Anda di halaman 1dari 2

TUGAS ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

NAMA : MOHAMAD TAUFIK HIDAYAT


NIM : 2892150056
PRODI: MANAJEMEN B

PT JAYA ABADI FINANCE ( NAMA SAMARAN )

Windhi dalam penuturannya juga menceritakan kronologi awalnya, manakala


Windhi yang merupakan warga Kota Bekasi tersebut merupakan salah seorang customer
loyal (debitur) PT JAYA ABADI FINANCE melakukan perpanjangan pinjaman (top up)
kredit. Track record pembayaran Windhi Anjartyas dinilai bagus sehingga pihak PT
JAYA ABADI menawarkan Top Up.

Namun sangat disayangkan olehnya, dan selain itu dirinya pun tak habis pikir kok bisa
data debitur dapat dipalsukan oleh perusahaan sekelas PT JAYA ABADI FINANCE. Hal
ini terungkap saat datanya ditemukan dengan menjadi dua (2) pinjaman kredit oleh
Customer Service (CS) ketika membuka data Windhi keduanya dengan satu data justru
nyatanya palsu.

1. Sanksi Pencurian Data Pribadi


Pada umumnya proses peradilan suatu tindak pidana didasarkan pada Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”). KUHAP
sebagai hukum acara berisi tata tertib proses penyelesaian atau penanganan perkara
pidana yang dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”), mulai dari
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, peradilan, acara pemeriksaan, upaya hukum
banding, kasasi, dan peninjauan kembali. KUHAP dan KUHP sendiri merupakan lex
generali dalam hukum pidana. Artinya apabila terdapat undang-undang lain di luar
KUHAP dan KUHP yang memiliki hukum acara khusus dan sanksi pidana yang spesifik,
maka ketentuan tersebut berlaku secara lex specialis.

Sayangnya, sepanjang penelusuran kami, seluruh regulasi yang berkaitan dengan


perlindungan data pribadi tidak ada yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku pencurian
data pribadi. Meski demikian, saat ini pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
(“DPR”) sedang dalam proses pengesahan rancangan undang-undang (“RUU”)
Perlindungan Data Pribadi. RUU ini telah menjadi prioritas oleh DPR agar segera
disahkan menjadi undang-undang sehingga tidak terjadi kekosongan hukum.
2. Teori pendukung untuk menyelesaikan masalah.
Korban dapat mengajukan gugatan ganti rugi terhadap pihak yang menggunakan
data pribadi tanpa izin berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata). Pasal ini berbunyi:
Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut.
Uraian lengkap mengenai kebocoran data pribadi dapat Anda simak dalam artikel Data
Pribadi “Bocor”,

3. Penyelesaian Masalah
Seharusnya pihak perusahaan harus lebih teliti lagi terkait data para debitur agar
lebih aman dan tidak bocor dan di salah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.Karena kesalahan seperti ini sudah sering terjadi di perusahaan-
perusahaan finance lainnya. Mungkin saat penginputan data harus lebih tertutup lagi.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan;
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik.

Anda mungkin juga menyukai