Klasifikasi M
Klasifikasi M
Yaitu sistem klasifikasi yang berdasarkan persamaan ciri struktur tubuh eksternal (morfologi)
dan struktur tubuh internal (anatomi), sehingga terbentuk kelompok seperti yang dikehendaki
alam. Penganut sistem ini adalah Carolus Linnaeus.
Yaitu sistem yang mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri yang
ditetapkan oleh peneliti sendiri, misalnya, ukuran, bentuk, dan habitat makhluk hidup.
Penganut sistem ini, di antaranya, Aristoteles dan Theophratus (370 SM). Aristoteles
membagi makhluk hidup menjadi dua golongan, yaitu hewan dan tumbuhan. Selanjutnya,
hewan dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan persamaan ciri habitat, misalnya,
habitat air, darat, dan udara.
Klasifikasi yang didasarkan pada filogenik telah mengalami berbagai perkembangan karena
adanya penemuan-penemuan baru yang sesuai dengan peradaban manusia. Mulanya pada
abad ke-19 sampai 20 masih menggunakan sistem dua kingdom, yaitu dunia tumbuhan
(Plantarum) dan dunia hewan (Animalia), tetapi pada kenyataannya untuk organisme tingkat
rendah seperti Amoeba, Paramecium, dan Hydra sangat sulit ditentukan, termasuk dunia
tumbuhan ataukah dunia hewan.
Oleh karena itu, para ahli mengemukakan berbagai sistem klasifikasi sebagai berikut.
Penemu sistem ini adalah ilmuwan yang bernama Aristoteles (Yunani). Pengelompokan
makhluk hidup tersebut adalah sebagai berikut.
Penemu sistem kingdom ini adalah Ernest Haekel (Jerman) tahun 1866, pengelompokan
makhluk hidup tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kingdom Monera, memiliki ciri-ciri tubuh tersusun atas satu atau banyak sel, inti
selnya tanpa selubung (prokariotik), contohnya adalah bakteri dan ganggang biru.
2. Kingdom Plantae, yang temasuk dalam kingdom ini adalah alga, jamur, lumut, paku,
dan tumbuhan berbiji.
3. Kingdom Animalia, yang termasuk dalam kingdom ini adalah dari golongan Protozoa
sampai golongan Chordata.
sistem ini merupakan penyempurnaan dari sistem empat kingdom oleh Whittaker pada tahun
1969 dengan menggunakan dasar tingkatan organisme, susunan sel, dan faktor nutrisinya.
Klasifikasi ini dianut oleh banyak ilmuwan sampai sekarang. Adapun sistem klasifikasi lima
kingdom ini adalah sebagai berikut.
1. Kingdom Monera, meliputi semua makhluk hidup atau organisme yang prokariotik,
bersel satu, dan mikroskopis. Contohnya, semua bakteri dan ganggang hijau biru
(Cyanobakteri), misalnya Escherichia coli, Anabaena sp., dan Nostoc sp.
2. Kingdom Protista, sebagian besar terdiri atas organisme yang bersel satu, eukariotik,
umumnya sudah memiliki ciri-ciri seperti tumbuhan dan hewan. Contohnya: Euglena,
Paramecium, dan Amoeba.
3. Kingdom Fungi, memiliki ciri-ciri eukariotik, tidak berklorofil sehingga tidak
berfotosintesis. Contohnya: Mucor, Saccharomyces, Pleurotus (jamur tiram),
Agaricus, dan lain-lain.
4. Kingdom Plantae, terdiri atas semua organisme eukariotik, bersel banyak, berdinding
sel yang mengandung selulosa, berklorofil, berfotosintesis, autotrof. Kerajaan
tumbuhan dibagi menjadi tumbuhan berspora (lumut, paku) dan berbiji. Contohnya:
padi, mawar, lumut hati, dan paku ekor kuda.
5. Kingdom Animalia: memiliki ciri-ciri eukariotik, bersel banyak, tidak berklorofil
sehingga tidak berfotosintesis, tidak berdinding sel, heterotrof. Contohnya: burung,
gajah, ular, ayam, dan sebagainya.
Sistem ini menganut bahwa virus dimasukkan dalam kingdom tersendiri, oleh karena itu
tingkatan klasifikasi ada enam kingdom, yaitu Virus, Protista, Monera, Fungi, Plantae, dan
Animalia.
Seiring dengan perkembangan ilmu biologi yang bertambah maju, maka metode klasifikasi
makhluk hidup dipelajari tersendiri dalam cabang ilmu taksonomi. Dasar yang digunakan
dalam klasifikasi makhluk hidup yang lebih modern adalah klasifikasi sistem filogenik..
Ada beberapa macam cara untuk mengidentifikasi makhluk hidup, diantaranya melalui
pengamatan ciri-ciri, struktur tubuh, morfologi, anatomi, dan sebagainya.
Cara yang lebih umum digunakan adalah dengan kunci determinasi atau kunci dikotomis.
Kunci determinasi adalah daftar yang memuat sejumlah keterangan dari suatu makhluk hidup
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan kelompok makhluk hidup
berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya.
Kunci dikotomi merupakan kunci determinasi sederhana yang sering digunakan dalam
klasifikasi makhluk hidup. Dalam kunci dikotomi tersebut terdapat daftar yang tersusun
secara berpasangan yang menunjukkan ciri yang berlawanan.
Contoh :
2. Pengelompokan
Yaitu mengelompokan makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri yang serupa atau tidak serupa.
Ciri-ciri makhluk hidup yang serupa akan dikelompokkan dalam suatu takson yang kemudian
diurutkan dari tingkat tinggi sampai pada tingkat rendah. Makin rendah tingkatan takson,
makin sedikit anggotanya, tetapi persamaan ciri-ciri yang dimiliki, dan hubungan
kekerabatannya semakin dekat.
Takson diatas merupakan takson utama yang umumnya digunakan. Namun kadang dalam
pengelompokkan seringkali terdapat takson perantara. Bila diatas takson utama ditambahkan
Super- , sedangkan dibawah takson utama ditambah sub- .
Contoh :
Antara takson Filum dengan Chlassis ada yang mengelompokkan dalam takson Subfilum dan
superchlassis. Takson dibawah species, sesuai dengan organismenya. Misal : manusia (ras),
hewan (strain), tumbuhan (varietas).
Contoh :
Nama yang diberikan kepada kelompok individu hewan atau tumbuhan sering berbeda
meskipun individu yang dimaksud sama. Setiap daerah memberi nama yang berlainan,
misalnya, nama Latin tanaman terung adalah Solanum acubatissimum.
Nama yang diberikan penduduk bermacam-macam. Ada yang menyebutnya terung perat,
terung kapal, terung piat (semang), dan terung tenang. Mungkin di negara lain terung tersebut
mempunyai nama lain lagi. Begitu pula buah mangga. Ada yang menyebutnya buah pelem
dan ada yang menyebutnya buah pauh. Nama yang bermacam-macam untuk kelompok
individu yang sama tersebut jelas membingungkan.
Untuk mengatasi pemberian nama yang bermacam-macam, Carolus Linnaeus, seorang ahli
biologi berkebangsaan Swedia, dalam bukunya Species Plantarum (1753) dan Systema
Nature (1758), mengemukakan aturan atau pedoman penamaan bagi kelompok individu.
Carolus Linnaeus yang memiliki nama asli Carl von Linne dikenal sebagai Bapak
Taksonomi Modern. Sistem pemberian nama makhluk hidup yang digunakan Linnaeus
disebut Sistem Binomial Nomenklatur dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Latin.
Dengan demikian, untuk suatu macam makhluk hidup hanya digunakan satu nama bagi
seluruh dunia ilmu pengetahuan. Dengan adanya kesatuan nama ini, orang tidak akan keliru
dengan makhluk hidup yang dimaksud meskipun di tiap negara atau daerah memiliki nama
sendiri, sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Sistem binomial nomenklatur ini
merupakan sistem pemberian nama hewan atau tumbuhan secara sah dan benar berdasar kode
internasional.
Pemberian nama ini diatur dengan Kode Internasional Tata Nama Hewan dan Tumbuhan
dengan menggunakan sistem tata nama dua kata (binomial nomenklatur) dengan aturan-
aturan sebagai berikut.
Nama Jenis terdiri dari dua kata, kata pertama menunjukkan tingkatan marga (genus) yang
diawali dengan huruf besar dan kata kedua menunjukkan tingkatan jenis (spesies) yang
diawali dengan huruf kecil.
Jika ditulis dengan huruf tegak, dua kata tersebut harus Digaris bawahi secara terpisah, tetapi
jika tidak digarisbawahi, dua kata tersebut harus dicetak miring.
Jika memiliki subspesies, nama tersebut ditambahkan pada kata ketiga dengan tanda
sambung. Jadi, pada subspesies terdiri atas tiga kata. Sistem penamaan yang terdiri atas tiga
suku kata disebut Trinomial, contohnya, Passer domesticus-domesticus (burung gereja) dan
Felis maniculata-domesticus (kucing jinak). Kadang kata ketiga menunjukkan nama penemu.
Untuk kelompok yang tingkatan klasifikasinya lebih tinggi lagi, aturan penamaannya adalah
sebagai berikut.
a. Pada hewan
Nama famili berasal dari nama genus ditambah idae. ( genus + idae )
b. Pada tumbuhan
Home
Biologi
Taksonomi
Apa Pengertian binomial Nomenklatur
Nama binomial atau nama ilmiah mengidentifikasi organisme melalui genus dan spesies,
untuk memastikan bahwa semua orang mengerti organisme mana yang sedang dibahas.
Binomial Nomenklatur cocok cocok digunakan dalam taksonomi untuk skala besar, ilmu
pengelompokkan organisme hidup telah menugaskan kepada mereka untuk memahami sifat
hubungan dan perbedaan antara mereka. Nama ilmiah dari suatu organisme dapat dianggap
nama definitif, dengan nama ilmiah yang dipahami oleh para ilmuwan di seluruh dunia.
Anda juga dapat mendengar nama-nama ilmiah yang disebut sebagai “nama Latin,” dalam
referensi ke banyaknya penggunaan Latin dalam taksonomi. Namun, juga hal yang biasa jiga
melihat nama Latin, biasanya menghormati orang yang menemukan organisasi, atau daerah
di mana ia ditemukan, misalnya, Branta canadensis adalah Goose Kanada. Bahasa Yunani
juga digunakan dalam nama ilmiah, sering campur aduk dengan bahasa Latin karena
pengaruh beberapa sarjana tempo dulu.
Sistem tata nama binomial dikembangkan oleh Carolus Linnaeus, seorang ilmuwan abad ke-
18 yang berusaha untuk menyusun alam dengan sistem taksonomi. Berbagai sistem
taksonomi telah digunakan sebelum titik ini, tapi Linnaeus membangun secara fleksibel,
mudah untuk menggunakan sistem juga mengcakup dengan cepat. Taksonomi sebenarnya
sebagian besar masih dilakukan dengan disiplin sampai abad ke-19, ketika orang mulai
menetapkan kode dan organisasi untuk mengawasi bidang taksonomi. Ketika organisme baru
ditemukan, mereka melaporkan organisasi ini untuk memastikan bahwa penemuan ini, pada
kenyataannya adalah baru, yang memungkinkan nama baru yang akan dihasilkan.
Hal ini dapat membantu untuk mengetahui tentang beberapa konvensi yang digunakan dalam
hal binomial nomenklatur. Sebagai contoh, nama ilmiah selalu diberikan dengan genus yang
dikapitalisasi, huruf miring, seperti ini: Genus spesies. Dalam jurnal ilmiah, penghargaan
diberikan kepada orang yang menemukan organisme dalam tanda kurung setelah daftar
pertama dari nama ilmiah, seperti ini: Contoh hewan (Jones, 1997). Ketika nama umum dari
suatu organisme diberikan, nama ilmiah berikut dalam tanda kurung, seperti dalam contoh
ini: “The Common Wombat (Vombatus ursinus) tinggal di Australia.”
Nama genus selalu disebutkan, kecuali jika Anda menyebutkan nama ilmiah suatu organisme
lebih dari sekali dalam dokumen tertulis atau penulisan ilmiah, dalam hal ini Anda dapat
mengubahnya menjadi sebuah awal, seperti ini: “Makhluk biologis dari Atlantik yaitu cumi-
cumi raksasa Architeuthis dux belum sepenuhnya dipahami, tetapi para ilmuwan berharap
bahwa penelitian lebih lanjut dari A. dux dan sepupunya, cumi-cumi raksasa Selatan (A.
sanctipauli) akan menghasilkan informasi lebih lanjut tentang makhluk-makhluk yang
menarik”. Penggunaan nama yang umum seperti” E. coli ” lebih disukai oleh konvensi
binomial nomenklatur, yang para ilmuwan sepakat mengacu pada Escherichia coli yang
ditulis dalam tiap diskusi bakteri yang menarik ini.
binomial Nomenklatur
Dalam zoologi, taksonomi diawasi oleh International Commision Zoological Nomenclature
(ICZN), yang setara dengan botani, bakteri, dan virus. Kelompok-kelompok ini semuanya
menerapkan aturan khusus dan kode untuk nama-nama ilmiah yang mereka awasi,
memastikan keseragaman dalam bidang mereka. Taksonomi juga tidak berarti harga mati,
organisme dapat bergerak di antara genera, misalnya, sebagai informasi lebih lanjut
dikumpulkan tentang mereka.