KNOWLEDGE MANAGEMENT
Disusun Oleh:
Sokhiba Fadillah Sukma
220910202111
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
2023
POKOK BAHASAN 1
MATERI 12: MENGKOORDINASIKAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN
1. Manajemen Pengetahuan
Pengetahuan merupakan pemahaman atau informasi yang dimiliki oleh setiap
individu ataupun kelompok yang digunakan untuk berpikir, membuat keputusan atau
bertindak secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Manajemen pengetahuan atau
knowledge management adalah serangkaian alat, strategi dan metode untuk
mempertahankan, menganalisa, mengoraganisir, membagikan dan juga meningkatakan
informasi yang terdapat dalam suatu perusahaan. Menurut Daryanto dan Yuliana (2017),
ada beberapa tingkatan pengetahuan yaitu:
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan sebagai ingatan, dimana seseorang dituntut untuk
mengetahui suatu fakta sekalipun tanpa menggunakannya.
2) Pemahaman (Comprehension)
Untuk dapat memahami suatu objek, seseorang tidak hanya sekedar mengetahui saja
dan tidak sekedar akan tetapi seseorang dapat menafsirkan objek dengan benar
sebagaimana yang diketahui.
3) Penerapan (Application)
Penerapan atau bisa disebut dengan aplikasi adalah kemampuan seseorang untuk
menerapkan pengetahuan yang telah memahami.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang ada dalam suatu
objek.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk menyusun metode baru dari metode
yang telah ada, mengacu pada kemampuan untuk meringkas dan menghubungkan
secara logis dengan pengetahuan
6) Penilaian (Evaluation)
Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan individu untuk menilai subjek tertentu
berdasarkan norma.
2. Penciptaan Pengetahuan
Penciptaan pengetahuan merupakan sebuah proses dimana informasi baru atau
pengetahuan ditemukan, dikembangkan, atau dihasilkan. Di dalam proses pencipataan
pengetahuan melibatkan beberapa aktivitas kreatif, eksplorasi, dan pemikiran analistis
untuk menghasilkan pengetahuan baru atau menghasilkan sebuah inovasi pengetahuan.
Menurut Nonaka, berikut merupakan empat pola dasar atau langkah-langkah penciptaan
pengetahuan:
1) Sosialisasi, merupakan proses menciptakan pengetahuan taksit melalui berbagi
pengetahuan atau pengalaman secara langsung dari orang yang satu dengan yang lain
(one-to-one).
2) Eksternalisasi, merupakan proses kristalisasi pengetahuan-pengetahuan taksit yang
dimiliki para pekerja KM (knowledge workers) kemudian diubah kedalam bentuk
eksplisit.
3) Kombinasi, merupakan proses integrasi dari beberapa pengetahuan eksplisit yaitu
prosedur-prosedur kerja yang sudah ada di perusahaan menjadi prosedur kerja yang
terpadu dan saling terkait.
4) Internalisasi, merupakan proses berbagi pengetahuan eksplisit berupa dokumen atau
modul ke seluruh unit organisasi, dan kemudian berhasil diubah menjadi pengetahuan
taksit oleh setiap perorangan untuk dipakai dalam bekerja secara rutin.
3. Jenis-jenis Pengetahuan
Ada 2 jenis pengetahuan, yaitu:
1) Explicit Knowledge, merupakan jenis pengetahuan yang telah dikumpulkan,
diterjemahkan, dan juga didokumentasikan sehingga akan lebih mudah untuk
dipahami oleh orang lain. Umumnya merupakan pengetahuan yang bersifat teori yang
mempermudah seseorang dalam membagi pengetahuannya kepada orang lain melalui
buku, artikel, dan sebagainya.
2) Tacit Knowledge, merupakan pengetahuan yang berasal dari pemahaman dan
pengalaman orang lain yang berasal dari pikiran yang terdapat di dalam otak atau
pikiran seseorang. Pengetahuan ini biasanya bersifat tidak terstruktur, susah untuk
didefinisikan dan diberitahukan dengan bahasa yang formal kepada orang lain dan
isinya mencakup pemahaman pribadi. Umumnya belum terdokumentasi, karena
masih terdapat di dalam pikiran seseorang.
4. Strategi Pengelolaan Pengetahuan
Dalam strategi pengelolaan pengetahuan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1) APQC (American Productivity and Quality Center), merupakan kerangka kerja yang
menyediakan kebutuhan untuk mengatasi permasalahan pada pengelola pengetahuan
yang bagi organisasi. APQC fokus pada peningkatan produktivitas dan kualitas.
2) APO (Asian Productivity Organzation) Framework Knowledge Practice (KMP)
merupakan kerangka kerja dalam pengelolaan pengetahuan yang lapisan utamanya
adalah visi dan misi strategis organisasi dengan mengidentifikasi kompetensi untuk
mencapai tujuan bisnis organisasinya. APO lebih menekankan pada peningkatan
produktivitas di tingkat regional.
Kedua strategi tersebut memiliki peran penting dalam membantu organisasi
mengelola pengetahuan mereka secara aktif.
5. Kesimpulan
Manajemen pengetahuan adalah serangkaian alat, strategi, dan metode untuk
mempertahankan, menganalisis, mengorganisir, membagikan, dan meningkatkan
informasi dalam suatu perusahaan. Ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Penciptaan pengetahuan adalah
proses di mana informasi baru atau pengetahuan ditemukan, dikembangkan, atau
dihasilkan. Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan eksplisit dan pengetahuan taksit.
Strategi pengelolaan pengetahuan dibagi menjadi dua macam, yaitu APQC dan APO.
Kedua strategi tersebut memiliki peran penting dalam membantu organisasi mengelola
pengetahuan mereka secara aktif.
POKOK BAHASAN 2
MATERI 13: PENGAYAAN SUMBER DAYA YANG DIAKTIFKAN SECARA
DIGITAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA
5. Pengertian Kinerja
Secara umum, kinerja dapat diartikan sebagai prestasi, produktivitas, usaha, kinerja
pekerjaan, dan moral kerja. Secara etimologis, konsep kinerja sering dikaitkan dengan
"performance," yang merujuk pada pencapaian seseorang dalam menyelesaikan tugas atau
pekerjaan. Menurut pendapat Prajirosentono, performance mencakup hasil kerja positif
yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab tanpa melanggar hukum. Sementara
menurut Gomes, kinerja dapat dijelaskan sebagai tindakan atau perbuatan yang
menghasilkan kinerja kerja. Kesimpulannya, kinerja dapat dipahami sebagai pencapaian
prestasi kerja yang berhasil, yang diperoleh oleh seseorang melalui tindakan atau
perbuatan yang menghasilkan kinerja kerja positif.
6. Industri 4.0
Saat ini, teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga menjadi elemen kunci
dalam operasi dan perkembangan organisasi. Era industri 4.0, yang ditandai oleh integrasi
teknologi digital, kecerdasan buatan, dan otomatisasi, memberikan gambaran lebih jelas
tentang evolusi teknologi yang semakin maju.
Perkembangan teknologi saat ini telah mengubah cara organisasi melakukan
kegiatan operasional, mengelola data, dan berkomunikasi. Dalam konteks ini, peran
sumber daya manusia dalam beberapa aspek organisasional dapat tergeser karena beberapa
tugas dapat diotomatisasi. Namun, penting untuk diingat bahwa sumber daya manusia
tetap krusial dalam menyusun, mengimplementasikan, dan memahami strategi serta
keputusan yang diambil oleh organisasi, sementara teknologi lebih berfokus pada
pelaksanaan tugas-tugas rutin dan pengolahan data.
8. Kinerja Perusahaan
Dalam usaha untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional,
banyak perusahaan kini lebih memilih menggunakan teknologi canggih sebagai pengganti
peran manusia. Mesin, robot, dan komputer termasuk dalam teknologi tersebut, dan
mereka mampu menjalankan tugas-tugas tertentu dengan tingkat efisiensi dan konsistensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan manusia. Harapannya, investasi dalam
sumber daya teknologi ini dapat memberikan kontribusi pada peningkatan produktivitas
perusahaan, mengurangi tingkat kesalahan, dan secara keseluruhan meningkatkan daya
saing. Walaupun peran manusia tetap krusial dalam pengambilan keputusan strategis dan
aspek-aspek yang melibatkan kecerdasan emosional, namun peran teknologi semakin
berkembang dalam menjalankan tugas-tugas operasional dan rutin.
9. Kesimpulan
Materi di atas membahas sejumlah topik terkait manajemen sumber daya manusia,
ekonomi digital, tools untuk knowledge management, manfaat digital dalam perusahaan,
pengertian kinerja, era industri 4.0, serta pergeseran peran manusia dan teknologi dalam
perusahaan. Terdapat fokus pada evolusi peran sumber daya manusia menuju kreativitas
dan inovasi dalam era digital, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, jenis-jenis tools
seperti Microsoft SharePoint, Basecamp, dan Google Drive untuk manajemen
pengetahuan, manfaat penerapan teknologi digital, serta perubahan dinamika kerja
manusia akibat era industri 4.0. Meskipun teknologi semakin dominan dalam tugas-tugas
operasional, peran manusia masih penting dalam pengambilan keputusan strategis dan
aspek-aspek emosional.
POKOK BAHASAN 3
MATERI 14: KOLABORASI DAN JARINGAN
1. Kolaborasi
1) Definisi Kolaborasi
Dari segi etimologi, kata "collaborative" berasal dari gabungan kata "co" dan
"labor," yang merujuk pada upaya bersama atau peningkatan kemampuan yang
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati atau ditetapkan bersama.
Menurut Camarihna-Matos dan Afsarmanesh (2008) kolaborasi merupakan sebuah
proses ketika beberapa entitas atau kelompok saling berbagi informasi, sumber daya,
dan tanggung jawab atas sebuah program kegiatan yang dirancang,
diimplementasikan, dan dievaluasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati bersama.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kolaborasi merupakan bentuk kerjasama
yang melibatkan dua orang atau lembaga lebih, di mana terjadi pembagian tugas,
informasi, tanggung jawab, serta peningkatan kemampuan untuk menyelesaikan suatu
masalah. Tujuan dari kolaborasi ini adalah mencapai kesepakatan atau pengambilan
keputusan bersama guna mencapai suatu tujuan yang sama.
2) Tujuan Kolaborasi
• Mempermudahdan mempercepat penyelesaian pekerjaan,
• Meningkatkan produktivitas dengan melibatkan para pegawai,
• Meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang besar,
membutuhkan biaya besar, penyediaan aset kerja ataupun untuk mencari solusi
atas permasalahan yang rumit.
3) Manfaat Kolaborasi
• Pooling of talent and strengths, kolaborasi memungkinkan penggabungan bakat
dan kekuatan dari berbagai individu atau tim. Dengan berbagi pengetahuan dan
keterampilan, anggota tim dapat menciptakan lingkungan di mana kekuatan
masing-masing dapat dioptimalkan. Ini menghasilkan solusi yang lebih holistik
dan kreatif karena melibatkan kontribusi dari berbagai perspektif.
• Development of employee skills, kolaborasi membantu dalam pengembangan
keterampilan karyawan. Melalui interaksi dan kerjasama dengan rekan kerja yang
memiliki keahlian berbeda, individu dapat belajar dan meningkatkan kemampuan
mereka. Proses ini menciptakan lingkungan di mana pertukaran pengetahuan dan
pembelajaran berlangsung secara alami, memberikan kesempatan bagi setiap
anggota untuk tumbuh dan berkembang.
• Speeds up solution, Kolaborasi dapat mempercepat proses pemecahan masalah.
Dengan melibatkan berbagai pemikiran dan pengalaman, tim dapat menghasilkan
solusi dengan lebih efisien. Keterlibatan banyak orang dapat mengidentifikasi
berbagai solusi potensial, memungkinkan tim untuk memilih pendekatan terbaik
secara lebih cepat dan tepat waktu. Ini membantu organisasi untuk beradaptasi
lebih responsif terhadap perubahan dan tuntutan pasar.
4) Bentuk Kolaborasi
a) Kolaborasi tim (Team collaboration), semua anggota saling mengenal satu sama
lain, terdapat pembagian tugas dan timbal balik yang jelas untuk mencapai tujuan
dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, diperlukan seorang pemimpin yang
tangguh yang mampu membangkitkan semangat kerja.
b) Kolaborasi Komunitas (community collaboration), diperlukan pedoman dalam
melakukan pembagian kekuasaan dan pembagian kerja untuk menjamin tanggung
jawab yang jelas. Semua anggota harus bersedia berbagi pengetahuan,
pengalaman, ide, dan informasi satu sama lain. Tujuannya adalah memecahkan
masalah dengan mengajukan pertanyaan, sehingga dapat memperoleh saran atau
nasihat antar anggota yang tepat dan akurat.
c) Kolaborasi jaringan (network collaboration), anggota dimulai dengan melakukan
pekerjaan secara individu sebelum membentuk jaringan kolaborasi dan saling
berkontribusi. Meskipun para anggota mungkin tidak saling mengenal secara
pribadi, tetapi terdapat kepercayaan dan keterbukaan antara satu anggota dengan
anggota lainnya.
5) Faktor Pembentuk Kolaborasi
• Adanya kesamaan tujuan atau kepentingan,
• Peningkatan kemampuan,
• Efisiensi penggunaan sumber daya (meliputi sumber daya manusia, financial, dan
material,
• Sharing pengetahuan, pengalaman, kompetensi, dan sebagainya.
6) Nilai Dasar Kolaborasi
a) Saling bisa dipercaya (trust), semua anggota tim kolaborasi sangat mungkin bisa
mencapai kinerja dan hasil kerja yang tinggi apabila mereka saling bisa dipercaya.
Semua pihak harus konsisten atas apa yang mereka ucapkan dengan apa yang
mereka lakukan atau yang mereka kerjakan.
b) Saling bergantung (interdependence)
Masing-masing anggota harus memiliki apa yang disebut sebagai (sense of
community and team support), yaitu mereka harus selalu merasa senasib dan
sepenanggungan atau seperjuangan dalam mencapai cita-cita bersama. Lebih dari
itu, mereka juga harus selalu bersinergi dan saling berbagi antara anggota
kolaborasi dan selalu berusaha untuk meningkatkan keahliannya untuk
kepentingan bersama dalam berkolaborasi.
c) Saling ikhlas (genuineness)
Keikhlasan di sini mengandung makna adanya kesediaan dan kepatuhan mereka
dalam menjalankan kewajiban, kewenangan,dan peran mereka secara serius demi
keuntungan bersama.
d) Empati (empathy)
Masing-masing kolaborator harus memiliki rasa empati yang dalam terhadap
semua pihak yang terlibat, yakni sebuah sikap yang didasarkan pada perasaan dan
kejiwaan/emosional yang mendalam terhadap mitra kerjanya sehingga di antara
mereka tidak ada rencana sedikit pun untuk berkhianat satu sama lain
e) Risiko (risk)
Risiko tidak boleh dinilai sebagai sebuah kesalahan semata dalam sebuah
perencanaan. Sebaliknya, harus dianggap sebagai konsekuen negatif yang harus
dihindari sehingga mereka akan selalu berhati-hati, serius, dan penuh perhitungan
yang mantap dalam memutuskan suatu tindakan. Manajemen yang baik adalah
sebuah manajemen yang selalu mempertimbangkan berbagai risiko yang tidak
diinginkan
f) Keberhasilan (success)
Keberhasilan (success), yakni perasaan yang positif dan penuh semangat yang
ditanamkan secara kuat kepada semua anggota kolaborasi bahwa hanya kata
‘kesuksesan’ yang harus menyemangati aktivitas mereka. Dengan demikian
semua anggota kolaborasi akan memiliki spirit of hard work demi keberhasilan
mereka semua.
7) Komponen Kolaborasi
a) Collaborative structure
Komponen pertama yang perlu disetujui oleh kolaborator adalah struktur
kolaborasi yang telah disusun berdasarkan kesepakatan mereka. Struktur ini
menjadi panduan bagi kolaborator dalam mengatasi issue dengan tindakan
kolektif maupun individu. Struktur tersebut perlu dijadikan MOU atau peraturan
tertulis yang disetujui oleh semua pihak yang terlibat, dan segala aktivitas
kolaborasi akan berjalan sesuai dengan struktur formal tersebut.
b) Vision, mission, dan strategy
Komponen kedua menguraikan visi atau proyeksi ke depan yang diinginkan oleh
kolaborator. Visi yang baik memerlukan indikator SMART (specific, measurable,
attainable, reasonable, timebound). Visi ini menjadi dasar untuk menetapkan misi
atau tugas yang perlu dilakukan guna mencapai visi tersebut. Selanjutnya, strategi
yang tepat perlu ditetapkan untuk mempermudah pelaksanaan tugas dengan
efisien dan efektif, serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh
anggota kolaborasi.
c) Collaborative culture
Dalam kolaborasi, diperlukan budaya baru (organisasi & kerja) untuk membentuk
collaborative culture dengan nilai, norma, dan semangat kerja baru. Semua pihak
yang terlibat harus mengadopsi aspek ini sebagai gaya hidup dan tindakan,
memastikan manfaat bagi anggota kolaborasi.
d) Collaborative team process
Merupakan serangkaian proses kerja, baik birokratis maupun non-birokratis, yang
dijalankan oleh tim kolaboratif dari kerjasama profesional, baik secara individu
maupun tim, sesuai dengan ketentuan dalam struktur dan budaya kolaboratif.
e) Collaborative leadership
Proses kepemimpinan kolaboratif harus profesional dan fungsional untuk
menjaga kerja sama yang solid dan efisien dalam mencapai tujuan.
8) Pentingnya Kolaborasi
Pembentukan kolaborasi dapat digunakan untuk melakukan percepatan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama. Pembentukan
kolaborasi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan atas
pelaksanaan suatu pekerjaan yang besar, beban pendanaan yang besar, penyediaan aset
kerja, ataupun untuk penanggulangan berbagai permasalahan yang berat dan rumit
yang tidak mungkin dapat dikerjakan secara individual tanpa ada partisipasi dan
campur tangan dari pihak lain.
2. Jaringan
1) Definisi Jaringan
Kolaborasi jaringan merupakan kolaborasi yang dilakukan oleh individu maupun tim
untuk mencapai tujuan. Menurut Shuman danTwombly (2010: 2) mengatakan bahwa
jaringan kolaborasi itu pada hakikatnya bisa berupa sekelompok pebisnis, individu,
ataupun kelompok-kelompok organisasi tertentu yang secara bersama-sama
mengelola kapabilitas dan sumber daya yang dimilikinya dalam rangka mencapai
tujuan atau hasil tertentu yang mereka inginkan.
2) Prinsip Jaringan
a) Jaringan yang dapat memberikan keuntungan dan manfaat yang besar bagi
kehidupan kolaborasi dan bagi semua anggota kolaborasi.
b) Struktur jaringan benar-benar dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi
secara optimal, efisien, dan efektif.
c) Setiap jaringan kolaborasi selalu terdiri atas para individu atau sebuah entitas
yang memiliki tanggung jawab besar terhadap pencapaian tujuan dari jaringan
itu, contohnya seperti tanggung jawab sekelompok penari terhadap
choreographer-nya.
d) Dalam sebuah tata kelola yang baik, setiap organisasi selalu terdapat dua
komponen dasar, yakni komponen struktur dan komponen kultur. Oleh sebab itu,
keberadaan mereka harus dikelola secara baik dan benar agar dapat menghasilkan
kolaborasi yang efektif.
e) Jaringan kolaborasi harus dibangun berdasarkan prinsip-prinsip manajemen yang
inovatif dan adaptif sehingga mampu beradaptasi dalam sebuah lingkungan yang
dinamis yang selalu berubah
3) Model Jaringan Kolaborasi
Menurut Wei-Skillen dan Silver (2014), keberhasilan sebuah kolaborasi dalam
menjalankan tugas pekerjaan dan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan
bisa diraih dengan mudah apabila pengelola atau pimpinan kolaborasi itu menjalankan
empat prinsip yang terdiri atas berikut ini.
a) Strategyis Determinedby Missionimpactbefore Organizational Growth. Strategi
harus didasarkan pada dampak misi menjadi tempat tujuan utama, bukan
peningkatan kebesaran organisasi itu sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya
fokus pada tujuan utama dan dampak yang diinginkan dari kolaborasi.
b) Build Partnerships Based On Trust, Not Control. Membangun hubungan
berdasarkan kepercayaan, bukan kontrol. Komunikasi yang jelas dan terbuka,
serta penyelesaian masalah bersama diperlukan untuk membangun kepercayaan
yang solid antara kolaborasi partisipan.
c) Promote Others Rather Than Yourself. Mendukung dan membangun karier orang
lain daripada diri sendiri. Hal ini mencerminkan pendekatan yang berkelanjutan
dan bersedia menggali kemampuan dan potensi orang lain.
d) Build Constellations, Not Stars. Membangun kelompok kerja yang berkelanjutan,
bukan bintang, yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini
menunjukkan betapa kolaborasi yang berkelanjutan dapat menciptakan hasil yang
lebih baik daripada kolaborasi yang hanya melibatkan dua pihak.
3. Kesimpulan
Kolaborasi dan jaringan merujuk pada sekelompok pebisnis, individu, atau
organisasi yang bekerja bersama-sama untuk mengelola kapabilitas dan sumber daya.
Mereka memiliki tujuan, prinsip, nilai dasar, dan komponen penting yang diperlukan untuk
mencapai tujuan bersama.
POKOK BAHASAN 4
MATERI 15: MEMIMPIN DAN BELAJAR
1. Definisi Memimpin
Memimpin merupakan sifat yang melekat pada kepemimpinan, di mana seorang
pemimpin harus memiliki karakteristik dan kualitas tertentu yang mendefinisikan
kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk
mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Coach Getty mengatakan
bahwa kepemimpinan yang kuat menjadi faktor penting untuk menciptakan tim yang
hebat. Artinya pencapaian dalam tim, target yang tercapai, atau prestasi lain yang
dihasilkan dari kerja tim, bisa terwujud dengan adanya kepemimpinan yang kuat.
2. 5 Level Kepemimpinan
1) Position (Jabatan)
Level ini dalam kepemimpinan berkaitan dengan hak-hak (rights) di mana orang
mengikuti pemimpin karena kewajiban atau keharusan. Ini adalah tahap awal dalam
perjalanan kepemimpinan setelah memperoleh posisi atau jabatan dalam organisasi.
Posisi ini dianggap sebagai hadiah dari organisasi atas potensi kepemimpinan.
2) Permission (Kerelaan) Level ini dalam kepemimpinan berfokus pada hubungan
(relationships), di mana orang mengikuti pemimpin karena mereka secara sukarela
menginginkannya. Pada tahap ini, seorang pemimpin dengan sadar membangun
hubungan yang baik dengan para bawahannya. Akibatnya, orang-orang di sekitarnya
menyukai dan bersedia mengikuti pemimpin tersebut dengan sukarela.
3) Production (Produktivitas) Pada level ini, kata kunci yang digunakan adalah hasil
(result). Orang mulai mengikuti pemimpin karena kontribusi positif yang telah
diberikan pada organisasi, terlihat dari berbagai terobosan yang mencapai target,
inovasi, dan perubahan positif sejak kehadiran pemimpin ini. Ia akan diakui sebagai
pemimpin yang hebat dan berpengaruh.
4) People development (Pengembangan manusia) Pada level ini, orang akan mengikuti
pemimpin karena apa yang telah dilakukan pemimpin bagi mereka. Ia akan menjadi
mentor bagi mereka sehingga potensi kepemimpinan mereka pun ikut berkembang.
5) Pinnacle (Puncak) Pada level ini nilai kepemimpinan adalah anugerah. Mencapai
tingkat kepemimpinan tertinggi, merupakan tantangan yang sulit dan membutuhkan
waktu serta komitmen yang besar. Pemimpin Level 5 memiliki reputasi positif yang
membuat orang mengikuti mereka karena nilai dan prinsip yang mereka wakili.
4. Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
pemahaman baru melalui pengalaman, studi, atau instruksi. Saat ini, dunia sedang
mengalami evolusi dalam kehidupan organisasi, dipicu oleh perubahan signifikan dalam
ekonomi akibat globalisasi dan kemajuan teknologi. Transformasi menyeluruh menjadi
kebutuhan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan realitas baru. Meskipun organisasi
sudah kuat dan besar, adaptasi yang selaras dengan perkembangan zaman tetap diperlukan
agar bisa bertahan dan berkembang. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk terus
belajar guna mempertahankan daya saing, berkembang, serta berkolaborasi dengan
organisasi lain.
5. Organization Learning
Organizational Learning (OL) adalah proses di mana organisasi-organisasi belajar
mengubah diri dalam organisasi, yaitu organisasi dengan kapasitas untuk mendukung
penciptaan pengetahuan individu dalam arah tertentu adaptif dan generatif melalui proses
belajar (Senge 1990 dalam Romano dan Secundo, 2009:3). Organizational Learning dapat
didefinisikan sebagai proses penyesuaian lingkungan untuk mencapai tujuan-tujuan
spesifik dari sebuah organisasi. Organizational Learning berfokus pada proses
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, atau proses pembelajaran dalam organisasi.
Sehingga untuk menjadikan organisasi dapat terus bertahan maka dimensi Organizational
Learning perlu ada dan dibutuhkan, karena dimensi-dimensi ini memungkinkan organisasi
untuk belajar, berkembang, dan berinovasi. Terdapat empat dimensi dalam organizational
learning, yaitu: Komitmen untuk belajar, berbagi visi, keterbukaan pikiran dan berbagi
pengetahuan intra-organisasi.
10. Hambatan
Hambatan pada individu:
• Pengetahuan individu tersebut tersimpan sendiri.
• Individu yang memiliki pengetahuan tersebut tidak ingin berbagi dengan anggota
organisasi lainnya.
• Individu-individu dalam organisasi tidak menyadari manfaat dari belajar itu sendiri,
dan
• Individu-individu dalam organisasi tersebut tidak memiliki waktu yang cukup untuk
belajar
Hambatan pada organisasi:
• Kurangnya dukungan dari manajemen organisasi; para pengambil kebijakan tertinggi
dilevel organisasi kurang memberikan dukungan untuk berubah.
• Budaya atau kultur perusahaan yang tidak bersahabat; biasanya terjadi tidak saling
percaya, disiplin rendah.
• Menganggap bahwa belajar tidak menjadi bagian dari cara kerja organisasi atau
dianggap hanya tanggung jawab bidang HR.
11. Kesimpulan
Manajemen pengetahuan memiliki peran krusial dalam meningkatkan pembelajaran
dan kinerja suatu organisasi. Kepemimpinan memiliki peran penting dalam memotivasi
karyawan, membentuk budaya berbagi pengetahuan, dan memfasilitasi pembelajaran
kontinu. Fokus pada pembelajaran, transformasi pengetahuan, dan pengembangan
kompetensi dianggap vital. Kendati demikian, hambatan seperti kurangnya dukungan
manajemen dan budaya perusahaan yang tidak mendukung dapat menghambat efektivitas
manajemen pengetahuan. Kerja sama, dukungan manajemen, dan perancangan budaya
perusahaan yang mendukung pembelajaran dan berbagi pengetahuan menjadi kunci untuk
mengatasi hambatan tersebut. Dengan demikian, organisasi dapat mencapai transformasi
pengetahuan yang lebih baik dan meningkatkan kinerja melalui pengembangan
kompetensi yang berkelanjutan.
POKOK BAHASAN 5
MATERI 16: BENTUK BARU PENGETAHUAN INTENSIF DIGITAL PENCIPTA
BARU (TRANSFORMASI DIGITAL PADA DUNIA BISNIS)
1. Transformasi Digital
Transformasi digital merupakan proses yang mengadopsi teknologi digital untuk
membuat sebuah perubahan atas berbagai proses sehingga mampu menciptakan suatu hal
baru ataupun cara yang baru. Dalam bisnis, transformasi digital meruapakan modifikasi
proses dan pengalaman dari pelanggan yang ada untuk mendukung perubahan model
bisnis.
7. Kesimpulan
Transformasi digital adalah suatu perubahan mendasar yang melibatkan adaptasi
teknologi digital guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Proses ini mencakup tiga
unsur utama, yaitu bisnis, organisasi, dan teknologi. Pada tingkat bisnis, perlu dilakukan
review terhadap model bisnis, fokus pada pengalaman pelanggan, dan inovasi yang cepat.
Di tingkat organisasi, transformasi digital memerlukan penyesuaian budaya, penerapan
cara kerja baru, dan pengembangan keterampilan sesuai dengan era digital. Penerapan
teknologi baru, seperti ekstraksi dan pertukaran data, analisis, serta konversi data menjadi
informasi, menjadi faktor kunci. Manfaatnya melibatkan peningkatan pengalaman
pelanggan, efisiensi, produktivitas, pemahaman data untuk pengambilan keputusan, dan
mempertahankan daya saing di pasar yang dinamis. Oleh karena itu, transformasi digital
bukan hanya sebatas perubahan teknologi, melainkan evolusi menyeluruh yang
menciptakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif.
REFERENSI
Hermawan, R. S. (2023, May 3). Apa Itu Transformasi Digital dan Apa Manfaatnya untuk
Bisnis di Indonesia? Zoho.
Putri, O. a. (2022). Review artikel: Transformasi Digital dalam Bisnis dan Manajemen, I(I).
https://jurnalfebi.iainkediri.ac.id/index.php/proceedings
Abdul wakil. (2022). Transformasi Digital Dalam Dunia Bisnis (Indonesia transformasi digital
dalam dunia bisnis ed.). Global Eksekutif Teknologi.
Alwy, M. A. (2022). MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DI ERA DIGITAL
MELALUI LENSA MANAJER SUMBER DAYA MANUSIAGENERASI
BERIKUTNYA. Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi dan
Pendidikan.