Anda di halaman 1dari 11

1.

Karies Gigi

Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang berarti kebusukan. Karies gigi

merupakan suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai

akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh

pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen

organik yang akhirnya terjadi kavitas (Schachtele, 1983; Kidd, 2005). Menurut Newbrun

(1989a); Kidd and Bechal (1992) karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi dengan

adanya demineralisasi bahan anorganik yang kemudian diikuti bahan organiknya yang

mengenai email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik

dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.

Karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi. Gula (sukrosa) dari sisa

makanan dan bakteri menempel pada waktu tertentu berubah menjadi asam laktat yang akan

menurunkan PH mulut menjadi kritis (5,5) dalam waktu 1- 3 menit. Hal ini menyebabkan

demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Penurunan PH yang berulang-ulang dalam

waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses

karies terjadi dari permukaan gigi (pit, fissure dan daerah interproksimal) meluas kearah

pulpa (Schachtele, 1983; Almstahl dkk.,2001;Kidd, 2005).

Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan menyatakan bahwa karies merupakan suatu

penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya

karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah,

agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan ditambah faktor waktu.Karies gigi hanya

akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor tersebut.(Kidd and Bechal,

1992; Kidd, 2005).


2. Streptococcus mutans

Streptococcus mutans termasuk kelompok streptococcus viridian yang merupakan

anggota flora normal rongga mulut yang memiliki sifat α-hemolitik dan komensal

oportunistik (Samaranayake, 2002; Jawetz dkk., 2005; Regina, 2007; Arora dan Arora,

2009). Klasifikasi Streptococccus mutans menurut Bergey dalam Capuccino (1998)

adalah: Kingdom : Monera

Division : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Lactobacilalles

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak

bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentukbulat atau bulat telur dan tersusun

dalam rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180-400 Celcius.

Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka menjadi

bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies gigi (Nugraha, 2008; Aas dkk., 2008).

Bakteri ini pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun 1924 yang memiliki

kecenderungan berbentuk coccus dengan formasi rantai panjang apabila ditanam pada

medium yang diperkaya seperti Brain Heart Infusion (BHI) Bort, sedangkan bila ditanam

di media agar memperlihatkan rantai pendek dengan bentuk sel tidak beraturan (Jawetz

dkk., 2005; Aas dkk.,2008).


Streptococcus mutans merupakan bakteri utama pemicu terjadinya karies gigi,

terutama Streptococcus mutans serotip c. Streptococcus mutans memiliki kemampuan

melekat pada permukaan gigi dengan adanya sukrosa melalui pembentukan insoluble

glucan yang diproduksi oleh Glikosiltransferase Streptococcus mutans, yang merupakan

suatu polisakarida untuk membantu perlekatan bakteri ke gigi. Insoluble glucan ini juga

dapat menurunkan konsentrasi kalsium dan fosfat di dalam saliva, sehingga dapat

menurunkan kemampuan saliva sebagai buffer dalam membantu memperbaiki kerusakan

gigi yang terjadi. Steprococcus mutans dapat menggunakan fruktosa dalam suatu

metabolisme glikolisis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari glikolisis di bawah

kondisi anaerob adalah asam laktat. Asam laktat ini menciptakan kadar keasaman yang

ekstra untuk menurunkan pH sampai batas tertentu sehingga dapat menghancurkan zat

kapur fosfat di dalam email gigi mendorong kearah pembentukan suatu rongga atau

lubang Streptococcus mutans merupakan bakteri yang tahan hidup dalam kondisi asam

dan lingkungan pH rendah yang penting untuk kelangsungan hidup dan patogenisitas.

3. Muramidase A

Peptidoglikan merupakan polimer yang terdiri dari gula dan asam amino yang

membentuk lapisan seperti jala kompleks diluar membrane plasma sebagian besar bakteri.

Peptidoglikan tersusun atas N-asetilglukosamin (NAG) dan Nasetilmuramat (NAM) dan

terdapat rantai peptida dari tiga hingga lima asam amino. Rantai peptide ini terkait silang

dengan rantai peptida lain yang membuat struktur tiga dimensi seperti jaring yang rumit.

Bakteri gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang jauh lebih tebal dibandingkan

dengan bakteri gram negatif. Keberadaan peptidoglikan yang tinggi pada bakteri gram

positif merupakan faktor penentu utama dari karakterisasi pewarnaan bakteri pada bakteri

gram positif.
Biosintesis peptidoglikan dimulai dengan pembentukan enolpyruvyl-UDPN-

acetylglucosamine (EP-UDPGlcNAc) dari phosphoenolpyruvate dan UDP-

Nacetylglucosamine melalui transfer bagian enol piruvat ke posisi C3 dari UDP-

Nacetylglucosamine oleh enzim UDP-N-acetylglucosamine-1-carboxy vinyl

transferase (Mur A). Selanjutnya, enzim UDP-N-acetylenolpyruvylglucosamine

reductase (Mur B) mengkatalisis reduksi ikatan rangkap vinil eter bagian enolpiruvat

untuk menghasilkan bagian D-laktil eter dari UDP-N-acetylmuramic acid

(UDPMurNAc). Laktil eter ini berfungsi sebagai penghubung antara peptida dan

glikan. Enzim (MurC, MurD, MurE dan MurF) mengkatalisis penambahan bertahap

rantai samping pentapeptida pada gugus D-laktil yang baru tereduksi, menghasilkan

pembentukan UDP-N-acetylmuramyl pentapeptida. Melalui mekanisme selanjutnya

kemudian terbentuk peptidoglikan.

4. Glikosiltransferase

Glikosiltransferase (Gtfs) merupakan suatu enzim yang memiliki kemampuan

untuk mengikat bakteri didalam mulut. Streptococcus mutans telah terbukti

menghasilkan tiga jenis Gtf (gtfB, gtfC, dan gtfD). Tiga gen ini sangat penting untuk

adhesi selular. Gtf D mensintesis soluble glucan, dan gtf B dan gtf C mensintesis

insoluble glucan. (Carmona dkk,2011) Enzim Gtfs memiliki sinyal pada ujung

peptida amino yang terdiri dari 38 asam amino, yang dibentuk oleh sekitar 200 asam

amino yang berpengaruh terhadap karakteristik masing-masing. Komposisi asam

amino dan struktur gtfs mempunyai fungsi dan kapasitas berbeda dalam

pengikatannya. Serangkaian motif asam amino bervariasi dari masing-masing enzim,

hal ini ditemukan pada terminal C. Pada terminal C ditemukan gtf B dan gtf C yang

memiliki komposisi yang berbeda. (Van hijum dkk., 2006). Ekspresi gen gtf B adalah

suatu polimer glukosa ekstraseluler yang bersifat tidak larut dalam air. Gen gtf B
merupakan salah satu gen yang mengkode enzim yang bertanggung jawab untuk

sintesis glukan yang tidak larut dalam air yang dikenal sebagai IG (insoluble glukan)

(Russel dan Ivic,1989). Pembentukanstuktur glukan gtf B dipengaruhi oleh hidrolisis

pati dan peranan saliva α-amilase. Hidrolisis mencakup berbagai oligomer dengan

berat molekul >1 kDa, maltotriosa dan maltosa / isomaltosa yang berfungsi sebagai

situs akseptor untuk pembentukan polimer yang merupakan bagian integral dari

polimer molekul. Karbohidrat ini dapat berfungsi sebgai substrat untuk menambah

cabang glukan, bahkan tanpa adanya sukrosa. Kombinasi hidrolisis pati dan sukrosa

pada permukaan yang telah di absorpsi gtf B terjadi peningkatan jumlah α-1,4 dan α-

1,3 linked dengan 3,4 linked glukosa. Kombinasi sukrosa pada makanan yang

mengandung pati mempengaruhi komposisi, struktur dan sifat matriks plak gigi

(Bowen dan Koo, 2011,. Van hijum dkk., 2006).

5. Buah stroberi (Fragaria vesca)

Tanaman stroberi adalah tanaman buah berjenis herba yang sudah banyak diproduksi

dan dibudidayakan masyarakat dunia termasuk Indonesia dan memiliki nilai ekonomi

yang tinggi (Kurnia, 2005). Tanaman stroberi ditemukan pertama kali di Chili, yaitu

Fragaria chiloensis Linn yang menyebar ke berbagai negara Eropa dan Asia. Fragaria

vesca L. merupakan jenis stroberi yang telah lama beradaptasi dan masuk pertama

kali masuk ke Indonesia, sehingga disebut stroberi varietas lokal. Stroberi merupakan

buah yang sangat berguna untuk kesehatan manusia karena mengandung banyak

nutrisi dan senyawa bioaktif (Inggrid dan Henry, 2015). 2.1.1 Taksonomi Tanaman

Stroberi Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (2000),

tanaman stroberi diklasifikasikan berdasarkan taksonominya sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi :

Angiospermae Kelas : Discotyledonae (biji berkeping dua) Subkelas : Rosidae Ordo :


Rosales Famili : Rosaceae (suku mawar-mawar) Genus : Fragaria Spesies : Fragaria

sp. 2.1.2 Morfologi Tanaman Stroberi Stroberi merupakan tanaman yang mampu

beradaptasi baik di dataran tinggi tropis dengan suhu 17-20°C dan kelembaban udara

antara 80-90%. Tanaman stroberi dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 600-

700 mm/tahun dengan lama penyinaran cahaya matahari 8–10 jam per hari

(Prihatman, 2000). Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar, batang

akar, ujung akar, bulu akar dan tudung akar. Panjang akar tunggang pada stroberi

dapat mencapai 100 cm, akan tetapi hanya dapat menembus lapisan atas tanah

sedalam 15-45 cm. Bunga stroberi tersusun sebagai bunga majemuk yang berukuran

panjang, terletak pada ujung tanaman. Batang tanaman stroberi banyak mengandung

air, berbuku – buku dan beruas-ruas pendek. Tinggi tanaman stroberi mencapai 35 cm

dengan batang utama pendek dan tebal disebut dengan crown. Daun stroberi termasuk

daun majemuk beranak tiga (trifoliate), tersusun melingkar pada crown berwarna

hijau dengan tepi anak daun bergerigi (Gambar 2.1A) (Alfalah, 2018). Secara umum

morfologi akar, batang, daun, bunga pada semua varietas tanaman stroberi adalah

sama. Akan tetapi, morfologi buah (bentuk, ukuran, warna dan kekerasan) pada

masing-masing varietas tanaman stroberi berbeda (Giampieri, 2012). Buah stroberi

(fractus) memiliki bentuk kerucut hingga bulat (Gambar 2.1B). Secara visual buah

stroberi dianggap buah semu, karena berasal dari dasar bunga yang berubah menjadi

bentukan gumpalan daging buah. Karakrteristik spesies buah (Fragaria vesca L.) yaitu

variasi oval dan panjang dengan biji menonjol keluar, aromatik, memiliki warna yang

merah cerah serta daging buah yang lembut (Kurnia, 2005). Senyawa aktif yang

terdapat dalam stroberi adalah golongan fenol, komponen yang terbanyak adalah

flavonoid, asam fenolat (asam hidroksisinamat dan asam hidroksibenzoat) dan tannin

(gallotannin dan ellagitannin), serta proanthocyanidin sebagai komponen minor


(Giampieri, 2012). Polifenol merupakan senyawa fenol yang mengandung lebih dari

satu gugus hidroksi pada cincin aromatik. Senyawa ini dapat membentuk eter, ester

atau glikosida.

Flavonoid merupakan senyawa bioaktif yang memiliki kemampuan aktifitas anti-

inflamasi, oestrogenic, enzim inhibition, antimikroba, antialergi, antioksidan, dan

aktifitas sitotoksis antitumor. Ekstrak flavonoid dari tanaman ini telah banyak

digunakan dalam penelitian yang memiliki efek terhadap berbagai bakteri secara in

vitro. Flovanoid mempunyai mekanisme antibakteri yang beragam, diantaranya

menghambat sintesis dari asam nukleat bakteri, menghambat fungsi membran

sitoplasmik bakteri, dan menghambat dari metabolisme energi bakteri (Gunawan dan

Mulayani, 2004). Menurut Taylor dkk. (2005), kandungan flavonoid pada stroberi

memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dengan mendenaturasi

protein dan asam nukleat bakteri serta mengakibatkan kerusakan pada membran sel

bakteri. Terngganggunya sintesis protein pada DNA dan RNA bakteri menyebabkan

sintesis asam nukleat bakteri terhambat oleh flavonoid dengan (Ulanowska dkk.,

2006). Flavonoid juga merusak fungsi proton yang diketahui gradien elektron

kimianya dalam membran sel penting bagi bakteri dalam mempertahankan

kapasitasnya pada membran transpor, sintesis ATP dan motilitas (Cushnie dan

Andrew, 2005). Kerja flavonoid dalam menghambat sintesis dinding sel, yaitu dengan

menghambat D-alanine-D-alanineligase yang merupakan peptidoglikan penyusun

dinding sel bakteri (Fatimah dkk., 2016).

6. Klorheksidin

Klorheksidin diglukonat merupakan bentuk garam dari klorheksidin yang merupakan

golongan biguanid dan masuk ke dalam klasifikasi antiseptik yang bermolekul besar.8,12

Klorheksidin tidak mampu penetrasi ke dalam saluran membrane bakteri atau porin sehingga
harus diadsorpsi ke dalam membran bakteri dengan menggunakan kemampuan bakteriostatik

dan bakterisidalnya. Selain itu, bentuk garam dari klorheksidin seperti klorheksidin

diglukonat sering digunakan dalam bidang kesehatan karena kemampuannya yang mampu

larut dalam air sehingga dapat menghantarkan molekul lebih efektif.9 Klorheksidin

diglukonat memiliki spektrum luas terhadap aktivitas antimikrobial seperti bakteri gram

positif dan gram negatif, jamur dan virus lipofilik. Aktivitas antimikrobialnya akan semakin

besar pada kondisi basa dibandingkan dengan kondisi asam.8,

Klorheksidin merupakan molekul dikationik yang besar dengan muatan positif yang

terdistribusi ke seluruh atom nitrogen yang terletak pada rantai heksametilen. Dengan

demikian, klorheksidin memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi permukaan yang negatif

seperti membran sel bakteri dan teradsorpsi sangat kuat pada senyawa fosfat. Hal ini

menghalangi integritas membran sel bakteri dan klorheksidin tertarik ke dalam membran sel.

Klorheksidin berikatan dengan fosfolipid yang ada di dalam membran sel, dimana akan

meningkatkan permeabilitas membran sel dan pengurangan komponen yang mengandung

berat molekul yang rendah seperti ion kalium.8 Rantai diglukonat dari klorheksidin

diglukonat sendiri mempermudah penghantaran molekul dari klorheksidin karena sifatnya

yang lebih mudah larut dalam air.9 Klorheksidin berikatan dengan permukaan yang berbeda

pada mulut seperti gigi dan mukosa juga pelikel dan saliva. Contohnya, setelah berkumur

dengan klorheksidin, aksi antibakteri akan muncul 5 jam kemudian setelah pemaparan dan

akan bertahan dalam 12 jam ke depan. Dengan demikian, klorheksidin mampu berikatan

dengan elemen yang bermuatan negatif yang ada pada rongga mulut selama beberapa jam ke

depan. Hal ini ditandai dengan adanya aktivitas bakteriostatik dari klorheksidin. 8-10. Efek

samping penggunaan klorheksidin diglukonat yang dilaporkan adalah timbulnya stain pada

gigi, pengecapan yang buruk, memiliki rasa yang tidak menyenangkan, erosi mukosa dan

pembesaran kelenjar parotid. Hipogeusia juga dapat terjadi karena pemakaian klorheksidin
diglukonat, terutama pada rasa asin dan pahit. 8,9 Beberapa tahap terjadinya stain karena

klorheksidin adalah:8 1. Degradasi molekul klorheksidin untuk melepaskan parakloroanilin 2.

Katalisis menjadi reaksi Maillard 3. Denaturasi protein dengan pembentukan logam sulfida 4.

Pengendapan kromogen anion

7. Metode in silico

n silico merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mencari senyawa yang dapat

dijadikan sebagai kandidat obat. Penggunakan metode studi in silico ini memiliki banyak

keuntungan diantaranya yaitu mengurangi jumlah hewan coba yang digunakan dan

dibutuhkan pada saat percobaan serta dapat mengetahui mekanisme senyawa kandidat obat

terhadap targetnya dalam bentuk visualisasi (Mirza, 2019). In silico adalah salah satu metode

yang merupakan kemajuan dari studi imun informatika yang memprediksi molekul baru serta

fungsinya. Metode ini membantu memilih molekul yang lebih baik sebelum dilakukan

pengujian secara in vitro atau kondisi in vivo. Metode ini dilakukan untuk mendesain,

memperediksi sifat stabilitas, fisika, kimia dan mengoptimalkan ekspresi dari host (Dana,

et.al., 2020). In silico mengambil peranan penting dalam katalisis homogen. In silico

membantu dalam menafsirkan hasil penelitian, menafsirkan interaksi pada obat dan target

reseptor serta memprediksi aktivitas katalitik dan selektivitas. Metode ini juga digunakan

untuk membuat visualisasi dari molekul sederhana tiga dimensi (3D) yang dapat dengan

mudah dilakukan atau bahkan digabungkan dengan real time (Foscato, et. All, 2020). In silico

adalah suatu istilah yang menggambarkan simulasi yang dilakukan di komputer. Di Los

Alamos, New Mexico pada tahun 1989 istilah in silico telah digunakan pada workshop

dengan judul Celluler automata: Theory and Apllication. Penggunaan in silico dapat

berkontribusi dalam penangan penyakit baru dan pengembangan suatu obat (khaerunnisa.,
dkk, 2020). Molecular docking adalah metode yang berbasis komputasi. Metode ini dapat

digunakan untuk mencari pola interaksi yang paling tepat antara molekul ligan dan reseptor.

Saat ini penelitian dengan menggunakan metode komputasi sangat penting diberbagai aspek

penelitian pada bidang biologi dan medis. Salah satu manfaat dari penggunaan metode ini

yaitu dapat dilihat dalam berbagai proses penemuan dan pembuatan obat (Widodo, 2018).

Molecular docking merupakan salah satu pemodelan komputasi yang berasal dari struktur

kompleks yang terbentuk dari dua atau lebih suatu interaksi molekuler. Contohnya seperti

protein dengan asam nukleat. Dalam hal ini dilakukan untuk mendesain kandidat obat baru

yang dimulai dari pencarian dan pembentukan struktur, kemudian proses docking sampai

proses pengikatan oleh molekul tersebut (Ruyck, et.all, 2016). Molecular docking dapat

digunakan untuk membuat dan mengetahui interaksi antara molekul kecil dan molekul besar

seperti protein serta mengetahui aktivitas pengikatan protein target dan proses biokimia.

Metode ini melibatkan dua proses atau langkah dasar dalam prediksi yaitu konformasi dan

posisi ligan serta pengikatannya. Kedua yaitu metode pengambilan sampel serta skema

analisis akhir (Meng, et.al., 2011).

Uji in silico dilakukan untuk memprediksi aktivitas molekul dengan sel target yang dipilih

dengan cara melakukan docking. Docking bertujuan untuk menyesuaikan dan menyelaraskan

suatu molekul kecil (ligan) ke dalam sel target yaitu molekul besar (protein). Hasil dari

docking ini berupa nilai Rerank score (RS) atau nilai energi. Docking ini sangat penting

dalam dunia medis dalam merancang, optimasi serta menemukan obat (Hardjono, 2015).

Terdapat beberapa software yang digunakan dalam moleculer docking yaitu discovery studio

yang dapat digunakan untuk mengedit, visualisasi, membuka dan melakukan analisis data.

AutoDock Vina yang digunakan untuk melakukan scoring atau screening virtual. PyMOL

yang digunakan untuk menampilkan gambar 3D serta untuk memahami struktur biologi.

Serta situs website yaitu PDB (Protein data bank) (https://www.rcsb.org/) yang digunakan
untuk mengunduh makromolekul biologis. PubChem (https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/)

yang digunakan untuk mengunduh struktur 3D senyawa ligan atau senyawa kimia yang

digunakan dalam penambatan. Pass Server (Way2Drug)

(https://www.pharmaexpert.ru/passonline/) yang digunakan untuk bioaktivitas dari senyawa

tersebut (Widodo, dkk., 2018). Menurut Stefaniu (2019) terdapat beberapa langkah yang

digunakan untuk mempelajari Molecular docking yaitu sebagi berikut: 1. Preparasi ligan,

optimalisasi ligan dan analisis struktur 3D. Diantara beberapa konformer ligan yang

digunakan adalah yang paling stabil

2. Preparasi reseptor. Penggunaan protein harus fleksibel dalam mengikat ligannya sehingga

molekul air harus di lepaskan sebelum melakukan penambatan. 3. Identifikasi binding site.

Langkah ini memiliki peranan penting dalam merancang obat dengan komputasi yang

digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisa lokasi yang mengikat dan memprediksi

reseptor.

Efektivitas Pemberian Obat Kumur Klorheksidin Diglukonat 0,12% Dan Povidon Iodin 1%

Terhadap Koloni Bakteri Sebagai Tindakan Asepsis Di Departemen Bedah Mulut Dan

Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai