A. Pendahuluan
Pada saat ini intensitas kompetisi semakin meningkat bahkan hingga dimasa yang akan datang.
Ketatnya kompetisi ini terlihat diberbagai bidang yang secara tidak langsung berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Dari hal tersebut terdapat tantangan yang harus dihadapi oleh berbagai
perusahaan baik perusahaan pemerintah maupun non pemerintah yang mendorong perusahaan
tersebut untuk terus berkolaborasi, melakukan inovasi, beradaptasi serta menguasai pasar agar
mampu bersaing dengan kompetitornya. Oleh sebab itu perusahaan membutuhkan knowledge sebagai
dasar dari pencipataan intelektual capital dengan pendekatan manajemen.
Knowledge dan skill yang yang dimiliki oleh individu pada suatu perusaahan sebaiknya dikelola oleh
perusahaan untuk dapat menjamin tidak terjadinya hilangnya pengetahuan. Knowledge loss terjadi
ketika seorang pegawai keluar dari perusahaan baik itu disebabkan pensiun, atau pindah keperusahaan
lainnya, namun knowledge yang dimiliki individu tersebut belumm ditransfer ke memory perusahaan
atau pekerja lainnya. Hal tersebut berdampak pada terganggunya kegiatan serta operasi perusahaan.
Oleh sebab itu knowledge harus dikelola dengan baik mulai dari memperoleh knowledge,
penyimpanan knowledge, sharing knowledge hingga distribution knowledge.
B. Hasil pembahasan
eksplisit knowledge dimana pengetahuanya merupakan konten yang berwujud dan berbentuk
nyata seperti audio, dokumen, atau gambar sehingga sangat mudah untuk didapatkan. Maka
dari itu, diperlukan pengelolaan pengetahuan pada organisasi atau perusahaan agar segala
bentuk pengetahuan tersebut tidak hilang begitu saja agar organisasi tersebut dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Knowledge management merupakan suatu kegiatan
menyimpan serta mendistribusikan pengetahuan agar dapat berguna bagi organisasi untuk
mencapai tujuanya. Knowledge management sangat berguna bagi sebuah organisasi karena
dapat membantu sebuah organisasi bersaing serta memecahkan masalah dalam organisasi.
Adapun pentingnya knowledge yaitu sebagai berikut :
1. Bagi individu
a. Mengerjakan tugas
b. Membangun ikatan komuniasi dengan organisasi
c. Membantu seseorang tetap up to date
d. Mengadakan tantangan dan kesempatan untuk berkembang
2. Bagi komunitas
a. Mengembangkan keahlian professional
b. Mendorong mentoring
c. Menfasilitasi networking dan kolaborasi yang efektif
d. Mengembangkan kode etik professional
e. Mengembangan bahasa yang sama
3. Bagi organisasi
a. Membantu mendorong strategi perusahaan
b. Menyelesaikan masalah lebih cepat
c. Menerapkan best practice
d. Meningkatkan pengetahuan dalam product dan layanan
e. Membangun memori (citra) organisasi
Capture Knowledge
Setelah membahas mengenai siklus knowledge management, maka dapat diketahui bahwa
dalam mengelola knowledge maka dimulai dari menangkap pengetahuan (capture knowledge).
Capture knowledge menekankan peran individu dalam mengumpulkan informasi serta
menciptakan pengetahuan baru.
Menurut Walsh dan Ungson (1991) setiap organisasi memiliki memori. Perwujudan dari
memori organisasi adalah pengalaman karyawannya yang dikombinasikan dengan nyata (as
cited in Dalkir 2005). Suatu pengetahuan yang tidak ditangkap akan menjadi devaluasi dan
akhirnya akan diabaikan. Pada saat ini pengetahuan pada suatu organisasi merupakan suatu
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Oleh sebab itu pengetahuan sebagai sumber daya
serta asset intelektual perusahaan seharusnya dilindungi, dibudidayakan diantara anggota
organisasi. Pemanfaatan knowledge bagi perusahaan ditambah dengan adanya keteramplan
individu, kompetensi, pengalaman, inovasi serta ide-ide akan menjadikan perushaaan dapat
bersaing dengan efektif dimasa depan. Perusahaan yang mampu beradaptasi serta merespon
perubahan dengan tepat waktu akan menjadi daya saing bagi kompetitornya.
Konowledge capture pada tacit knowledge merupakan suatu hal yang sulit. Hal tersebut
disebabkan karena tacit knowledge merupakan porses menangkap pengetahuan dan keahlian
individu dalam suatu organisasi dan menyediakannya untuk siapa saja yang membutuhkan
knowledge tersebut. Tacit knowledge akan tetap menjadi tacit knowledge hingga adanya
pengajuan pertanyaan hingga menjadi suatu explicit konwledge. Capture explicit knowledge
merupaan uatu pendeatan sistematik dimana terdapat capture, organizing, dan refining informasi
agar dapat dengan mudah digunakan untuk proses learning serta pemecahan masalah.
Tacit Knowledge Capture
Capture knowledge ini dapat dilakukan dengan dua jenis tinngkatan yaitu pada tingkat
individu dan tingkat organisasi. Suatu tacit diperoleh dengan mengubah knowledge tersebut
menjai sebuat repertoire pengetahuan yang berupa fakta, dan aturan yang jelas serta mudah untuk
dipahami yang terdiri dari procedur dan declarative knowledge.
3. Learning by observation
(Sumber : Dalkir, 2005:83)
1. Interviewing Experts
Pada umumnya teknik yang digunakan dalam interviewin experts yaitu wawancara dan
story.
a. Wawancara terstruktur dari suatu ahli merupakan teknin yang sering diguankan agar
dapat membuat suatu tacit menjadi eksplisit. Beberapa organisasi menerapkan bahwa
dalam wawancara terstruktur dilaukan melalui wawancara yang diadakan oleh staf
yang berpengetahuan tinggi. Selain itu pewawancara harus memiliki pemahaman
yang baik terhadap subjek tersebut. Pada wawancara ini, pewawancara juga harus
mengetahui dan tujuan spesifik dan petanyaan untuk sesi akuisisi pengetahuan.
b. Cerita
Story pada organisasi adalah suatu narasi, iteraksi karyawan dan acara intraorganisasi
lain yang dikomunikasikan secara informal dalam organisasi. Menurut Denning
(2001) cerita meruakan peceritaan suatu kejadian atau serangkaian kejadian yang
terhubung mengenai suatu kebenran atau fiktif (as cited in Dalker, 2005:1001). Cerita
ini bersifat narasi dan informal, oleh sebab itu tujuanya adalah agar memberikan
pelajaran pada organissasi agar dapat mudah dimengert, diingat dan ditindak lanjuti.
Kesimpulanya yaitu, cerita pada organisasi harus memiliki dampak yaitu mencegah
kesalahan yang sama secara berulang.
2. Learning by Being Told
Pada pembelajaran dengan diberiktahuan ini, yang diwawancarai mengungkapkan
pengetahuanya kemudia pada saat yang bersamaan manajer pengetahuan menjelaskan dan
memvalidasi artefak pengetahuan yang membuat pengetahuan ini dalam bentuk eksplisit.
Bentuk akuisis pengethuan ini pada umumnya melibatkan analisis tugas, proses pelacakan
serta simulasi.
3. Learning by Observation
Terdapat dua jenis kahliatn yang dapat dilihat yatiu keterampilan motorik (misalnya, ahli
mesin) dan keahlian kognitif (misalnya membuat diagnose medis). Kahlian merupakan
satu demonstrasi penerapan pengetahuan. Pendekatan pembelajaran berdasarkan
observasi ini melibatan penyajian alhi dengan melalui sampel, serta studi kasus. Jadi
dapat dikatakan bahwa pada learning by observation ini, terdapat pembelajaran yang
diperoleh melalui pengamatan identifikasi keahlian seseorang.
Selain ketiga metode diatas dalam memproleh tacit knowledge capture terdapat
bebereapa metode lainya yang dapat menangkap pengetahuan yang bersifat tacit pada tingkat
individu yaitu sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ad hoc sessions
Road maps
Learning histories
Action learning
E-learning
Learning from others through business guest speakers and benchmaring
Against best practice
(Sumber : Dalkir, 2005:90)
akses
kepengetahuan
yang
sebelumnya
belum
tersedia
diperusahaan.
2. Vicarious learning
Terjadi melalui pengamatan terhadap perusahaan lain.
Contohnya : Becnhmarking studi dimana perushaaan dapat mengadopsi praktik
terbaik dari pemimpin industry lainya.
3. Experiental Learning
Pengetahuan yang diperoleh akibat berlatih atau pengalaman.
4. Inferiental Processes
Pembelajaran dengan melakukan praktik, belajar merupakan suatu eksperimental.
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa knowledge management
sangat penting untuk diterapkan pada perusahaan baik pemerintah maupun non pemerintah. Sebab
dengan adanya knowledge management maka keseluruhan informasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas karyawan dapat tersalurkan dengan baik dan karyawan dapat memahami tugas
masing-masing individu.
Daftar Pustaka
Dalkir, Kimiz. (2005). Knowledge Management In Theory And Practice. Elsevier ButterwothHeinemann.