Anda di halaman 1dari 28

Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Sosialisasi KEPDIR No. 217-1.K/DIR/2005


Tentang
PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)
NOMOR: 018.K/010/DIR/2004 TENTANG PEDOMAN
PENYUSUNAN LAPORAN NERACA ENERGI [KWH]

Jakarta, 23 Nopember 2005


1
Agenda Acara
Pengarahan DD Pembinaan Distribusi
Penjelasan KEPDIR 1. Benny Marbun (Pemasaran/Niaga)
2. Manahara PH (Pembinaan Distribusi)
3. Mangatas CH T (Pembinaan Distribusi)
4. Achyat Effendi (TUL/Keuangan)
5. Hari Harsanto (Hukum/Sekper)
Tanya Jawab Tim Sosialisasi

2
Latar Belakang

a. Masukan dari unit pada sosialisasi SK 018.K/2004 belum sempat dibuat


revisi.
b. Hasil RUPS 18 Januari 2005, menetapkan bahwa Produksi Bruto dalam
Formula Susut dirubah menjadi Produksi Netto. Perubahan ini juga
belum sempat dibuat revisi.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan butir a dan b perlu dilakukan
penyempurnaan Formula Perhitungan Susut Jaringan.
d. bahwa penyempurnaan Formula Perhitungan Susut Jaringan
sebagaimana dimaksud pada butir c di atas, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero).

3
Perbedaan Muatan KEPDIR
Uraian No. 018/K/010/DIR/2004 No. 217-1.K/DIR/2005
Formulir Lampiran 2.1 a s/d 2.1d: Laporan Realisasi Energi Lampiran 1-1: Laporan Realisasi Energi
Lampiran 1-2: Laporan Realisasi Penerimaan Energi
Lampiran 1-3: Laporan Realisasi Pengiriman Energi
Lampiran 2.2: Peta Susut per Tegangan Lampiran 1-4: Peta Susut per Tegangan
Lampiran 2.3: Peta Susut per Unit Pelaksana Lampiran 1-5: Peta Susut per Unit Pelaksana
Lampiran 2.4: Grafik Realisasi Susut Lampiran 1-6: Grafik Realisasi Susut
Lampiran 2.5: Prediksi dan Realisasi Susut Dist. Lampiran 1-7: Prediksi dan Realisasi Susut Dist.
Pemasangan ME dan Tidak diatur secara tegas Untuk keperluan pemetaan susut distribusi maka:
Pengukuran PSSD pemasangan ME di penyulang dan perbatasan
pemasangan ME pada pelanggan
PSSD diukur dan/atau dihitung secara akurat
Susut Jaringan Didefinisikan implisit Didefinisikan eksplisit
Bagan Alir Energi Tidak ada Lampiran 3
Produksi Sendiri Netto 3. Produksi Sendiri Netto (1-2) 3. Produksi Sendiri Netto (3.1+3.2)
3.1 Produksi Sendiri Netto di Jaringan Transmisi (1-2)
3.2 Produksi Sendiri Netto di Jaringan Distribusi (1-2)
Penerimaan kWh 4. Diterima TT dari ….. 4. Terima (4.1+4.2)
10. Diterima di Sistem Distribusi 4.1 Terima di Jaringan Transmisi
4.2 Terima di Jaringan Distribusi
Butir 4.1 dan 4.2 diuraikan pada Lampiran 1-2
Produksi Total Netto 5. Produksi Total Netto (3+4) 5. Produksi Total Netto (5.1+5.2)
5.1 Loko Transmisi Netto (3.1+4.1)
5.2 Loko Distribusi Netto (3.2+4.2)

4
Perbedaan Muatan KEPDIR
Uraian No. 018/K/010/DIR/2004 No. 217-1.K/DIR/2005
Siap Salur 7. Siap Disalurkan (5-6) 8. Siap Salur Transmisi
9.1 Siap Salur Distribusi
Pengiriman kWh 8. Dikirim TT ke Unit PLN Lain 9. Dikirim ke ( 9.1+ 9.2 + 9.3 + 9.4 )
9.1 Siap Salur Distribusi
9.2 Unit PLN lain
9.3 Unit Proyek Pembangunan
9.4 IPP
11. Dikirim TM, TR ke Unit PLN Lain 14. Dikirim dari Distribusi ke Unit PLN Lain
Butir 9.2, 9.3, 9.4 dan 14 diuraikan pada Lampiran 1-3
PSSD 12. Pemakaian Sendiri Sistem Distribusi 10. Pemakaian Sendiri Sistem Distribusi
adalah jumlah kWh yang dipakai untuk berbagai keperluan peralatan pendukung dan peralatan tertentu yang tetap
mengkonsumsi kWh pada saat menyalurkan maupun tidak menyalurkan energi pada sistem distribusi, antara lain

a. peralatan cell 20 kV di gardu induk a. peralatan cell 20 kV di gardu induk


b. peralatan kontrol b. peralatan kontrol
c. penerangan dan pendingin di gardu distribusi c. penerangan dan pendingin di gardu distribusi
d. pemanas cubicle (heater) d. pemanas cubicle (heater)
e. Selisih pengukuran kWh antara I/O cell 20 kV
pada GI
Siap Jual 13. Siap Dijual (10-11-12) 11. Siap Jual (9.1 - 10)
Susut Jaringan (kWh) Tidak dinyatakan 13. Susut Jaringan (7+12)
Penjualan KWh Jual TUL III-09, pada formulir tertulis KWh Terjual (TUL III-09)
"Dibuat Rekening" KWh Tagihan Susulan (P2TL)
Tidak diurai KWh PJU Ilegal
Koreksi (Termasuk kWh kurang tagih)
KWh Tercetak (TUL III-07)
KVArh dalam kesepakatan dimasukkan sebagai kWh KVArh tidak dimasukkan
Dibuat Rekening (hasil konversi)
Bilangan Pembagi
Susut Transmisi Loko Sentral Netto Transmisi Netto
Susut Distribusi Siap Dijual Siap Salur Distribusi 5
Susut Jaringan Produksi Bruto Produksi Netto
Berlakunya KEPDIR No. 217-1.K/DIR/2005

KEPDIR ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


digunakan sebagai dasar perhitungan susut jaringan mulai
tahun 2005.

Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Keputusan


Direksi PT PLN (Persero) No: 018.K/010/DIR/2004 tentang
pedoman penyusunan laporan neraca energi (kWh)
sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan ini
dinyatakan tetap berlaku

6
Lampiran – 1
I. Definisi
1. Susut Energi, adalah jumlah energi dalam kWh yang hilang/menyusut terjadi
karena sebab sebab teknik maupun non teknik pada waktu penyediaan dan
penyaluran energi.
2. Susut Teknik, adalah susut yang terjadi karena alasan teknik dimana energi
menyusut berubah menjadi panas pada JTT, GI, JTM, GD, JTR, SR dan APP.
3. Susut Non Teknik, adalah selisih antara susut energi dengan susut teknik.
4. Susut Transmisi, adalah susut teknik yang terjadi pada jaringan transmisi, yang
meliputi susut pada Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) dan pada Gardu Induk (GI) .
5. Susut Distribusi, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada jaringan
distribusi yang meliputi susut pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Gardu
Distribusi (GD), Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR) serta
Alat Pembatas & Pengukur (APP) pada pelanggan TT, TM dan TR.
Bila terdapat Jaringan Tegangan Tinggi yang berfungsi sebagai Jaringan Distribusi,
maka susut jaringan ini dimasukkan sebagai Susut Distribusi
6. Susut TT, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada sisi TT, yang
merupakan penjumlahan susut pada JTT, GI dan APP TT.
7. Susut TM, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada sisi TM, yang
merupakan penjumlahan susut pada JTM,GD dan APP TM.
8. Susut TR, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada sisi TR, yang
merupakan penjumlahan susut pada JTR,SR dan APP TR.”
9. Susut Jaringan, adalah jumlah energi dalam kWh yang hilang pada jaringan
transmisi dan distribusi, atau merupakan penjumlahan antara Susut Transmisi dan7
Susut Distribusi.”
Lampiran – 1
II. Perhitungan Susut Energi

Susut Transmisi [%]


Loko Transmisi Netto − PSGI − Siap Salur Transmisi
x 100%
Loko Transmisi Netto

Susut Distribusi [%]


Siap Salur Distribusi − PSSD − kWh kirim *) − kWh Terjual
x 100%
Siap Salur Distribusi
*) Dikirim dari Distribusi ke Unit lain

Susut Jaringan [%]


Produksi Total Netto − PSGI − kWh kirim ke Unit lain − PSSD − kWh Terjual
x 100%
Produksi Total Netto

8
Pasal 6 : Pemetaan Susut Dan Perhitungan Susut
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan program penekanan susut energi
serta perhitungan BPP, susut energi harus dipetakan secara rinci sesuai lokasi
terjadinya pada jaringan listrik:

a. Susut jaringan terdiri atas Susut Transmisi (yaitu susut yang terjadi pada jaringan
transmisi TT) dan Susut Distribusi (susut yang terjadi pada jaringan TM dan TR)
b. Untuk keperluan perhitungan neraca energi maka tiap titik transaksi antar unit
harus dipasang satu meter transaksi milik penjual yang sudah di tera. Pembeli
dapat memasang meter pembanding pada titik transaksi yang sama bila
diperlukan.
c. Untuk keperluan pemetaan susut distribusi, maka:
• perlu dipasang meter elektronik di setiap penyulang dan perbatasan antar
unit.
• meter elektronik harus dipasang pada pelanggan TT, TM, dan pelanggan
TR potensial.
• pemakaian sendiri sistem distribusi harus diukur langsung dengan kWh-
meter sendiri atau dihitung secara akurat berdasarkan jumlah beban
terpasang yang dapat di pertanggung-jawabkan
d. Susut jaringan terdiri atas:
• Susut Teknik : Susut yang terjadi karena alasan teknik
• Susut Non Teknik : Susut yang terjadi karena alasan non teknik “ 9
Parameter
Produksi Bruto, adalah Produksi Bruto Pembangkit Sendiri + Produksi Netto Pembelian +
Produksi Netto Pembangkit Sewa + Terima dari Unit PLN lain + Terima dari Proyek
Pembangunan
PS Sentral, adalah pemakaian sendiri sentral pembangkit sendiri
Susut Jaringan, adalah jumlah energi dalam kWh yang hilang pada jaringan transmisi dan
distribusi, atau merupakan penjumlahan antara Susut Transmisi dan Susut Distribusi

Produksi Total Netto = Σ Produksi Bruto - Σ PS Sentral

Loko Transmisi Netto = Σ Produksi BrutoTR - Σ PS SentralTR,


dimana TR adalah produksi yang terhubung ke jaringan transmisi

Loko Distribusi Netto = Σ Produksi BrutoDS - Σ PS SentralDS,


dimana DS adalah produksi yang terhubung ke jaringan distribusi
Siap Salur Transmisi,
• Energi masuk dari Loko Transmisi Netto dimana sebagian dipergunakan sendiri (PSGI)
dan sebagian hilang sebagai Susut Transmisi
• Energi keluar dikirim ke distribusi (Siap Salur Distribusi), Unit PLN Lain, Unit Proyek
Pembangunan, dan IPP
Siap Salur Distribusi,
• Energi masuk dari Loko Distribusi Netto dan dari Transmisi (sebagian dari Siap Salur
Transmisi)
• Energi keluar disalurkan ke kWh Terjual, Dikirim dari Distribusi ke Unit Lain, sebagian
diperguna-kan sendiri (PSSD) dan sisanya menjadi Susut Distribusi. .
10
Parameter

Bilangan Pembagi dalam rumus untuk


Susut Transmisi adalah Loko Transmisi Netto

Susut Distribusi adalah Siap Salur Distribusi


Susut Jaringan adalah Produksi Total Netto
Pemakaian Sendiri Sistem Distribusi harus diukur langsung dengan kWhmeter sendiri dan/atau
dihitung secara akurat berdasarkan jumlah beban terpasang yang dapat di pertanggung-
jawabkan
KWh Terjual dirinci :
KWh Tagihan Susulan
KWh PJU Illegal
Koreksi (termasuk kWh kurang tagih)
KWh Tercetak (TUL III-07)

11
Lampiran 3
Keputusan Direksi
No.: 217-1.K / DIR / 2005

BAGAN ALIR ENERGI

3.1
1 9.2 9.3 9.4
5.1 8

2 JaringanTransmisi

4.1 9.1 11 Jaringan Distribusi TT


7
4.1.1
6 15 TT
4.1.2
4.1.3
4.1.4 12 15 TM
Distribusi TM
14
12 Distribusi TR
1 3.2
5.2 15 TR
10
2 12

4.2
Jaringan Transmisi
4.2.1
Jaringan Distribusi
4.2.2
Aliran Energi
4.2.3
4.2.4
1 Produksi Sendiri 3.1 Produksi Sendiri Netto di Jaringan Transmisi 10 Pemakaian Sendiri Sistem Distribusi
2 PS Sentral 3.2 Produksi Sendiri Netto di Jaringan Distribusi 11 Siap Jual
4.1 Terima di Jaringan Transmisi 5 Produksi Total Netto 12 Susut Distribusi
4.1.1 Terima dari Unit PLN Lain 5.1 Loko Transmisi Netto 13 Susut Jaringan
4.1.2 Terima dari Unit Pembangunan 5.2 Loko Distribusi Netto 14 Dikirim dari Distribusi ke Unit Lain
4.1.3 Pembelian 6 Pemakaian Sendiri Gardu Induk 15 KWh Terjual (TUL III-09)
4.1.4 Sewa 7 Susut Transmisi
4.2 Terima di Jaringan Distribusi 8 Siap Salur Transmisi
4.2.1 Terima dari Unit PLN Lain 9 Dikirim ke 9.1 Siap Salur Distribusi
4.2.2 Terima dari Unit Pembangunan 9.2 Unit PLN Lain 12
4.2.3 Pembelian 9.3 Unit Proyek Pembangunan
4.2.4 Sewa 9.4 IPP
LAPORAN REALISASI ENERGI (kWh)
BULAN : …………, TAHUN : …………..
Realisasi
Target
No. Uraian dan Rumus Bulan ini Akumulasi s/d bulan ini
Tahunan
Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 PRODUKSI SENDIRI (1.1 + 1.2)
1.1 Bahan Bakar Minyak (1.1.1 + …+1.1.4)
1.1.1 Pusat Listrik Tenaga Uap
1.1.2 Pusat Listrik Tenaga Diesel
1.1.3 Pusat Listrik Tenaga Gas Turbin
1.1.4 Pusat Listrik Tenaga Gas Uap
1.2. Bahan Bakar Non Minyak (1.2.1+…..+1.2.7)
1.2.1 Pusat Listrik Tenaga Air
1.2.2 Pusat Listrik Tenaga Uap - Batubara
1.2.3 Pusat Listrik Tenaga Uap - Gas Alam
1.2.4 Pusat Listrik Tenaga Diesel - Gas alam
1.2.5 Pusat Listrik Tenaga Gas Turbin - Gas alam
1.2.6 Pusat Llistrik Tenaga Gas Uap - Gas alam
1.2.7 Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi
2 PEMAKAIAN SENDIRI SENTRAL
3 PRODUKSI SENDIRI NETTO (3.1+3.2)
3.1 Produksi Sendiri Netto di Jaringan Transmisi (1-2)
3.2 Produksi Sendiri Netto di Jaringan Distribusi (1-2)
4 TERIMA (4.1+4.2)
4.1 Terima di Jaringan Transmisi *)
4.2 Terima di Jaringan Distribusi *)
5 PRODUKSI TOTAL NETT0 (5.1+5.2)
5.1 Loko Transmisi Netto (3.1+4.1)
5.2 Loko Distribusi Netto (3.2+4.2)
6 PEMAKAIAN SENDIRI GARDU INDUK
7 SUSUT TRANSMISI ( 5.1 - 6 - 8 )
8 SIAP SALUR TRANSMISI
9 DIKIRIM KE ( 9.1+ 9.2 + 9.3 + 9.4 )
9.1 Siap Salur Distribusi
9.2 Unit PLN lain **)
9.3 Unit Proyek Pembangunan **)
9.4 IPP **)
10 PEMAKAIAN SENDIRI SISTEM DISTRIBUSI
11 SIAP JUAL ( 9.1-10 )
12 SUSUT DISTRIBUSI ( 11 - 14 - 15 )
13 SUSUT JARINGAN (7+12)
14 DIKIRIM DARI DISTRIBUSI KE UNIT PLN LAIN **)
15 KWH TERJUAL (TUL III-09)
15.1 KWh Tagihan Susulan (P2TL)
15.2 KWh PJU Ilegal
15.3 Koreksi (Termasuk kWh Kurang Tagih)
15.4 KWh Tercetak (TUL III-07)

REKAPITULASI SUSUT BULANAN ( % ) REKAPITULASI SUSUT AKUMULASI ( % )


a. Susut Transmisi ( 7 / 5.1 x 100 ) a. Susut Transmisi ( 7 / 5.1 x 100 ) 13
b. Susut Distribusi ( 12 / 9.1 x 100 ) b. Susut Distribusi ( 12 / 9.1 x 100 )
c. Susut Jaringan ( 13 / 5 x 100 ) c. Susut Jaringan ( 13 / 5 x 100 )
UNSUR PRODUKSI
LAPORAN REALISASI ENERGI (kWh)
BULAN : …………, TAHUN : …………..
Realisasi
Target
No. Uraian dan Rumus Bulan ini Akumulasi s/d bulan ini
Tahunan
Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 PRODUKSI SENDIRI (1.1 + 1.2)
1.1 Bahan Bakar Minyak (1.1.1 + …+1.1.4)
1.1.1 Pusat Listrik Tenaga Uap
1.1.2 Pusat Listrik Tenaga Diesel
1.1.3 Pusat Listrik Tenaga Gas Turb in
1.1.4 Pusat Listrik Tenaga Gas Uap
1.2. Bahan Bakar Non Minyak (1.2.1+…..+1.2.7)
1.2.1 Pusat Listrik Tenaga Air
1.2.2 Pusat Listrik Tenaga Uap - Batub ara
1.2.3 Pusat Listrik Tenaga Uap - Gas Alam
1.2.4 Pusat Listrik Tenaga Diesel - Gas alam
1.2.5 Pusat Listrik Tenaga Gas Turb in - Gas alam
1.2.6 Pusat Llistrik Tenaga Gas Uap - Gas alam
1.2.7 Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi
2 PEMAKAIAN SENDIRI SENTRAL
3 PRODUKSI SENDIRI NETTO (3.1+3.2)
3.1 Produksi Sendiri Netto di Jaringan Transmisi (1-2)
3.2 Produksi Sendiri Netto di Jaringan Distrib usi (1-2)
4 TERIMA (4.1+4.2)
4.1 Terima di Jaringan Transmisi *)
4.2 Terima di Jaringan Distrib usi *)
5 PRODUKSI TOTAL NETT0 (5.1+5.2)
5.1 Loko Transmisi Netto (3.1+4.1)
5.2 Loko Distrib usi Netto (3.2+4.2)

14
UNSUR PENYALURAN

LAPORAN REALISASI ENERGI (kWh)


BULAN : …………, TAHUN : …………..
Realisasi
Target
No. Uraian dan Rumus Bulan ini Akumulasi s/d bulan ini
Tahunan
Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
6 PEMAKAIAN SENDIRI GARDU INDUK
7 SUSUT TRANSMISI ( 5.1 - 6 - 8 )
8 SIAP SALUR TRANSMISI
9 DIKIRIM KE ( 9.1+ 9.2 + 9.3 + 9.4 )
9.1 Siap Salur Distrib usi
9.2 Unit PLN lain **)
9.3 Unit Proyek Pemb angunan **)
9.4 IPP **)
10 PEMAKAIAN SENDIRI SISTEM DISTRIBUSI
11 SIAP JUAL ( 9.1-10 )
12 SUSUT DISTRIBUSI ( 11 - 14 - 15 )
13 SUSUT JARINGAN (7+12)
14 DIKIRIM DARI DISTRIBUSI KE UNIT PLN LAIN **)

15
UNSUR PENJUALAN

LAPORAN REALISASI ENERGI (kWh)


BULAN : …………, TAHUN : …………..
Realisasi
Target
No. Uraian dan Rumus Bulan ini Akumulasi s/d bulan ini
Tahunan
Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
15 KWH TERJUAL (TUL III-09)
15.1 KWh Tagihan Susulan (P2TL)
15.2 KWh PJU Ilegal
15.3 Koreksi (Termasuk kWh Kurang Tagih)
15.4 KWh Tercetak (TUL III-07)

16
LAPORAN REALISASI PENERIMAAN ENERGI (kWh)
BULAN : …………, TAHUN : …………..

Realisasi
Target
No. Uraian dan Rumus Bulan ini Akumulasi s/d bulan ini
Tahunan
Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
4.1 Terima di Jaringan Transmisi (4.1.1+4.1.2+4.1.3+4.1.4)
4.1.1 Unit PLN lain (4.1.1.1+4.1.1.2+……)
4.1.1.1 [Nama Unit PLN Pengirim]
4.1.1.2 [Nama Unit PLN Pengirim]
……….. *)
4.1.2 Unit Proyek Pemb angunan (4.1.2.1+4.1.2.2+ …..)
4.1.2.1 [Nama Proyek]
4.1.2.2 [Nama Proyek]
……. *)
4.1.3 Pemb elian (4.1.3.1+4.1.3.2+….)
4.1.3.1 [Nama IPP]
4.1.3.2 [Nama IPP]
………… *)
4.1.4 Sewa (4.1.4.1+4.1.4.2+……)
4.1.4.1 [Nama Penyewa Pemb angkit]
4.1.4.2 [Nama Penyewa Pemb angkit]
……………. *)
4.2 Terima di Jaringan Distribusi (4.2.1+4.2.2+4.2.3+4.2.4)
4.2.1 Unit PLN lain (4.2.1.1+4.2.1.2+….)
4.2.1.1 [Nama Unit PLN]
4.2.1.2 [Nama Unit PLN]
……….. *)
4.2.2 Unit Proyek Pemb angunan (4.2.2.1+4.2.2.2+ ….)
4.2.2.1 [Nama Proyek]
4.2.2.2 [Nama Proyek]
……. *)
4.2.3 Pemb elian (4.2.3.1+4.2.3.2+….)
4.2.3.1 [Nama IPP]
4.2.3.2 [Nama IPP]
………… *)
4.2.4 Sewa (4.2.4.1+4.2.4.2+…..)
4.2.4.1 [Nama Penyewa Pemb angkit]
4.2.4.2 [Nama Penyewa Pemb angkit]
17
……………. *)
LAPORAN REALISASI PENGIRIMAN ENERGI (kWh)
BULAN : …………, TAHUN : …………..

Realisasi
Target
No. Uraian dan Rumus Bulan ini Akumulasi s/d bulan ini
Tahunan
Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT Total Sisi TR Sisi TM Sisi TT

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
9 DIKIRIM KE INSTANSI LAIN ( 9.2 + 9.3 + 9.4 )
9.2. Unit PLN lain
9.2.1 [Nama Unit PLN Penerima]
9.2.2 [Nama Unit PLN Penerima]
……… *)
9.3. Unit Proyek Pembangunan
9.3.1 [Nama Proyek Penerima]
9.3.2 [Nama Proyek Penerima]
……… *)
9.4. IPP
9.4.1 [Nama IPP Penerima]
9.4.2 [Nama IPP Penerima]
……..
14 DIKIRIM DARI DISTRIBUSI KE UNIT PLN LAIN (14.1 + 14.2 + ….)
14.1 [Nama Unit PLN Penerima]
14.2 [Nama Unit PLN Penerima]
……… *)

CATATAN :
*) Tambahkan sesuai dengan instansi yang ada
1) Kolom (3) penjumlahan kolom (4), (5) dan (6)
2) Kolom (7) adalah penjumlahan kolom (8), (9) dan (10)
3) Kolom (8), (9) dan (10) merupakan operasi rumus
4) Seluruh kolom pada baris berisi Uraian dan Rumus merupakan operasi rumus
5) Entri data hanya pada baris kolom yang tidak termasuk dalam butir 1) s.d. 4) dan sesuaikan dengan sisi jaringan

18
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Terima kasiH
19
Penjelasan
• Entri Susut JDTT
– Lampiran 1-1 pada item no 12 kolom Sisi TT
– Lampiran 1-4 pada item no 1.1 kolom 6
• Entri Susut perangkat alat ukur TT seperti CT, PT, kWhmeter (termasuk
power supply):
– Lampiran 1-1 pada item no 12 kolom Sisi TT
– Lampiran 1-4 pada item no 1.2 kolom 6
• Entri Susut pada Trafo Step-up di Pembangkit, ditinjau dari pemilik asset
Trafo Step-up tersebut:
– asset milik Pembangkit, susutnya menjadi bagian dari PS Sentral
– asset milik Jaringan, susutnya menjadi bagian dari susut Jaringan
• Suatu Sentral Pembangkit memasok jaringan lebih dari satu sisi tegangan,
energi pasokan harus diisi pada masing-masing sisi tegangan tersebut.
• Sebuah penyulang juga berfungsi sebagai interkoneksi dua sentral
pembangkit milik unit lain, susut yang diakibatkan oleh kebijakan ekonomis
pembangkitan tetap menjadi tanggungan pemilik aset dimana susut terjadi.

20
Penjelasan
• Untuk Tagihan kWh kurang Tagih yang tidak menyebabkan koreksi rekening maka
seluruh kWh Jualnya masuk dalam point 15.4 (TUL III-07)
• Kinerja PS Sentral dan Susut Trafo Step Up Sentral diusulkan menjadi salah satu
kinerja wilayah/distribusi.
• Laporan bulanan mulai bulan Januari 2005 dan Laporan Triwulanan sudah
menggunakan SK 217-1.K/DIR/2005

21
Hal-hal penting dalam KEPDIR
No.217-1.K/2005
Hal-hal siknifikan yang perlu diperhatikan dalam KEPDIR ini al :

1. KEPDIR ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan digunakan


sebagai dasar perhitungan susut jaringan mulai tahun 2005.
Dengan diberlakukannya KEPDIR ini maka KEPDIR
No:018.K/010/DIR/2004 sepanjang tidak bertentangan dengan
KEPDIR ini dinyatakan tetap berlaku.
2. PSSD harus di ukur dengan kWh meter sendiri dan/atau dihitung
secara akurat berdasarkan jumlah beban terpasang yang dapat di
pertanggung-jawabkan.
3. Selisih pengukuran kWh antara incoming dan outgoing sel 20 kV
pada GI tidak lagi diberlakukan sebagai bagian dari PSSD
4. kWh hasil PJU ilegal dan/atau sambungan ilegal lainnya baru
dapat diterima yang minimal SPH sudah ditanda-tangani oleh
kedua belah pihak.
5. kVARh tidak dikonversi menjadi kWh. 22
Hal-hal penting dalam KEPDIR
No.217-1.K/2005
6. Bilangan pembagi dalam rumus :

Susut Transmisi adalah Loko Transmisi Netto,

Susut Distribusi adalah Siap Salur Distribusi

Susut Jaringan adalah Produksi Total Netto

23
Sejarah Neraca Energi
Tanggal No. Surat
Formulir 12/BII dan LP 6

29 Maret 1979 SE No. 012/PST/79


Formulir 12/RII
2 April 1985 SE No. 010/PST/1985
Penyempurnaan Laporan KWH Formulir 12/RB
9 April 1996 Surat No. *)/455/DITUSAHA/1996/K Revisi Formulir 12/RB
Formulir 12/RB Netto
27 Februari 2004 KepDir No. 018.K/010/DIR/2004
Pedoman Penyusunan Neraca Energi (kWh)
Pemisahan energi TT, TM dan TR
• Pemisahan susut trans/dis, susut teknik/non teknik dan susut TT, TM dan TR
• Pembagi susut jaringan produksi bruto
• Eksplorasi Pemakaian Distribusi dan I/O
• Pembagi susut jaringan adalah Produksi Bruto
2005 KepDir No. 217-1.K/DIR/2005
Perubahan KepDir No. 018.K/010/DIR/2004

24
Diskusi SK 018.K, Laporan Energi Medan
1. Koreksi rumus Susut Distribusi, penyebutnya adalah Produksi Bruto termasuk Pemakaian
Sendiri dan kWh yang dikirim ke Unit lain
2. Konsumsi energi untuk peralatan bantu yang tetap ada walaupun tidak menyalurkan
listrik dimasukkan sebagai Pemakaian Sendiri. Termasuk di dalamnya, antara lain: lampu
penerangan box TR gardu trafo, kWh meter, kVArh meter, dan kelengkapan lainnya yang
relevan. Namun tidak termasuk konsumsi listrik oleh trafo distribusi, CT, PT.
3. Selisih nilai kWh Incoming & Outgoing tidak ditentukan batas toleransinya. Selisih positip (meter
incoming lebih besar dari meter outgoing) menjadi Pemakaian Sendiri.
4. Bila sigma meter feeder lebih besar dari meter Outgoing GI (Incoming 20 kV), disepakati kWh
terimanya adalah meter Outgoing GI (Incoming 20 kV) dan selisihnya dianggap Nol.
5. Sewa trafo tidak dikonversikan sebagai kWh dalam perhitungan susut.
6. kVArh dimasukkan sebagai kWh dalam perhitungan susut.
7. Pengambilan asumsi perhitungan susut teknis dan susut non teknis diserahkan kepada
masing-masing Unit, yang penting dilakukan secara seragam di satu unit pelaksana
induk, dan konsisten baik pada Unit Pelaksana maupun Unit Pelaksana Induk.
8. Ketentuan jadwal pelaporan dari Unit Pelaksana ke Unit Pelaksana Induk diatur oleh Unit
Pelaksana Induk masing-masing. Dengan demikian, SK 018 Pasal 5 ayat (2) a dan ayat (3)
a dianggap tidak ada.
9. Pelaporan Lampiran 2.1. s/d 2.4. ke PLN Pusat sesuai SK 018.K adalah paling lambat tanggal
30 pada bulan (n+1). Data Penjualan untuk menghitung losses bulan ke (N) menggunakan TUL
III-09 bulan ke (N+1) yang diperoleh dari TUL III-07 bulan ke (N+1) ditambah TS dan Multiguna
bulan ke (N), serta ditambah/kurang koreksi rekening bulan (N).
10. SK ditetapkan bulan Februari 2004, tetapi pemberlakuannya untuk perhitungan Losses adalah
sejak perhitungan losses Januari 2004.
11. Kesepakatan ini merupakan kesepakatan regional yang juga dipakai melengkapi SK yang
ada, kecuali bila ada ketentuan lain yang lebih tinggi yang menyatakan berbeda.
25
Diskusi 018.K Surabaya
1. Rumus untuk menghitung Losses, (a.l. di Lampiran 2.1) disepakati bahwa Produksi
di Penyebut adalah Produksi Bruto termasuk Pemakaian Sendiri
2. Pemakaian Sendiri di Gardu Induk untuk peralatan 20 kV distribusi, juga termasuk
sebagai Pemakaian Sendiri Sistem Transmisi.
3. Meter transaksi antara Distribusi dengan P3B (atau Wilayah dengan Kitlur)
adalah meter incoming 20 kV.
4. Bila sigma meter feeder lebih besar dari meter outgoing GI (incoming 20 kV),
disepakati kWh terimanya adalah meter outgoing GI (incoming 20 kV) dan
selisihnya dianggap nol.
5. Pelaporan Lamp.2.1 s/d 2.4 ke Pusat sesuai SK 018.K adalah tanggal 30 pada
bulan (n+1). Tetapi karena TUL III-09 baru final tanggal 30 bulan (n+1), maka
UPI melaporkan realisasi losses (Lamp. 2.1 s/d 2.4) ke Pusat pada tanggal 10
bulan (n+2).
6. Ketentuan jadual pelaporan dari Unit Pelaksana ke Unit Pelaksana Induk
diatur oleh Unit Pelaksana Induk masing-masing. Dengan demikian, SK 018
Pasal 5.2a dan Pasal 5.3a dihilangkan pada revisi.
7. Bahwa TUL III-09 Januari 2004, untuk perhitungan Penjualan tetap dilaporkan,
tetapi untuk perhitungan Losses tidak diperhitungkan.
8. SK ditetapkan bulan Februari 2004, tetapi pemberlakuannya untuk perhitungan
Losses adalah sejak perhitungan losses Januari 2004.
9. Kesepakatan ini merupakan kesepakatan regional yang juga dipakai melengkapi SK
yang ada, kecuali bila ada ketentuan lain lebih tinggi yang menyatakan berbeda.

26
Menimbang:

a. bahwa dalam rangka memperoleh susut secara tepat perlu dilakukan


pengukuran, pemetaan dan perhitungan susut
b. bahwa hasil evaluasi pelaksanaan di lapangan ternyata terdapat adanya
perbedaan yang besar antara incoming dan outgoing yang perlu
dikendalikan besarannya.
c. bahwa perhitungan susut harus mencakup berbagai bentuk jual beli
tenaga listrik baik dengan pihak luar maupun transfer antar unit.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan butir a, b dan c perlu dilakukan
penyempurnaan Formula Perhitungan Susut Jaringan.
e. bahwa penyempurnaan Formula Perhitungan Susut Jaringan
sebagaimana dimaksud pada butir d di atas, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero).

27
Mengingat:

1. Undang-undang RI No. 15 Tahun 1985;


2. Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 1989 jo
Peraturan Pemerintah RI No. 3 Tahun 2005;
3. Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 1994;
4. Anggaran Dasar PT PLN (Persero);
5. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor Kep. 180/M-
MBU/2003
6. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 001.K/030/DIR/1994;
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 062.K/010/DIR/2003 jis
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 092.K/010/DIR/2004 dan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 141.K/DIR/2005
7. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 060.K/DIR/2005

28

Anda mungkin juga menyukai