Setiap organisasi tidak dapat menggantungkan pada kelemahan pihak lain dan memanfaatkan
kecerdasannya maka diperlukan kemampuan dalam mengelola pengetahuan dan
menjadikannya sebagai organisasi pembelajar. Sedangkan organisasi pembelajar yang berisi
individu pembelajar dan di dukung oleh infrastruktur yang kuat dapat menjalankan visi misi
dengan sukses. Individu pembelajar harus mengembangkan ilmu dan membangun peradaban
bukan hanya tetap eksis tetapi harus mampu berkembang dan menjadi tangguh serta dapat
bertahan di era yang penuh dengan ketidakpastian ini. Penumbuhan iklim organisasi
pembelajaran harus dibarengi dengan penciptaan mekanisme yang bisa mendorong kegiatan
proses pembelajaran diantara para individu bisa berlangsung lebih terpadu. Disini peran
knowledge management atau manajemen pengetahuan menjadi amat kritikal sebab melalui
mekanisme inilah proses pembelajaran dan akumulasi pengetahuan yang tersebar diantara
segenap individu bisa dikelola secara efektif dan didesain agar selaras dengan arah strategi
organisasi.
Pengetahuan tidak hanya berupa data dan informasi saja, tetapi perlu transfer pengetahuan
dari karyawan ke dalam sistem sehingga dapat digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengambilan putusan. Persaingan bisnis menuntut organisasi untuk terus
kompetitif, sehingga bisnis yang berjalan dapat berubah dengan cepat. Para pengambil putusan
menyadari hal tersebut dan mereka perlu mengembangkan pengetahuan dan strategi untuk
mendukung pengambilan keputusan. Di sinilah peran kecerdasan buatan dan teknologi
informasi dalam membangun sebuah sistem baru yang dapat menangkap, menyimpan,
membagi, memberikan solusi data dan informasi serta pengetahuan. Struktur Organisasi yang
begitu kompleks menyebabkan pengetahuan menjadi terpecah-pecah dan sulit untuk
menentukan, berbagi dan menggunakan kembali pengetahuan tersebut yang dikatakan oleh
Zack (dalam Natalea, 2010). Ketika learning organization telah menjelma, dalam wujud yang
sempurna, maka ia ibarat sebuah taman impian. Itulah taman yang menjadikan semua anggota
berkeinginan untuk terus menerus belajar dan dengan penuh semangat saling berbagi
pengetahuan serta pengalaman. Sebuah taman semakin berat maka diperlukan perubahan
paradigma diorganisasi.tempat semua anggota dinaungi spirit keriangan untuk selalu
mempersembahkan karya terbaik.
Organisasi Pembelajar
Secara general konsep ini dapat diartikan sebagai kemampuan suatu organisasi untuk terus
menerus melakukan proses pembelajar (self-learning) sehingga organisasi tersebut memiliki
kecepatan berpikir dan bertindak dalam merespon beragam perubahan yang muncul
(Tjakraatmadja & Lantu, 2006). Dalam konteks riil, tema tentang learning organization ini
diyakini telah menjadi satu jurus jitu untuk berkelit dari kekalahan suatu persaingan bisnis dan
yang harus dilakukan untuk membangun learning organization yang tangguh adalah dengan
membangun iklim dialog dan knowledge sharing yang kuat. Elemen ini penting sebab proses
pembelajaran tidak akan pernah bisa berlangsung jika tidak ada komitmen yang kokoh diantara
para karyawan apapun levelnya.
Untuk bertukar gagasan dan pengetahuan baik secara formal maupun melalui proses informal
learning (pembelajaran informal). Proses pembelajaran informal layak disebut sebab
berdasarkan riset kegiatan ini memiliki peran yang amat signifikan dalam mengembangkan
kemampuan belajar organisasi dan bahkan acap lebih efektif dibanding proses formal learning
di antara para karyawan bisa berlangsung lebih terpadu. Di sini peran knowledge management
menjadi amat kritikal, sebab melalui mekanisme inilah proses pembelajaran dan akumulasi
pengetahuan yang tersebar diantara segenap karyawan bisa dikelola secara efektif dan didisain
1
agar selaras dengan arah strategi perusahaan. Tentu saja proses penumbuhan learning
organization yang solid tidak bisa hanya berlangsung semalam. Tapi jika mampu benar-benar
diwujudkan, maka fantansi tentang hadirnya taman impina bisa menjadi kenyataan. Itulah
taman tempat setiap individu bisa terus belajar bergerak membangun peradaban yang agung
nan mulia.
Menurut Tjakraatmadja & Lantu (2006) organisasi sejatinya sangat mirip dengan manusia.
Bukankah pada hakekatnya organisasi adalah sekumpulan manusia dengan tujuan, sistem,
struktur dan kultur tertentu, agar organisasi berkembang dan memiliki keunggulan kompetitif,
organisasi mesti memiliki otak yang cemerlang atau memiliki IQ (Intelligence Question) yang
tinggi. Untuk memperoleh IQ yang tinggi terdapat dua persyaratan yaitu: (1) mempunyai tradisi
sebagai organisasi pembelajaran (learning organization); (2) mempunyai kemampuan untuk
mengelola pengetahuan (knowledge management) dengan baik. Dalam organisasi
pembelajaran (learning organization), komitmen dan kapasitas belajar ditumbuhkan secara
berkesinambungan bagi seluruh anggota di tiap tataran organisasi. Salah satu contoh yang
menerapkan pendekatan ini adalah Honda dan Samsung. Organisasi pembelajaran
memungkinkan organisasi merubah informasi menjadi pengetahuan yang berharga (valued
knowledge) yang akan meningkatkan kemampuan organisasi. Boleh dikatakan, organisasi
pembelajaran merupakan wadah dengan sistem tertentu yang memungkinkan anggota
organisasi untuk terus belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuannya.
2
Hakekat Knowledge Management
Knowledge yang dibicarakan di sini bukanlah sain atau ilmu pengetahuan dikutip dari Munir
(2008) menyatakan bahwa “Pengetahuan adalah keseluruhan kognisi dan ketrampilan yang
digunakan oleh manusia untuk memecahkan masalah.” Definisi yang lebih mengarah
menjelaskan bahwa pengetahuan adalah “informasi yang terstruktur dan terpakai secara
merata dan digunakan untuk memberikan arahan agar terjadi proses transformasi (proses
kerja) yang efisien dan efektif, sekaligus informasi itu pula dibutuhkan untuk pengendalian hasil
yang dikutip dari Tjakraatmadja & Lantu (2006). Faktor efektif menjadi amat menentukan dan
suatu informasi dapat menjadi pengetahuan jika memiliki kapasitas untuk melakukan tindakan
atau memecahkan masalah secara efektif.
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA
3
corporation dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik,
berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif.
TELKOM mengelola bisnis melalui praktik-praktik terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber
daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun
kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.
Untuk itu diperlukan kerangka budaya baru perusahaan yang disesuaikan dengan nuansa
kompetisi yang dihadapi Telkom serta diberlakukan sebagai landasan bagi proses transformasi
budaya secara menyeluruh. The Telkom Way memberikan pemahaman atas konsepsi budaya
perusahaan agar diperoleh kesamaan persepsi serta keseragaman pola pengembangannya.
Pengembangan Budaya Korporasi di Telkom adalah untuk menggugah kesadaran seluruh
komponen organisasi tentang pentingnya budaya korporasi dalam memelihara daya tahan dan
mensinergikan daya saing, terbentuknya keselarasan budaya perusahaan dengan strategi
perusahaan dan terbangunnya competitive advantage melalui penguatan nilai-nilai yang telah
dirumuskan dalam budaya korporasi The Telkom Way.
Sejalan dengan pengembangan budaya perusahaan mulai tahun 2003, Telkom juga telah
melakukan restrukturisasi internal dengan membangun pola kepemimpinan transformasional
dan melakukan penyesuaian kompensasi kepada segenap karyawannya, dua hal yang diyakini
mampu memberikan stimulan bagi pengembangan sumber daya manusia dan tujuan
perusahaan. Untuk melaksanakan strategi perusahaan dalam mencapai dan menjaga
sustainable growth, upaya pemenangan persaingan dikondisikan melalui pendekatan customer
centric sehingga perlu dilakukan perubahan yang fundamental dalam pengorganisasian dan
pengendalian aktivitas bisnis perusahaan pada seluruh unit bisnis.
4
proses interaksi antara eksekutor (knowledge buyer) dengan knowledge source (knowledge
seller) berlangsung dengan efektif yang ditandai dengan mengalirnya pengetahuan dari
knowledge source ke knowledge buyer. Knowledge source ini berasal dari
brainware/knowledge worker (human capital). Proses bisnis berupa inovasi yang muncul dari
konsumen dan eksternal perusahaan.
2. Knowledge Sharing
Knowledge sharing melibatkan komponen knowledge worker aplikasi distribusi dan kolaborasi.
Forum dalam knowledge sharing dibagi menjadi dua, yaitu forum formal dan forum informal.
Forum formal yaitu pertemuan rutin yang dilaksanakan untuk membahas performansi unit,
performansi operasional, serta inisiatif strategis perusahaan. Media yang digunakan dalam
knowledge sharing berupa online (Kampiun, intranet/portal, dan e-learning) dan offline (forum,
rapat, team, buletin, informal meeting, patriot pagi, counseling and coaching, dan training).
3. Knowledge Utilisation
Ukuran keberhasilan dari pengetahuan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menjalankan
proses bisnis perusahaan dengan lebih efektif dan efisien. Knowledge creation terjadi ketika
karyawan memperoleh ide-ide baru yang muncul saat karyawan menerapkan pengetahuan
yang tersedia.
Sumber: Andria dan Trisyulianti (2011); Sugandi (2011); Astuti, Hendri and Nim, (2011)
5
PERTANYAAN
6
LEMBAR JAWABAN
TUGAS TUTORIAL
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Kode/Nama MK : EKMA4565 /Manajemen Perubahan
Nama : Handika Cipta Rizkiana
NIM : 047960264
Soal
1. Jelaskan karakteristik pengembangan organisasi/organization development
(OD) pada Telkom!
Jawaban:
Menurut Harvey & Brown (1996:4-5) dalam Sobirin (2014:5.11), terdapat 6 (enam) poin pada
karakteristik pengembangan organisasi atau organization development (OD), yaitu:
Perubahan Terencana
Pendekatan Kolaboratif
Berorientasi Kinerja
Berorientasi Humanism
Pendekatan Sistem
Menggunakan Metode Ilmiah
Berdasarkan ringkasan jurnal di atas, bila disesuaikan pada teori tersebut menurut saya Telkom
menerapkan cara dalam melaksanakan OD, yaitu:
Perubahan Terencana
Secara umum, karakteristik ini mengacu pada pengembangan organisasi yang dilakukan
melalui perencanaan yang sistematis dan terstruktur. Perubahan terencana melibatkan
identifikasi kebutuhan perubahan, penetapan tujuan, pengembangan strategi, dan implementasi
yang terarah.
Berdasarkan artikel di atas, Telkom melakukan kerangka budaya baru perusahaan yang
disesuaikan dengan nuansa kompetisi yang dihadapi serta diberlakukan sebagai landasan bagi
proses transformasi budaya secara menyeluruh yang disebut dengan The Telkom Way. The
Telkom Way memberikan pemahaman atas konsepsi budaya perusahaan agar diperoleh
kesamaan persepsi serta keseragaman pola pengembangannya. Pengembangan Budaya
Korporasi di Telkom adalah untuk menggugah kesadaran seluruh komponen organisasi tentang
pentingnya budaya korporasi dalam memelihara daya tahan dan mensinergikan daya saing,
7
terbentuknya keselarasan budaya perusahaan dengan strategi perusahaan dan terbangunnya
competitive advantage melalui penguatan nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam budaya
korporasi The Telkom Way.
Oleh karena itu, metode Perubahan Terencana yang diimplementasikan dalam transformasi
budaya The Telkom Way merupakan metode perencanaan menyeluruh yang menyangkut
seluruh aspek kinerja organisasi secara keseluruhan. The Telkom Way juga secara sistematis
dijabarkan dan diturunkan ke dalam Visi, Misi, hingga berpengaruh juga pada Metode
Organisasi Pembelajar Telkom yang secara makro dijabarkan ke dalam 3 (tiga) metode, yaitu
(1) Knowledge Acquistion, (2) Knowledge Sharing, dan (3) Knowledge Utilisation.
Menurut Sobirin (2014:5.62), Shared Vision (Membangun visi bersama) yaitu menyangkut
bagaimana setiap orang berbagi visi Bersama tentang masa depan. Kepemimpinan merupakan
kunci dalam menciptakan dan mengkomunikasikan visi tersebut. Namun, Senge memandang
kepemimpinan lebih sebagai yang bertanggung jawab atas penciptaan struktur dan aktivitas
yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan total seseorang. Pemimpin menciptakan visi namun
rela membiarkan visi tersebut dirumuskan ulang oleh orang lain.
Melihat dari kasus di atas, Perusahaan Telkom sebagai organisasi pembelajar, shared vision
mereka setidaknya mencakup aspirasi untuk menjadi penyedia layanan telekomunikasi
terkemuka dan inovatif di Indonesia, dengan misi untuk menyediakan konektivitas yang andal,
teknologi yang canggih, dan layanan pelanggan yang unggul. Hal ini disampaikan juga melalui
visi utama Telkom yaitu yaitu “to become a leading InfoCom player in the region”. Sejalan
dengan visi tersebut, Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom
terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik.
Dalam konteks organisasi pembelajar, shared vision menjadi landasan untuk pengembangan
dan pembelajaran berkelanjutan. Visi bersama ini diintegrasikan ke dalam budaya organisasi,
menginspirasi kolaborasi, pemecahan masalah inovatif, dan orientasi terhadap pembelajaran
dan perbaikan berkelanjutan. Melalui shared vision, setiap anggota organisasi memiliki
pemahaman yang sama tentang arah dan tujuan organisasi, serta merasa memiliki dan
berkomitmen terhadap visi tersebut. Hal ini juga disinergikan dengan metode karakter
Organisasi Pembelajar Telkom yang menerapkan 3 metode disebut sebagai:
1. Knowledge Acquisition
2. Knowledge Sharing
3. Knowledge Utilisation
Melalui hal tersebut, shared vision tersebut juga diwujudkan melalui proses partisipatif yang
melibatkan seluruh anggota organisasi dan stakeholder dalam menjalankan sinergi, kolaborasi
dan kontribusi dari berbagai tingkatan dan departemen. Visi bersama tersebut kemudian
8
dikomunikasikan secara terus-menerus dan diperkuat melalui tindakan nyata, kebijakan
organisasi, serta pengembangan karyawan yang terkait dengan visi dan nilai-nilai yang diusung
oleh Perusahaan Telkom.
Jawab:
Menurut Marquardt (1996) dalam Sobirin (2014:5.67-5.68), Pengetahuan menjadi lebih penting
untuk organisasi dibanding sumber daya keuangan, menjual posisi, teknologi, atau asset
perusahaan lainnya. Pengetahuan dilihat sebagai sumber daya yang utama digunakan di dalam
penyelenggaraan organisasi. Kultur tradisi organisasi, teknologi, operasi, sistem, dan prosedur
adalah semua keahlian dan pengetahuan yang didasarkan pada pengetahuan.
Berdasarkan informasi pada artikel di atas, dapat disimpulkan bahwa Subsistem Pengetahuan
dalam organisasi pembelajar mencakup berbagai elemen, seperti basis pengetahuan, sistem
manajemen pengetahuan, alat dan teknologi, serta budaya pembelajaran. Hal tersebut
diperkuat dengan basis pengetahuan yang meliputi database, dokumentasi, dan catatan yang
mengandung informasi dan pengetahuan yang relevan bagi organisasi. Sistem manajemen
pengetahuan membantu dalam mengelola dan memfasilitasi akses, pembaruan, dan
penyebaran pengetahuan di seluruh organisasi.
9
pembelajaran dan pengelolaan pengetahuan yang efektif, organisasi dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung pertumbuhan, inovasi, dan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan eksternal.
Jawab:
Menurut Sobirin (2014:6.8), jika sebelumnya organisasi hanya dianggap sebagai alat bantu
yang berfungsi untuk membantu para pendiri atau pemilik memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
dan perusahaan dianggap sebagai mesin penghasil uang – serin disebut sebagai cara pandak
klasik, sekarang pada era informasi organisasi/perusahaan juga dianggap sebagai institusi
pengetahuan (Leonard, 1999; Nonaka & Takeuchi, 1995; Nonaka, Toyama & Nagata, 2000).
Dengan anggapan ini organisasi seolah-olah menjadi sumber dan Gudang pengetahuan dan
mampu menciptakan, memproses dan mendistribusikan pengetahuan. Anggapan ini sejalan
dengan pandangan Gareth Morgan (1997) tentang metafora organisasi. Menurut Morgan salah
satu cara pandang untuk memahami organisasi adalah organisasi dianggap layaknya sebuah
otak tempat berpikir (organizations as brains) yang mampu memproses informasi dan mampu
melakukan proses pembelajaran. Pandangan ini sekaligus menegaskan bahwa kemampuan
organisasi melakukan pembelajaran bisa diartikan pola bahwa organisasi mampu menciptakan
pengetahuan baru, mendesiminasi pengetahuan pada seluruh elemen organisasi dan
mewujudkannya dalam produk, jasa, dan sistem organisasi (Nonaka & Takeuchi, 1995).
Hal ini sejalan pada proses makro manajemen pengetahuan yang diterapkan oleh Telkom yaitu
knowledge acquisition. Yaitu sebuah proses akuisisi yang terjadi ketika para eksekutor proses
bisnis utama perusahaan (perencanaan strategis, pengembangan produk dan layanan, serta
operasi infrastruktur dan layanan) sadar bahwa mereka perlu mempelajari pengetahuan
tertentu. Akuisisi pengetahuan terjadi ketika proses interaksi antara eksekutor (knowledge
buyer) dengan knowledge source (knowledge seller) berlangsung dengan efektif yang ditandai
dengan mengalirnya pengetahuan dari knowledge source ke knowledge buyer. Knowledge
10
source ini berasal dari brainware/knowledge worker (human capital). Proses bisnis berupa
inovasi yang muncul dari konsumen dan eksternal perusahaan.
Hal ini sejalan pada proses makro manajemen pengetahuan yang diterapkan oleh Telkom yaitu
knowledge sharing. Yaitu dimana Telkom melaksanakan proses manajemen pengetahuan
secara sinergis secara internal organisasi maupun dengan eksternal dengan stakeholder terkait
melalui media knowledge sharing berupa online (Kampiun, intranet/portal, dan e-learning) dan
offline (forum, rapat, team, buletin, informal meeting, patriot pagi, counseling and coaching, dan
training).
Sejalan dalam kasus artikel di atas, dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat Telkom
dituntut secara terus- menerus dan mampu melakukan perbaikan terhadap sumber daya dan
modal intelektual atau kapabilitas yang dimiliki perusahaan, karena sumber daya dan modal
intelektual perusahaan merupakan fondasi dan pilar strategi dalam perusahan, tanpa sumber
daya dan modal intelektual yang unggul perusahaan akan menghadapi banyak permasalahan
dalam menghadapi persaingan di pasar.
Referensi:
Modul UT BMP EKMA4565 – Manajemen Perubahan
11