Anda di halaman 1dari 3

VALENTINA ZAHRA KUSUMA A

34 / XS 4

PROSES DAN TEORI MASUKNYA HINDU-BUDDHA DI NUSANTARA

Masuknya Hindu dan Buddha di nusantara dimulai pada awal masehi, melalui jalur
perdagangan. Hal ini dipengaruhi oleh posisi Indonesia yang sangat srategis dalam bidang
pelayaran dan perdagangan. Melalui hubungan perdagangan, muncul pengaruh bagi kedua
belah pihak dan terjadilah akulturasi kebudayaan. Masuknya agama Hindu dan Buddha di
Indonesia menyebabkan berakhirnya zaman prasejarah Indonesia dan perubahan dari
kepercayaan kuno (animisme dan dinamisme) menjadi kehidupan beragama yang memuja
Tuhan dengan kitab suci. Kebudayaan Hindu dengan mudah diterima rakyat nusantara karena
adanya persamaan kebudayaan Hindu dengan kebudayaan nusantara.
1. Teori Kesatria
Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu-Buddha dibawa oleh golongan
prajurit (kesatria) yang mendirikan kerajaan di nusantara. Teori ini dicetuskan
oleh R.C. Majundar, F.D.K. Bosch, C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens. Teori
Kesatria memiliki beberapa kelemahan :
• Golongan kesatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang
terdapat pada kitab Weda.
• Tidak ditemukan prasasti yang menggambarkan penaklukan nusantara oleh
kerajaan India.
• Pelarian kesatria dari India tidak mungkin mendapat kedudukan mulia sebagai
raja di Indonesia.

2. Teori Waisya
Teori Waisya dicetuskan oleh N.J. Krom, yang berpendapat bahwa agama
Hindu-Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari India. Agama
tersebut bisa disebarkan dengan cara pernikahan, hubungan dagang, atau
interaksi dengan penduduk setempat saat pedagang dari India bermukim di
nusantara. Teori ini diperkuat dengan keberadaan Kampung Keling, yaitu
perkampungan para pedagang India di Indonesia. Teori Waisya juga memiliki
kelemahan :
• Kaum waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa.
• Sebagian besar kerajaan Hindu-Buddha terletak di pedalaman, bukan di
daerah pesisir yang dekat dengan jalur pelayaran.
• Motif golongan waisya hanya berdagang, bukan menyebarkan agama.
• Meskipun ada perkampungan pedagang India, kedudukan mereka tidak
berbeda dari rakyat biasa.

3. Teori Brahmana
Teori Brahmana dicetuskan oleh J.C. van Leur, yang berpendapat bahwa agama
Hindu dibawa oleh kaum brahmana yang berhak memelajari dan mengerti isi
kitab suci Weda. Kedatangan mereka diduga atas undangan para penguasa lokal
yang tertarik dengan agama Hindu. Sebelum kembali ke India, kaum brahmana tidak
jarang meninggalkan kitab Weda sebagai hadiah bagi raja di nusantara. Teori
Brahmana juga mempunyai kelemahan :
• Raja-raja di Indonesia tidak mungkin dapat mengerti isi kitab Weda tanpa
dibimbing oleh kaum brahmana.
• Menurut ajaran Hindu Kuno, seorang brahmana dilarang menyeberangi lautan,
apalagi meninggalkan tanah airnya.

4. Teori Sudra
Teori ini percaya bahwa masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia dibawa
oleh orang-orang India berkasta sudra. Hanya sedikit yang setuju dengan teori ini,
salah satunya adalah Von van Feber, yang mempunyai alasan sebagai berikut :
• Golongan berkasta sudra (pekerja kasar) dari India menginginkan kehidupan
lebih baik dengan pergi ke daerah lain, salah satunya Indonesia.
• Golongan berkasta sudra keluar dari India, termasuk Indonesia, karena ingin
mendapatkan kedudukan dan lebih dihargai.
Teori ini menimbulkan kontroversi karena kaum sudra terdiri dari kelompok dengan
derajat terendah sehingga dianggap tidak layak menyebarkan agama Hindu. Selain itu,
kaum sudra tidak berniat pergi dari India untuk menyebarkan agama, mereka juga
tidak menguasai bahasa Sanskerta yang digunakan dalam kitab Weda.

5. Teori Arus Balik


Teori ini dicetuskan oleh F.D.K. Bosch untuk menyanggah Teori Waisya dan
Kesatria. Teori ini menyatakan peran aktif masyarakat Indonesia dimasa silam
yang menimba ilmu ke India, sekembalinya dari India, mereka kemudian
menyebarkan pengetahuan mereka ke masyarakat yang lain. Teori ini diperkuat
dengan prasasti Nalanda, yang menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa dari
Sriwijaya meminta raja India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai tempat
menimba ilmu bagi para tokoh Sriwijaya. Penyebaran agama Buddha dilakukan
melalui misi dharmaduta pada abad 2 masehi. Pelaksanaan misi ini dibuktikan dengan
penemuan arca Buddha di Sempaga, Jember, dan Bukit Siguntang yang berasal dari
India Selatan.

Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke nusantara dibawa oleh pedagang dan pendeta dari
India serta Cina dari dua jalur.
1. Jalur darat
Penyebaran pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia melalui jalur darat mengikuti para
pedangang lewat Jalur Sutra. Yakni membentang dari India utara menuju
Bangladesh, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, kemudian ke
Indonesia.

2. Jalur laut
Penyebaran pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia melalui jalur laut dilakukan dengan
mengikuti rombongan kapal pedagang yang biasa beraktivias pada jalur India-
Cina. Rute pelayaran dimulai dari India menuju Myanmar, Thailand,
Semenanjung Malaya, dan berakhir di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai