Anda di halaman 1dari 26

RESUME MATERI

KNOWLEDGE MANAGEMENT

Disusun untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Knowledge Management C1

Dosen Pembimbing: Dr. Djoko Poernomo, M.Si., CIQnR, CSBA.,

Disusun Oleh:
Sokhiba Fadillah Sukma
220910202111

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
2023
POKOK BAHASAN 1
MATERI 12: MENGKOORDINASIKAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN

1. Manajemen Pengetahuan
Pengetahuan merupakan pemahaman atau informasi yang dimiliki oleh setiap
individu ataupun kelompok yang digunakan untuk berpikir, membuat keputusan atau
bertindak secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Manajemen pengetahuan atau
knowledge management adalah serangkaian alat, strategi dan metode untuk
mempertahankan, menganalisa, mengoraganisir, membagikan dan juga meningkatakan
informasi yang terdapat dalam suatu perusahaan. Menurut Daryanto dan Yuliana (2017),
ada beberapa tingkatan pengetahuan yaitu:
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan sebagai ingatan, dimana seseorang dituntut untuk
mengetahui suatu fakta sekalipun tanpa menggunakannya.
2) Pemahaman (Comprehension)
Untuk dapat memahami suatu objek, seseorang tidak hanya sekedar mengetahui saja
dan tidak sekedar akan tetapi seseorang dapat menafsirkan objek dengan benar
sebagaimana yang diketahui.
3) Penerapan (Application)
Penerapan atau bisa disebut dengan aplikasi adalah kemampuan seseorang untuk
menerapkan pengetahuan yang telah memahami.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang ada dalam suatu
objek.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk menyusun metode baru dari metode
yang telah ada, mengacu pada kemampuan untuk meringkas dan menghubungkan
secara logis dengan pengetahuan
6) Penilaian (Evaluation)
Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan individu untuk menilai subjek tertentu
berdasarkan norma.
2. Penciptaan Pengetahuan
Penciptaan pengetahuan merupakan sebuah proses dimana informasi baru atau
pengetahuan ditemukan, dikembangkan, atau dihasilkan. Di dalam proses pencipataan
pengetahuan melibatkan beberapa aktivitas kreatif, eksplorasi, dan pemikiran analistis
untuk menghasilkan pengetahuan baru atau menghasilkan sebuah inovasi pengetahuan.
Menurut Nonaka, berikut merupakan empat pola dasar atau langkah-langkah penciptaan
pengetahuan:
1) Sosialisasi, merupakan proses menciptakan pengetahuan taksit melalui berbagi
pengetahuan atau pengalaman secara langsung dari orang yang satu dengan yang lain
(one-to-one).
2) Eksternalisasi, merupakan proses kristalisasi pengetahuan-pengetahuan taksit yang
dimiliki para pekerja KM (knowledge workers) kemudian diubah kedalam bentuk
eksplisit.
3) Kombinasi, merupakan proses integrasi dari beberapa pengetahuan eksplisit yaitu
prosedur-prosedur kerja yang sudah ada di perusahaan menjadi prosedur kerja yang
terpadu dan saling terkait.
4) Internalisasi, merupakan proses berbagi pengetahuan eksplisit berupa dokumen atau
modul ke seluruh unit organisasi, dan kemudian berhasil diubah menjadi pengetahuan
taksit oleh setiap perorangan untuk dipakai dalam bekerja secara rutin.

3. Jenis-jenis Pengetahuan
Ada 2 jenis pengetahuan, yaitu:
1) Explicit Knowledge, merupakan jenis pengetahuan yang telah dikumpulkan,
diterjemahkan, dan juga didokumentasikan sehingga akan lebih mudah untuk
dipahami oleh orang lain. Umumnya merupakan pengetahuan yang bersifat teori yang
mempermudah seseorang dalam membagi pengetahuannya kepada orang lain melalui
buku, artikel, dan sebagainya.
2) Tacit Knowledge, merupakan pengetahuan yang berasal dari pemahaman dan
pengalaman orang lain yang berasal dari pikiran yang terdapat di dalam otak atau
pikiran seseorang. Pengetahuan ini biasanya bersifat tidak terstruktur, susah untuk
didefinisikan dan diberitahukan dengan bahasa yang formal kepada orang lain dan
isinya mencakup pemahaman pribadi. Umumnya belum terdokumentasi, karena
masih terdapat di dalam pikiran seseorang.
4. Strategi Pengelolaan Pengetahuan
Dalam strategi pengelolaan pengetahuan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1) APQC (American Productivity and Quality Center), merupakan kerangka kerja yang
menyediakan kebutuhan untuk mengatasi permasalahan pada pengelola pengetahuan
yang bagi organisasi. APQC fokus pada peningkatan produktivitas dan kualitas.
2) APO (Asian Productivity Organzation) Framework Knowledge Practice (KMP)
merupakan kerangka kerja dalam pengelolaan pengetahuan yang lapisan utamanya
adalah visi dan misi strategis organisasi dengan mengidentifikasi kompetensi untuk
mencapai tujuan bisnis organisasinya. APO lebih menekankan pada peningkatan
produktivitas di tingkat regional.
Kedua strategi tersebut memiliki peran penting dalam membantu organisasi
mengelola pengetahuan mereka secara aktif.

5. Kesimpulan
Manajemen pengetahuan adalah serangkaian alat, strategi, dan metode untuk
mempertahankan, menganalisis, mengorganisir, membagikan, dan meningkatkan
informasi dalam suatu perusahaan. Ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Penciptaan pengetahuan adalah
proses di mana informasi baru atau pengetahuan ditemukan, dikembangkan, atau
dihasilkan. Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan eksplisit dan pengetahuan taksit.
Strategi pengelolaan pengetahuan dibagi menjadi dua macam, yaitu APQC dan APO.
Kedua strategi tersebut memiliki peran penting dalam membantu organisasi mengelola
pengetahuan mereka secara aktif.
POKOK BAHASAN 2
MATERI 13: PENGAYAAN SUMBER DAYA YANG DIAKTIFKAN SECARA
DIGITAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

1. Sumber Daya Manusia di Era Digital


Peran sumber daya manusia dalam organisasi telah mengalami evolusi dari yang
semula bersifat konservatif menjadi lebih proaktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini tercermin
dalam pelaksanaan inisiatif berani seperti rekrutmen berbasis kompetensi, kompensasi
inovatif, manajemen kinerja berfokus pada hasil, dan pemberdayaan sumber daya
manusia. Digitalisasi fungsi sumber daya manusia juga mencerminkan pergeseran tersebut
menuju peran yang lebih kreatif dan inovatif. Manfaat dari digitalisasi bagi sumber daya
manusia melibatkan aspek analitik yang mendalam dan peningkatan tingkat kinerja,
efisiensi yang lebih besar dalam proses rekrutmen, seperti penggantian curriculum vitae
(CV) manual dan penggunaan penyaringan otomatis yang dapat menyelesaikan tugas-
tugas tersebut dalam hitungan detik, serta berbagai keuntungan lainnya.

2. Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia


Ekonomi digital Indonesia tengah mengalami kemajuan yang positif. Dampak dari
perkembangan ekonomi digital tersebut mencakup peningkatan Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia, peningkatan produktivitas, percepatan arus produksi, konsumsi, dan
distribusi, serta pertumbuhan ekonomi pada sektor transportasi dan pergudangan, serta
sektor informasi dan komunikasi. Bahkan, ekonomi digital tetap bertahan meskipun dalam
masa pandemi COVID-19.
Sementara itu, ekonomi digital juga membawa ancaman signifikan bagi negara,
termasuk potensi pemanfaatan big data, risiko cyber crime dan cyber war, serta munculnya
berbagai bentuk penipuan, serangan siber berbasis malware, transaksi penipuan, dan
peretasan oleh para hacker. Dalam menghadapi berbagai ancaman tersebut, ekonomi
pertahanan memiliki peran kunci dalam memberikan antisipasi. Strategi-strategi ini
dikembangkan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang merupakan bagian dari
Kementerian Pertahanan.
3. Jenis-jenis Tools untuk Knowledge Management
1) Microsoft SharePoint
Microsoft SharePoint merupakan alat kolaborasi berbasis web yang berfungsi
sebagai intranet untuk tim internal dan pihak eksternal yang tertarik memahami proses
dan konten internal organisasi. Berikut adalah beberapa fitur utama SharePoint:
a) Manajemen File
SharePoint memungkinkan pengguna untuk berbagi dan mengatur file, folder,
data, berita, dan aplikasi di seluruh tim, tanpa terbatas pada perangkat tertentu.
b) Kontrol Versi
Alat ini memfasilitasi pengambilan versi sebelumnya dengan mudah dan
memantau kontribusi dokumen dari setiap pengguna, sehingga memudahkan
manajemen versi.
c) Papan Diskusi
Papan diskusi tim menjadi titik sentral untuk kolaborasi dan komunikasi sosial,
memungkinkan anggota tim berinteraksi dan bertukar informasi dengan lebih
efektif.
SharePoint sangat sesuai untuk berbagai jenis perusahaan, terutama yang
memiliki skala besar dan memerlukan basis pengetahuan yang mendalam. Tool ini
menjadi pilihan yang tepat untuk organisasi yang sudah terbiasa menggunakan produk
Windows dan memiliki familiaritas dengan perangkat lunak Microsoft. Selain itu,
SharePoint dapat menjadi solusi yang efektif untuk Knowledge Management,
membantu organisasi dalam menjaga dan mengelola pengetahuan internal mereka.
2) Base Camp
Basecamp adalah sistem manajemen proyek yang dirancang khusus untuk tim
yang bekerja secara remote atau memerlukan sistem manajemen dokumen yang
komprehensif. Berikut beberapa fitur utama Basecamp:
a) Pesan Otomatis
Basecamp memungkinkan pengaturan pesan otomatis untuk pertanyaan yang
sering diajukan, menghilangkan kebutuhan pengguna untuk memasukkannya
secara manual setiap kali.
b) Kontrol Akses
Pemilik proyek memiliki kemampuan untuk membuat dokumen yang tidak lagi
diperlukan menjadi tidak terlihat dengan menonaktifkannya. Mereka juga dapat
mengubah siapa yang memiliki hak (atau tidak memiliki hak) untuk melihat file
tertentu.
Dikarenakan orientasinya pada proyek, Basecamp menjadi solusi yang ideal
untuk perusahaan yang memiliki struktur kerja yang sangat terstruktur, terutama
dalam hal fungsionalitas yang terpisah. Ini cocok untuk tim yang memerlukan akses
terbatas ke proyek tertentu yang sedang mereka kerjakan.
3) Google Drive
Google Drive merupakan solusi manajemen pengetahuan yang mudah
digunakan dan aman. Platform ini menyediakan penyimpanan bersama yang
mempermudah kolaborasi dan pengelolaan file bagi tim yang bekerja dari lokasi yang
berjauhan. Google Drive juga terhubung secara lancar dengan file dari berbagai
sumber, termasuk suite Microsoft Office.

4. Manfaat Penerapan Digital untuk Knowledge Management Perusahaan


Peningkatan kinerja melalui pengayaan sumber daya secara digital merujuk pada
pemanfaatan teknologi dan sumber daya digital untuk meningkatkan efisiensi,
produktivitas, dan hasil kerja. Penerapan teknologi digital membawa berbagai manfaat
yang penting dalam manajemen sumber daya organisasi. Beberapa keuntungan tersebut
meliputi:
• Efisiensi Operasional
• Fleksibilitas Kerja
• Dukungan Administratif

5. Pengertian Kinerja
Secara umum, kinerja dapat diartikan sebagai prestasi, produktivitas, usaha, kinerja
pekerjaan, dan moral kerja. Secara etimologis, konsep kinerja sering dikaitkan dengan
"performance," yang merujuk pada pencapaian seseorang dalam menyelesaikan tugas atau
pekerjaan. Menurut pendapat Prajirosentono, performance mencakup hasil kerja positif
yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab tanpa melanggar hukum. Sementara
menurut Gomes, kinerja dapat dijelaskan sebagai tindakan atau perbuatan yang
menghasilkan kinerja kerja. Kesimpulannya, kinerja dapat dipahami sebagai pencapaian
prestasi kerja yang berhasil, yang diperoleh oleh seseorang melalui tindakan atau
perbuatan yang menghasilkan kinerja kerja positif.
6. Industri 4.0
Saat ini, teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga menjadi elemen kunci
dalam operasi dan perkembangan organisasi. Era industri 4.0, yang ditandai oleh integrasi
teknologi digital, kecerdasan buatan, dan otomatisasi, memberikan gambaran lebih jelas
tentang evolusi teknologi yang semakin maju.
Perkembangan teknologi saat ini telah mengubah cara organisasi melakukan
kegiatan operasional, mengelola data, dan berkomunikasi. Dalam konteks ini, peran
sumber daya manusia dalam beberapa aspek organisasional dapat tergeser karena beberapa
tugas dapat diotomatisasi. Namun, penting untuk diingat bahwa sumber daya manusia
tetap krusial dalam menyusun, mengimplementasikan, dan memahami strategi serta
keputusan yang diambil oleh organisasi, sementara teknologi lebih berfokus pada
pelaksanaan tugas-tugas rutin dan pengolahan data.

7. Pergeseran Manusia > Teknologi


Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional,
banyak perusahaan kini cenderung menggantikan peran manusia dengan teknologi
canggih. Teknologi ini, seperti mesin, robot, dan komputer, memiliki kemampuan untuk
menjalankan tugas-tugas tertentu dengan lebih efisien dan konsisten dibandingkan dengan
manusia.
Investasi dalam sumber daya teknologi ini diharapkan dapat membantu perusahaan
meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan, dan secara keseluruhan
meningkatkan daya saing. Meskipun peran manusia masih penting dalam pengambilan
keputusan strategis dan aspek-aspek yang memerlukan kecerdasan emosional, peran
teknologi semakin berkembang dalam menjalankan tugas-tugas operasional dan rutin.

8. Kinerja Perusahaan
Dalam usaha untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional,
banyak perusahaan kini lebih memilih menggunakan teknologi canggih sebagai pengganti
peran manusia. Mesin, robot, dan komputer termasuk dalam teknologi tersebut, dan
mereka mampu menjalankan tugas-tugas tertentu dengan tingkat efisiensi dan konsistensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan manusia. Harapannya, investasi dalam
sumber daya teknologi ini dapat memberikan kontribusi pada peningkatan produktivitas
perusahaan, mengurangi tingkat kesalahan, dan secara keseluruhan meningkatkan daya
saing. Walaupun peran manusia tetap krusial dalam pengambilan keputusan strategis dan
aspek-aspek yang melibatkan kecerdasan emosional, namun peran teknologi semakin
berkembang dalam menjalankan tugas-tugas operasional dan rutin.

9. Kesimpulan
Materi di atas membahas sejumlah topik terkait manajemen sumber daya manusia,
ekonomi digital, tools untuk knowledge management, manfaat digital dalam perusahaan,
pengertian kinerja, era industri 4.0, serta pergeseran peran manusia dan teknologi dalam
perusahaan. Terdapat fokus pada evolusi peran sumber daya manusia menuju kreativitas
dan inovasi dalam era digital, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, jenis-jenis tools
seperti Microsoft SharePoint, Basecamp, dan Google Drive untuk manajemen
pengetahuan, manfaat penerapan teknologi digital, serta perubahan dinamika kerja
manusia akibat era industri 4.0. Meskipun teknologi semakin dominan dalam tugas-tugas
operasional, peran manusia masih penting dalam pengambilan keputusan strategis dan
aspek-aspek emosional.
POKOK BAHASAN 3
MATERI 14: KOLABORASI DAN JARINGAN

1. Kolaborasi
1) Definisi Kolaborasi
Dari segi etimologi, kata "collaborative" berasal dari gabungan kata "co" dan
"labor," yang merujuk pada upaya bersama atau peningkatan kemampuan yang
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati atau ditetapkan bersama.
Menurut Camarihna-Matos dan Afsarmanesh (2008) kolaborasi merupakan sebuah
proses ketika beberapa entitas atau kelompok saling berbagi informasi, sumber daya,
dan tanggung jawab atas sebuah program kegiatan yang dirancang,
diimplementasikan, dan dievaluasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati bersama.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kolaborasi merupakan bentuk kerjasama
yang melibatkan dua orang atau lembaga lebih, di mana terjadi pembagian tugas,
informasi, tanggung jawab, serta peningkatan kemampuan untuk menyelesaikan suatu
masalah. Tujuan dari kolaborasi ini adalah mencapai kesepakatan atau pengambilan
keputusan bersama guna mencapai suatu tujuan yang sama.
2) Tujuan Kolaborasi
• Mempermudahdan mempercepat penyelesaian pekerjaan,
• Meningkatkan produktivitas dengan melibatkan para pegawai,
• Meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang besar,
membutuhkan biaya besar, penyediaan aset kerja ataupun untuk mencari solusi
atas permasalahan yang rumit.
3) Manfaat Kolaborasi
• Pooling of talent and strengths, kolaborasi memungkinkan penggabungan bakat
dan kekuatan dari berbagai individu atau tim. Dengan berbagi pengetahuan dan
keterampilan, anggota tim dapat menciptakan lingkungan di mana kekuatan
masing-masing dapat dioptimalkan. Ini menghasilkan solusi yang lebih holistik
dan kreatif karena melibatkan kontribusi dari berbagai perspektif.
• Development of employee skills, kolaborasi membantu dalam pengembangan
keterampilan karyawan. Melalui interaksi dan kerjasama dengan rekan kerja yang
memiliki keahlian berbeda, individu dapat belajar dan meningkatkan kemampuan
mereka. Proses ini menciptakan lingkungan di mana pertukaran pengetahuan dan
pembelajaran berlangsung secara alami, memberikan kesempatan bagi setiap
anggota untuk tumbuh dan berkembang.
• Speeds up solution, Kolaborasi dapat mempercepat proses pemecahan masalah.
Dengan melibatkan berbagai pemikiran dan pengalaman, tim dapat menghasilkan
solusi dengan lebih efisien. Keterlibatan banyak orang dapat mengidentifikasi
berbagai solusi potensial, memungkinkan tim untuk memilih pendekatan terbaik
secara lebih cepat dan tepat waktu. Ini membantu organisasi untuk beradaptasi
lebih responsif terhadap perubahan dan tuntutan pasar.
4) Bentuk Kolaborasi
a) Kolaborasi tim (Team collaboration), semua anggota saling mengenal satu sama
lain, terdapat pembagian tugas dan timbal balik yang jelas untuk mencapai tujuan
dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, diperlukan seorang pemimpin yang
tangguh yang mampu membangkitkan semangat kerja.
b) Kolaborasi Komunitas (community collaboration), diperlukan pedoman dalam
melakukan pembagian kekuasaan dan pembagian kerja untuk menjamin tanggung
jawab yang jelas. Semua anggota harus bersedia berbagi pengetahuan,
pengalaman, ide, dan informasi satu sama lain. Tujuannya adalah memecahkan
masalah dengan mengajukan pertanyaan, sehingga dapat memperoleh saran atau
nasihat antar anggota yang tepat dan akurat.
c) Kolaborasi jaringan (network collaboration), anggota dimulai dengan melakukan
pekerjaan secara individu sebelum membentuk jaringan kolaborasi dan saling
berkontribusi. Meskipun para anggota mungkin tidak saling mengenal secara
pribadi, tetapi terdapat kepercayaan dan keterbukaan antara satu anggota dengan
anggota lainnya.
5) Faktor Pembentuk Kolaborasi
• Adanya kesamaan tujuan atau kepentingan,
• Peningkatan kemampuan,
• Efisiensi penggunaan sumber daya (meliputi sumber daya manusia, financial, dan
material,
• Sharing pengetahuan, pengalaman, kompetensi, dan sebagainya.
6) Nilai Dasar Kolaborasi
a) Saling bisa dipercaya (trust), semua anggota tim kolaborasi sangat mungkin bisa
mencapai kinerja dan hasil kerja yang tinggi apabila mereka saling bisa dipercaya.
Semua pihak harus konsisten atas apa yang mereka ucapkan dengan apa yang
mereka lakukan atau yang mereka kerjakan.
b) Saling bergantung (interdependence)
Masing-masing anggota harus memiliki apa yang disebut sebagai (sense of
community and team support), yaitu mereka harus selalu merasa senasib dan
sepenanggungan atau seperjuangan dalam mencapai cita-cita bersama. Lebih dari
itu, mereka juga harus selalu bersinergi dan saling berbagi antara anggota
kolaborasi dan selalu berusaha untuk meningkatkan keahliannya untuk
kepentingan bersama dalam berkolaborasi.
c) Saling ikhlas (genuineness)
Keikhlasan di sini mengandung makna adanya kesediaan dan kepatuhan mereka
dalam menjalankan kewajiban, kewenangan,dan peran mereka secara serius demi
keuntungan bersama.
d) Empati (empathy)
Masing-masing kolaborator harus memiliki rasa empati yang dalam terhadap
semua pihak yang terlibat, yakni sebuah sikap yang didasarkan pada perasaan dan
kejiwaan/emosional yang mendalam terhadap mitra kerjanya sehingga di antara
mereka tidak ada rencana sedikit pun untuk berkhianat satu sama lain
e) Risiko (risk)
Risiko tidak boleh dinilai sebagai sebuah kesalahan semata dalam sebuah
perencanaan. Sebaliknya, harus dianggap sebagai konsekuen negatif yang harus
dihindari sehingga mereka akan selalu berhati-hati, serius, dan penuh perhitungan
yang mantap dalam memutuskan suatu tindakan. Manajemen yang baik adalah
sebuah manajemen yang selalu mempertimbangkan berbagai risiko yang tidak
diinginkan
f) Keberhasilan (success)
Keberhasilan (success), yakni perasaan yang positif dan penuh semangat yang
ditanamkan secara kuat kepada semua anggota kolaborasi bahwa hanya kata
‘kesuksesan’ yang harus menyemangati aktivitas mereka. Dengan demikian
semua anggota kolaborasi akan memiliki spirit of hard work demi keberhasilan
mereka semua.
7) Komponen Kolaborasi
a) Collaborative structure
Komponen pertama yang perlu disetujui oleh kolaborator adalah struktur
kolaborasi yang telah disusun berdasarkan kesepakatan mereka. Struktur ini
menjadi panduan bagi kolaborator dalam mengatasi issue dengan tindakan
kolektif maupun individu. Struktur tersebut perlu dijadikan MOU atau peraturan
tertulis yang disetujui oleh semua pihak yang terlibat, dan segala aktivitas
kolaborasi akan berjalan sesuai dengan struktur formal tersebut.
b) Vision, mission, dan strategy
Komponen kedua menguraikan visi atau proyeksi ke depan yang diinginkan oleh
kolaborator. Visi yang baik memerlukan indikator SMART (specific, measurable,
attainable, reasonable, timebound). Visi ini menjadi dasar untuk menetapkan misi
atau tugas yang perlu dilakukan guna mencapai visi tersebut. Selanjutnya, strategi
yang tepat perlu ditetapkan untuk mempermudah pelaksanaan tugas dengan
efisien dan efektif, serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh
anggota kolaborasi.
c) Collaborative culture
Dalam kolaborasi, diperlukan budaya baru (organisasi & kerja) untuk membentuk
collaborative culture dengan nilai, norma, dan semangat kerja baru. Semua pihak
yang terlibat harus mengadopsi aspek ini sebagai gaya hidup dan tindakan,
memastikan manfaat bagi anggota kolaborasi.
d) Collaborative team process
Merupakan serangkaian proses kerja, baik birokratis maupun non-birokratis, yang
dijalankan oleh tim kolaboratif dari kerjasama profesional, baik secara individu
maupun tim, sesuai dengan ketentuan dalam struktur dan budaya kolaboratif.
e) Collaborative leadership
Proses kepemimpinan kolaboratif harus profesional dan fungsional untuk
menjaga kerja sama yang solid dan efisien dalam mencapai tujuan.
8) Pentingnya Kolaborasi
Pembentukan kolaborasi dapat digunakan untuk melakukan percepatan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama. Pembentukan
kolaborasi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan atas
pelaksanaan suatu pekerjaan yang besar, beban pendanaan yang besar, penyediaan aset
kerja, ataupun untuk penanggulangan berbagai permasalahan yang berat dan rumit
yang tidak mungkin dapat dikerjakan secara individual tanpa ada partisipasi dan
campur tangan dari pihak lain.

2. Jaringan
1) Definisi Jaringan
Kolaborasi jaringan merupakan kolaborasi yang dilakukan oleh individu maupun tim
untuk mencapai tujuan. Menurut Shuman danTwombly (2010: 2) mengatakan bahwa
jaringan kolaborasi itu pada hakikatnya bisa berupa sekelompok pebisnis, individu,
ataupun kelompok-kelompok organisasi tertentu yang secara bersama-sama
mengelola kapabilitas dan sumber daya yang dimilikinya dalam rangka mencapai
tujuan atau hasil tertentu yang mereka inginkan.
2) Prinsip Jaringan
a) Jaringan yang dapat memberikan keuntungan dan manfaat yang besar bagi
kehidupan kolaborasi dan bagi semua anggota kolaborasi.
b) Struktur jaringan benar-benar dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi
secara optimal, efisien, dan efektif.
c) Setiap jaringan kolaborasi selalu terdiri atas para individu atau sebuah entitas
yang memiliki tanggung jawab besar terhadap pencapaian tujuan dari jaringan
itu, contohnya seperti tanggung jawab sekelompok penari terhadap
choreographer-nya.
d) Dalam sebuah tata kelola yang baik, setiap organisasi selalu terdapat dua
komponen dasar, yakni komponen struktur dan komponen kultur. Oleh sebab itu,
keberadaan mereka harus dikelola secara baik dan benar agar dapat menghasilkan
kolaborasi yang efektif.
e) Jaringan kolaborasi harus dibangun berdasarkan prinsip-prinsip manajemen yang
inovatif dan adaptif sehingga mampu beradaptasi dalam sebuah lingkungan yang
dinamis yang selalu berubah
3) Model Jaringan Kolaborasi
Menurut Wei-Skillen dan Silver (2014), keberhasilan sebuah kolaborasi dalam
menjalankan tugas pekerjaan dan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan
bisa diraih dengan mudah apabila pengelola atau pimpinan kolaborasi itu menjalankan
empat prinsip yang terdiri atas berikut ini.
a) Strategyis Determinedby Missionimpactbefore Organizational Growth. Strategi
harus didasarkan pada dampak misi menjadi tempat tujuan utama, bukan
peningkatan kebesaran organisasi itu sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya
fokus pada tujuan utama dan dampak yang diinginkan dari kolaborasi.
b) Build Partnerships Based On Trust, Not Control. Membangun hubungan
berdasarkan kepercayaan, bukan kontrol. Komunikasi yang jelas dan terbuka,
serta penyelesaian masalah bersama diperlukan untuk membangun kepercayaan
yang solid antara kolaborasi partisipan.
c) Promote Others Rather Than Yourself. Mendukung dan membangun karier orang
lain daripada diri sendiri. Hal ini mencerminkan pendekatan yang berkelanjutan
dan bersedia menggali kemampuan dan potensi orang lain.
d) Build Constellations, Not Stars. Membangun kelompok kerja yang berkelanjutan,
bukan bintang, yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini
menunjukkan betapa kolaborasi yang berkelanjutan dapat menciptakan hasil yang
lebih baik daripada kolaborasi yang hanya melibatkan dua pihak.
3. Kesimpulan
Kolaborasi dan jaringan merujuk pada sekelompok pebisnis, individu, atau
organisasi yang bekerja bersama-sama untuk mengelola kapabilitas dan sumber daya.
Mereka memiliki tujuan, prinsip, nilai dasar, dan komponen penting yang diperlukan untuk
mencapai tujuan bersama.
POKOK BAHASAN 4
MATERI 15: MEMIMPIN DAN BELAJAR

1. Definisi Memimpin
Memimpin merupakan sifat yang melekat pada kepemimpinan, di mana seorang
pemimpin harus memiliki karakteristik dan kualitas tertentu yang mendefinisikan
kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk
mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Coach Getty mengatakan
bahwa kepemimpinan yang kuat menjadi faktor penting untuk menciptakan tim yang
hebat. Artinya pencapaian dalam tim, target yang tercapai, atau prestasi lain yang
dihasilkan dari kerja tim, bisa terwujud dengan adanya kepemimpinan yang kuat.

2. 5 Level Kepemimpinan
1) Position (Jabatan)
Level ini dalam kepemimpinan berkaitan dengan hak-hak (rights) di mana orang
mengikuti pemimpin karena kewajiban atau keharusan. Ini adalah tahap awal dalam
perjalanan kepemimpinan setelah memperoleh posisi atau jabatan dalam organisasi.
Posisi ini dianggap sebagai hadiah dari organisasi atas potensi kepemimpinan.
2) Permission (Kerelaan) Level ini dalam kepemimpinan berfokus pada hubungan
(relationships), di mana orang mengikuti pemimpin karena mereka secara sukarela
menginginkannya. Pada tahap ini, seorang pemimpin dengan sadar membangun
hubungan yang baik dengan para bawahannya. Akibatnya, orang-orang di sekitarnya
menyukai dan bersedia mengikuti pemimpin tersebut dengan sukarela.
3) Production (Produktivitas) Pada level ini, kata kunci yang digunakan adalah hasil
(result). Orang mulai mengikuti pemimpin karena kontribusi positif yang telah
diberikan pada organisasi, terlihat dari berbagai terobosan yang mencapai target,
inovasi, dan perubahan positif sejak kehadiran pemimpin ini. Ia akan diakui sebagai
pemimpin yang hebat dan berpengaruh.
4) People development (Pengembangan manusia) Pada level ini, orang akan mengikuti
pemimpin karena apa yang telah dilakukan pemimpin bagi mereka. Ia akan menjadi
mentor bagi mereka sehingga potensi kepemimpinan mereka pun ikut berkembang.
5) Pinnacle (Puncak) Pada level ini nilai kepemimpinan adalah anugerah. Mencapai
tingkat kepemimpinan tertinggi, merupakan tantangan yang sulit dan membutuhkan
waktu serta komitmen yang besar. Pemimpin Level 5 memiliki reputasi positif yang
membuat orang mengikuti mereka karena nilai dan prinsip yang mereka wakili.

3. Hubungan Kepemimpin (Leadership) dan Knowledge Management


Tobing (2007:29) mengatakan bahwa kepemimpinan memiliki peran yang penting
dalam penetapan manajemen pengetahuan. Pemimpin dalam perusahaan akan
mengarahkan, memotivasi, membentuk budaya berbagi pengetahuan dan membangun
infrastruktur yang mendukung karyawan utuk berbagi pengetahuan sehingga proses
manajemen pengetahuan dapat berjalan dengan lancar. sehingga pemimpin memiliki
pengaruh langsung terhadap bagaimana perusahaan harus berhadapan dengan proses
knowledge management yang ada di perusahaan. Tanggung jawab pemimpin atas proses
knowledge management adalah untuk memotivasi semua karyawannya, memberikan
mereka kesempatan dan cara-cara untuk melakukan pengembangan, mengukur reward
atas kinerja, perilaku dan sikap yang dibutuhkan untuk knowledge management yang
efektif.

4. Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
pemahaman baru melalui pengalaman, studi, atau instruksi. Saat ini, dunia sedang
mengalami evolusi dalam kehidupan organisasi, dipicu oleh perubahan signifikan dalam
ekonomi akibat globalisasi dan kemajuan teknologi. Transformasi menyeluruh menjadi
kebutuhan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan realitas baru. Meskipun organisasi
sudah kuat dan besar, adaptasi yang selaras dengan perkembangan zaman tetap diperlukan
agar bisa bertahan dan berkembang. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk terus
belajar guna mempertahankan daya saing, berkembang, serta berkolaborasi dengan
organisasi lain.

5. Organization Learning
Organizational Learning (OL) adalah proses di mana organisasi-organisasi belajar
mengubah diri dalam organisasi, yaitu organisasi dengan kapasitas untuk mendukung
penciptaan pengetahuan individu dalam arah tertentu adaptif dan generatif melalui proses
belajar (Senge 1990 dalam Romano dan Secundo, 2009:3). Organizational Learning dapat
didefinisikan sebagai proses penyesuaian lingkungan untuk mencapai tujuan-tujuan
spesifik dari sebuah organisasi. Organizational Learning berfokus pada proses
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, atau proses pembelajaran dalam organisasi.
Sehingga untuk menjadikan organisasi dapat terus bertahan maka dimensi Organizational
Learning perlu ada dan dibutuhkan, karena dimensi-dimensi ini memungkinkan organisasi
untuk belajar, berkembang, dan berinovasi. Terdapat empat dimensi dalam organizational
learning, yaitu: Komitmen untuk belajar, berbagi visi, keterbukaan pikiran dan berbagi
pengetahuan intra-organisasi.

6. 3 Pilar Learning Organization


1) Pilar belajar individual, terbentuk melalui kemampuan setiap anggota organisasi
untuk mencapai kedewasaan pribadi, yang memungkinkan mereka bekerja secara
independen tanpa terpengaruh oleh kualitas lingkungan.
2) Pilar belajar organisasional, berperan sebagai tempat fasilitasi bagi masyarakat
dewasa untuk berbagi visi, model mental, dan pengetahuan. Tujuannya adalah
mendorong sinergi dan institusionalisasi disiplin organisasi pembelajar, yang
kemudian diubah menjadi human capital organisasi pembelajar.
3) Pilar belajar transformasi pengetahuan, pilar ini berfungsi untuk mengintegrasikan,
mengkombinasikan dan mensinerjikan pengetahuan hasil belajar individual
menjadihuman capital organisasi sebagai hasil belajar organisasional.

7. Ciri organisai Belajar


Menurut Marquardt, dalam Sitepu, (2010) ciri organisasi memiliki beberapa poin :
• Belajar dilakukan melalui sistem organisasi secara keseluruhan dan organisasi seakan-
akan mempunyai satu otak.
• Semua anggota organisasi menyadari betapa pentingnya organisasi belajar secara
terus menerus untuk keberhasilan organisasi pada waktu sekarang dan akan datang.
• Belajar merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus serta dilakukan
berbarengan dengan kegiatan bekerja.
• Berfokus pada kreativitas dan generative learning.
• Dapat memperoleh akses ke sumber informasi dan data untuk keperluan keberhasilan
organisasi.
• Iklim organisasi mendorong, memberikan imbalan, dan mempercepat masing-masing
individu dan kelompok untuk belajar.
• Perubahan disambut dengan baik, kejutan-kejutan dan bahkan kegagalan dianggap
sebagai kesempatan belajar.
• Mudah bergerak cepat dan fleksibel.
• Setiap orang terdorong untuk meningkatkan mutu secara terus menerus.
• Kegiatan didasarkan pada aspirasi, reffleksi, dan konseptualisasi.
• Memiliki kompetensi inti (core competence) yang dikembangkan dengan baik sebagai
acuan untuk pelayanan dan produksi.
• Memiliki kemampu untuk melakukan adaptasi, pembaharuan, dan revitalisasi sebagai
jawaban atas lingkungan yang berubah.
Ciri organisasi belajar seperti yang di katakan Marquard menunjukkan, organisasi
memiliki lingkungan, iklim, serta budaya yang tidak hanya mendorong orang dalam
organisasi itu belajar secara perorangan dan bersama-sama, tetapi juga mempercepat
proses belajar itu sendiri untuk meningkatkan kinerja organisasi.

8. Komponen Learning Organization


1) Personal Mastery
Pembelajaran untuk mengembangkan potensi, kapasitas, keahlian pribadi individu
dalam mencapai hasil kerja yang paling dinginkan.
2) Mental Models
Mental model sangat berpengaruh terhadap membentuk, menentukan, dan
mempengaruhi penglihatan, sikap, perbuatan keputusan, dan tindakan yang akan
dilakukan. Kerangka berpikir atau persepsi yang mempengaruhi cara seseorang
memiliki pandangan yang kemudian akan mempengaruhi perilakunya. Secara tidak
sadar perilakunya akan ditentukan oleh mental modelnya.
3) Shared Vision
Membangun rasa komitmen dalam suatu kelompok, dengan mengembangkan
gambara bersama tentang masa depan yang akan diciptakan, prinsip dan praktek yang
dapat menuntun cara mencapai tujuan masa depan tersebut.
4) Team Learning
Tim secara terus menerus belajar menyelaraskan dan mengembangkan potensi-
potensi individu dalam tim untuk mencapai visi bersama. Mentransformasikan
pembicaraan dan keahlian berfikir (thinking skills), sehingga suatu kelompok dapat
mengembangkan otak dan kemampuan yang lebih besar dibanding ketika bekerja
sendiri.
5) System Thinking
Berpikir secara system merupakan salah satu upaya untuk disiplin dalam melihat atau
mencermati suatu masalah secara keseluruhan dan saling terkait yang diarahkan pada
pola perubahan.
9. Peran Pemimpin dalam Organizational Learning
1) Pemimpin berperan dalam menerapkan pembelajaran bersama secara
berkesinambungan.
2) Pemimpin dapat menjadi contoh yang pertama bahkan menjadi role model dalam
proses organisasi belajar kepada anggota.
3) Berperan memotivasi seluruh anggota.
4) Memberdayakan pengetahuan untuk keberhasilan organisasi.
5) Mendayagunakan teknologi secara optimal.

10. Hambatan
Hambatan pada individu:
• Pengetahuan individu tersebut tersimpan sendiri.
• Individu yang memiliki pengetahuan tersebut tidak ingin berbagi dengan anggota
organisasi lainnya.
• Individu-individu dalam organisasi tidak menyadari manfaat dari belajar itu sendiri,
dan
• Individu-individu dalam organisasi tersebut tidak memiliki waktu yang cukup untuk
belajar
Hambatan pada organisasi:
• Kurangnya dukungan dari manajemen organisasi; para pengambil kebijakan tertinggi
dilevel organisasi kurang memberikan dukungan untuk berubah.
• Budaya atau kultur perusahaan yang tidak bersahabat; biasanya terjadi tidak saling
percaya, disiplin rendah.
• Menganggap bahwa belajar tidak menjadi bagian dari cara kerja organisasi atau
dianggap hanya tanggung jawab bidang HR.
11. Kesimpulan
Manajemen pengetahuan memiliki peran krusial dalam meningkatkan pembelajaran
dan kinerja suatu organisasi. Kepemimpinan memiliki peran penting dalam memotivasi
karyawan, membentuk budaya berbagi pengetahuan, dan memfasilitasi pembelajaran
kontinu. Fokus pada pembelajaran, transformasi pengetahuan, dan pengembangan
kompetensi dianggap vital. Kendati demikian, hambatan seperti kurangnya dukungan
manajemen dan budaya perusahaan yang tidak mendukung dapat menghambat efektivitas
manajemen pengetahuan. Kerja sama, dukungan manajemen, dan perancangan budaya
perusahaan yang mendukung pembelajaran dan berbagi pengetahuan menjadi kunci untuk
mengatasi hambatan tersebut. Dengan demikian, organisasi dapat mencapai transformasi
pengetahuan yang lebih baik dan meningkatkan kinerja melalui pengembangan
kompetensi yang berkelanjutan.
POKOK BAHASAN 5
MATERI 16: BENTUK BARU PENGETAHUAN INTENSIF DIGITAL PENCIPTA
BARU (TRANSFORMASI DIGITAL PADA DUNIA BISNIS)

1. Transformasi Digital
Transformasi digital merupakan proses yang mengadopsi teknologi digital untuk
membuat sebuah perubahan atas berbagai proses sehingga mampu menciptakan suatu hal
baru ataupun cara yang baru. Dalam bisnis, transformasi digital meruapakan modifikasi
proses dan pengalaman dari pelanggan yang ada untuk mendukung perubahan model
bisnis.

2. Unsur-unsur Transformasi Digital


Menurut Suswanto (2021), ada tiga unsur yang terlibat dalam proses transformasi
digital, yakni:
1) BISNIS, perubahan transformasi digital yang sangat cepat menuntut perusahaan untuk
meninjau kembali model bisnis mereka, berfokus pada pengalaman pelanggan,
memikirkan kembali merek, dan mengungkap peluang baru melalui inovasi yang
cepat.
2) ORGANISASI, perubahan transformasi digital menuntut perusahaan untuk
menyesuaikan budaya organisasi, memperkenalkan cara kerja baru, dan membangun
kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan era digital.
3) TEKNOLOGI, perubahan transformasi digital juga menuntut penerapan teknologi
baru serta keterampilan yang melibatkan ekstraksi dan pertukaran data serta analisis
dan konversi data menjadi informasi.

3. Manfaat Transformasi Digital


• Meningkatkan mobilitas perusahaan,
• Meningkatkan daya saing perusahaan,
• Meningkatkan produktivitas.

4. Manfaat Transformasi Digital dalam Bisnis


• Membantu perusahaan tetap relevan dan kompetitif di pasar yang selalu berubah,
• Membantu perusahaan meningkatkan pengalaman pelanggan,
• Peningkatan efisiensi dan produktivitas,
• Membantu perusahaan lebih memahami dan menganalisis data untuk membuat
keputusan,
• Membantu perusahaan menarik dan mempertahankan karyawan.

5. Jenis-jenis Transformasi Digital


Transformasi digital memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek bisnis,
termasuk pengalaman pelanggan. Berikut adalah beberapa jenis transformasi digital yang
berdampak pada pengalaman pelanggan:
1) Digital Customer Experience: Transformasi digital memungkinkan perusahaan untuk
menyediakan layanan mandiri, personalisasi tinggi, dan komunikasi yang
ditingkatkan kepada pelanggan. Hal ini dapat menghasilkan respon layanan pelanggan
yang lebih cepat, sistem komunikasi pelanggan yang lebih baik, upaya penjualan lintas
yang ditingkatkan, dan segmentasi pelanggan yang lebih baik.
2) Operational Process Transformation: Transformasi digital juga memengaruhi proses
operasional perusahaan, yang pada gilirannya dapat memengaruhi pengalaman
pelanggan. Dengan menggunakan teknologi digital, perusahaan dapat meningkatkan
efisiensi proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas layanan yang
diberikan kepada pelanggan.
3) Business Model Transformation: Transformasi digital juga dapat memengaruhi model
bisnis perusahaan, yang pada gilirannya dapat memengaruhi pengalaman pelanggan.
Perusahaan dapat menggunakan teknologi digital untuk menciptakan model bisnis
baru yang lebih inovatif, yang dapat meningkatkan nilai yang diberikan kepada
pelanggan.

6. Jenis-jenis Transformasi Digital Dalam Bisnis


Transformasi digital dalam bisnis dapat terjadi dalam berbagai aspek, termasuk
proses bisnis, model bisnis, domain bisnis, dan organisasi atau budaya. Berikut adalah
beberapa informasi terkait transformasi digital dalam bisnis:
1) Proses Bisnis: Transformasi digital dalam proses bisnis mencakup penggunaan
teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan
kualitas layanan. Contoh dari transformasi digital dalam proses bisnis termasuk
penggunaan otomatisasi, analitik yang mendalam, dan integrasi sistem.
2) Model Bisnis: Transformasi digital dalam model bisnis mencakup perubahan
fundamental dalam cara perusahaan menghasilkan nilai dan menghasilkan
pendapatan. Contoh dari transformasi digital dalam model bisnis termasuk adopsi
model bisnis berbasis langganan, platform digital, dan ekosistem bisnis digital.
3) Domain Bisnis: Transformasi digital dalam domain bisnis mencakup penerapan
teknologi digital dalam industri atau sektor bisnis tertentu. Contoh dari transformasi
digital dalam domain bisnis termasuk adopsi teknologi Internet of Things (IoT) dalam
manufaktur, teknologi blockchain dalam keuangan, dan e-commerce dalam rite.
4) Organisasi atau Budaya: Transformasi digital dalam organisasi atau budaya mencakup
perubahan dalam cara organisasi beroperasi dan budaya kerja. Contoh dari
transformasi digital dalam organisasi atau budaya termasuk adopsi kerja fleksibel,
kolaborasi digital, dan pengembangan keterampilan digital.

7. Kesimpulan
Transformasi digital adalah suatu perubahan mendasar yang melibatkan adaptasi
teknologi digital guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Proses ini mencakup tiga
unsur utama, yaitu bisnis, organisasi, dan teknologi. Pada tingkat bisnis, perlu dilakukan
review terhadap model bisnis, fokus pada pengalaman pelanggan, dan inovasi yang cepat.
Di tingkat organisasi, transformasi digital memerlukan penyesuaian budaya, penerapan
cara kerja baru, dan pengembangan keterampilan sesuai dengan era digital. Penerapan
teknologi baru, seperti ekstraksi dan pertukaran data, analisis, serta konversi data menjadi
informasi, menjadi faktor kunci. Manfaatnya melibatkan peningkatan pengalaman
pelanggan, efisiensi, produktivitas, pemahaman data untuk pengambilan keputusan, dan
mempertahankan daya saing di pasar yang dinamis. Oleh karena itu, transformasi digital
bukan hanya sebatas perubahan teknologi, melainkan evolusi menyeluruh yang
menciptakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif.
REFERENSI

Hermawan, R. S. (2023, May 3). Apa Itu Transformasi Digital dan Apa Manfaatnya untuk
Bisnis di Indonesia? Zoho.
Putri, O. a. (2022). Review artikel: Transformasi Digital dalam Bisnis dan Manajemen, I(I).
https://jurnalfebi.iainkediri.ac.id/index.php/proceedings
Abdul wakil. (2022). Transformasi Digital Dalam Dunia Bisnis (Indonesia transformasi digital
dalam dunia bisnis ed.). Global Eksekutif Teknologi.
Alwy, M. A. (2022). MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DI ERA DIGITAL
MELALUI LENSA MANAJER SUMBER DAYA MANUSIAGENERASI
BERIKUTNYA. Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi dan
Pendidikan.

Darsini, Fahrurrozi, & Cahyono, E. A. (2019). PENGETAHUAN ; ARTIKEL REVIEW.


Jurnal Keperawaatan.

Dewi, U. (n.d.). PERAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PROSES


PENCIPTAAN PENGETAHUAN SEBAGAI INTANGIBLE ASSET DI
PERUSAHAAN.

Praharsi, Y. (2016). MANAJEMEN PENGETAHUAN DAN IMPLEMENTASINYA


DALAM ORGANISASI DAN PERORANGAN. Jurnal Manajemen
Maranatha.

Kajian Pustaka. (2020). Knowledge Management (Pengertian, Fungsi, Komponen, Jenis,


Level dan Siklus)

Setiawan, R. (2017). Penerapan Knowledge Management dalam Meningkatkan Kinerja


Organisasi. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 3(2), 98-110.

Anda mungkin juga menyukai