti lunak arsitektur yang efektif untuk mendukung
pengambilan keputusan yang kompleks juga diarahkan kepada berbagai upaya untuk
membangun penyimpanan informasi perusahaan besar. Harapan bahwa akhirnya
penyimpanan dapat berisi seluruh data yang dibutuhka manajemen berbasis fakta dan
rasional. Management information system (MIS) dibangun pada model-model
perusahaan yang terkemuka, dan informasi disajikan dimana pimpinan tertinggi harus
juga dapat memahaminya. Struktur database yang memungkinkan percepatan analisis
skenario keputusan yang berbeda memerlukan database yang multidimensional dan
alat-alat untuk proses analisis interaktif secara online.

Pada akhir tahun 1980-an beberapa peneliti mulai menekankan komunikasi dan
kemungkinan kolaborasi sistem informasi. Dalam bagian ini terkaitdengan peningkatan
kelayakan ja\aringan komputeer. Misalnya Terry Winograd, salah satu tokkoh utama
dalam kemunculan pengetahuan berbasis pada intelijen artifisial, mengambangkan
sistem alur kerja (work flow). Berbagai macam  model alternatif untuk menjelaskan dan
menerapkan alur kerja perusahaan dan pengembangan konsep komunikasi secara
gradual diarahkan pada konsep komputer yang lebih luas untuk mendukung kolaborasi
kerja, komunikasi yang dimediasi oleh komputer, groupware, dan sistem kolaborasi.

Umumnya jiwa artifisial intelijen diinspirasi oleh epistemology positistic dan


pandangan pemrosesan informasi kognitivistik terhadap intelijen manusia. Di dalam
tradisi ini, sifat pengetahuan diharapkan lebih ekspilisit, terstruktur, dan diorganisasi
dalam taksonomi, dan secara semantik tidak membingungkan. Pendekatan komunikatif
untuk sistem informasi dengan cepat mengarah kepada konstruksionistik sosial dan
epistemologi fenomenologi.

Dalam konteks disiplin business intelligence, sering kali sistem informasi dan
komputer diterima sebagai substansi atau inti dari upaya awal manajemen pengetahuan
karena sejak awal diketahui bahwa perusahaan mengelola pengetahuan yang sudah
sejak lama dimiliki sebelumnya. Peningkatan tekanan persaingan yang terjadi
mengakibatkan  banyak perusahaan membuat unit intelijen persaingan, dimana
seringkali dikaitkan dengan informasi perusahaan dan layanan perpustakaan (Gilad,
1988; Stanat, 1990; dan Goshal & Westney, 1991)

Fokus intelijen persaingan (competitive intelligence), yakni pada anaalisis


stratejik terhadap informasi eksternal yang tekait dengan kecenderungan pasar dan
pesaing (Aguilar, 1967; Porter, 1980; Fuld, 1996). Para ahli pemrosesan informasi
sering kali memandang pengetahuan perusahaan tersebut sebagai problem teknis yang
dapat diselesaikan dengan tepat, yaitu dengan cara menggunakan komputer. Demikian
pula persoalan yang muncul pada orang-orang intelijen persaingan dalam menemukan,
memahami, mensintesis dan menyebarkan informasi yang relevan.

Pada awalnya tugas-tugas intelektual ditugaskan kepada para ahli, namun di


awal tahun 1990-an tugas-tugas mereka difasilitasi oleh akses online sehingga
kebutuhan database maupun layanan terhadap berita menjadi begitu luas tersedia.
Database maupun informasi tersebu dapat diketahui dengan real time, informasi
mengenai apapun yang pesaing lakukan dan pelanggan inginkan, dimanapun pesaing
dan pelanggan berada. Akibatnya, sistem informasi yang lengkap tersebut berlebihan
sehingga sistem harus mampu mengategorisasi informasi yang ada berdasarkan
kebutuhan pemakai. Para penelitii mencoba mengembangkan domain ontologi yang
spesifik, ensklopedi, dan model konseptual yaang dapat digunakan sebagai basis
mengategorisasikan informasi dan pesan-pesan perusahaan. Walaupun motivasi
pengembangan model konseptual serta alat-alat informasi dalam rangka perbaikan
pemrosesan yang bersifat otomatis, ternyata teknologi informasi masih memainkan
peran yang amat penting.

Fokus awal intelijen persaingan, yaitu pada kebijakan stratejik pimpinan puncak.
Perluasan jaringan komputer memperjelas bahwa intelijen perusahaan juga ada diluar
pejabat eksekutif. Bahkan didalam perubahan lingkungan persaingan, pengetahuan
yang benilai seringkali terdistribusi diantara anggota perusahaan. Hal ini mendorong
pentingnya aspek komunikasi dari pemrosean informasi perusahaan. Akibatnya,
petugas analisis intelijen persaingan perlu memperbaiki diri mereka kembali sebagai
seorang profesional intelijen bisnis. Bahkan dasar pembuatan keputusan sebelum
analisis laporan dan data, serta berbagi pengetahuan menjadi isu sentral bagi orang-
orang intelijen bisnis. Akibatnya, objek-objek informasi, pengetahuan perusahaan
tersebut berada di dalam aliran informasi.

Pengamatan ini juga memperjelass pertentangan antara dua pandangan


terhadap pengetahuan perusahaan. Menurut pandangan aliran pemrosesan informasi
(information processing), pengetahuan adalah data dan fakta yang tergantung kepada
orang dan pemaknaannya. Asumsi ini menyebabkan pengetahuan dianggap dapat
disimpan didalam komputer. Sistem intelijen bisnis mulai mengembangkan sistem yang
beragam, yang terdiri dari jaringan manusia dan mesin. Objek informasi dipandang
sebagai enabler dari proses pengetahuan perusahaan, dan dianggap memfasilitasi
pemahaman.

Teknologi diarahkan agar lebih berfokus pada perusahaan, penciptaan


kemampuan untuk bereaksi secara temporer serta cepat didalam intelijen bisnis. Seperti
World Wide Web/WWW menyentakkan kesadaran publik ditahun 1994. Visi awal tim
Berners Lee mmengenai web adalah menemukan kembali dan kembali menemukan.
Ketika seluruh dokumen dapat dikaitkan terhadap setiap dokumen penting lainnya,
dunia Web dapat menjadi tempat yang baik. Pengetahuan dapat menjadi bebas dan
tersedia pada saat diutuhkan.

World Wide Web tidak mempunyai tidak mempunyai alat yang efektif untuk
mengelola akses yang benar, serta tidak memiliki dukungan untuk membuat informasi
yang segera dapat ditindaklanjuti. Salah satu pemahaman yang terus berlanjut dan
telah diuji oleh aliran intelijen artifisial sejak awal tahun 1960-an. Yaitu ketika Herbert
Simon dan para pionir artifisial intelijen lainnya percaya bahwa masa depan komputer
berada didalam intelijen pemrosesan informasi. Sementara itu, Douglas Engelbert
berpendapat bahwa komputer merupakan medium baru yang dapat memperbesar
proses berfikir manusia. Engelbert’s Augmentation Research berpusat di stanford
Research Institute menjadi salah satu pelopor inovasi dalam teknologi komputer,
memimpin pengembangan dalam perhitungan interaktif, penggunaan grafik dan sistem
kolaborasi. WWW mengambil konsep sistem Augmentation ini untuk logika tujuan akhir,
yaitu mengurangi permasalahan penyajian pengetahuan, minimal dengan menilai
bahwa seluruh pengetahuan dapat disajikan sebagai dokumen dan dikaitkan dengan
mereka.

  Intelijen persaingan perusahaan berkembang ke arah intelijen bisnis pada awal


tahun 1990-an, yaitu ketika intelijen bisnis menkonseptualisasi tugas-tugasnya kedalam
manajemen pengetahuan internal perusahaan. Walaupun intelijen bisnis terkait erat
dengan sistem informasi, fokus intelijen bisnis terhadap efektivitas penggunaan
keahlian manusia, ahli analisis, dan jaringan sosial dan komunikasi. Di dalam kognisi
perusahaan (organizational cognition), intelijen bisnis terkait dengan ketiga sumber
manjemen lainnya, yaitu pada penelitian kognisi dan sense making.

Penelitian atas kognisi pengetahuan secara historis diilhami oleh pandangan


information processing yang berakar pada teori-teori kognitif tentang pikiran manusia.
Bila dikaitkan dengan tradisi ini, awal mulanya perusahaan dikonseptualisasikan sebagai
mesin pemrosesan informasi secara hierarki, riset awal kognisi pengetahuan berfokus
pada pengambilan keputusan pimpinan puncak.

Walaupun pandangan pemrosesan informasi dengan luas diterima, penelitian


awal secara sosiologis diadopsi dari berbagai pendekatan interpretationisme. Misalnya
Karl Weick dan koleganya menerbitkan beberapa artikel penting yang menonjol di
dalam penelitian kognisi perusahaan memperkenalkan ide-ide konstruktivistik didalam
ilmu perusahaan (Bougon, weick, & Binkhrost, 1997; Daft & Weick, 1984; Weick, 1995).
Penelitian ini memperjelas bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang dapat direkam
secara objektif dan disimpan didalam database. Pengetahuan perusahaan merupakan
suatu proses yang aktif dimana orang mencoba memehami lingkungannya.

Mungkin karena itu kontribusi utama dalam kegiatan-kegiatan penelitian inovasi


perusahaan justru datang dari luar benteng ilmu pengetahuan perusahaan. Nonaka
(1994); Hedlund & Nonaka (1991), mengingatkan peneliti perusahaan bahwa ada
alternatif terhadap epistemologi positivisme dari mainstream pandangan pemrosesan
informasi. Khususnya Nonaka mencatat bahwa perusahaan bukan mesin yang dapat
diarahkan untuk memaksimalisasikan efisiensi pemrosesan informasi tanpa kehilangan
banyak kemampuan penciptaan pengetahuaannya. Hanya ketika praktik manajemen
orang Amerika memperoleh kesiapan bagi pelurusan akhir mengenai arus informasi dan
penghapusan  dari lapisan manejemen menengah yang tidak diperlukan, keacakan
yang tidak terorganisasi, dan apapun yang tidak langsung menambahkan nilai kepada
proses bisnis, Nonaka memperjelas memperjelas bahwa jalur ini akan menjadi fatal bagi
perusahaan yang berbasis pengetahuan.

Studi Nonaka tentang inovasi juga sejalan  dengan penelitian tentang


organizational learning. Pada level yang paling dalam, pendekatan Nonaka berdasarkan
atas posisi epistemologi fenomenologikal yang lebih radikal, walaupun Schoin (1987);
dan Senge (1990) misalnya, secara khusus menekankan pentingnya tacit dan
pengetahuan tekait erat dengan epistemogi fenommenologi. Lebih spesifik
pengetahuan dikaitkan dengan epistemologi yang datang dari sekolah filosofi kyoto dan
diperkenalkan oleh Kitaro Nisshida pada wal abad ke-20. Epistemologi Kyoto adalah
sintetis dari pandangan dan pemahaman filosofi fenomenologis negara-negara barat,
diinspirasi oleh william james, henri Bergson, John Dewey, dan Edmun Husserls, dan
Martin Heidegger (dalam Nishitani,1991; Tuomi,2002)

Mereka yang bergerak dibidang komputer mencari solusi teknis terhadap


persoalan pengetahuan perusahaan, sementara orang-orang intelijen bisnis mencoba
menyediakan informasi yang relevan pada saat yang tepat didalam perusahaan. Peneliti
kognisi perusahaan berangkat dengan pertanyaan mengenai hakikat pengetahuan dan
peranannya di dalam mengorganisasi tindakan sosial. Kesemua itu hanyalah langkah
kecil untuk bergerak dari penggambaran perusahaan sebagai entitas berbasis
pengetahuan. Jika perusahaan ingin lebih efektif didalam penggunaan penciptaan
pengetahuan, mungkin mereka harus melihat perusahaan secara berbeda. Nonaka dan
penulis lainnya tertarik didalam pembelajaran yang sudah dibuat perusahaan didalam
masa transisi ini. Setelah Nonaka, yang lain kemudian segera mengikutinya dimana
mengaitkan knowledge management dengan strategi bisnis.
Menurut Tuomi (2002), Saat ini Knowledge management telah memasuki
generasi ketiga, dimana generasi kedua telah dimulai pada tahun 1997 dengan
banyakan membangun tugas baru paada spesialisasi daan CKO (Chief Knowldege
Officers). Perbedaan sumber knowledge management menjadi terkombinasi dan juga
cepat diserap oleh aktivitas organisasi setiap hari.

Generasi pertama dapat dicirikan karena berfokus pada information sharing,


information repositiories, dan intelectual capital accounting. Meningkatnya masyarakat
informasi meneyebabkan generasi pertama dari manajemen pengetahuan akan tetap
ada dan hidup. Ia akan berfokus pada penyimpanan dan akses informasi. Jaringan
tanpa kabel, kemampuan pemrosesan informasi melekat didalam lingkungan sehari-hari
dan kemungkinan akan meluas kepada pendistribusian dan pemrossesan informasi.

Generasi kedua knowledge management dibawa kedalam konsep tacit


knowledge, social learning, dan community of practice.Di level yang lebih praktis,
generasi kedua manajemen pengetahuan menekankan pada perubahan perusahaan
secara sistematis dimana praktik manajemen, sistem pengukuran , insentif, alat-alat
dan kebutuhan isi manajemen dikembangkan bersama. Generasi kedua manajemen
pengetahuan menunjukkan bahwa komputer konvensional sudah tidak cukup untuk
menangani tacit knowledge dan pengetahuan situasional. Di masa depan, sistem
komputer menyediakan informasi yang kontekstual yang mampu mendukung pengguna
bagi proses sense making. Sense making sering kali memerlukan eksplorasi domain
pengetahuan yang tidak dikenali, sistem informasi di masa depan diterima sebagai alat
memperkuat kemampuan berpikir manusia. Pandangan para konstruktivis juga
memperjelas bahwa akuisisi pengetahuan merupakan proses pembelajaran fenomena
interaksi soaisal, sistem informasi akan mendukung pemibilisasian sumber daya sosial
sebagai bagian dari proses pembelajaran. Bahkan human capital accounting lebih
berfokus pada pengembangan secara aktif terhadap sosial kapital.

Pada generasi ketiga knowledge mangement, gambaran pengetahuan akan


semakin meningkat penggunaannya dimana pengetahuan dapat dikelola. Bahkan upaya
empiris untuk menyimpan pengetahuan dalam sistem informasi sehingga pengetahuan
akan menjadi sesuatu yang lebih fleksibel. Generasi ketiga juga akan lebih menekankan
kaitan antara pengetahuan dan tindakan. Di sini akan menghilangkan rintangan pada
selurh sistem sosial. Untuk membuat pengetahuan menjadi nyata tidak cukup hanya
dengan pengetahuan individu dan bertindak hanya atas dasar pengetahuannya. Seluruh
pengetahuan sosial dan kultural maupun pengetahuan perusahaan hanya dapat
terealisasi melalui perubahan aktivitas dan praktik perusahaan.
3.2 Jenis Penerapan Knowledge Management
1. Tacit Knowledge
Tacit knowledge adalah manajemen pengetahuan yang sulit dilihat secara
kasat mata, atau bersifat personal. Pengetahuan ini dikembangkan memlalui
pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan dikembangkan. Pengetahuan
ini biasanya tidak terlihat dalam bentuk tulisan namun dapat terukur melalui
kinerja seseorang.
2. Explicit Knowledge
Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis yang mudah untuk
dikomunikasikan dan dibagi (Carrillo et al., 2004). Menurut pernyataan Polanyi
(1966) pada saat tacit knowledge dapat dikontrol dalam benak seseorang,
explicit knowledge justru harus bergantung pada pemahaman dan aplikasi
secara tacit, maka dari itu semua pengetahuan berakar dari tacit knowledge.
Secara umum explicit knowledge dapat dijabarkan sebagai :

- Dapat diucapkan secara tepat dan resmi.


- Mudah disusun, didokumentasikan, dipindahkan, dibagi, dan
dikomunikasikan.

Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang


diperoleh dalam bentuk tulisan atau pernyataan yang didokumentasikan, sehingga
setiap karyawan dapat mempelajarinya secara independent.

Penerapan contoh explicit knowledge adalah adanya Standard Opertional


Procedure (SOP) yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai
manajemen yang ada di suatu perusahaan.

Standard Operation Procedure atau prosedur pelaksanaan dasar dibuat untuk


mempertahankan kualitas dan hasil kerja. Dengan menggunakan Standard Operation
Procedure maka tugas-tugas akan semakin mudah dikerjakan, juga tamu akan terbiasa
dengan sistem pelayanan yang ada. Disamping itu Standard Operation Procedure
diciptakan agar para tamu merasa nyaman dalam mendapatkan apa yang dibutuhkan
dan diinginkan. Standard Operation Procedure sendiri dalam pelaksanaannya sangat
fleksibel karyawan dapat memberikan masukan berdasarkan pengetahuan yang
didapat.

Lebih lanjut menurut Sulastiyono (2001) : [3]


Standard adalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan derajat kesesuaian
suatu produk, diband ingkan dengan harapan-harapan tamu. Oleh sebab itu, agar suatu
jenis pekerjaan dapat menghasilkan produk yang standard dari waktu ke waktu, maka
cara-cara mengerjakan untuk menghasilkan produk tersebut juga harus dilakukan
dengan cara-cara yang standard pula. Yang dimaksudkan dengan produk yang standard
adalah :

1. Memiliki derajat kesesuaian untuk pemakai.


2. Setiap jenis produk yang dihasilkan untuk digunakan, secara konsisten
memiliki spesifikasi yang sama.

Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya atau


digunakannya Standard Operation Procedure adalah: 

1. Mempunyai nilai sebagai alat atau saluran komunikasi bagi manajemen dengan
para staf dan para pelaksananya. Melalui Standard Operation Procedure, seluruh
staf dan karyawan akan mengetahui secara jelas, berusaha untuk memahami
tentang tujuan dan sasaran, serta kebijakan dan prosedur kerja perusahaan.
Dengan demikian setiap orang dalam organisasi akan menerima pesan yang
jelas dari Standard Operation Procedure tersebut.
2. Standard Operation Procedure juga dapat digunakan sebagai alat atau acuan
untuk melaksanakan pelatihan baik bagi para staf dan karyawan, serta bagi
karyawan baru.
3. Standard Operation Procedure dapat mengurangi waktu yang terbuang, dengan
demikian diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja baik bagi
manajemen ataupun bagi para staf dan karyawan. Apabila tidak tersedia manual
pekerjaan, maka bila terjadi sesuatu kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan
harus dicari dahulu jalan pemecahannya, atau didiskusikan dahulu dengan rekan
sekerja dan atasannya, dan ini berarti membuang waktu. Lain halnya bila cara
penyelesaiannya sudah tersedia secara tertulis, maka akan lebih cepat
pelaksanaanya dan waktu lebih banyak dihemat, serta dapat lebih dimanfaatkan
untuk menyelesaikan pekerjaan lain.
4. Dengan dibantu oleh pengawasan yang dilaksanakan dalam proses pekerjaan,
maka Standard Operation Procedure dapat dilaksanakan secara lebih konsisten,
dan menjamin terciptanya produk yang standar, sekalipun dikerjakan oleh
orang-orang yang berbeda dan waktu pelaksanaan yang tidak bersamaan.
5. Technology
Teknologi merupakan salah satu elemen pokok yang terdapat pada
knowledge management, dikenal sebagai media yang mempermudah
penyebaran explicit knowledge. Berdasarkan pernyataan Gillingham dan Roberts
(2006) awal mulanya knowledge management digerakkan oleh teknologi,
khususnya explicit knowledge yang lebih mudah disusun. Menurut Marwick
(2001) teknologi bukanlah hal baru dalam knowledge management, dan
pengalaman yang telah dibentuk oleh para ahli sebelumnya menjadi bahan
pertimbangan terbentuknya teknologi itu sendiri. Seiring dengan berjalannya
waktu teknologi yang mendukung knowledge management akan selalu
berkembang dalam bentuk sistem-sistem yang mempermudah proses
penyebaran knowledge. Salah satu teknologi paling mutakhir yang saat ini
digunakan oleh banyak perusahaan untukproses penyebaran knowledge adalah
intranet, dimana hal ini didasarkan pada kebutuhan untuk mengakses
knowledge dan melakukan kolaborasi, komunikasi serta sharing knowledge
secara ”on line”. Intranet merupakan salah satu bentuk teknologi yang
diterapkan di Surabaya Plaza Hotel. Intranet atau yang disebut juga internal
internet menawarkan kesempatan untuk menggunakan telekomunikasi yang
maju yang telah dikembangkan dari internet. Menurut pendapat Merali peralatan
seperti intranet dan internet dianggap sebagai sistem knowledge management
yang utama untuk menjalankan dan mendukung forum diskusi dan praktek
(1999). Intranet bukan merupakan jaringan tunggal juga bukan merupakan
perangkat yang menghubungkan jaringan-jaringan seperti internet. Nama
intranet digunakan sebagai perwujudan dimana standar dan alat- alat
dikembangkan dalam internet digunakan untuk menyimpan dan mengirim data
perusahaan kepada pengguna dalam jaringan internal.

3.3  Elemen – Elemen Knowledge Management


1. People
Knowledge Management berasal dari orang. People merupakan bentuk dasar
untuk membentuk knowledge baru. Tanpa ada orang tidak akan ada knowledge.
2. Technology
Merupakan infrastruktur teknologi yang standar, konsisten, dan dapat diandalkan
dalam mendukung alat-alat perusahaan.

3. Processes
Yang terdiri dari menangkap, menyaring, mengesyahkan,
mentransformasikan, dan menyebarkan knowledge ke seluruh perusahaan
dilengkapi dengan menjalankan prosedur dan proses tertentu.

3.4  Tujuan Penerapan Knowledge Management


Implementasi knowledge management atau manajemen pengetahuan akan
memberikan pengaruh positif terhadap proses bisnis perusahaan baik secara langsung
maupun tidak langsung, beberapa manfaat knowledge management atau manajemen
pengetahuan bagi perusahaan antara lain:

1. Penghematan waktu dan biaya. Dengan adanya sumber pengetahuan yang


terstruktur dengan baik, maka perusahaan akan mudah untuk menggunakan
pengetahuan tersebut untuk konteks yang lainnya, sehingga perusahaan akan
dapat menghemat waktu dan biaya.
2. Peningkatan aset pengetahuan. Sumber pengetahuan akan memberikan
kemudahaan kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses
pemanfaatan pengetahuan di lingkungan perusahaan akan meningkat, yang
akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap
karyawan dapat meningkatkan kompetensinya.
3. Kemampuan beradaptasi. Perusahaan akan dapat dengan mudah beradaptasi
dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.
4. Peningkatan produktfitas. Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan ulang
untuk proses atau produk yang akan dikembangkan, sehingga produktifitas dari
perusahaan akan meningkat.
BAB 4

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari perjalanan kemunculan disiplin manajemen
pengetahuan, yaitu bahwa walaupun sumber teoritis manajemen pengetahuan berasal dari
berbagai latar belakang disiplin imu, perubahan dunia bisnis kearah knowledge economy secara
rinci menempatkan pengetahuan sebagai sumber daya yang dimiliki sangat besar. Perussahaan
harus memberikan perhatian baru untuk dapat memberikan pengetahuan baru untuk dapat
memelihara dan meningkatkan kekuatan pengetahuan yang dimilikinya.

Selain itu untuk mengelola pengetahuan yang begitu kompleks dan luas mememerlukan
keahlian dan perhatian dari pihak manajemen. Maka profesi baru sebagai sebagai ahli
manajemen pengetahuan akan muncul dari berbagai disiplin dan akan menjadi kenyataan. Hali
ini sangat mendukung ke arah munculnya manajemen pengetahuan sebagai suatu disiplin ilmu
tersendiri.

4.2 SARAN
Mahasiswa sebagai Stake Holder pembangunan sudah sepatutnya
mengaplikasikan Knowledge Management dengan baik dan dijadikan acuan dalam
peningkatan mutu dan tingkat produktifitas masyarakat Indonesia khususnya saat
mengabdi pada mayarakat nanti.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-480-BAB_I.pdf

http://ainurrofi12.blogspot.co.id/2015/10/sejarah-knowledge-management.html

http://apriliannyy.blogspot.co.id/2014/12/makalah-knowledge-
management.html#.WrxLU3pua01

Anda mungkin juga menyukai