e. Kepemimpinan
Merupakan inspirasi dan pergerakan sumber daya lain untuk melaksanakan
tindakan secara bersama-sama guna mencapai nilai-nilai yang baik.
Kepemimpinan dan pemimpin bukanlah hal yang sama. Kepemimpinan yang
efektif pada organisasi publik dan organisasi non profit dan masyarakat
merupakan pekerjaan secara bersama-sama yang melibatkan banyak orang
yang memiliki peran berbeda-beda pada waktu yang berbeda sebagaimana
yang dikatakan oleh (Collis, 2005) Intinya, orang yang sama akan menjadi
pemimpin pada waktu tertentu dan menjadi pengikut pada waktu tertentu pada
saat pertukaran lingkaran strategi. Menjalankan tugas kepemimpinan yang
saling berkaitan sangatlah penting manakala perencanaan strategis dan
implementasinya akan menjadi efektif. Kepemimpinan diharapkan:
Memahami konteks.
Memahami orang-orang yang terlibat, termasuk diri sendiri
Mendukung proses
Menganugrahi proses
Memfasilitasi proses
Mendukung kepemimpinan bersama
Menggunakan dialog dan diskusi untuk menciptakan proses yang
bermanfaat, memperjelas mandat, menyuarakan misi, mengenali masalah-
masalah strategis, mengembangkan strategi yang efektif, dan (jika
memungkinkan) mengembangkan visi sukses
Membuat dan menerapkan kebijakan pengambilan keputusan
Menekankan norma, menangani perselisihan, dan menangani konflik
yang muncul.
Meletakkan semua unsur itu secara bersama-sama
f. Struktur Organisasi
Perubahan strategi perusahaan mungkin akan membutuhkan beberapa
perubahan dalam organisasi dan juga keahlian yang dibutuhkan pada posisi-
posisi tertentu. Studi yang dilakukan oleh Chandler, (2013) terhadap beberapa
perusahaan besar Amerika Serikat seperti DuPont, General Motors, Sears dan
Standard Oil disimpulkan bahwa berbagai perubahan yang terjadi dalam
implementasi strategi akan mengarah pada perubahan struktur organisasi.
Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa struktur organisasi yang baik
adalah struktur organisasi yang sesuai dengan strategi. Dengan kata lain
struktur organisasi mengikuti strategi. Oleh karena itu, penetapan stuktur
organisasi merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi strategi
agar semua aktivitas perusahaan yang diakibatkan perubahan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik. Struktur organisasi akan membantu mempertajam
aktivitas kunci perusahaan dan memperlihatkan pola koordinasi yang
diterapkan dalam menjalankan strategi. Dalam hal ini, aspek strategi, stuktur
dan lingkungan harus terpadu dalam satu kesatuan, atau jika tidak, maka
kinerja perusahaan akan lemah. Berdasarkan pemikiran di atas, maka para
manajer strategis harus memperhatikan bagaimana perusahaan mereka akan
distruktur agar semua aktivitas perusahaan dapat dilakukan dengan baik.
Sebagai contoh, perusahaan otomotif Ford memilikistruktur organisasi
yangtinggi dengan 15tingkatan manajer, sementara Toyota relatif datar dengan
hanya memiliki tujuh tingkatan manajer. Bentuk struktur organisasi meliputi:
1) Struktur Organisasi Sederhana. Struktur organisasi sederhana ini hanya
memiliki dua tingkatan, yaitu pemilik dan pekerja. Perusahaan kecil
dengan satu produk atau beberapa produk lain yang saling berhubungan,
biasanya menggunakan struktur organisasi ini.
2) Struktur Organisasi Fungsional. Dalam struktur organisasi fungsional,
setiap manajer yang mempunyai spesialisasi fungsional menggantikan
tempat dan peranan si pemilik perusahaan. Transisi menuju spesialisasi ini
membutuhkan sebuah perubahan substansial dalam gaya manajemen
pimpinan perusahaan. Sebagai organisasi yang menumbuhkan dan
mengembangkan sejumlah produk dan pasar yang berkaitan, struktur
organisasi ini secara teratur berubah untuk merefleksikan spesialisasi yang
lebih besar.
3) Struktur Organisasi Divisional. Ketika perusahaan berkembang, perusahaan
mulai memfokuskan perhatiannya pada pengelolaan berbagai lini produk di
berbagai industri dan mendesentralisasikan wewenangnya dalam
pengambilan keputusan. Ketika perusahaan mulai melakukan akuisisi dan
mengembangkan berbagai produk baru dalam industri dan pasar yang
berbeda, biasanya mengubah strukturnya menjadi struktur organisasi yang
terdiri dari beberapa divisi. Tiap-tiap divisi dapat beroperasi sendiri-sendiri
dibawah pengarahan seorang manajer divisi yang bertanggungjawab
langsung kepada CEO. Dalam struktur organisasi divisional, manajer divisi
dapat mengembangkan strategi untuk masing - masing divisinya dan
mungkin saja mereka menghadapi persaingan yang berbeda dengan divisi
lainnya sehingga strategi yang ditempuh mungkin juga berbeda dengan
divisi lainnya. Pada organisasi divisional, divisi-divisi tersebut dapat
menjadi tempat yang baik untuk melatih para manajer muda. Selain itu juga
merupakan tempat yang baik dalam mengembangkan “intuisi”
kewiraswastaan serta meningkatkan sejumlah pusat inisiatif dalam suatu
perusahaan.
4) Struktur Strategic Business Unit (SBU). Ketika struktur organisasi
divisional menjadi sulit diterapkan karena CEO mempunyai terlalu banyak
divisi yang harus diurus, maka salah satu solusinya adalah perusahaan
mengubah struktur organisasinya dalam bentuk strategic business unit
(SBU) atau strategic groups. Struktur SBU ini mengelompokkan sejumlah
divisi berdasarkan pada beberapa aspek seperti lini produk atau pasar.
5) Struktur Organisasi Matriks. Struktur organisasi matriks digunakan untuk
memudahkan pengembangan pelaksanaan beragam program atau proyek.
Setiap departemen dikepalai oleh vice precident yang mempunyai
tanggungjawab fungsional bagi seluruh proyek. Sedangkan setiap manajer
proyek mempunyai “project responsibility” untuk penyelesaian dan
implementasi strategi.
g. Budaya Organisasi
Cleland D. (2005) berpendapat bahwa sebuah organisasi dapat mempunyai
budaya secara keseluruhan dan sekaligus mempunyai berbagai subcultures.
Sifat-sifat subcultures yang dimiliki oleh profesional dalam organisasi
mempunyai elemen yang sama dengan kultur organisasi. Berbagai ciri tersebut
antara lain:
1) Anggota subculture mempunyai suatu rasa kebersamaan
2) Anggota kelompok profesi saling belajar dari pengalaman kerja
3) Anggota kelompok mempunyai keadaan emosi yang luar biasa dalam
pekerjaannya
4) Citra diri dan status sosial anggota meningkat dengan prestasi dalam
pekerjaannya
5) Anggota kelompok mengembangkan hubungan sosialnya ke kegiatan hidup
di luar kerja.
Dalam hubungan antarbudaya terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan.
Kemungkinan terjadi konflik atau terjadi sinergi antar subculture.
Sebagai contoh pada sektor rumah sakit, terjadi interaksi antara budaya
organisasi rumah sakit dengan budaya profesional. Rumah sakit merupakan
lembaga yang mempunyai berbagai subbudaya (subcultures) berdasarkan
profesional yang ada ataupun berdasarkan unit kerja. Sebagai contoh, sistem
kerja di Instalasi Gawat Darurat. Instalasi ini mempunyai bentuk budaya yang
khas yaitu aspek waktu dan kematian merupakan hal yang mempengaruhi pola
kerja. Dengan demikian Kultur IGD berbeda dengan Kultur rawat jalan biasa.
Dalam hal kelompok profesional, di rumah sakit terdapat berbagai subculture
yang berasal dari berbagai profesi misalnya, budaya perawat, dokter umum,
dokter spesialis dengan bermacam-macam cabang dan juga para manajer.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Monit Dian Novita, Nurleli (2020) dengan judul
“Pengaruh Lingkungan Internal terhadap Keunggulan Kompetitif”. Jurnal Spesia.
https://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.24350.