Anda di halaman 1dari 37

Modul II – Wire Drawing

`BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Secara umum Wire Drawing merupakan salah satu jenis proses manufaktur dengan
memanfaatkan fenomena deformasi plastis akibat gaya pembentukan. Gaya
pembentukan ini berupa tekanan dan tarikan yang terjadi sewaktu benda kerja melewati
die. Wire drawing diaplikasikan dalam pembuatan kabel listrik, kawat dan pipa. Proses
penarikan kawatmeliputi penarikan logam melalui cetakan oleh gaya tarik yang bekerja
pada bagian keluar cetakan. Aliran plastic terutama disebabkan oleh gaya tekan yang
timbul sebagai reaksi dari logam terhadap cetakan.
Penguranagan diameter batang pejal atau batang (rod) dengan cara penarikan
berurutan, dinamakan : penarikan batang (bar) atau kawat, penarikan batang berongga
disebut juga penarikan tabung tergantung pada diameter produk akhir yang dihasilkan.
Batang, kawat dan penarikan tabung, biasanya dilakukan pada suhu kamar, akan tetapi
karena biasanya deformasi besar, maka akan terdapat kenaikan suhu yang cukup berarti
selama proses.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui pengaruh parameter-parameter pembentukan pada proses penarikan
kawat
2. Memahami perubahan sifat mekanik dan struktur mikro akibat proses pengerjaan
dingin

1.3 Prosedur Pengujian


1. Siapkan kawat tembaga (Cu) dengan panjang : 200 mm dan diameter awal Do : 5
mm.
2. Perkecil diameter salah satu ujung kawat (menggunakan kikir) , sehingga ujung
kawat yang diperkecil diameternya dapat melewati lubang.
3. Periksa kondisi mesin wire drawing dan perlengkapan pengujian penarikan kawat.

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


30
Modul II – Wire Drawing

4. Masukan kawat pada dies yang telah diletakkan pada dies holder, lalu jepit ujung
kawat pada penjepit kawat (jaw).
5. Sebelum melakukan penarikan display indicator apakah sudah menunjukkan angka )
atau tidak, bila display indikator menunjukan suatu angka berarti masih terdapat
tegangan sisa penarikan pada load cell maka perlu penyetelan ulang display indikator
dengan menekan tombol ZERO sehingga display indikator menunjukan angka 0 (nol)
maka anda siap untuk melakukan npengujian.
6. Hidupkan mesin wire drawing.
7. Kemudian tarik kawat sampai seluruh bagian kawat melewati cetakan (dies) dan catat
nilai gaya penarikan kawat yang terbaca pada display indikator.
8. Lakukan 5 kali percobaan, menggunakna 5 dies dengan nilai reduksi yang berbeda
dari tiap – tiap dies secara berurutan.

1.4 Alat - Alat Yang Digunakan


1. Jangka Sorong
2. Mistar Baja
3. Mesin Gerinda
4. Sarung Tangan
5. Mesin Wire Drawing
6. Ragum
7. Palu
8. Ampelas

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Prosedur pengujian
1.4 Alat – alat yang digunakan
1.5 Sistematika penulisan
BAB II DASAR TEORI
2.1 Penghantar
2.2 Prinsip kerja wire drawing

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


31
Modul II – Wire Drawing

2.3 Parameter keberhasilan wire drawing


2.4 Batas temperatur wire drawing
2.5 Batas penarikan
2.6 Kekuatan tarik
2.7 Pengukuran batas luluh
2.8 Pengukuran keuletan
BAB III PENGOLAHAN DATA
3.1 Tugas sebelum praktikum
3.2 Data hasil pengukuran dan pengolahan data
3.3 Tugas sesudah praktikum
BAB IV ANALISA DAN DISKUSI
4.1 Analisa
4.2 Saran
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


32
Modul II – Wire Drawing

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengantar
Wire Drawing merupakan salah satu jenis proses manufaktur dengan
memanfaatkan fenomena deformasi plastis akibat gaya pembentukan. Gaya
pembentukan ini berupa tekanan dan tarikan yang terjadi sewaktu benda kerja melewati
die. Wire drawing diaplikasikan dalam pembuatan kabel listrik, kawat dan pipa. Proses
penarikan kawatmeliputi penarikan logam melalui cetakan oleh gaya tarik yang bekerja
pada bagian keluar cetakan. Aliran plastic terutama disebabkan oleh gaya tekan yang
timbul sebagai reaksi dari logam terhadap cetakan.
Secara umum penarikan kawat merupakan salah satu jenis prosesmanufaktur
dengan memanfaatkan fenomena deformasi plastis akibat gaya pembentukan.Gaya
pembentukan ini berupa tekanan dan tarikan yang terjadi sewaktu benda kerjamelewati
die. Penarikan kawat diaplikasikan dalam pembuatan kabel listrik, kawat dan pipa.Proses
penarikan kawat meliputi penarikan logam melalui cetakan oleh gaya tarik yang bekerja
pada bagian luar cetakan. Aliran plastik terutama disebabkan oleh gaya tekan yangtimbul
sebagai reaksi dari logam terhadap cetakan

Gambar 2.1 Skematis mesin wire drawing dan dies


Proses penarikan kawat sangat mempengaruhi perubahan struktur mikro dari
material kawat tembaga. Pengujian-pengujian yang dilakukan antara lain uji tarik, uji
kekersan vickers, uji struktur mikro dengan metallography menunjukkan bahwa dengan
proses penarikan pada material kawat akan mempengaruhi kekuatan tarik, kekeresan dan
struktur mikro dari kawat tersebut.

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


33
Modul II – Wire Drawing

Angka kekuatan tarik dan angka kekerasan vicker yang diperoleh semakin
meningkat seiring dengan meningkatkanya reduksi dari kawat setelah proses penarikan.
Akibat meningkatnya kekuatan tarik dan kekerasan yang semakin meningkat akan
membentuk dendrit yang semakin keras dan kuat sehingga kawat tembaga yang
dihasilkan menjadi semakin bagus. Dan melalui foto struktur mikro, dendrit yang
terbentuk semakin jelas dikarenakan proses reduksi yang semakin meningkat pada proses
penarikan. 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proses penarikan
terhadap perubahan kekuatan tarik, kekerasan serta peruabahan struktur mikro dari kawat
tembaga.

Gambar 2.2 Skematis prinsip kerja Wire Drawing

2.2 Prinsip kerja Wire Drawing


Proses penarikan kawat pada dasarnya sama dengan proses bar drawing kecuali
proses inihanya melibatkan material dengan ukuran penampang yang lebih kecil
sehingga benda kerjadapat digulung dari pada umumnya proses berlangsung secara
kontinyu pada draw blok. Batang ditusuk dengan menggunakan penusuk dimasukan
kedalam cetakan dan dijepitkannya pada kepala tarik dengan gaya tarik 300.000 lb dan
panjang tarikan 100ft telah ada kecepatantarikan bervariasi antara 30 sampai 300 ft.
Penampang melintang suatu cetakan tarik atau pocitarik kerucut tampak
padagambar tempat termasuk cetakan berbentuk sedemikian rupasehingga kawat
sekaligus.Bentuk lonceng meningkatkan tekanan hidrostatis danmemindahkan aliran

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


34
Modul II – Wire Drawing

pelumas.Sudut datang adalah bagian dari cetakan dimana menjadireduksi diameter, sudut
tengahcetakan merupakan parameter proses yang penting.
Daerah bantalan tidak menghasilkan reduksi akan tetapi menambah gesekan pada
kawat. Fungsiutama daerah bantalan adalah dimungkinkannya permukaan halus tanpa
perubahankondisinya. Cetakan keluar tirus belakang (back relief) memungkinkan bahan
mengembangsedikit sewaktu kawat keluar dari cetakan Gerakan juga akan berulang
andaikan penarikanterhenti atau cetaan tidak terbaris pada saat ini sebagian besar poci
tarik dibuat dari karbidatungsten atau intan (dienib) terletak pada kedudukan baja yang
tebal.

Gambar 2.3 Mekanisme masuknya kawat ke dies

Tempat termasuk cetakan berbentuk sedemikian rupa sehingga kawat


sekaligus.Bentuk lonceng meningkatkan tekanan hidrostatis dan memindahkan aliran
pelumas.Sudut datangadalah bagian dari cetakan dimana menjadi reduksi diameter, sudut
tengah cetakanmerupakan parameter proses yang penting. Daerah bantalan tidak
menghasilkanreduksi akan tetapi menambah gesekan pada kawat.
Kawat bukan besi dankawat baja karbonrendah, dihasilkan dalam sejumlah
temperature yang bervariasi dansangat lunak hinggasangat keras dan reduksi yang
diinginkan.Kawat baja dengan kandungan lebih dari 0.25%mengalami perlakuan panas

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


35
Modul II – Wire Drawing

khusus yang disebut patenting proses ini terdiri pemanasan diatastemperatur kritis
atasdan disusun dengan pendinginan pada laju pendinginan yangdikendalikan atau
transformasi dalam bak timah hitam pada temperatur 600 derajat Fahrenheit agar
membentuk perlit halus.
Maka reduksi kritis untuk terbentuknya cacat dipecah dipusat akan bertambah
pula untuk reduksi dan sudut cetakan yang tertentu maka reduksi kritis untuk mencegah
terjadinya patah bertambah besar terhadap gesekan.Walaupun penarikan kawat
nampaknya proses pengerjaan logam yang paling sederhana, analisis yang lengkap yang
menentukan gaya tarik karena diameter kawat berkurang setelah melalui dies tertentu,
kecepatan dan panjang kawat bertambah besar agar tidak terjadi slip antara kawat dan
blok.
Hal ini dapat dicapai bilakecepatan setiap blok tarik dikendalikan oleh motor
energi digunakan satu motor listrik untuk menjalankan kerucut bertingkat.Diameter
setiap kerucut dirancang sederhana sedemikianrupa sehingga kecepatannya sebanding
dengan reduksi penampang tertentu bila kecepatankawat dan kecepatam blok gulung
tidak sewaktu dan berputar menyebabkan terjadinyagesekan danpanas kecepatan tarik
pada mesin cetakan ganda dapat mencapai 600 m/menituntuk penarikan kawat besi atau
baja dan 2000 m/menit untuk kawat bukan besi.Timbulnya panas pada operasi tarik
adalah suatu masalah umum meskipun penarikan batang atau kawat biasanya dilakukan
secara dingin. Deformasi plastis dan gesekan akan menaikkantemperature kawat hingga
beberapa ratus derajat celcius.Sebagian dari panas tadi dilepaskan pada pendingin atas
pas dank arena panas yang cukup diserap dicetakkan sedikit sekali fungsiutama daerah
bantalan adalah memungkinkan dibersihkannya permukaan konis tanpa perubahan
dimensi cetakan luar. Tirus belakang memungkinkan bahan mengembang sedikitsewaktu
kawat keluar dari cetakan.

Gambar 2.4 Skematis mesin wire drawing

Patenting menghasilkan kombinasi terbaik antarakekuatan dan keuletan untuk


penarikan kawat hasil karbon tinggi dan kawat pegas yang baik cacat yang terjadi pada
Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi
36
Modul II – Wire Drawing

kawat dan batang dihasilkan oleh cacat pada mula (kampuh, potongan - potongan atau
cacat penarikan yang paling umum ialah pecah sentral atau cetakan cevron).Hal ini
dinamakan “cupping” analisa batas atas mampu mengindetifikasi kombinasisudut
setengah cetak dan reduksi. Jika terbentuk rongga di tengah, maka diperlukan
energideformasi yang lebih kecil. Analisis ini meramalkan bahwa,pecahan dipusat akan
terjadiapabila sudut cetakan kecil pada laju reduksi kecil dan dengan bertambahnya

2.3 Parameter keberhasilan wire drawing


Parameter proses pembentukan logam dapat dinyatakan dengan besarnya gaya
yang dibutuhkan. Dengan metode energi deformasi homogen (tanpa gesekan dan
geseran) gaya penarikan ideal dapat dihitung dengan rumus :
εk
F=A k ∫εm σdε

Persamaan 2.1 Gaya penarikan ideal


Jika gesekan diperhitungkan dan dengan anggapan plane strain maka besarnya
gaya penarikan adalah:
2B

F = A k σο
1+ B
B [ ][ [ ]
1−
Dk
Dm ]
Persamaan 2.2 Gaya penarikan dengan asumsi gesekan dihitung dan plan strain besar.
Dimana:

1 εk
σο = ∫ σdε
εk−εm εm
Persamaan 2.3 Tegangan alir rata - rata

μ
B=
tan α
Persamaan 2.4 Mencari nilai B

Keterangan :

- μ : Koefisien gesek

- α : semi cone angle

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


37
Modul II – Wire Drawing

Sedangkan bila gesekan dan geseran diperhitungkan maka penarikan oleh sibel dinyatakan
dengan:

με 2 α
F=A k σο ε +
[ α
+
3 ]
Persamaan 2.5 Gaya penarikan dengan asumsi gesekan dan geseran diperhitungkan

Keterangan :
α dalam radian

Tegangan tarik yang terjadi pada benda kerja yang melalui cetakan berbentuk kerucut:

2B

σ xa=σο
1+ B
B
D
1− a
Db [ [ ]]
Persamaan 2.6 Tegangan tarik yang terjadi pada benda kerja

S
Ab Aa

μ .p.S α .p.S.cos α

Gambar 2.5 Skematis pengecilan diameter benda kerja

Sebagai proses cold forming lainnya, wire drawing mengakibatkan kenaikan


kekerasan dan kekuatan yang dikenal dengan strain hardening. Dilain pihak proses ini
Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi
38
Modul II – Wire Drawing

juga mengakibatkan penurunana keuletan. Proses annealing yaitu pemanasan pada suhu
diatas suhu rekristalisasi dan pendinginanan perlahan akan “mengembalikan” keuletan
tersebut. Proses annealing ini melibatkan perubahan struktur mikro, konfigurasi
tegangan dalam (internal stress) dan dislokasi.
Keberhasilan proses wire drawing dipengaruhi oleh :
1. Material Kawat.
2. Geometri Dies.
3. Kontak antara kawat dengan dies.
4. Spesifikasi produk yang dihasilkan.

Keberhasilan penarikan kawat sangat ditentukan oleh variabel proses


penarikannya dua variabel yang cukup berperan pada proses penarikan kawat adalah
geometri die yang akan menentukan zona deformasi dan drafting design yang
menentukan besarnya reduksi pada tiap-tiap blok reduksi.variabel - variabel ini
dinyatakan dengan dengan delta factor. Hubungan antara besarnya reduksi tiap dies dan
besarnya sudut reduksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.6 Hubungan reduksi area dengan susut reduksi pada proses wire
drawing

Daerah operasi penarikan kawat terbagi menjadi 3 bagian penarikan kawat yang
beroprasi pada daerah aman memiliki delta factor antara dua dan tiga.operasi iniakan
menghasilkan produk tanpa cacat.operasi penarikan kawat dengan kondisi delta factor
kurang dari pada dua berpotensi menimbulkan cacat pada permukaan kawat.sedangkan
penarikan kawat yang beroprasi dengan delta factor lebih dari tiga cenderung

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


39
Modul II – Wire Drawing

menghasilkan kawat yang memiliki cacat center burst atau chevron. Cacat chevron dapat
menyebabkan kawat putus saat proses drawing putus saat drawing ditandai dengan
permukaan patahan kawat yang membentuk cup dan cone.

Gambar 2.7 kawat yang putuh saat proses wire drawing dengan bentuk patahan cup dan cone.

2.4 Batas temperatur temperatur wire drawing


Peningkatan temperatur pada penarikan kawat merupakan hal yang umum terjadi,
meskipun penarikan batang kawat biasanya dilakukan pada kondisi dingin deformasi
plastik dan gesekan akan menaikkan temperatur kawat hingga beberapa puluh derajat
celcius sebagian panas akan di lepaskan pada pendingin blok dan dies.namun,karena
panas yang diserap blok dan cetakan relatif kecil,maka kenaikan temperatur menjadi
relatif besar.selama proses deformasi,temperatur kawat tidak boleh melebihi dari 160
celcius temperatur yang terlalu tinggi dapat merubah sifat - sifat metalurgi kawat.

2.5 Batas penarikan kawat


Seperti telah disebutkan dalam sub bab yang terdahulu, regangan yang dapat
diberikan dalam proses penarikan kawat adalah terbatas.
σ

σo

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


40
Modul II – Wire Drawing

ε
Gambar 2.7 Kurva tegangan regangan material plastis ideal
Pada kurva material plastik ideal diatas, tegangan tarik ideal dinyatakan oleh luas bidang
dibawah kurva alir sebagai berikut:

τ t =τ ο . ε
Persamaan 2.7 Tegangan tarik ideal

Deformasi pada kawat yang telah ditarik terjadi bila :

τ t =τ ο

Persamaan 2.8 Deformasi kawat yang telah ditarik

Maka batas penarikan ideal adalah pada regangan= 1, atau reduksi maksimal r =
63 %. Bila gesekan dan geseran tidak diabaikan, maka batas ini akan lebih rendah,
sebagai contoh bila koefisien gesek µ = 0,05 dan ½ sudut die α = 7 o maka batas reduksi
yang dapat diberikan adalah= 0,056 (siebel).
Tegangan penarikan kawat didapatkan dari rumus:

1
τ t= τ . dε
η∫
Persamaan 2.9 Tegangan penarikan
kawat
Dimana :
- η = efisiensi deformasi

- η = besar kerja penarikan ideal/besar kerja penarikan total

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


41
Modul II – Wire Drawing

Gambar 2.8 Variasi regangan dan tegangan alir pada daerah deformasi dan kurva teg

Jadi efisiensi deformasi tergantung dari kondisi proses penarikan kawat, misalnya
geometri dan gesekan. Bila kurva tegangan alir dari suatu material dapat dianggap
memenuhi hubungan:

σ =K . ε n
Persamaan 3.0 Tegangan alir

Dimana n = koefisien pengerasan regangan maka persamaan menjadi:

1
σt= ∫ K . ε n . dε n
n
n+1
K .ε
=
( n+ 1)
Persamaan 3.1

σο.ε
σt=
η .(n+1 )

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


42
Modul II – Wire Drawing

Persamaan 3.2

Pada gambar 2.7 ditunjukkan bahwa regangan maksimum dapat dicapai bila σo=σt (batas
luluh bahan setelah ditarik), dengan demikian batas penarikan kawat adalah sebagai
berikut:

ε max =η(n+1 )

Persamaan 3.3 regangan


Karena:

ε =ln ( A ο / Ai )

Persamaan 3.4
Maka :
Aο η ( n +1)
=e
Ai
max

Persamaan 3.5

Atau karena r = 1- (Ao / Ai), maka persamaan diatas berubah menjadi:

−η ( n+1 )
r max =1−e

Persamaan 3.6 reduksi penampang makmimum

Sebagai contoh misalnya harga η = 40 % dan harga n = 0,2 maka reduksi maksimum r max
= 38 %
Dalam praktek penarikan kawat yang dilakukan, besar reduksi setiap langkah adalah 10-
20 % atau ekivalen dengan:

ε = 10-22,3 %

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


43
Modul II – Wire Drawing

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik yang pernah dialami, laju regangan, suhu,
dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang
digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik,
kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas, dan
parameter pertama adalah parameter kekuatan; sedangkan 2 yang terakhir menyatakan
keliatan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan yang umum memerlukanpenjelasan lebih lanjut.
Pada daerah elastik tegangan berbanding linier terhadap regangan. Apabila beban
melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi
plastik bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya
dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastik yang
kontinu akan bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastik, sebagai contoh
pengerasan-regang logam. Pada mulanya pengerasan regang lebih lebih besar dari yang
dibutuhkan untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan
tegangan teknik (sebanding dengan beban P) yang bertambah regangan. Akhinya dicapai
suatu titik dimana pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan
pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini
untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah
dibandingkan dengan keadaan tanpa beban.

2.6 Kekuatan tarik


Kekuatan tarik, atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength) (UTS),
adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.

P maks
S u=
Aο
Persamaan 3.7 Kekuatan tarik

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji
tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya
dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang sifat kekuatan tariknya harus
dikaitkan dengan beban maksimum, dimana logam dapat menahan beban sesumbu untuk
keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan
Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi
44
Modul II – Wire Drawing

kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni
yang biasanya ditemui. Untuk beberapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan
kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih
rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya.
Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk
menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan
metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia
untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan
dan merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut
berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang
diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan
lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan
kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.

2.7 Pengukuran batas luluh


Tegangan dimana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung
pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat
dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana
deformasi plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan
berbagai kriteria permulaan batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran
regangan dan data-data yang akan digunakan.
a. Batas elastic sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala
regangan 2 x 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan
gerakan beberapa ratus dislokasi.
b. Batas Proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional
antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan
dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.
c. Batas Elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga
suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara
pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


45
Modul II – Wire Drawing

kuliah Rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi
beban (loading-unloading) yang membosankan.
d. Kekuatan Luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah
kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini
adalah kekuatan luluh ofset ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan
perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis
ofset kurva oleh regangan tertentu.

P( ofsetregangan=0, 002 )
S o=
Aο

Persamaan 3.8 Kekuatan luluh

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh ofset adalah setelah benda uji
diberi pembebanan hingga 0,2 % kekuatan luluh ofset dan kemudian pada saat beban
ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2 %, lebih
panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan luluh ofset di Britania Raya sering
dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), dimana harga ofsetnya 0,1 % atau 0,5 %.
Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk
perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran
dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.
Beberapa bahan pada dasarnya tidak mempunyai bagian linear pada kurva
tegangan-regangannya, misal tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk bahan-bahan
demikian, metode ofset tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian praktis, kekuatan
luluh didefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan regangan total
tertentu, misalnya ε = 0,005.

2.8 Pengukuran keuletan


Sampai tahapan ini pengertian kita mengenai keliatan adalah suatu besaran
kualitatif, sifat subyektif suatu bahan. Secara umum, Pengukuran keliatan dilakukan
untuk memenuhi kepentingan tiga hal:
1. Untuk menunjukkan perpanjangan dimana suatu logam berdeformasi tanpa terjadi
patah dalam suatu proses pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi
46
Modul II – Wire Drawing

2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan


logam untuk mengalir secara plastis sebelum patah. Keliatan yang tinggi
menunjukkan bahwa bahannya adalah “mudah memberi maaf (forgiving)” dan
mempunyai kemungkinan yang besar untuk berdeformasi secara lokal tanpa patah
yang menyebabkan kesalahan pada para perancang dalam perhitungan tegangan atau
pendugaan beban yang besar.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan.
Ukuran keliatan dapat digunakan untuk memperkirakan “kualitas” bahan, walaupun
tidak ada hubungan langsung antara ukuran keliatan dengan tingkah laku dalam
pemakaian bahan.

Cara yang lazim untuk pengukuran keliatan yang diperoleh dari uji tarik adalah
regangan teknik pada saat patah ef (biasanya dinamakan perpanjangan) dan pengukuran
luas penampang pada patahan q. Kedua sifat ini didapatkan setelah terjadi patah, dengan
cara menaruh benda uji kembali dan mengukur Lf dan Af. Baik perpanjangan maupun
pengurangan luas, biasanya dinyatakan dalam persentase.

Persamaan 3.9 elongasi

Persamaan 4.0 Luar penampang

Karena cukup besar bagian deformasi plastik yang akan terkosentrasi dalam
daerah penyempitan benda uji tarik, maka harga ef akan tergantung pada panjang ukur Lo,
yakni panjang di mana pengukuran dilakukan. Makin kecil panjang ukur, maka makin
besar perannya pada perpanjangan kesekuruhan mulai dari daerah penyempitan, dan
harga ef makin besar. Oleh karena itu bila diberikan harga persentase perpanjangan,
maka panjang ukur Lo selalu disertakan.

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


47
Modul II – Wire Drawing

Pengurangan luas tidak mempengaruhi oleh kesulitan diatas. Besarnya


pengurangan luas dapat diubah menjadi perpanjangan panjang ukur nol ekivalen en.
Dari ketetapan hubungan volume untuk deformasi plastik AL = AoLo, diperoleh :

L Ao 1
= =
Lo A 1 −q

Persamaan 4.1 hubungan volume untuk deformasi plastis

A−Lo Ao 1 q
e o= = −1= −1=
Lo A 1−q 1−q

Persamaan 4.2 elongasi

Persamaan ini menyatakan perpanjangan yang mendasar pada panjang ukur yang
sangat pendek didekat patahan. Cara lain untuk menghindarkan keruwetan persentase
perpanjangan pada regangan seragam di luar titik dimana mulai terjadi penyempitan
setempat . Perpanjangan seragam eu berkaitan dengan operasi pembentukan rentang,
maka sukar untuk mendapatkan regangan pada beban maksimum, tanpa ada keraguan.
Dalam hal demikian dapat digunakan metode yang diajukan oleh Nelson dan Winlock.

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


48
Modul II – Wire Drawing

BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Tugas sebelum praktikum


1. Jelaskan secara skematis prinsip penarikan kawat, dan jelaskan bagaimana
pengukuran gaya pembentukan yang ada pada bangku penarikan kawat
2. Terangkan mengapa proses penarikan kawat dapat di anggap sebagai proses
penarikan dan penekanan, gambarkan keadaan tegangan pada daerah deformasi
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan strain hardening dan jelaskan mekanisme
penguatan
4. Gambarkan secara skematis pengaruh suhu pada proses pemanasan yang
melibatkan recovery,rekristalisasi, dan grain grow terhadap sifat logam yang telah
di cold working
5. Kabel listrik dibuat dengan wire drawing, bagaimana pengaruh daya hantar listrik
terhadap reduksi penampang kabel
6. Mengapa dalam analisis penarikan kawat hanya dapata menentukan gaya tarik
dengan ketelitian ±20%

Jawaban :
1. Menarik wire rod kawat melalui dies atau cetakan oleh gaya tarik yang bekerja
pada bagian luar dan dijepit kea rah luar dies,sedangkan adanya gaya plastks
disebabkan oleh adanya gaya tekan yang timbul sebagai reaksi logam terhadap
cetakan .

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


49
Modul II – Wire Drawing

2. Penarikan karena aliran plastis pada pembentukan disebabkan oleh gaya tekan yang
timbul sebagai reduksi dari logam terhadap cetakan
3. Yang dimaksud dengan strain hardening adalah Strain hardening (pengerasan
regangan) adalah penguatan logam untuk deformasi plastik (perubahan bentuk secara
permanen atau tidak dapat kembali seperti semula). Penguatan ini terjadi karena
dislokasi gerakan dalam struktur kristal dari material. Deformasi bahan disebabkan
oleh slip (pergeseran) pada bidang kristal tertentu. Jika gaya yang menyebabkan slip
ditentukan dengan pengandaian bahwa seluruh atom pada bidang slip kristal serempak
bergeser, maka gaya tersebut akan besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang
dinamakan dislokasi. Dengan pergerakan dislokasi pada bidang slip yang
menyebabkan deformasi dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil.
4. Gambar skematis pengaruh suhu pada proses pemanasan terhadap recovery
recrystalication dan grain grown :

5. Daya hantar listriknya tergantung pada jenis dan konsentrasi, semakin besar pengaruh
konsentrasi maka daya hantar listrik semakin besar
6. Karena umumnya dari setiap reduksi penampang saat ditarik tidak lebih dari 20%
dimana logam dapat menahan sesumbu untuk meredam yang dapat dan sangat
terbatas.

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


50
Modul II – Wire Drawing

3.2 Data hasil pengukuran dan pengolahan data


Material : Tembaga
Diamater awal : 5 mm
Panjang awal : 205 mm
3.2.1 Data perhitungan load cell
Beban Gaya Daya
Diameter Panjang
Dies penarikan penarikan penarikan
Per (mm) (mm)
(mm) (kg) (N) (W)
D0 D1 L0 L1 m F P
I 4,5 5 4,5 205 230 213,2 2091,5 20,92
II 4,2 4,5 4,4 230 243 209,4 2054,2 20,54
III 4 4,4 4,15 243 255 137,2 1167,4 11,67
IV 3,5 4,15 4,05 255   119     

Cara perhitungan :
1. Mencari Gaya Penarikan
Rumus :
F=mxg

Keterangan :
F = Gaya penarikan (N)
m = Beban penarikan (kg)
g = Percepatan gravitasi (m/s) = 9,81 m/s

Percobaan ke I Percobaan ke II
F = 213,2 x 9,81 = 2091,5 N F = 209,4 x 9,81 = 2054,2 N

Percobaan ke III Percobaan ke IV


F = 137,2 x 9,81 = 1345,97 N F = 119 x 9,81 = 1167,39 N

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


51
Modul II – Wire Drawing

2. Mencari Daya penarikan


Rumus :
P=Fxv

Keterangan :
P = Daya penarikan (W)
F = Gaya penarikan (N)
v = Kecepatan penarikan (m/s) , dimana v = 0,01 m/s

Percobaan ke I Percobaan ke II
P = 2091,5 x 0,01 = 20,92 P = 2054,2 x 0,01 = 20,54

Percobaan ke III Percobaan ke IV


P = 1345,97 x 0,01 = 13,46 P = 1167,39 x 0,01
3.2.2 Perhitungan percobaan
Luas Reduksi Rega Tegangan
Diameter Panjang Daya
Dies Peanmpang ( Penamp ngan penarikan ∆x
(mm) (mm) penarikan
(mm) mm2 ) ang (%) (Mpa)
Do Di Lo Li Ao Ai r ɛ σ P
4,5 5 4,5 205 230 19,6 15,9 0,23 21 117,59 217,5 1,17
4,2 4,5 4,4 230 243 15,9 15,2 0,05 5 7,98 236,5 0,08
4 4,4 4,15 243 255 15,2 13,5 0,12 12 23,69 249 0,24
3,5 4,15 4,05 255 267 13,5 12,9 0,046 4,5 22,94 261 0,23

Cara perhitungan :
1. Mencari luas penampang
Rumus :
A = ¼ x π x D2

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


52
Modul II – Wire Drawing

Dimana Dimana D merupakan diameter


a. Mencari Luas penampang awal (Ao)
Percobaan ke I Percobaan ke II
Ao = ¼ x π x 52 = 19,6 mm2 Ao = ¼ x π x 4,52 = 15,9 mm2

Percobaan ke III Percobaan ke IV


Ao = ¼ x π x 4,42 = 15,2 mm2 Ao = ¼ x π x 4,152 = 13,5 mm2

b. Mencari Luas penampang akhir (Ai)


Percobaan ke I Percobaan ke II
Ai = ¼ x π x 4,52 = 15,9 mm2 Ai = ¼ x π x 4,42 = 15,9 mm2

Percobaan ke III Percobaan ke IV


Ai = ¼ x π x 4,152 = 13,5 mm2 Ai = ¼ x π x 4,052 = 12,9 mm2

2. Mencari reduksi penampang


Rumus :
Ao− Ai
r=
Ai
Dimana :
r = Reduksi penampang
Ao = Luas penampang awal (mm)
Ai = Luas penampang akhir (mm)

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


53
Modul II – Wire Drawing

Percobaan ke I Percobaan ke II
19 , 6−15 ,9 15 , 9−15,2
r= =0 , 23 r= =0 , 05
15 , 9 15 , 2

Percobaan ke III Percobaan ke IV


15 , 2−13,5 13 , 5−12,9
r= =0 ,12 r= =0 ,046
13 ,5 12 , 9

3. Mencari regangan
Rumus :
Ao
ε =¿
Ai
Dimana :
ε = Regangan (%)
In = Lon
Ao = Luas penampang awal (mm2)
Ai = Luas penampang akhir (mm2)

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


54
Modul II – Wire Drawing

Percobaan ke I Percobaan ke II
19 , 6 15 , 9
ε =¿ =21% ε =¿ =5 %
15 , 9 15 ,2

Percobaan ke III Percobaan ke IV


15 ,2 13 , 5
ε =¿ =12 % ε =¿ =4 , 5 %
13 , 5 12 , 9

4. Mencari tegangan penarikan


Rumus :
2. B

σx= σ̌
B [ ][ [ ]]
1+ B
1−
Do
Di ]
Diketahui :
- Semi Con Angle (α) : 7°
- Koefisien gesek (µ) : 0,05
- Koefisien pengeseran regangan(K) : 320 MPa, η : 0,54
- Kecepatan penarikan (v) : 0,01 m/s

a. Mencari dahulu nilai B


Rumus :
B = µ cot α
B = 0,05 cot 7° = 4,1
b. Mencari nilai σ̌ pada setiap percobaan
Rumus :
K .εn
σ̌ =
1+1

Percobaan ke I Percobaan ke II
K . ε n 320. 0 ,210 ,54 K . ε n 320. 0 , 050 ,54
σ̌ = = =68 , 88 MPa σ̌ = = =31 ,73 MPa
1+1 1+1 1+1 1+1
Percobaan ke III Percobaan ke IV
K . ε n 320. 0 ,120 , 54 K . ε n 320. 0 , 0460 ,54
σ̌ = = =50 , 92 MPa σ̌ = = =30 , 34 MPa
1+1 1+1 1+1 1+1

c. Mencari tegangan penarikan


Percobaan I

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


55
Modul II – Wire Drawing

2.4 ,1

σx=−68 ,88
1+4 ,1
4,1[ ][ [ [ ]]
1−
5
4,5 ]
=117 , 59 MPa

Percobaan II
2.4,1

σx=−31 , 73
1+ 4 , 1
[
4 ,1 ] [ [ ]]
1−
4,5
4,4 ] =7 , 98 MPa

Percobaan III
2.4, 1

σx=−50 , 92
1+ 4 ,1
4,1[ ] [[ [ ]]
1−
4 ,4
4 , 15 ] =23 , 69 MPa

Percobaan IV
2.4,1

σx=−30 ,34
1+ 4 , 1
4 ,1[ ] [ [ ]]
1−
4 ,15
4 ,05 ] =22 ,94 MPa

5. Mencari ∆ x
Rumus :
Li+ Lo
∆ x=
2

Percobaan ke I Percobaan ke II
230+205 243+230
∆ x= =217 ,5 ∆ x= =236 ,5
2 2

Percobaan ke III Percobaan ke IV


255+243 267+255
∆ x= =249 ∆ x= =261
2 2

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


56
Modul II – Wire Drawing

6. Mencari Daya Penarikan


Rumus :
P=Fxv

Percobaan ke I Percobaan ke II
P = 117,59 x 0,01 = 1,17 W P = 7,98 x 0,01 = 0,08 W

Percobaan ke III Percobaan ke IV


P = 23,69 x 0,01 = 0,24 W P = 22,94 x 0,01 = 0,23 W

3.3 Tugas setelah Praktikum


1. Isilah table perhitungan load cell dan table perhitungan percobaan pada table
perhitungan percobaan terdapat data data referensi sebagai berikut :
 Koefisien pengerasan regangan : 320 mpa ; n = 0,54
 Semi con angle = 7°
 Koefisien = 0,05
 Kecepatan penarikan = 0,05 m/s
2. Berikan analisis kenapa gaya penarikan hasil pengukuran load cell dan hasil
pengukuran berbeda ? Tentukan dari kedua gaya penarikan mana yang dianggap
sebenarnya
3. Gambarkan skematis bentuk struktur mikro sebelum dan sesudah melewati dies
4. Buatlah grafik tegangan penarikan, regangan, dan grafik gaya penarikan terhadap
reduksi
5. Berikan analisis terhadap kesalahan kesalahan perhitungan pengamatan dan
pengukuran dalam praktikum wire drawing

Jawaban :
1. Jawaban nomor 1 sudah ada di 3.2 Data hasil pengukuran dan pengolahan data.
2. Gaya penarikan dari hasil load cell dan hasil pengukuran berbeda hal tersebut
dikarenakan hasil dari perhitungan dipengaruhi oleh luas penampang dan tegangan
yang terjadi di batang kawat specimen, gaya penarikan sebenarnya yang hasil
pengukuran karena aspek pendukung untuk perhitungan ada.

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


57
Modul II – Wire Drawing

3. Gambar struktur mikro sebelum dan sesudah memasuki dies :

A B
Keterangan :
A: Struktur sebelum dilakukan cold working
B: Struktur setelah dilakukan cold working
4. Grafik :
a. Tegangan Vs Regangan

2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 0.22 0.24 0.26 0.28

b. Gaya penarikan vs reduksi penampang


500
450
Gaya penarikan (f)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


58
Modul II – Wire Drawing

5. Kesalahan kesalahan perhitungan . pengamatan dan praktikum yakni tidak diukurnya


temperature ruangan , tekanan atmosphere, dan terjadinya necking pada specimen
yang diakibatkan kesalahan pada saat penggerindaan untuk membuat batang kawat
menjadi pas dengan dies.

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


59
Modul II – Wire Drawing

BAB IV
ANALISA DAN SARAN

4.1 Analisa
Hasil yang didapat dari perhitungan dengan menggunakan load cell dan
perhitungan dengan data yang didapat setelah praktek berbeda yang diakibatkan oleh
beberapa aspek pengukuran tidak diukur, terjadinya patahan yang disebabkan necking,
hal tersebut dikarenakan pada saat proses gerinda untuk membuat diameter kawat
seukuran menjadi pas dengan dies terjadi kesalahan, sehingga terjadinya necking yang
berakibat specimen uji patah pada dies 3,5mm.

4.2 Diskusi
Dari hasil diskusi, diketahui bahwa pada saat pengerjaan dengan proses wire
drawing terjadi kesalahan, yang salah dimana specimen uji patah. Hal tersebut
dikarenakan pada saat proses pengecilan batang uji terjadi necking yang mengakibatkan
luas penampang batang ujitidak rata, sehingga resiko terjadinya patah sangat mungkin
terjadi.

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


60
Modul II – Wire Drawing

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.3 Kesimpulan
Pada proses wire drawing ketelitian dan kehati hatian terutama pada saat
pembuatan kepala pada batang pada batang uji harus benar hati-hati agar tidak terjadi
necking yang bisa menyebabkan kemungkinan terjadinya patahan akan sangat pasti.
Perbedaan hasil antara hasil load cell dengan praktek erbeda hal ini bisa karena adanya
beberapa data pendukung yang tidak masuk kedalam perhitungan.

4.4 Saran
Untuk proses wire drawing diusahakan pada saat pengerjaan dengan proses
menggerinda untuk pengecilan diameter specimen uji harus hati-hati agar tidak terjadi
necking yang dapat menyebabkan patah specimen.

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


61
Modul II – Wire Drawing

DAFTAR PUSTAKA
1. Blackofen, W.A, Deformasi Processing, Addison-Wesley, Massachussets, 1972.
2. Dieter, G.E, Mechanical Metalurgy, second edition, New York, 1986.
3. Johnson, W & Melor, P.B, Engineering Plasticity, John Wiley & sons, New York,
1983.
4. Siswosuarno, Mardjono, Teknik Pembentukan Logam, Jilid 1, Jurusan Mesin, FTI,
Institut Teknologi Bandung, 1985.
5. Widyanto, Bambang, Pembuatan Bangku Penarikan Kawat dan Penelitian Proses
Penarikan Kawat, Tugas Sarjana, 1980.

LAMPIRAN
Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi
62
Modul II – Wire Drawing

Gambar Mesin Wire Drawing

Gambar Dies

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


63
Modul II – Wire Drawing

Gambar Mesin Gerinda

Gambar Jangka Sorong

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


64
Modul II – Wire Drawing

Gambar Kunci L

Gambar Dial Indikator

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


65
Modul II – Wire Drawing

Gambar pelumas

Gambar benda kerja

Laporan Akhir Praktikum Teknik Produksi


66

Anda mungkin juga menyukai