Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Karies
2.1.1 Pengertian Karies
Karies berasal dari bahasa latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu
proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya
keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam
mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya
terjadi kavitas. Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang
lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh
tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan
oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu (Fitriani
2009).
Karies gigi merupakan proses infeksi yang memiliki keterkaitan dengan kesehatan dan status
gizi, serta dapat bertindak sebagai fokal infeksi yang dapat menimbulkan penyakit di organ
tubuh lainnya (Axelsson 2002). Infeksi oral dapat berpengaruh pada kesehatan sistemik
(Anitasari 2005). Karies gigi juga dapat dialami oleh setiap orang serta dapat timbul pada satu
permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam, misalnya dari email
ke dentin atau ke pulpa (Tarigan 1995).
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang
disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.
Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya, akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Kidd and Bechal
1991).
Karies gigi dapat terjadi dengan diawali oleh proses pembentukan plak secara fisiologis pada
permukaan gigi. Plak terdiri dari komunitas mikroorganisme atau bakteri yang dapat bekerja
sama serta memiliki sifat fisiologi kolektif. Beberapa bakteri mampu melakukan fermentasi
terhadap substrat karbohidrat (seperti sukrosa gula dan glukosa) untuk menghasilkan asam,
menyebabkan pH plak akan turun menjadi dibawah 5 dalam 1-3 menit. Penurunan pH plak
secara berulang-ulang akan mengakibatkan demineralisasi pada permukaan gigi. Namun asam
yang diproduksi dapat dinetralkan oleh saliva sehingga akan meningkatkan pH dan
pengambilan mineral dapat berlangsung dan keadaan ini disebut dengan remineralisasi. Hasil
kumulatif dari proses demineralisasi dan remineralisasi dapat menyebabkan kehilangan
mineral sehinnga lesi karies dapat terbentuk (Narendra dkk. 2002).
Perkembangan karies dapat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya dan antara
populasi satu dengan populasi lainnya. Apabila perkembangannya lambat, mungkin
membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan
tetapi proses yang sama hanya membutuhkan waktu beberapa bulan saja jika perkembangannya
cepat. Karies yang berkembang cepat biasanya berwarna agak terang, sedangkan karies yang
berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap, tetapi pit (lekukan pada email gigi) dan
fisur (bentuk lekukan email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua,
bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan. Karbohidrat yang
tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab karies gigi, penyebab
karies gigi tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut. Gigi dan fisur yang
dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan sehingga produksi asam
oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies gigi (Kristanti dan
Rusiawati 1995).
Dari uraian tersebut menjadi jelas bahwa proses karies dapat terjadi di seluruh permukaan gigi
dan merupakan proses alami. Pembentukan biofilm dan aktivitas metabolik oleh
mikroorganisme tidak dapat dicegah, akan tetapi perkembangan penyakit dapat dikendalikan
sehingga lesi klinis yang terbentuk tidak terlihat. Perkembangan lesi ke dalam dentin bisa
mengakibatkan invasi bakteri dan mengakibatkan kematian pulpa dan penyebaran infeksi ke
dalam jaringan periapikal sehingga menyebabkan rasa sakit (Kidd 2005).
2.1.2 Etiologi Karies
2.1.2.1 Etiologi Karena Plak
Sejumlah mikroflora mulut yang memiliki kemampuan berkolonisasi pada gigi dapat
menurunkan pH sampai kira-kira 4,1 dengan adanya lingkungan gula yang menguntungkan.
Diantara mikroflora tersebut, streptococcus mutans tampak merupakan organisme kariogenik
yang paling efisien dalam menyebabkan karies gigi. Adanya mikroflora mulut dalam bentuk
plak merupakan syarat utama bagi terbentuknya karies. Plak gigi merupakan lengketan yang
berisi bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi.
Akumulasi bakteri ini terjadi melalui serangkaian tahapan (Lehner 1995).
Plak adalah lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa makanan dan bahan organik yang terbentuk
di gigi, kadang-kadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Plak merupakan agregat sejumlah
besar dan berbagai macam mikroorganisme pada permukaan gigi mulai erupsi dengan cepat
akan dilindungi lapisan tipis glikoprotein yang disebut aequired pellicle. Glikoprotein di dalam
air ludah akan diserap dengan spesifik pada hidroksiaptit dan melekat erat pada permukaan gigi
(Roeslan 2002).
Plak adalah lapisan tipis yang tak berwarna (transparan) tidak dapat dilihat dengan mata biasa,
melekat pada gigi dan membentuk koloni atau kumpulan yang terdiri dari air liur, sisa-sisa
makanan, jaringan mati, fibrinogen, mikroorganisme dan lain sebagainya. Untuk melihat plak
digunakan zat pewarna yaitu disclosing agent (Dewi 2003). Langkah pertama pembentukan
plak adalah absorbsi glikoprotein saliva pada permukaan gigi, lapisan ini disebut pelikel.
Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas kuman dan terbentuk segera setelah penyikatan
gigi. Bersifat sangat lengket dan mampu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan
gigi. Mikroorganisme tersebut melekat pada gigi di atas pelikel karena adanya matriks dari
mikroorganisme yang adhesif dan afinitas hidroksiapatit enamel terhadap glikoprotein saliva.
Plak gigi mulai terbentuk sebagai tumpukan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan
enamel dalam 3-4 jam sesudah gigi dibersihkan dan mencapai ketebalan maksimal pada hari
ketiga puluh. Komposisi mikroorganisme di dalam plak umumnya berbeda-beda. Pada awal
pembentukan plak, jenis kokus gram positif, terutama streptococcus merupakan jenis yang
paling banyak dijumpai. Setelah kolonisasi pertama oleh streptokokus, berbagai jenis
mikroorganisme lainnya memasuki plak gigi, hal ini disebut “Phenomena of Cession”
(Pandjaitan 1997).
Kecepatan pembentukan plak tergantung dari konsistensi, macam, dan keras lunaknya
makanan. Makanan lunak yang tidak memerlukan pengunyahan, mempunyai sedikit atau sama
sekali tidak mempunyai efek pembersihan terhadap gigi-geligi. Jika diet berasal dari sukrosa,
plak ini akan menjadi tebal dan melekat. Hal ini disebabkan adanya pembentukan polisakarida
ekstraseluler (dekstran) yang lebih
banyak dihasilkan dari pemecahan sukrosa. Dengan bantuan streptokokus mutans, sukrosa ini
akan membentuk dekstran dan levan. Dekstran merupakan bahan penting karena merupakan
prekursor plak gigi, sebagai mediator kolonisasi dan agregasi kuman asidogenik, serta tahan
terhadap destruksi mikroorganisme. Dengan demikian, makanan dan minuman yang
mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang
menyebabkan demineralisasi email (Roeslan 2002).
2.1.2.2 Etiologi Karena Multifaktorial
Proses terjadinya karies gigi merupakan fenomena multifaktor, yaitu faktor host, mikroflora
mulut, substrat dan waktu. Karies terjadi karena interaksi antara gigi, bakteri dan gula. Dilain
pihak terdapat satu faktor penghambat karies, yaitu antibodi. Beberapa faktor yang saling
berinteraksi pada patogenesis karies gigi dapat digambarkan sebagai beberapa lingkaran yang
tumpang tindih sebagai deskripsi daerah karies dan non karies. Dengan memperluas lingkaran
antibodi, diharapkan daerah karies dapat diperkecil (Lehner 1995).
Karies gigi memiliki faktor penyebab multifaktorial, yaitu adanya 4 faktor utama yang saling
mempengaruhi. Keempat faktor tersebut adalah (a) Tuan rumah (host): gigi dan saliva;
(b)Substrat: lingkungan; (c)Agen (agent): mikroorganisme; (d)Waktu. Kesimpulannya adalah
karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya,
tetapi disebabkan oleh serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Beberapa
jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat diragikan oleh bakteri tertentu
dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai di bawah 5 menit dalam tempo
1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
demineralisasai permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai (Kidd and Bechal
2012). Secara lebih jelas, faktor etiologi karies gigi adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Empat Lingkaran Karies (Kidd and Bechal 2012)
Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan
rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang
lama (Kidd and Bechal 2012). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi karies adalah:
A. Host (Gigi Dan Saliva)
Untuk terjadinya karies gigi antara lain dibutuhkan gigi (host) yang rentan. Lapisan keras gigi
terdiri dari enamel dan dentin, enamel adalah lapisan yang paling luar, dan seperti diketahui,
karies selalu dimulai dari lapisan luar, oleh karena itu enamel sangat menentukan proses
terjadinya karies. Enamel lebih tahan terhadap karies dibandingkan lapisan dibawahnya
(Panjaitan 1997).
Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97%
mineral (kalsium, fosfat, karbonat, flour), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel
mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak flour, fosfat dan sedikit
karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin
banyak enamel mengandung mineral, maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan
semakin resisten (Pintauli dan Hamada 2008).
Karies yang mula-mula terjadi pada permukaan enamel disebut karies awal, karies dini atau
white spot. Karies awal ditandai dengan permukaan yang putih dan buram serta kasar, tetapi
pada rabaan dengan menggunakan sonde belum terdapat tahanan. Bila proses karies
berlangsung lebih lanjut maka proses karies akan berlangsung lebih cepat karena lapisan yang
terdapat di bawah enamel kurang tahan terhadap asam penyebab karies (Suwelo 1988).
Menurut Panjaitan (1997) kawasan-kawasan yang mudah diserang karies merupakan daerah
yang rentan karena memudahkan perlekatan plak, daerah rentan karies adalah: (a) Pit dan fisur
permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisivus; (b)
Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak; (c) Enamel pada tepian di
daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva; (d) Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan
daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit
periodontium; (e) Tepi tumpatan terutama yang kurang; (f) Permukaan gigi yang berdekatan
dengan gigi tiruan dan jembatan.
Proses karies dan faktor-faktor resiko terjadinya karies gigi tetap dan gigi sulung tidak berbeda.
Namun demikian proses kerusakan pada gigi sulung lebih cepat menyebar, meluas dan lebih
parah dibanding dengan gigi tetap, hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor antara
lain struktur enamel gigi sulung kurang solid dan lebih tipis, morfologi luar gigi sulung lebih
memungkinkan retensi makanan dibandingkan dengan gigi tetap, disamping itu kebersihan
mulut anak pada umumnya lebih buruk dan anak suka makanan yang kariogenik dibandingkan
orang dewasa (Suwelo 1988).
Di dalam mulut saliva merupakan cairan protektif. Rendahnya pengeluaran saliva dan kapasitas
bufer menyebabkan berkurangnya kemampuan membersihkan sisa makanan dan mematikan
kuman, mengurangi kemampuan menetralkan asam serta kemampuan menimbulkan
remineralisasi lesi enamel. Suatu penurunan kecepatan sekresi saliva bisa diikuti oleh
peningkatan jumlah streptokokus mutans dan laktobasilus, dengan demikian, aktivitas karies
yang tinggi dapat dijumpai pada orang-orang yang kecepatan sekresi salivanya berkurang
(Kidd et al 1991).
Pada anak, sekresi kelenjar-kelenjar saliva serta sifat-sifat saliva masih belum konstan karena
masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan, sehingga jumlah dan sifat saliva pada anak
bervariasi dan akan mempengaruhi keadaan kesehatan mulutnya (Suwelo 1998).
B. Substrat
Substrat adalah campuran makanan yang halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang
menempel pada permukaan gigi. Telah diketahui bahwa orang-orang yang banyak memakan
makanan yang mengandung karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan
pada`permukaan giginya. Sebaliknya orang-orang dengan diet yang banyak mengandung
lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini
menunjukkan bahwa karbohidrat sangat memegang peranan penting dalam terjadinya karies
(Panjaitan 1997).
Karbohidrat yang paling kariogenik yaitu sukrosa, menyediakan energi bagi pembentukan
asam sebagai hasil metabolisme mikroorganisme dengan pH di bawah 5. Metabolisme
mikroorganisme akan terjadi bila terdapat banyak mikroorganisme dan cukup sukrosa. Bila
sukrosa yang terdapat dalam mulut hanya sedikit dan terbatas maka hanya terjadi metabolisme
intraseluler pada mikroorganisme saja tanpa adanya pembelahan sel. Asam yang dihasilkan
hanya sedikit dibandingkan dengan terdapatnya sukrosa yang lebih banyak. Sukrosa yang
banyak mengakibatkan lebih banyak makanan dan energi yang diserap sehingga
mikroorganisme tidak hanya melakukan metabolisme intraseluler saja tetapi dapat melakukan
pembelahan dan memperbanyak diri, menyebabkan asam yang dihasilkan lebih banyak
sehingga mempercepat larutnya email dan dentin (Kidd et al 1991).
Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida
ekstra seluler. Walaupun demikian tidak semua jenis karbohidrat sama derajat kariogeniknya.
Karbohidrat yang kompleks misalnya pati, relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara
sempurna di dalam mulut sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti
gula akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Dengan
demikian, makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan
cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Sintesa polisakarida
ekstra seluler dari sukrosa lebih cepat daripada glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu
sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Selain
itu sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi sehingga sukrosa merupakan
penyebab karies utama (Kidd and Bechal 1991).
Perlu diingat bahwa bukan saja tipe makanan yang penting, kadar konsumsi juga berperan
penting dalam pembentukan karies. Pemaparan yang lama dan berulang kepada karbohidrat
dapat meningkatkan resiko karies. Streptococcus mutans akan meragi semua jenis karbohidrat,
tetapi mikroorganisme tersebut paling efisien dalam menghasilkan asam dari gula jenis
sukrosa. Gula dapat membantu perlekatan plak dan merupakan sumber energi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri-bakteri tersebut. Sukrosa, glukosa dan fruktosa
dapat dijumpai di kebanyakan makanan dan minuman seperti minuman manis serta susu
formula. Laktosa yang terkandung di dalam susu sapi merupakan salah satu gula yang kurang
kariogenik. Penelitian Roberts pada anak pra-sekolah dengan penyakit kronis yang sering
diberi obat sirup dengan kandungan sukrosa yang tinggi, telah ditemukan peningkatan empat
kali lipat pada jumlah karies mereka dibandingkan dengan anak-anak sehat (Vadiakas 2008).
C. Mikroorganisme
Karies gigi salah satunya disebabkan oleh hasil dari perkembangan beberapa organisme
spesifik yang berlebih dan merupakan bagian dari flora normal pada mulut. Mikroorganisme
di dalam mulut yang berhubungan dengan karies antara lain adalah berbagai strain
streptococcus, lactobasillus, actynomises dan lain-lain. Streptococcus mutans sangat berperan
terhadap karies pada gigi yang berhubungan dengan karbohidrat, plak gigi dan saliva di dalam
mulut (Kash 2003).
Individu yang terinfeksi oleh streptokokus mutans dalam jumlah banyak merupakan individu
yang berisiko terserang karies, disebabkan sifat streptokokus mutans yang dapat
memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam dan menurunkan pH, menambah sifat
adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi. Karies terjadi karena asam yang dihasilkan
mikroorganisme yang difermentasi dari karbohidrat. Asam ini menghancurkan dengan cepat
bagian anorganik gigi. Kemudian mikroorganisme yang sama maupun berbeda
menghancurkan bagian organik gigi. Kombinasi kedua proses perusakan ini dapat
menimbulkan karies (Fayle 2001).
Pada penderita karies yang aktif dijumpai jumlah streptococcus dan lactobasillus yang besar
pada plak gigi. Pada bebrapa kasus seperti karies rampan dan karies botol ditemukan bakteri
spesifik yang berbeda dalam jumlah banyak, pada karies rampan ditemukan lebih banyak
streptococcus sobrinus, sedangkan pada karies botol dijumpai lebih banyak streptococcus
mutans (Avery et al 2006).
Sejumlah bakteri beserta produk-produknya yang melekat dan terbentuk pada seluruh
permukaan gigi disebut plak. Bakteri-bakteri tersebut mampu melekatkan diri pada permukaan
gigi oleh karena adanya glikoprotein yang diendapkan oleh saliva. Bakteri yang paling banyak
muncul pada tahap awal adalah streptococcus. Organisme ini tumbuh, berkembang biak dan
mengeluarkan gel ekstra seluler yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang
lain (Panjaitan 1997).
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu
lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada
awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak dijumpai adalah streptococcus mutans,
streptococcus sanguis, streptococcus mitis dan streptococcus salivarius serta beberapa strain
lainnya. Selain itu, dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces.
Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak sehingga plak terdiri dari mikroorganisme
adalah sebesar (70%) dan bahan antar sel (30%). Karies akan terbentuk apabila terdapat plak
dan karbohidrat (Pintauli dan Hamada 2008).
Plak tampak sebagai massa globular berwarna putih, keabu-abuan atau kuning. Plak gigi mulai
terbentuk sebagai kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel dan mencapai ketebalan
pada hari ketiga puluh. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa penambahan karbohidrat
pada makanan hanya menyebabkan akumulasi plak yang sangat tebal. Penumpukan plak sudah
dapat terlihat dalam waktu 1-2 hari setelah seseorang tidak melakukan prosedur kebersihan
mulut, sedangkan waktu yang dibutuhkan suatu karies berkembang menjadi suatu lubang pada
gigi cukup bervariasi, diperkirakan antara 6-48 bulan (Anitasari dan Liliwati 2005).
Streptokokus mutans dan beberapa strain lactobasillus serta actinomyces sangat relevan dalam
menyebabkan karies baik pada manusia maupun pada binatang. Streptococcus mutans dan
lactobasillus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu membuat asam dari
karbohidrat yang dapat diragikan dan kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam
suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat
polisakarida ekstra seluler dari karbohidrat makanan (Kidd and Joyston-Bechal 1991).
D. Waktu
Interaksi antara ketiga faktor tersebut selama suatu periode akan merangsang pembentukan
karies, yang dimulai dengan munculnya white spot pada permukaan gigi tanpa adanya kavitas
akibat proses demineralisasi pada bagian enamel. Faktor waktu yang dimaksudkan adalah
lamanya pemaparan gigi terhadap penyebab-penyebab di atas yang menyebabkan terjadinya
karies dan bervariasi pada setiap orang. Secara umum, lamanya waktu yang dibutuhkan karies
untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan
demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini
(Pinkham et al 2005).
Menurut Welbury (2005) seecara singkat proses terjadinya karies adalah: (1)Fermentasi
karbohidrat menjadi asam organik oleh mikroorganisme dalam plak pada permukaan gigi;
(2)Pembentukan asam yang cepat, yang menurunkan pH pada permukaan email di bawah
tingkat pH kritis dimana email akan semakin larut; (3)Ketika karbohidrat tidak lagi tersedia
pada plak mikroorganisme, pH dalam plak akan naik karena difusi asam dari sebelah luar dan
juga diakibatkan metabolisme mikroorganisme sehingga demineralisasi email gigi dapat
terjadi; (4)Karies gigi berlangsung hanya bila demineralisasi lebih sering terjadi daripada
remineralisasi.
Salah satu pencegahan terjadinya karies gigi anak adalah dengan pengurangan pemasukan
karbohidrat pada rongga mulut yang dapat menyebabkan penurunan asam yang disebabkan
oleh bakteri pembentuk plak. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk
kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi
gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan
menyebabkan demineralisasi email (Kidd and Bechal 1991).
Plak yang bersifat asam dan terletak di daerah interproksimal, yang umumnya hanya terkena
sedikit aliran saliva, akan tetap berada pada pH yang kritis dalam waktu dua jam setelah
pemasukan. Karena makanan yang mengandung larutan gula dapat menghasilkan asam yang
dihasilkan oleh bakteri lebih besar bila semakin lama sukrosa di dalam mulut, sebab aktivitas
juga bakteri pembentuk plak. Disamping itu aktivitas karies akan bergantung pada frekuensi
konsumsi sukrosa sehingga didapatkan adanya hubungan yang pasti antara frekuensi makanan
tambahan diantara jam-jam makan dengan frekuensi gigi (Avery et al 2006).
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya
proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan
perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka
karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam hitungan
bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk
menghentikan penyakit ini (Kidd and Bechal 1991).
2.1.3 Klasifikasi Karies
2.1.3.1 Menurut Kedalamannya
Menurut Herijulianti dkk. (2002) berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi) dapat
dibagi menjadi: (1) Karies superfisial yaitu dimana karies baru mengenai enamel saja (sampai
dentino enamel junction), sedangkan dentin belum terkena; (2) Karies media yaitu dimana
karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin; (3) Karies profunda yaitu
dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai
pulpa.
2.1.3.2 Menurut Klasifikasi Kavitas
G.V.Black mengklasifikasi kavitas atas 5 bagian dan diberi tanda dengan nomor romawi,
dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies. Adapun gambar
dari klasifikasi tersebut adalah:

Gambar 2.2 Klasifikasi karies menurut G.V.Black.


Berikut ini adalah penjelasan klasifikasi karies menurut G.V.Black:
a. Klas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pit and fissure) dari gigi premolar dan molar (gigi
posterior). Terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
22
b. Klas II
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-gigi molar atau premolar yang umumnya
meluas sampai bagian ke oklusal.
c. Klas III
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi posterior, tetapi belum mencapai 1/3
incisal gigi.
d. Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-gigi posterior dan sudah mencapai 1/3
incisal dari gigi.
e. Klas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi posterior dan anterior pada permukaan
labial, lingual, palatal maupun bukal.
Kesimpulan
Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email
sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan
oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-
komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Karies gigi dapat terjadi dengan diawali oleh proses pembentukan plak secara fisiologis pada
permukaan gigi. Plak terdiri dari komunitas mikroorganisme atau bakteri yang dapat bekerja
sama serta memiliki sifat fisiologi kolektif. Plak adalah lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa
makanan dan bahan organik yang terbentuk di gigi, kadang-kadang juga ditemukan pada gusi
dan lidah.
Karies gigi memiliki faktor penyebab multifaktorial, yaitu adanya 4 faktor utama yang saling
mempengaruhi. Keempat faktor tersebut adalah (a) Tuan rumah (host): gigi dan saliva;
(b)Substrat: lingkungan; (c)Agen (agent): mikroorganisme; (d)Waktu. Kesimpulannya adalah
karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya,
tetapi disebabkan oleh serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. stadium
karies (dalamnya karies gigi) dapat dibagi menjadi: (1) Karies superfisial yaitu dimana karies
baru mengenai enamel saja (sampai dentino enamel junction), sedangkan dentin belum terkena;
(2) Karies media yaitu dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin; (3) Karies profunda yaitu dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan
kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

Anda mungkin juga menyukai