Anda di halaman 1dari 3

Nama : Almas Nur Farhana

NIM : 207118033
TUGAS FARMAKOTERAPI 4
1. Mengapa penularan TBC paru terjadi cukup lama?
Jawab : Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penyebab TBC adalah infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri penyebab TBC ini umumnya
menyerang paru-paru. Bakteri bisa menyebar ke orang lain melalui percikan air liur
yang dilepaskan ke udara saat penderita TBC bersin, batuk, atau meludah. Meski
dapat menyebar melalui udara, penularan penyakit TBC tidak semudah penyebaran
flu atau batuk. Proses penularan bakteri TBC membutuhkan kontak yang cukup
dekat dan lama dengan penderita. Misalnya, tinggal atau kerja bersama dan sering
melakukan interaksi dalam kesehariannya. Kemungkinan Anda tertular TBC jika
sekadar duduk di sebelah orang yang terinfeksi, misalnya di bus atau kereta, akan
sangat kecil. Selain itu, penderita TBC yang telah mengonsumsi obat anti
tuberkulosis selama setidaknya 2 minggu juga berisiko lebih kecil menularkan
penyakitnya ke orang lain.
2. Apa itu kegiatan bakterisid pada terapi farmakologis penyakit TBC?
Jawab: kegiatan bakteris pada terapi farmakologi yaitu aktifitas bakteri terhadap
terapi farmakologi. Bakterisid adalah obat yang mampu membunuh bakteri atau
aktifitas obat yang mampu membunuh bakteri.
Pada dasarnya, ada tiga efek farmakologis dari OAT tergantung jenisnya, yaitu efek
bakterisidal, efek bakteriostatik, dan pencegahan resistensi. Isoniazid dan
rifampisin adalah obat dengan efek bakterisidal terkuat dan aktif melawan semua
populasi basil TB.
Selain itu, rifampisin juga memiliki efek bakteriostatik paling kuat. Pirazinamid
dan streptomisin mempunyai aktivitas bakterisidal pada beberapa populasi basil
TB. Pirazinamid sendiri hanya aktif dalam keadaan asam. Streptomisin bersifat
bakterisidal terutama terhadap kelompok basil TB yang bermultiplikasi cepat.
Obat-obat tersebut digunakan secara kombinasi untuk mencegah resistensi dari
bakteri TB. Sediaan obat dalam bentuk Fixed Dose Combination pun dibuat dalam
rangka meningkatkan kepatuhan pasien dan mencegah peningkatan insidens
resistensi TB nasional.5
3. Apa itu kegiatan sterilisasi pada terapi farmakologis penyakit TBC?
Jawab : sterilisasi yang dimaksud untuk membunuh bakteri tuberkolosis melakukan
pencegahan dan terapi obat.
4. Bagaimana sistem syaraf bekerja pada saluran pencernaan?
Jawab: Saraf di Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan mendapat dua persarafan yang berhubungan dengan SSP di
otak dan medulla spinalis. Mulai dari oesophagus sampai ke pertengahan colon
transversum saluran pencernaan diurus oleh saraf parasimpatis yang berasal dari
cabang n.vagus (dengan badan sel di ganglion nodosum); sedangkan pada usus
bagian distal persarafan parasimpatis itu diurus oleh serabut-serabut saraf yang
berpangkal pada medulla spinalis segmen sacral 2-4. Persarafan simpatis diurus
oleh serabut
saraf cabang n.splanchnicus major dan n.splanchnicus minor yang berasal dari
segmen thoracal. Secara embriologis, sel dan serabut saraf yang membentuk SSSP
berasal dari bakal n.vagus dan bakal saraf dari segmen medulla spinalis. Dari antara
kedua sumber itu, serabut yang berasal dari n.vagus yang lebih dominan. Berkaitan
dengan proses perkembangannya ini, dapat dimengerti jika hubungan SSSP dengan
SSP diselenggarakan melalui serabut saraf aferent dan eferent simpatis dan
parasimpatis yang diurus kedua saraf itu. Serabut-serabut saraf SSSP membentuk
hubungan antar bagian-bagian saluran pencernaan dan selanjutnya mengatur
pergerakan masing-masing organ serta waktu dan kuantitas sekresi kelenjar-
kelenjar pencernaan. Menurut penelitian jumlah sel saraf yang ter-
gabung dalam SSSP diperkirakan sebanyak 100 juta (Goyal & Hirano,
1996) sama atau bahkan lebih banyak dari sel saraf yang ditemukan di dalam
medulla spinalis. Hal itu menunjukkan keterlibatan SSSP dalam pengaturan suatu
sistem yang bobot dan derajatnya setara dengan medulla spinalis. Dengan
pertimbangan itu SSSP disetarakan dengan SSP sehingga dinamakan juga The
Second Brain. SSSP ini terutama berfungsi untuk mengatur (1) kontraksi sel otot
polos di saluran pencernaan, (2) sel kelenjar mucosa, (3) sel kelenjar endokrin pada
saluran pencernaan, (4) aliran darah pada saluran pencernaan serta terlibat dalam
reaksi imun atau proses inflamasi. Setelah mencapai saluran pencernaan, kedua
sistem itu berhubungan dengan jaringan atau rangkaian saraf dan ganglion yang
tergabung membentuk plexus submucosus (Meissner) dan plexus myentericus
(Auerbach). Plexus submucosus terletak diantara lapisan mucosa dan submucosa,
sedangkan plexus myentericus diantara lapisan serabut otot. Plexus myentericus
terutama mengandung serabut saraf
motoris yang mengatur motilitas usus; sedangkan plexus submucosus
mengandung badan sel serabut saraf sensoris yang mengatur plexus
myentericus dan serabut motoris yang menstimulasi sekresi kelenjar
pencernaan (termasuk chief cell, sel parietal, sel mucuos, enterocytes dan
sel exokrin pancreas), dan otot polos serta kelenjar endokrin pada tractus
gastrointestinalis.
5. Bagaimana mekanisme kerja antasida sehingga menghasilkan/menyebabkan
alkalosis?
Jawab: Antasida
a) Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna
untuk menghilangkan nyeri tukak lambung.
b) Antasida tidak mengurangi volume HCl yang dikeluarkan lambung, namun
peningkatan pH akan mengurangi aktivitas pepsin.
c) Penggunaan pada tukak lambung usus, gastro-oesophageal reflux, dan
gastritis.
Antasida sistemik
Antasida sistemik diabsorbsi di usus halus sehingga dapat menyebabkan
alkalosis
metabolik.
Natrium Bikarbonat
Cepat menetralkan HCl lambung
Rx : NaHCO3 + HCl ↔ NaCl + H2O + CO2
Efek samping : Alkalosis metabolic, retensi natrium dan udema.
Interaksi obat : bila diberikan bersama susu dapat menyebabkan sindroma
alkali susu.

Anda mungkin juga menyukai