Anda di halaman 1dari 6

BAKTERI Streptococcus Mutans.

 Taksonomi Streptococcus Mutans.

Klasifikasi Streptococcus mutans menurut Bergey dalam Capucino (1998):


Kingdom : Monera.
Divisio : Firmicutes.
Class : Bacilus.
Orde : Lactobacilalles.
Family : Streptococcaeae.
Genus : Streptococcus.
Species : Streptococcus mutans.

 Biokimia dan Morfologi Streptococcus Mutans.


Streptococcus mutans tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob,
karena tumbuh baik dalam suasana dengan oksigen maupun tanpa oksigen.
Dalam keadaan anaerob bakteri ini memerlukan 5% CO2 dan 95%
nitrogen serta memerlukan amonia sebagai sumber nitrogen agar dapat
bertahan hidup dalam lapisan plak yang tebal.
Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim yaitu
glikosiltransferase dan fruktosiltransferase, enzim-enzim ini bersifat
spesifik untuk subtrat sukrosa yang digunakan untuk mensintesa glukan
dan fruktan dengan berat molekul tinggi. Glukan ini mengikat reseptor-
reseptor khusus pada permukaan Streptococcus mutans. Reaksi ini banyak
terjadi pada saat Streptococcus mutans dibiakkan pada media yang
mengandung sukrosa.
Streptococcus mutans sangat asidogenik, mencapai pH
terminalnya yaitu pada pH 3,4 dalam periode 18 jam pertumbuhan di
medium air kaldu. Organisme ini mempunyai kemampuan untuk bertahan
pada lingkungan asam dan bila dibandingkan dengan spesies
Streptococcus rongga mulut lainnya, spesies ini tetap hidup pada pH
rendah dalam waktu yang lama.

 Patogenesis Bakteri Streptococcus Mutans.


Bakteri ini merupakan bakteri patogen pada mulut yang merupakan agen
penyebab utamanya plak, ginggivitis, denture stomatitis dan karies. Dari
beberapa penelitian terhadap bakteri yang ada di plak gigi, ternyata hanya
Streptococcus mutans saja yang mempunyai korelasi positif dengan
adanya karies pada permukaan gigi. Streptococcus mutans memenuhi
Postulat Koch sebagai penyebab karies dental, yaitu sebagai berikut :
1. Streptococcus mutans ditemukan dalam plak gigi karies dan
biasanya tidak dapat diisolasi dari gigi yang bebas karies.
2. Organisme ini dapat tumbuh dalam kultur murni.
Infeksi pada tikus bebas bakteri atau hamster normal oleh
Streptococcus mutans berupa karies.
3. Organisme tersebut dapat ditemukan kembali dari lesi karies dan
tumbuh dalam kultur murni.
4. Antibodi terhadap organisme ini meningkat pada penderita karies
Streptococcus mutans bersama-sama dengan beberapa bakteri
lainnya pada plak gigi, seperti Streptococcus sanguis dan
Streptococcus mitis, mempunyai kemampuan untuk membuat
bahan cadangan polisakarida intraseluler yang mirip dengan
glikogen. Sintesa dari polisakarida intraseluler ini hanya terjadi
kalau terdapat gula dalam jumlah yang berlebihan, misalnya
selama dan segera makan dan minum makanan atau minuman yang
banyak mengandung gula. Apabila persediaan gula yang eksogen
habis terpakai, maka bakteri akan memecah kembali polisakarida
intraseluler yang telah ditabung tadi. Hal ini akan menghasilkan
penambahan asam yang berguna untuk mempertahankan tingkatan
pH yang rendah di dalam plak lebih lama. Ada juga kemampuan
lain Streptococcus mutans yaitu membuat polisakarida
ekstraseluler dengan konsistensi seperti perekat dengan demikian
bakteri ini dapat melekat pada permukaan gigi dan bertahan
meskipun ada daya pembersih dari lidah dan saliva serta
mendorong terjadinya plak dan kemudian akan terjadinya karies.

 Sifat Fisiologi Bakteri Streptococcus Mutans.


Streptococcus mutans yang tumbuh pada agar Mitis Salivarius
memperlihatkan bentuk koloni halus berdiameter 0,5 – 1,5 mm, cembung,
berwarna biru tua dan pada pinggiran koloni kasar serta berair membentuk
genangan di sekitarnya. Seperti bakteri streptococcus lainnya, bakteri ini
juga bersifat gram positif, selnya berbentuk bulat atau lonjong dengan
diameter 1 mm dan tersusun dalam bentuk rantai. (Michalek dan Mc Ghee,
1982).
Streptococcus mutans tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob
(Lehner, 1992; Michalek dan Mc Ghee, 1982). Menurut Nolte (1982)
dalam keadaan anaerob, bakteri ini memerlukan 5% CO2 dan 95%
nitrogen serta memerlukan amonia sebagai sumber nitronen agar dapat
bertahan hidup dalam lapisan plak yang tebal.
Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu
glikosiltransferase dan fruktosiltransferase. Enzim-enzim ini bersifat
spesifik untuk subtsrat sukrosa yang digunakan untuk sintesa glukan dan
fruktan. Pada metabolisme karbohidrat, enzim glikosiltransferase
menggunakan sukrosa untuk mensintesa molekul glukosa dengan berat
molekul tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3)
(Michalek dan Mc Ghee, 1982). Ikatan glukosa alfa (1-3) bersifat sangat
pekat seperti lumpur, lengket dan tidak larut dalam air. Kelarutan ikatan
glukosa alfa (1-3) dalam air sangat berpengaruh terhadap pembentukan
koloni Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Ikatan glukosa alfa (1-
3) berfungsi pada perlekatan dan peningkatan koloni bakteri ini dalam
kaitannya dengan pembentukan plak dan terjadinya karies gigi. (Roeslan
dan Melanie, 1988).

 Patogenesis Bakteri Streptococcus Mutans.


Salah satu penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus mutans
adalah
karies gigi. Ada beberapa hal yang menyebabkan karies gigi
bertambah parah adalah gula, air liur, dan juga bakteri pembusuknya.
Setelah mengkonsumsi sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah
sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan,
glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat)
bertahan pada gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi. Pada waktu
yang bersamaan berjuta-juta bakteri yang dikenal sebagai. Streptococcus
mutans juga bertahan pada glikoprotein itu. Walaupun banyak bakteri
lain yang juga melekat, hanya Streptococcus mutans yang dapat
menyebabkan rongga atau lubang pada gigi.
Pada langkah selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa
dalam suatu metabolism glikolisis untuk memperoleh energi. Hasil akhir
dari glikolisis di bawah kondisi anaerob adalah asam laktat. Asam laktat
ini menciptakan kadar keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH
sampai batas tertentu sehingga dapat menghancurkan zat kapur fosfat
di dalam email gigi mendorong kearah 4 pembentukan suatu
rongga atau lubang. Streptococcus mutans ini yang mempunyai
suatu enzim yang disebut glucosyl transferase diatas permukaannya yang
dapat menyebabkan polimerisasi glukosa pada sukrosa dengan pelepasan
dari fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki
berat
molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa
(1-6) alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga
tidak larut dalam air. Hal ini dimanfaatkan oleh bakteri streptococcus
mutans
untuk berkembang dan membentuk plak gigi. Enzim yang sama
melanjutkan untuk menambahkan banyak molekul glukosa ke satu sama
lain untuk membentuk dextran yang memiliki struktur sangat mirip
dengan amylase dalam tajin. Dextran bersama dengan bakteri
melekat dengan erat pada enamel gigi dan menuju ke pembentukan plak
pada gigi. Hal ini merupakan tahap dari pembentukan rongga atau lubang
pada gigi yang disebut dengan karies gigi.

 Cara Pemeriksaan Bakteri Streptococcus Mutans.

Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan streptococcus dapat


berupa sputum, urin, tinja, usapan luka, usapan kulit maupun faring. Untuk
penanganan spesimen, dapaat digunakan beberapa cara, antara lain :
Jika sampel kurang dari 2 jam dilakukan pemeriksaan, maka
tidak diperlukan perlakuan khusus. Bakteri Streptococcus cukup tahan
pada lingkungan kering, spesimen berupa kapas lidi dapat dimasukkan ke
dalam kantong kertas steril atau tabung steril untuk dibawa ke labratorium.
Jika membutuhkan waktu selama 24 jam (baru dikirim esok
harinya) atau jika dicurigai terdapat bakteri patogen lainnya, misalnya
pada infeksi luka, sangat diperlukan media lain seperti media stuart atau
amies ( media transport ).
Jika transpor membutuhkan waktu lebih dari 1 hari, perlu silika
gel atau sistem transpor dengan kertas filter kering. Sistem ini dapat
digunakan untuk spesimen usapan kulit atau faring.
Ada 3 jenis pemeriksaan untuk menentukan jenis Stretococcus :
Cara langsung, cara ini merupakan cara yang paling sederhana, cepat, dan
murah. pemeriksaan langsung bersifat pengujian pendahuluan dengan
melakukan pemeriksaan mikrosopis dengan pengecatan gram. kelemahan
pemeriksaan langsung yaitu karena hanya dapat menentukan bentuk
koloni, susunan bakteri dan sifat pengecatan. Bentuk khas dari
Streptococcus gama non-hemolytic adalah berbentuk bulat telur, tampak
sebagai diplokokus, dan kadang-kadang enyerupai batang. Cara isolasi dan
kutur ( dengan mengamati pertumbuhan pada media/kultur ) Identfikasi (
dengan pengecatan, tes katalase, tes tehadap antigen pada dinding sel, dll ).

Anda mungkin juga menyukai