Anda di halaman 1dari 34

IMPLEMENTASI Alfa

MANAJEMEN Bayu
Yusuf
PENGETAHUAN
KONSEP IMPLEMENTASI
MANAJEMEN PENGETAHUAN
Dewasa ini, perusahaan maupun organisasi yang ada kerap kesulitan meraih
keunggulan material yang signifikan. Perusahaan biasanya melakukan perbaikan
sedemikian rupa, demi menurunkan atau meminimalisir biaya. Namun dengan
persaingan yang sebegini ketat, penurunan biaya saja bukanlah menjadi hal yang
signifikan dan dapat benar – benar efektif. Munculnya banyak kompetitor baik lokal
maupun internasional, dengan segala macam keunggulanya, terutama pada
rendahnya biaya produksi dan segala macamnya, membuat keunggulan secara biaya
saja tidak cukup.
LANGKAH STRATEGIK IMPLEMENTASI
MANAJEMEN PENGETAHUAN

Analisis Infrastruktur
Mengaitkan Manajemen Pengetahuan dengan Strategi Bisnis
Mendesain Infrastruktur Manajemen Pengetahuan
LANGKAH STRATEGIK IMPLEMENTASI
MANAJEMEN PENGETAHUAN

Mengaudit Aset dan Sistem Pengetahuan yang Ada


Mendesain Tim Manajemen Pengetahuan
Menciptakan Blueprint Manajmen Pengetahuan
LANGKAH STRATEGIK IMPLEMENTASI
MANAJEMEN PENGETAHUAN

Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan


Prototype dan Uji Coba
Perubahan, Kultur, dan Struktur Penghargaan
Evaluasi Kinerja, Mengukur ROI, dan Perbaikan Sistem Manajemen
Pengetahuan
c. Proses bisnis internal: apakah proses internal kita efektif,efisien,dan terbaik ?
d. Pembelajaran dan pertumbuhan: bagaimanakah kita melakukan sesuatu
dengan baik sehingga kita dapat mempertahankan daya saing kita secara
berkelanjutan seperti kunci mempertahankan karyawan, meningkatkan system
dan teknologi, dan mengembangkan kemampuan orang-orang kit?

Untuk tujuan pengukuran hasil manajemen pengetahuan, Tiwana (2000)


mengajukan pengganti perspektif Kaplan dan Norton, yaitu sebagai berikut :
Financial perspective (perspektif finansial)
Human capital perspective (perspektif modal manusia)
Customer capital perspective (perspektif modal pelanggan)
Organizational capital perspective (perspektif modal organisasi)
Dari langkah-langkah yang dilakukan dengan strategi implementasi manajemen
pengetahua di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesuksesan strategi
implementasi manajemen pengetahuan sangat tergantung kepada beberapa
aspek, yaitu infrastruktur, teknologi, struktur, system penghargaan, dan kultur.
Dengan diidentifikasikan sasaran strategis, strategis usaha serta factor kunci
sukses organisasi sudah dapat mengidentifikasi ragam kelompok yang
dibutuhkan serta tingkat pengetahuan inti, lanut atau inovatif, sehingga
langsung dapat diimplementasikan dalam kegiatan perusahaan atau organisasi.
Gambar 6.2 menunjukan kesenjangan pengetahuan dalam implementasi
manajemen pengetahuan
Pendekatan lain yang dapat digunakan dalam implementasi manajemen
pengetahuan adalah melalui rantai nilai organisasi, sebagaimana pada Gambar
6.3. rantai nilai atau value chain merupakan model hubungan antara kegiatan-
kegiatan primer dan kegiatan yang mendukung yang ada di perusahaan
memberikan nilai pelanggan. Sejka diperkenalakn oleh Porter pada tahun 1980
(Comppetitive strategy Techniques for Analycing Industies and Competitor),
model ini sangat popular karena bbermanfaat untuk mengidentifikasi sumber
biaya dan sumber diferensiasi yang dapat menjadi keunggulan bersaing bagi
perusahaan.
6.3 R A NTAI NILA I P E R USA HA A N
SE CA R A GE N ER IC , R A N TA I NIL A I PE R US A H A AN T ER D IR I ATA S E MPAT K EG IATA N P E ND U K UN G D A N LIM A
K E GIATA N PR IME R . MA SIN G -MA SIN G K EG IATA N ME MIL IKI IN DIC ATO R KIN E RJA , M A SIN G -M A SIN G
U K UR A NN YA D IT E TA P KA N O L EH P E RU S AH A A N. K INE R JA AT E RS E BU T D APAT D IC A PA I BIL A PE R U SA H A AN
MEMILIK I PE N G ETAH U A N YAN G D IB UT U HK A N U NT U K ME N CA PA I K IN E R JA .
C. BERBAGAI FAKTOR PENDUKUNG IMPLEENTASI
MANAJEMEN PENGETAHUAN
1. Kondisi Sosial
Kondisi social dalam organisasi, menururt Davis (1998), dinyatakan
bahwa efektivitas manajemen pengetahuan memerlukan sebuah
perubahan fundamental di dalam satu organisasi melakuka kegiatannya.
Kondisi ini dapat melahirkan hal-hal sebagai beriku :
a.Pondasi yang kuat bagi setiap orang untuk lebih membuka pikirannya
kepada orang lain untuk lebih terlibat dalam dialog dengan orang lain,
dan berupaya mempertimbangkan keyakinannya.
b. Penilaian (appraisal)
c. Pemberdyaan
d. Kepercayaan (trust).
e. Otonomi (autonomy).
f. Pengungkitan kompetensi (competence leverage)
g. Pekerja atau aktivis pengetahuan (knowledge crew/activist). Menurut
Nonaka dan Takeuchi; 1995) pekerja pengetahuan adalah pemimpin proyek
penciptaan pengetahuan. Selanjtkan dikemukakan jika aktivitas
pengetahuan memiliki enam tujuan, yaitu:
Memulai dan memfokuskan penciptaan penegtahuan
Mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penciptaan
pengetahuan
Mendorong inisiatif penciptaan pengetahuan ke seluruh organisasi
Memperbaiki kondisi yang terlibat dalam penciptaan pengethauan dan
mengaitkan aktivitas tersebut dengan gambaran umum yang ingin dicapai
oleh organisasi
Mempersiapkan para peserta yang terlihat dalam penciptaan pengetahuan
dengan tugas-tugas baru dimana pengetahuan tersebut akan dibutuhkan;
dan
Memperluas perspektif dari komunitas mikro.
2. Kondisi Organisasi
Proses penciptaan pengetahuan, selain ditentukan kondisi social juga
sangat ditentukan oleh kondisi organisasi pembelajar (learning
organization). Dalam konteks manajemen pengetahuan organisasi,
pembelajar terkait dengan penciptaan pengetahuan dalam konteks
sosialisasi dan internaisasi, yaitu seperti berikut:
a. Tujuan (Intention).
b. Kekenduran (Slack).
c. Fluktuasi dan Kekacauan Kreatif.
d. System yang Terintregaasi ke dalam Proses Pekerjaan Sehari-hari.
e. Redundansi (Rendudancy)
f. Menanamkan Visi Pengetahuan (Instiling a Knoeledge VisionI).
g. Menegelola Percakapan (Managing Conversation).
h. Mengglobalkan Pengetahuan Lokal (Gbloblizing Local Knowledge).
i. Ukuran (Metrics).
j. Pejuang Pengetahuan (Knowledge Champion)
k. Iklim Keterbukaan (Climate of Openness).
l. Keperluan yang Beragam (Requizite Variety
m. Komunitas (Communities).
n. Kolaborasi (Collaboration).
o. Dialog (Dialogue).  
3. Kondisi Teknologi
Adanya teknologi informasi dan komunikasi dalam memfasilitasi dan menciptakan
pengetahuan adalah untuk memnghubungkan orang dengan orang lain atau untuk
mengekaplisitkan pengetahuan. Hal ini dapat dibedakan dalam tiga dimensi yang
saling terkait yaitu seperti berikut:
a.Memiliki informasi dan mengkaplisitkan komponen pengetahuan secara online,
tersusun dan terpetakan, dengan mudak diakses dan secara akurat ditemukan untuk
digunakan oleh seluruh pengguna di dalam situasi yang menekankan pada sisi
pengetahuan eksplisit.
b.Meningkatkan koordinasi, komunikasi, dan kolaborasi antar individu, tim, atau
kelompok untuk mentransfer pengetahuan dari pihak yang memiliki pengetahuan
kepada pihak yang membutuhkan atau ingin menggunakan pengetahuan tersebut
(McGee, 1996). Dimensi kedua ini lebih ditekankan pada sisi pengetahuan
implisit.
c.Menawarkan satu bentuk petunjuk kepada pihak lain mengenai keahlian tertentu
atau merupakan satu dokumen yang menjelaskan pengetahuan. Dimensi ini lebih
menekankan pada kedua sisi sebelumnya, yaitu tacit knowledge dan explicit
knowledge.
Teknologi komunikasi dan informasi yang membantu proses penciptaan dan berbagi
pengetahuan, dikenal antara lain berupa tempat penyimpanan pengetahuan. Hal-hal
yang berkaitan dengan pengetahuan diatas, yaitu seperti berikut :
d.Peta Rute Pengetahuan
e.Wahana Berkolaborasi
4. PENYELARASAN STRATEGI MANAJEMEN PENGETAHUAN
DENGAN STRATEGI ORGANISASI

Dalam mengimplementaiskan terhdapa ide-ide pengetahuan terintregasi


dalam proses penyusunan strategi manajemen pengetahuan dengan
strategi organisasi karena strategi manajemen pengetahuan merupakan
bagian satu kessatuan dari strategi organisasi.
Stratregi distribusi menyangkut pemilihan mekanisme knowledge transfer yang akan
digunakan, agar knowledge tersebut dapat diterima oleh orang yang tepat, pada saat
tepat untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Hal itu terjadi sebagai
kosekuensi dari tersedianya knowledge operasional (how to perform activites) yang
dibutuhkan untuk mengeksejusi proses-proses detail dari implementasi strategi.
MENURUT TOBING (2007), SIKLUS PERUMUSAN
STRATEGI PERUSAHAAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP STRATEGI MANAJEMEN PENGETAHUAN,
DIRUMUSKAN LANGKAH-LANGKAH ATAU INISIATIF
YANG HARUS DILAKUKAN
KERANGKA ZACK DAPAT MEMBANTU PERSONIL
MANAJEMEN PENGETAHUAN DALAM MELAKUKAN
PENILAIAN ANTARA KNOWLEDGE YANG SUDAH
DIMILIKI PERUSAHAAN DAN YANG BELUM DIMILIKI
OLEH PERUSAHAAN.
Untuk knowledge yang sudah dimiliki oleh perusahaan, personil Manajemen
Pengetahuan juga harus melakukan analisa ketersediaan dan kualitas knowledge;
identifikasi unit atau personil yang memiliki knowledge tersebut; dan
ketersediaan knowledge tersebut apakah dalam bentuk tacit atau explicit; dan juga
apakah explicit knowledge tersebut tersedia dalam bentuk digital, manual atau
buku. Dan terakhir, bagaimana tingkat aksebilitas terhadap knowledge yang sudah
dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Sedangkan untuk knowledge yang belum dimiliki, harus dilakukan analisis untuk
mengidentifikasi organisasi, perusahaan atau orang yang sudah
memiliki knowledge tersebut dan bagaimana tingkat aksebilitas
terhadap knowledge tersebut.
D. MENSINERGIKAN PENGETAHUAN
DENGAN STRATEGI ORGANISASI
DALAM PROSES BISINIS
MENURUT TOBING (2007), ADA DUA TAHAPAN UTAMA YANG DAPAT
DIDEFINISKAN PADA PROSES YANG BERKAITAN DENGAN STRATEGI
ORGAINSASI, YAITU TAHAPAN FORMULASI STRATEGI DAN IMPLEMENTASI
STRATEGI.

Perbedaan karakteristik antara knowledge yang dibutuhkan untuk tahapan formulasi


strategi dengan knowledge yang dibutuhkan untuk tahapan implementasi strategi.
Sedangkan knowledge untuk tahap implementasi strategi (termasuk inisitif dan
proses bisnis) lebih focus pada knowledge yang lebih berorientasi pada “technical
know how “ dan knowledge yang memberi tuntutan dalam pengambilan keputusan
yang bersifat operasional.
UNTUK MENGINTEGRASIKAN
KNOWLEDGE KE PROSES BISNIS,
MENURUT TOBING (2007), PERLU
DILAKUKAN HAL-HAL BERIKUT :
Identifikasi proses bisnis (what to do)
Identifikasi metoda yang digunakan untuk melaksanakan proses bisnis.
Identifikasi sarana/tool yang digunakan untuk melakukan pross bisnis.
Identifikasi kualifikasi atau knowledge level dari personil yang menjadi tanggung
jawab dan eksekutor dari proses bisnis.
Identifikasi input dari proses bisnis.
Identifikasi output dari proses bisnis dan indicator keberhasilannya.
Pemetaan kebutuhan knowledge untuk masing-masing proses bisnis.
PENGUMPULAN INFORMASI SEBAGAI WADAH UTAMA,
SEBAGAIMANA DIKEMUKAKAN OLEH STAPLETON
(2003) :

Membentuk citra, identitas dan repotrasi bisnis.


Menciptakan basis data kontak bisnis.
Menyebarkan informasi ke pasar.
Membentuk dan memelihara jaringan sumber informasi.
Membentuk ikatan dengan media.
Memodifikasi siklus bisnis.
MENICIPTAKAN DAN MENGEMBANGKAN
PENGETAHUAN YANG DIBUTUHKAN OLEH
ORGANISASI DENGAN PEDOMAN HAL-HAL
SEBAGAI BERIKUT :
Pernyataan misi.
Waktu dan sumberdaya yang dicurahkan untuk mengumpulkan informasi bisnis.
Membuat program.
Rekrutmen.
Pertukaran pelanggan.
Meger dan akusisi.
Pengumpulan informasi di lokasi lain.
Mempertahankan pelanggan.
Kompoisisi taktik pengumpulan informasi
SEBELUM MENGGUNAKAN TAKTIK
PENGUMPULAN INFORMASI BISNIS,
MENGGUNAKAN PERTANYAAN BERIKUT :
Apakah taknik saya digerakkan oleh volume bisnis ?
Apakah taktik saya sesuai dengan komposisi pengetahuan?
Apakah taktik tersebut unik dan belum dimiliki oleh organisasi lain ?
Siapa saja dalam bisnis saya menginginkan informasi baru ? apa informasi baru akan
menaikkan profit baru, bagaimana dan mengapa ?
Apakah mereka memahami dan menginginkannya ? bagaimana informasi baru dapat
membantu ? dapatkah anda merangkum pengetahuan yang diperoleh dalam satu
kalimat?
SUMBER-SUMBER INFORMASI
YANG BERKAITAN DENGAN
BISNIS
Prospectus bisnis.
Kadin.
Penyedia komunikasi tentang konsumen.
Perusahaan direct mail.
Laporan bisnis fortore.
Penyedia informasi tentang industry.
Biro informasi, dan lainnya.
E. EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI
MANAJEMEN PENGETAHUAN
Tujuan utama Knowledge Manajemen adalah memastikan
tersedianya knowledge yang dibutuhkan pada saat yang tepat dan untuk orang yang
tepat yang penggunaannya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi
atau untuk menciptakan nilai bagi perusahaan.
Ada kemungkinan knowledge yang sudah dimiliki oleh perusahaan, termasuk yang
baru diakuisisi, kurang efektif dalam pemanfaatannya.
Tingkat ketersediaan knowledge yang tinggi, tidak menjamin bahwa Manajemen
Pengetahuan di organisasi tersebut sudah berjalan dengan efektif. Knowledge
overload dapat terjadi jika tidak ditemukan link yang tepat antara
ketersediaan knowledge dengan tingkat kebutuhan dan tingkat kestrategisan
dari knowledge.
Faktor berikutnya yang dapat menyebabkan ketidakefektifan dan inefisiensi adalah
kurang dinamisnya Manajemen Pengetahuan. Hal ini ditandai dengan
adanya delay dan gap antara kebutuhan dan penyediaan knowledge dan kurangnya
kompetensi eksekutor inisiatif atau proses bisnis dalam
menggunakan knowledge yang sudah tersedia.
Selanjutnya dijelaskan pada tingkat paling dasar dalam suatu organisasi terletak pada
efektivitas individu sebagai anggota organisasi. Pandangan ini menekankan pada
kinerja individu –individu yang ada di organisasi. Pengertiannya, masing-masing
kontribusi yang dapat diberikan individu-individu dalam organisasi dapat
ditekankan.
Kriteria Efektivitas
Organisasi
 
Waktu

Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang


     
1. Produksi Dapat menyesuaikan diri dan Dapat hidup terus
2. Efisiensi perkembangan (continuously
3. Kepuasan improvement)
KRITERIA

Anda mungkin juga menyukai