Anda di halaman 1dari 23

LEMBAR KERJA MAHASISWA

FARMAKOTERAPI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

PENYUSUN

NAMA : Anggi Gusti Dewi

KELAS : (D) SEMESTER 3

PROGRAM STUDI : D4 ANESTESIOLOGI

DOSEN PENGAMPU :Tophan Heri Wibowo.,S.Kep.,Ns.,MAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA


TAHUN 2021

A. Obat Anestesi General

Anestesi regional dilakukan dengan memblokir rasa sakit di sebagian anggota tubuh.
Seperti halnya anestesi lokal, pasien akan tetap tersadar selama operasi berlangsung,
namun tidak dapat merasakan sebagian anggota tubuhnya.Pada anestesi regional, obat
akan diberikan dengan cara disuntikkan di dekat sumsum tulang belakang atau di
sekitar area saraf. Suntikan ini akan menghilangkan rasa sakit pada beberapa bagian
tubuh, seperti pinggul, perut, lengan, dan kaki. Terdapat beberapa jenis anestesi
regional, yaitu blok saraf perifer, epidural, dan spinal. Anestesi regional yang paling
sering digunakan adalah epidural, yang umum digunakan saat persalinan.

General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik
yang dapat dilakukan adalah general anestesi denggan teknik intravena anestesi dan
general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan
teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi
dan intravena (Latief, 2007).

1) Teknik General Anestesi General anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010),
dapat dilakukan dengan 3 teknik, yaitu:

a) General Anestesi Intravena Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam 11 pembuluh darah vena.

b) General Anestesi Inhalasi Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.

c) Anestesi Imbang Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi


obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi
teknik general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara
optimal dan berimbang, yaitu:

B. Premedication

1. Anxiolytics
Ansiolitik (anxiolytic) atau obat anticemas adalah kelompok obat-obatan yang dapat
mencegah atau menangani gejala kecemasan - terutama  pada pasien dengan
gangguan cemas menyeluruh (GAD). Obat ini juga mungkin diresepkan untuk kondisi
mental lain seperti fobia sosial serta digunakan sebagai penenang untuk anestesi pada
prosedur medis.  Untuk menangani gangguan kecemasan, dokter sering memadukan
ansiolitik dengan terapi, seperti terapi psikoterapi atau terapi perilaku kognitif.
Namun, dokter akan memberikan ansiolitik hanya untuk konsumsi jangka pendek–
mengingat obat ini dapat menimbulkan kecanduan bagi pasien. Pasien yang memiliki
riwayat penyalahgunaan obat biasanya tidak diberikan ansiolitik.Selain untuk
gangguan kecemasan, fobia sosial, dan sebagai obat penenang, beberapa ansiolitik
juga mungkin diresepkan dokter untuk kondisi lain, termasuk:

▪ Depresi
▪ Insomnia
▪ Gejala putus alkohol
▪ Kejang
▪ Gatal
▪ Muntah
▪ Mual

2. Buspirone
Buspiron bekerja dengan meningkatkan aktivitas reseptor serotonin dan dopamin di
saraf. Rangsangan tersebut dapat mengubah pesan yang diterima oleh saraf sehingga
mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien.

3.Pregabalin

Pregabalin adalah jenis obat antikonvulsan atau antikejang. Cara kerja pregabalin
untuk menurunkan kecemasan mirip dengan obat-obatan benzodiazepin, yakni dengan
meningkatkan aktivitas GABA di dalam otak.

4. Hydroxyzine

Hydroxyzine adalah jenis antihistamin yang memiliki efek menenangkan. Obat ini
mungkin diresepkan dokter untuk menangani insomnia yang disebabkan oleh
kecemasan.
1. Sedative and antisialogogues

Hipnotik sedative

Obat-obatan hipnotik sedative adalah istilah untuk obat-obatan yamg


mampumendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki
aktifitasmoderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah
substansiyang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset
serta mempertahankan tidur.

Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:

1. Benzodiazepin

2. Barbiturat

2. Pro-kinetic dan obat anti emetic

Agen gastroprokinetik, gastrokinetik, atau prokinetik adalah jenis obat yang


meningkatkan motilitas gastrointestinal dengan meningkatkan frekuensi kontraksi di
usus halus atau membuat kontraksi lebih kuat tanpa mengganggu ritmenya. • Agen
prokinetik, membantu mengontrol refluks asam, membantu memperkuat LES dan
menyebabkan isi lambung lebih cepat kosong, yang berikutnya lebih sedikit waktu
untuk terjadinya refluks asam

Obat-obat ini digunakan untuk meredakan gejala gastrointestinal seperti

● ketidaknyamanan perut

● kembung

● sembelit

● ulu hati

● mual dan muntah

● sindrom iritasi usus (IBS)

Domperidon dikategorikan sebagai obat tipe prokinetik (pencahar) dan antiemetik


(anti muntah). Beberapa peneliti mulai melihat manfaat lain domperidone, yaitu
sebagai galactogogue. Antiemetik atau anti muntah sendiri adalah obat yang dapat
mengatasi muntah dan mual. Antiemetik merupakan jenis obat yang pemberiannya
untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan dan efek samping dari analgesik opioid,
anestetik umum dan kemoterapi terhadap kanker. Di samping itu efek anti muntah
juga diperantai cara kerja domperidone yang bertindak sebagai antagonis terhadap
reseptor dopamin di kemoreseptor “triggerzone” yang mempengaruhi reflek muntah.
Dengan mekanisme kerja seperti ini, maka domperidone bisa mengurangi rasa penuh
(begah) pada perut akibat gangguan maag (Dispepsia dismotil) sehingga bisa
mencegah muntah. Secara klinis obat ini juga bermanfaat untuk terapi refluks
gastroesofageal, gastroparesis diabetik, dan dispepsia kronis. Pengonsumsian
domperidon harus digunakan secara hati – hati terutama pada orang lanjut usia. Hal
ini dikarenakan cara kerja dari domperidon sendiri. Domperidon merupakan antagonis
reseptor dopamin perifer (D2) yang mempunyai efek menghambat otot polos
lambung.

3. H2 dan pompa proton antagonis

Semua antagonis reseptor-H2 mengatasi tukak lambung dan duodenum dengan cara
mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat penghambatan reseptor histamin-
H2 . Obat ini dapat juga digunakan untuk mengatasi gejala refluks gastroesofagus
(GERD).Penggunaan antagonis reseptor-H2 juga mengurangi risiko aspirasi asam
Antagonis reseptor-H2 sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan ginjal, kehamilan dan pasien menyusui.

Efek samping Antagonis Reseptor H2

● diare dan gangguan saluran cerna lainnya,

● pengaruh terhadap pemeriksaan fungsi hati (jarang, kerusakan hati),

● sakit kepala,

● ruam

● rasa letih.

● Efek samping yang jarang adalah pankreatitis akut, bradikardi, AV block,


rasa bingung, depresi dan halusinasi, terutama pada orang tua atau orang
yang sakit parah, reaksi hipersensitifitas (termasuk demam, artralgia,
mialgia, anafilaksis), gangguan darah (termasuk agranulositosis, leukopenia,
pansitopenia, trombositopenia) dan reaksi kulit (termasuk eritema ultiform,
dan nekrolisis epidermal yang toksik). Dilaporkan juga kasus ginekomastia
dan impotensi, namun jarang terjadi.

Antagonis reseptor H2 adalah salah satu golongan obat saluran pencernaan /


gastrointestinal yang paling banyak diresepkan; obat-obatan yang digunakan untuk
mengobati gejala dan kondisi yang disebabkan oleh produksi asam lambung yang
berlebihan.

Antagonis H2 dulunya adalah agen lini pertama dalam pengobatan kondisi asam
lambung, sampai mereka digantikan oleh inhibitor pompa proton yang lebih efektif.
Antagonis H2 pertama – simetidin – dikembangkan pada 1960-an oleh Sir James
Black.

Dari semua antagonis H2, simetidin dikaitkan dengan sebagian besar efek samping
dan sebagian besar interaksi obat. Antagonis selanjutnya – seperti ranitidine dan
famotidine – dapat ditoleransi dengan baik dan memiliki sedikit, jika ada, interaksi
obat yang serius.

Contoh antagonis reseptor H2 meliputi:

● Simetidin

● Famotidine

● Ranitidine

● Nizatidine

Mekanisme aksi
Bagaimana cara kerja antagonis reseptor H2? Dalam hal apa mekanismenya berbeda
dengan inhibitor pompa proton?

Antagonis H2 bekerja dengan mencegah pelepasan histamin dari sel mirip


enterochromaffin (ECL) – dengan histamin yang bekerja pada sel parietal di dekatnya.
Histamin adalah salah satu dari banyak elemen independen yang bertanggung jawab
untuk “mengaktifkan” pompa proton di dalam sel parietal. Dengan menghambat
histamin, produksi asam lambung berkurang.
Antagonis H2 membatasi produksi asam, sedangkan penghambat pompa proton
menekan produksi asam jauh lebih efektif. Dengan kata lain, PPI menghambat tahap
terminal dalam produksi asam lambung sedangkan antagonis H2 tidak. Inilah yang
membuat PPI jauh lebih efektif dalam mengurangi produksi asam lambung.

Efek samping
Antagonis H2 adalah agen yang dapat ditoleransi dengan baik.

Namun, mereka terkait dengan berbagai efek samping potensial mereka sendiri. Banyak
dari efek samping yang tercantum di bawah ini umum terjadi pada simetidin tetapi jauh
lebih jarang pada antagonis selanjutnya.

Efek sampingnya meliputi:

● Diare atau sembelit

● Sakit kepala

● Pusing

● Kelelahan

Sebagian kecil pasien yang memakai simetidin pernah mengalami ginekomastia.


Sebuah minoritas yang lebih kecil telah mengalami kehilangan libido, efek reversibel
setelah penghentian simetidin.

Pertimbangan klinis
Ketika kita berbicara tentang farmakologi klinis antagonis H2, kita perlu memikirkan
faktor-faktor berikut:

● Simetidin itu dikaitkan dengan lebih banyak efek samping dan interaksi obat
dibandingkan dengan antagonis H2 yang lebih baru, seperti ranitidin.

● Antagonis H2 tersebut memiliki onset kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan
inhibitor pompa proton. Ini mungkin berguna jika penekanan asam yang relatif
segera dicari – misalnya, sebelum operasi untuk mencegah aspirasi asam ke saluran
pernapasan.

● Antagonis H2 itu dapat menutupi gejala kanker lambung. Pasien harus dimonitor
untuk gejala serius seperti kesulitan menelan dan penurunan berat badan.
● Karena farmakokinetik simetidin, meningkatkan risiko toksisitas bila diminum
dengan obat-obatan seperti warfarin, fenitoin, kuinidin, TCA dan propranolol.

● Dengan meningkatkan pH lambung, antagonis H2 dapat meningkatkan risiko


mengembangkan kolitis Clostridium difficile.

● Antagonis reseptor H2 diklasifikasikan sebagai kategori kehamilan B – yang


berarti bahwa “tidak ada risiko dalam penelitian non-manusia”.

4. Inhalasi anestesi

Anestesi Inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan


cara memberikan kombinasi obat yang berupa gas dan atau cairan volatil (mudah
menguap) melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi. Kelompok
obat ini dapat digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesia dan mungkin
dapat juga digunakan setelah induksi dengan anestetik intravena. Anestetik berupa gas
memerlukan peralatan yang cocok untuk penyimpanan dan penggunaan. Obat ini
dapat disalurkan melalui pipa rumah sakit atau tabung metal. Pemberian cairan
anestetik volatil menggunakan penguap terkalibrasi, menggunakan udara, oksigen,
atau campuran nitrogen oksida-oksigen sebagai gas pembawa. Sebaiknya diperhatikan
bahwa semua gas ini dapat memicu terjadinya hipertermia maligna. Untuk mencegah
hipoksia, anestetik inhalasi harus diberikan dengan kadar oksigen yang lebih besar
daripada kadar di udara.

sejarah anestesi inslasi obat anastesi inhalasi Ini pertama kali adalah nitrous oksida
atau n2o kemudian dalam praktek anastesiologi masa kini Ini obat-obat anestetik
untuk inhalasi yang umum digunakan untuk praktek hati ini adalah ada n2o kemudian
ada halotan ada enflurane syukuran restoran dan sibokoran kalau yang sekarang
beberapa rumah sakit yang banyak digunakan adalah iso Ran dan 10 lu Gan ya
termasuk juga n2o tuh halotan sudah jarang digunakan tapi yang paling sering adalah
n2o isofluran dan sekop duren tapi memang tidak menutup kemungkinan ya di make
seperti infura Roads Quran dan ini yang banyak digunakan di terutama di Indonesia
Kemudian untuk obat-obatan lain sudah ditinggalkan seperti adverbia dietil eter ada
etil klorida ya ada follow lain sebagainya ini sudah mulai ditinggalkan karena efek
sampingnya yang merugikan atau tidak dikehendaki . beberapa faktor yang
menentukan kecepatan transfer anestetik di jaringan otak ini ditentukan oleh

1. ada kelarutan zat anestetik nya muda


2. kadar anastetik dalam udara Jadi Biru pasien tekanan pastel anestetik
3. ventilasi paru
4. aliran darah paruh
5. perbedaan antara tekanan parsial anastetik di darah arteri dan di daerah

● Obat Anestesi Inhalasi:

1. Dinitrogen oksida
(N2O/gas gelak). N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak
iritatif, tidak berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah terbakar/meledak, dan tidak
bereaksi dengan soda lime absorber (pengikat CO2). Penggunaan dalam anestesi
umumnya dipakai dalam kombinasi N2O:O2yaitu 60% : 40%, 70% : 30%, dan 50%:
50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20% :
80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% : 30%. N2O sangat berbahaya
bila digunakan pada pasien pneumotoraks, pneumomediastinum, obstruksi, emboli
udara, dan timpanoplasti.
2. Halotan
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah
menguap, tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime,  dan
mudah diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4-5 kali
eter atau 2 kali kloroform. Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi cepat dan
lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi
terhadap syok, jarang menyebabkan mual/muntah, tidak mudah terbakar dan meledak.
Kerugiannya adalah sangat poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan
relaksasi yang kurang, harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga
mahal, menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil
pascaanestesi, dan hepatotoksik. Overdosis relatif mudah terjadi dengan gejala gagal
napas dan sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian. Dosis induksi 2-4% dan
pemeliharaan 0,5-2%.
3. Etil klorida
Etil klorida merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan mudah
terbakar. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat hilang. Induksi dapat
dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit sesudah pemberian
anestesi dihentikan. Etil klorida sudah tidak dianjurkan lagi untuk digunakan
sebagai anestesi umum, namun hanya untuk induksi dengan memberikan 20-30 tetes
pada masker selama 30 detik. Pada sistem tetes terbuka (open drop), etil klorida
disemprotkan ke sungkup dengan volume 3-20 ml yang menghasilkan uap _+ 3,5-5%
sehingga pasien tidak sadar dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan obat lain
seperti eter. Etil klorida juga digunakan sebagai anestetik lokal dengan cara
menyemprotkannya pada kulit sampai beku.
4. Eter (dietil eter)
Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas mengiritasi
saluran napas, mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime
absorber, dan dapat terurai oleh udara serta cahaya. Eter merupakan obat anestetik
yang ,aagat kuat sehingga pasien dapat memasuki setiap tingkat anestesi. Eter dapat
digunakan dengan berbagai metoda anestesi. Pada penggunaan secara open drop  uap
eter akan turun ke bawah karena 6-10 kali lebih berat dari udara. Penggunaan
secara semi closed methode datam kombinasi dengan oksigen dan N2O tidak
dianjurkan pada operasi dengan tindakan kauterisasi. Keuntungan penggunaan eter
adalah murah dan mudah didapat, tidak perlu digunakan bersama dengan obat-obat
lain karena telah memenuhi trias anestesi, cukup aman dengan batas keamanan yang
lebar, dan alat yang digunakan cukup sederhana. Kerugiannya adalah mudah
meledak/terbakar, bau tidak enak, mengiritasi jalan napas, menimbulkan hipersekresi
kelenjar ludah, menyebabkan mual dan muntah, serta dapat menyebabkan
hiperglikemia. Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung dari berat badan dan kondisi
penderita, kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan. Dosis induksi 10-
20% volume uap eter dalam oksigen atau campuran oksigen dan N 2O. Dosis
pemeliharaan stadium III 5-15% volume uap eter.
5. Enfluran (ethran)
Enfluran merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah
menguap, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan
enfluran cepat dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual dan muntah serta masa
pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5% dikombinasi dengan O2 atau campuran N2-
O2. Dosis rumatan 0,5-3 % volume.
6. Isofluran (forane)
Isofluran merupakan eter berhalogen, berbau tajam, dan tidak mudah terbakar.
Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang
oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih anestesi cepat. Namun, harga obat ini
mahal. Dosis induksi 3-3,5% dalam O2 atau kombinasi N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3%.
7. Sevofluran
Obat anestetik ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai untuk
induksi inhalasi. Induksinya enak, dan cepat terutama pada anak. Dosis induksi 6-8
vol%. Dosis rumatan 1-2 vol

6. Anestesi intravena

Anestetik intravena dapat digunakan baik untuk induksi anestesia maupun pemeliharaan
anestesia selama tindakan operasi. Anestetik intravena hampir seluruhnya menghasilkan
efek dalam waktu satu masa sirkulasi lengan-otak (arm-brain circulation time) dan dapat
menyebabkan apneu dan hipotensi, karenanya harus selalu tersedia fasilitas resusitasi
yang memadai. Anestetik intravena ini tidak boleh diberikan bila anestesiolog tidak yakin
dapat mempertahankan bebasnya jalan nafas, contohnya dalam kasus tumor pada faring
atau laring dan pada pasien dengan kegagalan sirkulasi akut (syok) atau fixed cardiac
output. Kebutuhan tiap individu amat beragam dan dosis yang direkomendasikan di sini
hanyalah sebagai panduan. Dosis yang lebih kecil diindikasikan untuk pasien yang sakit
berat, syok, atau pasien debilitasi dan pada gangguan hati yang signifikan, sementara
pasien yang lebih kuat mungkin memerlukan dosis lebih besar. Untuk memfasilitasi
intubasi trakea, induksi diikuti oleh obat pemblok neuromuskular. Anestetik Intravena
Total (TIVA) merupakan teknik anestesia pada pembedahan mayor, di mana seluruh
anestetik diberikan secara intravena. Respirasi dikendalikan, paru-paru diberi udara kaya
oksigen. Pelemas otot digunakan untuk menimbulkan relaksasi dan mencegah gerakan
refleks otot. Masalah utama yang harus diatasi adalah penilaian kedalaman anestetik.

1. Propofol
Propofol memberikan pemulihan yang cepat tanpa efek hangover dan dipakai secara
luas. Kadang terdapat rasa sakit pada injeksi intravena, dan dapat terjadi gerakan otot
yang nyata. Kejang, anafilaksis dan pemulihan anestetik yang tertunda pada penggunaan
propofol dapat terjadi; dan karena kemunculan kejang dapat tertunda kejadiannya,
diperlukan perhatian khusus pasca pembedahan. Propofol telah dikaitkan dengan
bradikardia yang kadang berat; diperlukan antimuskarinik untuk mencegah hal ini.

a. Indikasi untuk induksi dan pemeliharaan anestesi umum; sedasi penderita yang diberi
napas buatan (ventilated) dan mendapat perawatan intensif, digunakan hingga 3 hari.

b. Peringatan pantau kadar lemak darah pada pasien yang berisiko kelebihan lemak atau
apabila sedasi lebih dari 3 hari; kehamilan; menyusui; kontaminasi bakteri. Untuk
menghindarkan risiko infeksi akibat kontaminasi bakteri, teknik aseptik yang ketat harus
dijalankan ketika menyedot emulsi propofol dalam alat suntik.

c. Kontraindikasi tidak boleh digunakan untuk sedasi pada ventilated children dan remaja
berusia di bawah 17 tahun (berisiko menyebabkan efek serius meliputi asidosis
metabolik, gagal jantung, rhabdomiolisis, hiperlipidemia dan hepatomegali).

d. Efek Samping flushing; apnea sementara selama induksi.

e. Dosis induksi, dengan cara injeksi intravena, 1,5-2,5 mg/kg bb (lebih sedikit pada
mereka yang berumur di atas 55 tahun) dengan kecepatan 20-40 mg tiap 10 detik (dosis
terendah pada pasien berumur di atas 55 tahun); ANAK: di atas 3 tahun diberi 2,5 mg/kg
bb yang disesuaikan dengan keperluan. Dosis Pemeliharaan, dengan infus intravena, 4-
12 mg/kg bb/jam atau injeksi intravena, 25-50 mg diulang menurut respon; ANAK: di
atas 3 tahun 9-15 mg/kg bb/jam. Sedasi semasa perawatan intensif (dengan 30 napas
buatan), dengan infus intravena, 0,3-4 mg/kg bb/jam hingga 3 hari. Sedasi untuk
pembedahan dan prosedur diagnostik, diawali dengan injeksi intravena, 0,5-1 mg/kg bb
selama 1-5 menit; pemeliharaan dengan infus intravena, 1,5-4,5 mg/kg bb/jam (sebagai
tambahan, bila diperlukan peningkatan kedalaman sedasi yang cepat, injeksi intravena
10-20 mg); pasien di atas 55 tahun mungkin memerlukan dosis lebih rendah.

2. Tiopental
Natrium tiopental (natrium tiopenton) adalah anestetik yang banyak digunakan, tetapi
zat ini tidak memiliki sifat analgesik. Induksi biasanya berlangsung lancar dan cepat
tetapi dapat menyebabkan depresi kardiorespiratori yang dose-related. Pemulihan
kesadaran dari pembiusan dengan tiopental dosis sedang dapat terjadi cepat karena obat
mengalami redistribusi di dalam jaringan. Walaupun demikian, metabolisme
berlangsung lambat dan efek sedatifnya bertahan sampai 24 jam. Dosis berulang
menimbulkan efek kumulatif dan pemulihan berlangsung lebih lambat. Indikasinya
untuk induksi anestesi umum; anestesi jangka waktu singkat

a. Peringatan untuk penyakit kardiovaskuler; gangguan fungsi hati; setelah


direkonstitusi sediaan menjadi sangat basa-ekstravasasi dapat menyebabkan nekrosis
jaringan dan nyeri berat; hindari injeksi intra arteri; dan kehamilan.

b. Kontraindikasi yaitu porfiria, myotonic dystrophy; dan menyusui

c. Efek samping berupa aritmia, depresi miokard, spasme laring, batuk, bersin, reaksi
hipersensitivitas, ruam, reaksi pada tempat penyuntikan; dosis berlebih dikaitkan
dengan hipotermia dan cenderung menyebabkan gangguan fungsi serebral.

d. Dosis injeksi intravena sebagai larutan 2,5%, pada pasien dewasa sehat dengan
premedikasi, awalnya 100-150 mg (dikurangi pada pasien lansia atau sakit berat)
selama 10-15 detik (lebih lama pada pasien lansia atau sakit berat) dilanjutkan dengan
dosis tambahan bila perlu tergantung respons setelah 30-60 detik; atau hingga 4 mg/kg
bb; anak: untuk induksi: 2-7 mg/kg bb.

3. Ketamin

pertama kali disintesis tahun 1962 disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang
lama (phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang Ketamin
terutama digunakan pada anak-anak dan dewasa muda untuk tindakan singkat dapat
meningkatkan aliran darah otak dan menimbulkan halusinasi pasca operasi (“mimpi
buruk”).sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi, nyeri kepala, pasca
anasthesi dapat menimbulkan muntah-muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk
Rapid acting non barbiturate general anesthetic. Mekanisme kerja terjadi melalui blok
terhadap reseptor opiat dalam otak dan medula spinalis èanalgetik kuat Pemberian IV è
onset 30 detik, durasi 5-10 menit. Pemberian IM è onset 3-4 menit, durasi 12 - 25
menit. Metabolisme di hepar dgn enzim sitokrom P450 è konjugasi glukoronida
èsenyawa larut air, dieksresi lewat urin.

Ketamin saat ini jarang digunakan; dapat diberikan secara intravena atau intramuskular,
dan memiliki sifat analgesik yang baik bila dipakai dalam dosis sub-anestetik. Ketamin
sebagian besar dipakai dalam anestesia pediatrik, terutama bila diperlukan dosis
berulang. Pemulihan terjadi relatif lambat. Terjadi peningkatan insidens gerakan otot
ekstra; stimulasi kardiovaskuler, takikardi dan peningkatan tekanan arteri dapat pula
terjadi. Kerugian utama penggunaan ketamin adalah tingginya kejadian/insidens
halusinasi, mimpi buruk dan psikosis sementara. Kejadian ini dapat dikurangi bila obat
seperti diazepam juga digunakan. Ketamin dikontraindikasikan untuk pasien hipertensi,
dan sebaiknya dihindarkan penggunaannya pada pasien yang cenderung berhalusinasi
atau mimpi buruk. Indikasi: Anestesi untuk diagnostik dan prosedur pembedahan yang
tidak memerlukan relaksasi otot skelet, prosedur pembedahan jangka pendek (paling
sesuai), prosedur pembedahan yang lebih lama (dengan menaikkan dosis), induksi efek
anestesi yang diberikan sebelum pemberian anestesi umum yang lain, melahirkan
normal yang memerlukan anestesi atau pembedahan cesar, anestesi tambahan pada
penggunaan anestesi lain dengan potensi lemah seperti nitrous oksida. a. Peringatan
alkoholik kronik dan keracunan alkohol akut, sirosis atau gangguan fungsi hati lainnya,
peningkatan tekanan serebrospinal pada pre-anestesi, peningkatan tekanan intra okular
(mis: glaukoma), tanda-tanda neurotik atau penyakit psikiatri (mis: skizofrenia dan
psikosis akut), porfiria intermiten akut, kejang, hipertiroidisme, menerima terapi
pengganti tiroid (meningkatkan risiko hipertensi dan takikardi), infeksi pulmoner atau
saluran pernapasan atas, lesi yang luas pada intrakranial, luka di kepala, hidrosepalus,
hipovolemia, dehidrasi, penyakit kardiovaskuler terutama penyakit arteri koroner (mis:
gagal jantung kongestif, iskemia miokardi, dan infark miokard), hipertensi ringan
sampai sedang dan takiaritmia. 31 b. Interaksi: 1) Memantin: meningkatkan risiko
toksisitas SSP (hindari penggunaan bersamaan); 2) Teofilin: meningkatkan risiko
konvulsi; 3) Barbiturat dan/atau agonis opiat: waktu pemulihan dapat menjadi lebih
lama; 4) Benzodiazepin: memperpanjang waktu paruh ketamin sehingga waktu
pemulihan menjadi lebih lama; 5) Tiroksin: terjadi peningkatan tekanan arteri; 6)
Atrakurium dan Tubokurarin: memicu efek hambatan neuromuskular atrakurium dan
tubokurarin, termasuk depresi pernapasan dengan apnea; 7) Anestesi terhalogenasi:
memperpanjang waktu paruh eliminasi ketamin dan memperlambat pemulihan efek
anestesi, meningkatkan risiko terjadinya bradikardi, hipotensi, atau penurunan cardiac
output; 8) Depresan SSP (mis: etanol, fenotiazin, penenang H-1-bloker, atau relaksan
otot skelet): memicu depresi SSP dan/atau peningkatan risiko terjadinya depresi
pernapasan (penurunan dosis mungkin dibutuhkan); 9) Tiopental: antagonis terhadap
efek hipnotik tiopental; 10) Hormon tiroid: peningkatan risiko hipertensi dan takikardi;
11) Obat hipertensi: meningkatkan risiko terjadinya hipotensi. c. Kontraindikasi
peningkatan tekanan darah yang bermakna, eklamsia atau pre-eklamsia,
hipersensitivitas. d. Efek Samping: 1) Umum: halusinasi, mimpi buruk, kebingungan,
agitasi, perilaku abnormal, nistagmus, hipertonia, tonik-klonik (kejang), diplopia,
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, peningkatan laju pernapasan, mual,
muntah, eritema,ruam seperti campak. 2) Tidak Umum: anoreksia, ansietas, bradikardi,
aritmia, hipotensi, depresi pernapasan, laringospasme, nyeri pada tempat penyuntikan,
ruam pada tempat penyuntikan. 3) Jarang: reaksi anafilaksis, delirium, disforia,
insomnia, flashback (bayangan kejadian traumatis), disorientasi, obstruksi saluran
napas, apnea, hipersekresi saliva, sistitis, sistitis haemoragik. 32 Lainnya: peningkatan
tekanan intra-okular. e. Dosis: 1) Pemberian secara intravena: rentang dosis awal: 1
mg/kg BB - 4,5 mg/ kg BB. Ratarata dosis yang diperlukan untuk menghasilkan efek
anestesi selama lima sampai sepuluh menit adalah 2 mg/kg BB. Induksi anestesi: 1,0 -
2,0 mg/kg BB dengan kecepatan pemberian 0,5 mg/kg BB/menit, yang diberikan dalam
syringe terpisah selama 1 menit. 2) Pemberian secara intramuscular, dosis awal: 6,5-13
mg/kg BB. Dosis 10 mg/kg BB biasanya menghasilkan efek anestesi selama 12 sampai
25 menit pada prosedur pembedahan. 3) Kelainan hati, pengurangan dosis harus
dipertimbangkan pada pasien dengan sirosis atau jenis gangguan hati lainnya.

4. Benzodeazepin

Yang sering digunakan: Diazepam (Valium), Lorazepam (Ativa), Midazolam (Miloz).


Diazepam & Lorazepam tidak larut air, tersedia dalam emulsi lemak. Midazolam larut
air, tersedia dalam larutan dgn pH 3,5.Bekerja sbg hipnotik, sedatif, ansiolitik,
amnestik, antikonvulsan, pelumpuh otot pada reseptor GABAa di SSP Benzodiazepin
dimetabolisme di hepar. Diazepam efek puncak muncul setelah 4 - 8 menit, waktu
paruh 20 jam.
Dosis

Midazolam Diazepam Lorazepam Induction 0.05-0.15 mg/kg 0.3-0.5 mg/kg 0.1 mg/kg
Maintenance 0.05 mg/kg prn 0.1 mg/kg prn 0.02 mg/kg prn 1 µg/kg/min Sedation *
0.5-1 mg repeated 2 mg repeated 0.25 mg repeated 0.07 mg/kg IM

Efek Samping

Midazolam dpt menyebabkan depresi napas. Diazepam & lorazepam dapat


menyebabkan iritasi vena & trombophlebitis. DOSIS E

5. Fentanyl

Merupakan obat narkotik sintetik yang paling banyak digunakan dalam praktik
anestesiologi. Mempunyai potensi 1000 kali lebih kuat dibandingkan pethidin dan 50 -
100 kali lebih kuat dari morfin. Mulai kerjanya cepat dan masa kerjanya pendek.
Dimetabolisme di hepar, dibuang lewat empedu dan urin.

Dosis

• Untuk analgetik 1 - 2 µg / kgBB IV bolus atau 25-100 mcg/dosis PRN, atau 1 - 2


mcg/kgBB/jam dengan infus IV kontinyu atau 25 - 200 mcg/jam.

• Untuk premedikasi bedah: 50 - 100 mcg/dosis IM atau IV pelan diberikan 30 - 60


menit sebelum pembedahan.

• Untuk tambahan pada anestei regional: 25 - 100 mcg/dosis IV pelan selama 1 - 2


menit

• Untuk induksi anestesi: Prosedur bedah minor: 0,5 - 2 mcg/kgBB/dosis IV Prosedur


bedah mayor: 2 - 20 mcg/kgBB/dosis atau 1 - 2 mcg/kgBB/jam untuk infus IV dosis
pemeliharaan

C. FARMAKOKINETIK
farmakogenetik adalah mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuhnya itu meliputi
ada empat ada absorbsi ada distribusi ada metabolisme dan ekskresi 1 sendiri yaitu
saraf yang diserap ke dalam tubuh kemudian distribusi telah menyebarkan ke berbagai
jaringan tubuh metabolisme adalah diubah menjadi bentuk yang dapat dibuang dari
tubuh dan ada ekskresi atau dikeluarkan dari tubuh untuk opsi-opsi obat ini meliputi
proses obat dari saat dimasukkan ke dalam pupuk melalui jalur ya jalur saluran bisa
contoh obat pil nya top obat oral ini berarti melalui saluran pencernaan kmudian ini
masuk sampai masuk kedalam sirkulasi sistemik lah pada sel level seluler dok level
obat diabsorpsi melalui beberapa metode terutama transport aktif dan transport pasif
selanjutnya untuk metode adsorpsi ini ada transport pasif dan aktif untuk transport
pasif ini tidak memerlukan energi ya karena hanya dengan proses difusi obat dapat
berpindah ke daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi
rendah lah terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membran
dan berhenti bila konsentrasi pada kedua Sisi membran seimbang Yang kedua adalah
transpor aktif transport aktif ini membutuhkan energi untuk menggerakkan off yo
kenek kerajinan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat yang lebih
tinggi terkait dengan transportasi dan aktif kita lanjutkan dengan pinositosis
endositosis adalah bentuk transport aktif yang unik dimana sel menelan partikel obat
ini biasanya terjadi pada obat berlarut lemak yaitu vitamin adek Disney
membutuhkan energi yang energi ini ndak ada ATP adenosin trifosfat yang
dihidrolisis ya menjadi adbp dan ion fosfat adalah proses pembentukan energi ini
mencuri ATP menjadi adenosin difosfat yang lebih kecil yang ini di ditelan oleh sel
yang selanjutnya ini adalah kecepatan absorpsi untuk kecepatan absorbsi apabila
pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sistemik ini hanya sedikit sel itu absorpsi
terjadi lebih cepat nah ini akan menyebabkan obat segera mencapai level pengobatan
dalam tubuh pemberian obatnya lewat apa apakah lewat IP intravena atau inhalasi
atau oral-b subkutan dan lain sebagainya kemudian Kalau lebih lambat ya untuk
kecepatan absorbsi apabila lewat oral Kemudian untuk intramuskular topikal kulit ini
lapisan intestinal atau dan bagian kulit kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi
penyerapan ini menyebut meliputi ada aliran darah ke tempat absorpsinya kemudian
Total luas permukaan yang tersedia sebagai pengobatan fisik dan waktu kontak
permukaan absorpsikecepatan absorbsi juga diperlambat oleh adanya nyeri atau
selainnya Rich juga bisa dari stres rasa nyeri dan Stres ini mengurangi aliran darah
dan mengurangi pergerakan saluran cerna serta referensi aster atau lambung lanjutnya
untuk di Transmart Hai untuk makanan tinggi lemak kena untuk makanan tinggi
lemak dan badan ini akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat
waktu absorbsi obat terutama untuk obat-obat oral jadi misalkan seseorang makan
obat kemudian disitu sebelumnya memakan makanan yang tinggi Lemak ini
menyebabkan memperlambat kebab si kemudian faktor bentuk obat diabsorpsi ini
bisa dipengaruhi juga oleh organ toko obat Apakah bentuknya Tablet atau kapsul
yang dan lain sebagainya Hai selanjutnya untuk kecepatan absorbsi obat juga
dipengaruhi oleh kombinasi dengan obat lain misalkan interaksi satu obat dengan obat
lain yang dapat mencegah atau memperlambat tergantung jenis obatnya Hai nih yang
berikutnya adalah bioavailabilitas ini adalah fraksi obat yang diberikan yang sampai
ke sirkulasi sistemik dalam tubuh kimia aslinya ini contoh penghitungannya ya untuk
bioavailabilitas relativitas jadi fax obat yang diberikan sang yang sampai ke sirkulasi
sistemik dalam untuk kimia asli kmudian eh eh hai hai Hai beberapa faktor yang Hai
yang pengaruhi pihak Sabil falibilitas ini ada vespas metabolisme hepar atau
metabolisme lintas pertama pada hepar kemudian ada solubilitas obat ada
ketidakstabilan game ini dan ada formulasi obatnya lanjutnya hepar ini lebar
merupakan organ-organ yang berfungsi untuk menetralisir obat-obat yang diserap
oleh usus halus ini ditransfer ke hebat sebelum beredar ke seluruh tubuh ini ntar yang
memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi darah nah ini yang disebut
dengan effects nah metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif
sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik Hai sehinggalah
dengan Kang obat harus diberikan dosis obat yang lebih banyak hai hai yang
selanjutnya adalah distribusi Apa itu Distribusi Distribusi obat adalah proses obat
diantar dari sirkulasi sistemik jaringan dan cairan tubuh nah ini tergantung beberapa
faktor bisa karena aliran darahnya ada karena bisa disebabkan kecepatan distribusinya
karena permeabilitas kapiler nya atau ikatan proteinnya kmudian yang aliran darah
sendiri ya ini setelah obat sampai ke aliran darah setelah tercipta Store on earth
rasakan jumlah aliran darahnya lah organ dengan aliran darah terbesar ini meliputi
jantung ya Kemudian yang kedua adalah hepar atau hati yang gembira adalah ujar Ini
rekam nettnya ya terkait dengan Hotspur endotel sel endotel nya di er atau dihati
neomune dikeroyok seperti otak Hai distribusi korban lain ini seperti bisa ke kulit
lemak dan otot Hijau distribusinya lebih lambat dibandingkan ke jantung hebat
ataupun quince kemudian Karena permeabilitas untuk permeabilitas kapiler nya ini
tercantum dari struktur kapiler dan tergantung dari struktur obatnya nyet kemudian
yang berikutnya terkait dengan ikatan protein ya kayak dengan eh eh cepat lambatnya
bisa absorpsi distribusi ya Inikan di pengaliran darah permeabilitas kapiler dan ikatan
protein untuk ikatan dengan protein sendiri ini obat beredar ke seluruh tubuh ya ini
berkontak dengan protein nah ini dapat cerita ataupun bebaslah obat yang terikat
dengan protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja obat yang dikatakan berikatan
dengan protein tinggi Apabila lebih dari 80% obat terikat protein selanjutnya
metabolisme metabolisme proses tubuh ya merubah Komposisi obat sehingga menjadi
lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh laut ah dapat dimetabolisme melalui
beberapa cara yaitu melalui metabolisme inaktif kemudian diekskresikan atau menjadi
metabolisme iftanti Ki kerja terlalu lo kalau kita sendiri dan bisa dimetabolisme
lanjutan yang berikutnya adalah beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif
kemudian setelah dimetabolisme baru menjadi aktif Hai metabolisme metabolisme ini
terjadi di hati atau hepar kemudian ada di ginjal dan ada membran usus selanjutnya
untuk kondisi khusus ini beberapa penyakit dapat mempengaruhi metabolisme contoh
adalah penyakit hati yang seperti sirosis hepatis pengaruh genetik ini juga
berpengaruh jadi perbedaan Ken individu ini bisa menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat

1. Barbiturate

Barbiturat adalah golongan obat penenang yang biasa digunakan sebelum operasi atau
untuk mengatasi kejang. Obat golongan ini dapat menyebabkan efek rileks dan
kantuk, karena barbiturat dapat mengurangi aktivitas saraf di otak.Terkait fungsinya
sebagai obat penenang, barbiturat kerap disalahgunakan. Penggunaan barbiturat yang
tidak tepat sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kecanduan, ketergantungan,
koma, hingga kematian.

2. Steroid

Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk
menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan meredakan peradangan
atau inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.

Kortikosteroid, seperti cortisone atau hydrocortisone, diproduksi secara alami di


kelenjar adrenal bagian terluar atau korteks. Sementara itu, kortikosteroid dalam
bentuk obat disebut kortikosteroid sintetis dengan cara kerja dan manfaat yang sama
dengan kortikosteroid alami.

Efek Samping Kortikosteroid

Efek samping biasanya terjadi pada penggunaan kortikosteroid untuk jangka


panjang, yaitu lebih dari 2-3 bulan. Sejumlah efek samping yang bisa ditimbulkan
setelah menggunakan obat kortikosteroid adalah:

● Penumpukan lemak di pipi (moon face)


● Rentan terkena infeksi
● Meningkatnya tekanan darah atau hipertensi
● Meningkatnya kadar gula darah
● Mempercepat timbulnya katarak
● Tukak (ulkus) pada lambung atau duodenum
● Masalah kulit
● Pelemahan fungsi otot
● Perubahan mood dan perilaku.

3. Imadazoles
Omoconazole adalah obat imidazole yang digunakan untuk mengobati infeksi
akibat jamur. Cara kerjanya adalah menghambat enzim cytochrome P450-
dependent, mengakibatkan kerusakan pada pada membran sel jamur
DOSIS
Dosis untuk dewasa
● Omoconazole vaginal untuk kandidiasis vagina: 150 mg setiap hari
selama 6 hari, 300 mg selama 3 hari atau 900 mg dengan dosis tunggal.
● Omoconazole topikal (salep) untuk kulit: Pakai 1 kali sehari. Sebagai
1% bubuk atau 1% cairan: Gunakan dua kali sehari.

Efek samping

● Iritasi kulit
● Eritema
● sensasi terbakar.
4. Agen hipnotik

hipnotik sedatif yang bekerja untuk mempengaruhi bagian-bagian tertentu di otak


dan biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri setelah operasi
beberapa efek samping seperti kebingungan kemudian muncullah uang setel gatal
lanjut yang ketiga adalah meprobamat ini obat untuk gejala kecemasan juga untuk
mengurangi kecemasan juga dan ini like kita lihat untuk efek sampingnya Ia
seperti demam kemudian detak jantung yang tidak teratur sakit kepala dan lain
sebagainya termasuk mual dan muntah

D. REAKSI OBAT

1. Buspirone

Buspirone adalah obat yang berfungsi untuk mengobati gangguan kecemasan


berlebih (anxiety disorder). Obat kelas ansiolitik yang bekerja memengaruhi
kinerja senyawa organik endogenus dalam otak, yang disebut neurotransmiter.

• Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan buspirone adalah

: • Pusing

• Mual

• Sakit kepala

• Rasa gugup berlebihan

• Sensasi berkunang-kunang

• Semangat berlebihan

• Insomnia
2. Chloral and related drungs

Chloral hydrate adalah obat yang digunakan untuk menenangkan Anda sebelum
operasi atau prosedur lain. kelas obat hipnotik sedatif yang bekerja dengan
mempengaruhi bagian-bagian tertentu dari otak yang menyebabkan ketenangan
digunakan untuk menghilangkan rasa sakit setelah operasi

• efek samping :

• ruam kulit atau gatal-gatal

• kebingungan

• melihat, mendengar, atau merasa hal-hal yang tidak ada

• kegembiraan yang tidak biasa

3. Zopiclone

Zopiclone bekerja memanipulasi otak agar merasakan kantuk.

• Reaksi alergi: ruam kulit, wajah, bibir, lidah atau tenggorokan membengkak,
atau kesulitan bernapas atau menelan atau sakit kepala ringan, hilang koordinasi.

• Efek pada sistem gastrointestinal: rasa pahit atau rasa logam dimulut, mulut
kering dan merasa sakit atau menjadi sakit.

• Efek pada sistem syaraf: sakit kepala, pusing, kelelahan, iritasi, agresif,
kebingungan, depresi, amnesia, halusinasi atau mimpi buruk.

• Lain-lain: terkadang kekurangan tidur juga dapat muncul ketika berhenti


mengonsumsi tablet, biasanya mengakibatkan ketergantungan jangka panjang.

DAFTAR PUSAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/415/5/Chapter2.pdf
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-ansiolitik-kategori-obat-untuk-atasi-
gangguan-kecemasan
https://dwigrahamedical.com/anestesi-inhalasi/
https://www.youtube.com/watch?v=8n0gu08m0W8
https://scalsa.uhb.ac.id/d4anestesiologi/pluginfile.php/26621/mod_resource/conte
nt/1/Buspirone%2C%20Chloral%20Hydrate%2C%20Meprobamate%2C
%20Zolpidem.pdf
https://gudangilmu.farmasetika.com/farmakologi-obat-antagonis-reseptor-h2/
https://www.alodokter.com/barbiturat
https://scalsa.uhb.ac.id/d4anestesiologi/pluginfile.php/26619/mod_resource/conte
https://www.alodokter.com/kortikosteroid

Anda mungkin juga menyukai