Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 10, No.

1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F19

Pra Desain Pabrik Dimetil Eter (DME) dari Gas


Alam Menggunakan Metode Indirect Process
Luthfi Kurina ’Arifushidqi, Ibrohim Muhammad, Yeni Rahmawati dan Siti Nurkhamidah
Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail: rifqah-18des@chem-eng.its.ac.id

Abstrak—Tingginya kebutuhan energi dan pentingnya kedepannya. Berikut adalah data produksi LPG di Indonesia
pengembangan bahan bakar alternatif menjadi latar belakang pada tahun 2014 hingga 2019 disajikan pada Gambar 1.
utama pendirian industri DME ini. Didukung dengan Dapat dilihat dari Gambar 1 bahwa pada 5 tahun terakhir
ketersediaan bahan baku gas alam di Indonesia yang cukup
terlihat bahwa hasil produksi kilang LPG mengalami
untuk memproduksi DME sebagai bahan bakar alternatif.
Dengan kondisi demikian maka industri DME di Indonesia penurunan sedangkan jumlah konsumsinya terus meningkat.
memiliki prospek positif kedepannya. Bahan baku utama dalam Hal ini menyebabkan terjadinya defisit yang sehingga harus
proses pembuatan DME yaitu gas alam yang memiliki dilakukannya impor untuk memenuhi kebutuhan dalam
komposisi sebesar 80,27% hidrokarbon, 19,39% CO2, dan negeri. Untuk data permintaan dan penawaran disajikan pada
sisanya N2. Adapun bahan baku tambahan berupa steam, Gambar 2.
oksigen, dan recycle CO2 yang merupakan byproduct dari tiap
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa permintaan LPG di
proses. Kapasitas produksi DME direncanakan sebesar 210.000
ton/tahun. Perencanaan ini berdasarkan rencana pemerintah, Indonesia semakin meningkat. Penambahan volume ini
jumlah produksi, konsumsi, ekspor, dan impor LPG yang didorong oleh jumlah penduduk yang meningkat, ekonomi
diproyeksikan pada tahun 2024. Dalam pemenuhan kapasitas yang tumbuh terutama ekonomi mikro, serta kesadaran
tahunan, pabrik akan beroperasi kontinyu 24 jam per hari masyarakat masyarakat untuk menggunakan energi bersih
selama 330 hari. Untuk memproduksi DME tersebut diperlukan dan ramah lingkungan (bila dibandingkan dengan minyak
bahan baku gas alam sebesar 746.111 ton/tahun. Proses
tanah ataupun kayu bakar). Badan Usaha yang melakukan
pembuatan DME menggunakan indirect process dapat
diuraikan menjadi beberapa tahapan proses, yaitu proses impor dan ekspor LPG hanya PT Pertamina (Persero).
primary reforming, secondary reforming, methanol synthesis, Digambarkan pada Gambar 1, Kementerian ESDM tahun
methanol purification, DME synthesis, dan DME purification. 2017 mencatat kegiatan produksi, konsumsi, ekspor dan
Dari perhitungan analisa ekonomi, dengan harga jual DME impor terhadap LPG setiap tahun mengalami peningkatan.
sebesar $550 per ton. Adapun diperoleh Internal Rate Return Hal ini dikarenakan adanya program pengalihan Minyak
(IRR) sebesar 17,10%. Dengan IRR tersebut mengindikasikan
Tanah ke LPG yang telah berlangsung sejak tahun 2007,
bahwa pabrik layak untuk didirikan dengan suku bunga 9,75%
dan waktu pengembalian modal (pay out period) selama 5,9 dimana semakin banyak masyarakat terutama sektor rumah
tahun. Perhitungan analisa ekonomi didasarkan pada tangga yang beralih menggunakan LPG.
discounted cash flow. Modal untuk pendirian pabrik Tingginya kebutuhan LPG dalam negeri mendorong
menggunakan rasio 30% modal sendiri dan 70% modal perlunya bahan bakar alternatif yang bertujuan untuk
pinjaman. Modal total yang dibutuhkan untuk mendirikan mensubtitusi LPG. Dimetil eter (DME) adalah suatu senyawa
pabrik adalah sebesar Rp1.734.605.045.072. Sedangkan Break
organik dengan rumus kimia CH3OCH3 yang dapat
Event Point (BEP) yang diperoleh adalah sebesar 42,39%.
dihasilkan dari berbagai sumber bahan baku seperti gas bumi,
Kata Kunci—DME, Gas Alam, Indirect Process, LPG. batubara, serta biomassa. DME mempunyai angka cetan yang
tinggi dan mempunyai karakteristik menyerupai LPG.
Penggunaan DME sebagai sebagai bahan alternatif pengganti
I. PENDAHULUAN LPG diharapkan mampu menekan jumlah impor LPG yang

S EJAK Indonesia menjalankan program konversi minyak


tanah ke LPG pada tahun 2007, konsumsi LPG dalam
negeri melonjak drastis. Kebutuhan LPG untuk program
tiap tahunnya mengalami peningkatan guna memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
DME adalah suatu senyawa organik dengan rumus kimia
tersebut terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun CH3OCH3 yang dapat dihasilkan dari pengolahan gas bumi,
hingga pada tahun 2017 menjadi sebesar 5.461.934 Mton. hasil olahan dan hidrokarbon lain. DME dapat digunakan
Selisih antara jumlah produksi dan kebutuhan dipenuhi dari sebagai bahan bakar, yang mana dapat dimanfaatkan secara
impor, yang jumlahnya setiap tahun terus meningkat seiring langsung ataupun sebagai campuran. DME memiliki sifat
berjalannya program konversi minyak tanah ke LPG. yang hampir sama dengan LPG, yaitu berwujud gas pada
Tentunya dengan adanya impor ini mengakibatkan beban kondisi ruang dan mempunyai titik didih yang berdekatan
anggaran Pemerintah semakin besar dan dapat menimbulkan dengan LPG. Bahan baku DME dapat berupa synthesis gas
ketergantungan dari pihak luar. Tingginya kebutuhan energi (one step process) atau methanol (two step process).
dan pentingnya pengembangan bahan bakar alternatif Mengingat kebutuhan energi nasional yang semakin tinggi,
menjadi latar belakang utama pendirian industri DME ini. maka diperlukan energi baru yang mana dapat mensubstitusi
Didukung dengan ketersediaan bahan baku gas alam di energi yang telah ada. Potensi ketersediaan gas alam di
Indonesia yang cukup untuk memproduksi DME sebagai Indonesia yang melimpah juga menjadi latar belakang utama
bahan bakar alternatif. Dengan kondisi demikian maka didirikannya Pabrik DME dari Gas Alam ini [1]. Menurut
industri DME di Indonesia memiliki prospek positif Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 10, No. 1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F20

Gambar 1. Data produksi LPG di Indonesia pada tahun 2015-2019.

18000000
16000000
14000000
12000000
10000000
Ton

8000000
6000000
4000000
2000000
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Produksi (ton) Konsumsi (ton) Impor (ton)

Gambar 2. Grafik supply demand LPG di Indonesia.

subtitusi LPG dengan DME sebanyak 20% akan mengurangi penjelesan mengenai proses langsung dan tidak langsung
beban impor LPG sebesar 36%. Penelitian lain membuktikan dalam pembuatan dimetil eter dari gas alam [4].
bahwa DME menghasilkan emisi NOx, SOx, CO, dan
A. Proses Tidak Langsung
partikulat yang lebih rendah serta efisiensi pembakaran lebih
tinggi dibandingkan bahan bakar lainnya. DME dapat Proses pembentukan DME secara tidak langsung terbagi
digunakan sebagai bahan bakar karena memiliki angka cetane dalam tiga tahap. Tahap pertama pembentukan syngas dari
yang tinggi, sehingga memiliki sifat pembakaran seperti metana. Dilanjutkan tahap kedua adalah sintesa metanol dari
bahan bakar lainnya. Pemanfaatan DME sebagai substitusi syngas. Tahap ketiga adalah sintesa DME dari dehidrasi
LPG dengan blending (campuran) diperkirakan tidak akan metanol dengan katalis asam sulfat atau alumina. Berikut
merubah spesifikasi tabung LPG, selain menggantikan karet merupakan reaksi-reaksi utama yang terjadi untuk proses
penyekat (seal) dengan bahan yang cocok terhadap DME. tidak langsung:
Campuran 20% DME pada LPG tidak memerlukan Pembentukan syngas:
perubahan apapun pada tabung dan perlengkapan LPG CH4 + H2 O ↔ 3H2 + CO ∆H°298 = 198 kJ/mol.....(1)
lainnya [2].
Pembentukan Metanol
Secara garis besar, DME dapat diproduksi melalui dua
tahap. Pertama, hidrokarbon dari gas alam dikonversi CO + 2H2 → CH3 OH ∆H°298 = -90,7 kJ/mol..(2)
menjadi syngas (CO, CO2, dan H2O). Syngas diproses lebih
lanjut menjadi DME baik melalui sintesa methanol kemudian CO2 + 3H2 → CH3 OH + H2 O ∆H°298 = -49,3 kJ/mol..(3)
dimurnikan terlebih dahulu, yang biasa disebut proses tidak
Dehidrasi Metanol:
langsung (indirect process), atau secara langsung dalam satu
tahap sekaligus yang disebut direct process. Dalam teknologi 2CH3 OH → CH3 OCH3 + H2 O ∆H°298 = -11,7 kJ/mol..(4)
proses sintesa DME yang paling berperan adalah katalis.
Katalis yang tersedia sekarang adalah katalis yang dirancang
spesifik, bukan katalis yang general [3]. Berikut adalah
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 10, No. 1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F21

Tabel 1.
Spesifikasi DME menurut SNI 9219:2017
No. Karakteristik Satuan Batasan syarat mutu
Mini-mal Maks-imal
1. Spesific Gravitity 60/60°F Dilaporkan
2. Tekanan Uap @100°F Psig 145
3. Residue on evaporation of 100 ml mL 0,05
4. Korosi bilah tembaga 1 jam @100°F No.1
5. Total Sulfur mg/kg 140
6. Kandungan Air %massa 0,03
7. Komposisi
CH3OCH3 %vol 99,5
CH3OH %vol 0,4
Lainnya %vol 0,1
a)
8. Etil atau butil Merkaptan mg/l 11,38

Gambar 3. Skema Proses Pembentukan DME dari Gas Alam.

Proses secara tidak langsung terjadi dalam 2 tahap Dalam proses secara langsung, sintesa DME
pembentukan, sehingga dibutuhkan dua reaktor. Reaksi yang membutuhkan sistem dual katalis yang berguna sebagai
terjadi pada proses ini dilakukan pada fasa gas dengan katalis katalis sintesa methanol dan katalis dehidrasi methanol
padat nikel dan γ-alumina. Katalis ini dapat memberikan dimana katalis diletakkan pada single unit dan biasanya
konversi yang tinggi. Peningkatan temperatur yang cepat menggunakan slurry reactor. Proses ini dikembangkan
akan menurunkan aktivitas katalis sehingga suhu dalam dengan sangat pesat dan mayoritas yang sudah didirikan
reaktor perlu dijaga secara cermat. Steam ditambahkan ke adalah skala pilot plant. Dalam Tabel 1 ditampilkan
metanol untuk menghindari pengendapan karbon pada spesifikasi DME sesuai dengan SNI 8219:2017 sebagai acuan
permukaan katalis agar umur katalis dapat bertahan lama. standart produk DME [5].
Kondisi operasi reaksi pada suhu 250 – 400°C dan tekanan
20 bar. Kemurnian yang dapat dicapai 99,99%. Jenis reaktor
II. URAIAN PROSES
yang dipakai untuk proses tidak langsung ini adalah reaktor
fixed bed catalytic dehydration. Sistem yang dipakai dalam Setelah menggunakan aplikasi Expert Choice untuk
teknologi proses ini relatif sederhana dan sudah dipakai menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
sangat luas. Alasan lainnya yaitu dalam penggunaan sistem untuk pembobotan, dipilih proses secara tidak langsung saat
ini termasuk jenis low capital investment[1]. pembuatan DME ini. Seperti yang telah disebutkan diatas
diketahui bahwa proses pembuatan DME dari gas alam
B. Proses Langsung melalui proses tidak langsung terbagi menjadi tiga proses,
Proses ini melalui 3 tahap utama, yaitu preparasi syngas yaitu proses reforming gas alam menjadi syngas, kemudian
(autothermal reformer), sintesa DME pada slurry reactor, syngas menjadi methanol (sintesa methanol) dan kemudian
dan pemurnian DME pada kolom distilasi. Reaksi sintesa methanol menjadi dimethyl eter. Secara garis besar proses
DME tersebut adalah gabungan dari reaksi sintesa DME pembentukan DME ditunjukkan pada Gambar 3.
secara tidak langsung. Proses ini hanya dibutuhkan satu buah Di bawah ini akan dijelaskan mengenai tahapan proses
reaktor saja, yang mana dapat langsung mengonversi syngas pembuatan dimetil eter dari gas alam dengan proses tidak
menjadi DME. langsung (indirect process) menggunakan licensor Lurgi.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 10, No. 1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F22

A. Tahap Reforming pembentukan steam dari aliran boiler feed water (BFW) [6–
Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan syngas 9]. Di sini juga terjadi penambahan oksigen dari Air
sebagai bahan baku yang digunakan dalam reaksi sintesa Separation Plant, kemudian aliran oksigen dipanaskan
methanol, yang didapat melalui suatu reaksi katalitik dengan steam dalam Oxygen Pre-heater hingga temperatur
reforming antara hidrokarbon, steam, dan O2. Reaksi mencapai 130°C. Reaksi kimia yang terjadi pada secondary
reforming berlangsung dalam Primary Reformer dan reformer meliputi:
Secondary Reformer. Kebutuhan panas di dalam Primary CH4 + 2O2 ↔ CO2 + 2H2O (7)
Reformer didapatkan secara tidak langsung melalui proses
pembakaran Fuel NG, sedangkan di Secondary Reformer, CH4 + 1/2 O2 ↔ CO + 2H2 (8)
panas berasal dari reaksi pembakaran hidrokarbon dan gas C2H6 + O2 ↔ 2CO + 3H2 (9)
oxygen (O2).
C3H8 + 3/2 O2 ↔ 3CO + 4H2 (10)
B. Primary Reforming
Gas alam dengan tekanan 28,8 bar dan temperatur 30°C nC4H10 + 2 O2 ↔ 4CO + 5H2 (11)
dialirkan ke Natural Gas Compressor untuk dinaikkkan iC4H10 + 2 O2 ↔ 4CO + 5H2 (12)
tekanannya ke 45 bar. Selanjutnya gas alam dicampur dengan
saturated steam yang berasal dari Waste Heat Boiler pada nC5H12 + 5/2 O2 ↔ 5CO + 6H2 (13)
tekanan 44,8 bar. Kemudian campuran gas alam dan steam iC5H12 + 5/2 O2 ↔ 5CO + 6H2 (14)
dipanaskan dengan menggunakan Primary Reforming
Preheater hingga temperaturnya 527°C dengan C6H14 + 3 O2 ↔ 6CO + 7H2 (15)
menggunakan penas yang keluar dari secondary reformer. CO + H2O ↔ CO2 + 10H2 (16)
Proses di primary reformer ini berfungsi untuk memecahkan
Gas yang keluar dari secondary reformer disebut synthetic
gas alam dan menguraikan CO dengan katalis nikel dengan
temperatur operasi 550-900°C. Gas yang keluar dari Primary gas dengan temperatur keluarannya 970°C. Produk gas
Reformer berupa CO, CO2, H2, N2, CH4, C2H6 dan residual mengandung sisa CH4, H2, CO, CO2 serta excess steam serta
kandungan inert (N2). Syn gas yang keluar dari secondary
steam. Reaksi yang terjadi pada reformer ini adalah sebagai
berikut : reformer selanjutnya digunakan untuk memanaskan feed
stream yang akan diumpankan ke primary reformer melalui
CnHm + nH2O ↔ nCO + (m/2+n)H2 …………………………………..(5) Primary Reforming Preheater hingga temperatur turun
menjadi 718,1°C, selain itu syn gas yang dihasilkan juga
CO + H2O ↔ CO2 + H2 ………………………………………………………(6) dimanfaatkan panasnya untuk menghasilkan steam di Waste
Heat Boiler hingga temperaturnya turun menjadi 282,6°C.
Reaksi pertama adalah reaksi utama dalam reformer yang Kemudian syn gas didinginkan kembali hingga temperatur
bersifat sangat endotermik, artinya membutuhkan panas 40°C di Synthetic Gas Cooler dengan pendingin cooling
dalam jumlah besar yang diperoleh dari hasil pembakaran water. Kemudian sebelum masuk ke Separator I, tekanannya
Fuel NG secara tidak langsung. Reaksi kedua adalah reaksi diturunkan dengan Syngas Expansion Valve. Separator ini
pergeseran CO (Water Shift Gas Convertion) yang sedikit berfungsi untuk memisahkan kondensat yang berupa process
eksotermik atau menghasilkan panas. Temperatur, tekanan, steam dari syngas.
dan laju alir umpan harus dikontrol untuk mencegah
terjadinya cooking (pembentukan karbon) pada katalis. D. Tahap Sintesa Methanol
Terbentuknya endapan karbon pada katalis dapat Syn gas dari Separator I dikompresi hingga tekanan 60 bar
menyebabkan pembentukan hot spot (titik panas) pada dengan Syngas Compressor, lalu kemudian dicampur dengan
reaktor yang dapat merusak katalis. Untuk mencegah gas recycle dari Separator II yang sebelumnya telah
pembentukan hot spot maka dialirkan steam secara berlebih dikompresi pada Recycle Gas Compressor hingga
agar temperatur dan tekanan dapat dikendalikan. Selain itu, tekanannya 60 bar. Kemudian syn gas dimasukkan ke dalam
temperatur juga dapat dikendalikan dengan mengatur aliran Methanol Reactor yang dioperasikan pada tekanan 50-100
pemanas yaitu fuel NG dan udara pembakaran. Sedangkan bar. Reaktor ini berupa multi tubular fixed bed reaktor
tekanan juga dapat dikendalikan dengan mengatur laju aliran menggunakan katalis berbasis tembaga (Cu/ZnO/Al2O3).
gas yang keluar, jika tekanan terlalu tinggi maka jumlah Reaktor tersebut dapat disebut juga catalyst filled tubular
aliran keluar gas akan meningkat, sehingga tekanan akan reactor karena katalis tersebut dipasang di dalam tube-tube
turun. Sebaliknya, jika tekanan terlalu rendah maka vertikal dalam reaktor, sedangkan syn gas dialirkan pada
tekanannya akan turun. Jika kecepatan aliran gas berkurang, bagian tube sehingga melewati bed katalis tersebut. Reaksi
maka tekanan akan naik. yang terjadi dalam reaktor methanol adalah sebagai berikut:
C. Secondary Reforming 2H2 + CO ↔ CH3OH ∆H = (−90,7kJ/mol) (17)
Syn Gas yang keluar dari primary reformer dengan
temperatur 789°C selanjutnya dimasukkan ke secondary CO2 + 3H2 ↔ CH3OH + H2O ∆H = (+49,4 kJ/mol) (18)
reformer. Di secondary reformer terjadi proses yang Reaksi di atas bersifat eksotermis dan panas reaksi harus
bertujuan untuk mengkonversi sisa gas alam dari primary segera dipindahkan untuk melindungi katalis dan mencegah
reformer dengan menggunakan katalis berkadar Nikel tinggi reaksi samping yang tidak diinginkan. Penghilangan panas
yang beroperasi pada temperatur 950 oC -1050°C. Panas dilakukan dengan cara menyirkulasi thermal fluid melewati
pembentukan reaksi yang dihasilkan digunakan untuk shell-side reactor. Hal ini dikarenakan tube katalis direndam
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 10, No. 1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F23

dalam thermal fluid, sehingga dapat mencegah katalis dari Kemudian hasil keluaran DME Reactor dimasukkan ke
overheating yang menyebabkan deaktivasi katalis. Sistem ini dalam DME Product Cooler untuk menurunkan tekanan dan
memberikan kontrol suhu di dalam reaktor, agar sesuai suhunya hingga 10.1 bar dan 89°C.
dengan suhu reaksi yaitu 260°C, sekaligus memanfaatkan
G. Tahap Pemurnian DME
panas reaksi dari thermal fluid yang digunakan untuk
menghasilkan steam di Waste Heat Boiler sekaligus Dalam proses pemurnian DME ini dilakukan pemisahan
mendinginkan thermal fluid agar dapat disirkulasikan produk dari komponen yang tidak diinginkan menggunakan
kembali ke dalam reaktor. kolom distilasi. Unit pemisahan ini dibagi menjadi dua
Selanjutnya steam dari Waste Heat Boiler yang dihasilkan tahapan proses. Pertama, DME Distillation Column I
dalam proses ini digunakan untuk kebutuhan panas. bertujuan untuk memisahkan DME dari methanol dan air
Kemudian produk didinginkan dengan memanfaatkan serta zat pengotor lainnya menggunakan total condenser,
panasnya untuk memanaskan feed reaktor di dalam dimana liquid dengan titik didih lebih tinggi dari titik didih
Interchanger sehingga suhu menjadi 217,2 °C. Aliran produk DME akan dikembalikan menuju kolom distilasi dan DME
selanjutnya didinginkan menggunakan cooling water pada yang terbentuk akan dialirkan menggunakan DME Product
Raw Methanol Cooler. Selanjutnya produk dialirkan menuju Pump menuju DME Storage Tank. DME yang diperoleh
separator II. Separator ini berfungsi untuk memisahkan gas dalam proses ini adalah >99,6% volume. Sebagian bottom
terlarut yang akan di recycle kembali menuju Methanol product di-recycle dalam Reboiler Distillation Column dalam
Reactor. Sebagian kecil gas keluaran Separator II suhu 151.8°C, dan Sebagian lagi dialirkan menuju DME
dimurnikan untuk menghilangkan gas inert, hasil pemurnian Distillation Column II dengan temperatur 109.3°C. Proses
dapat digunakan sebagai bahan bakar (fuel gas) untuk distilasi kedua ini bertujuan untuk memisahkan methanol dan
primary reformer, bahan bakar Boiler, dan aliran gas lainnya air dari komponen yang tidak diperlukan. Kolom distilasi ini
dikompresikan di Recycle Gas Compressor untuk dialirkan menggunakan total condenser, di mana sebagian produk atas
kembali menuju ke Methanol Reactor [10–12]. akan di-recycle kembali menuju tangki akumulator untuk
dicampur dengan feed awal. Sedangkan produk bawah dalam
E. Tahap Pemurnian Methanol Reboiler Distillation Column akan dialirkan menuju Waste
Raw methanol dari separator II dialirkan ke Methanol Water.
Distillation Column I. Kolom distilasi ini menggunakan full
reflux untuk memisahkan gas-gas terlarut dari methanol dan
III. NERACA MASSA
air. Hasil atas didinginkan dengan cooling water pada
Condenser Distillation Column I kemudian dialirkan menuju Perhitungan neraca massa membutuhkan dasar
Accumulator Distillate Column Distillation I untuk perhitungan. Dasar perhitungan yang digunakan adalah
memisahkan antara methanol dan air dari inert gas. sebagai berikut:
Kemudian air dan methanol dialirkan menuju Methanol a. Kapasitas produksi : 210.000 ton/tahun
Distillation Column II. Dimana methanol akan dipisahkan b. Hari kerja : 330 hari
dengan air untuk mendapatkan methanol dengan kemurnian c. Jam kerja : 24 jam
>99,85%. Kolom ini menggunakan total kondensor dengan d. Bahan baku gas alam : 746.111 ton/tahun
pendingin cooling water pada Condenser Distillation Column Perhitungan neraca massa dan panas dilakukan secara
II. Top product berupa methanol yang didinginkan terlebih terus-menerus hingga mencapai konvergensi berdasarkan
dahulu sebelum dialirkan ke Accumulator Distilat Column jumlah recycle yang kembali kedalam proses. Dimana
Distillation II. Methanol yang sudah murni dipompa menuju rancangan ini telah menghasilkan produk yang telah
Methanol Storage Tank menggunakan Methanol Product memenuhi standar [5], yaitu didapatkan DME dengan
Pump dan didinginkan di dalam Methanol Product Cooler kemurnian 99,64% volume.
sebelum disimpan.
F. Tahap Sintesa DME IV. ANALISA EKONOMI
Aliran methanol dari proses sebelumnya masuk ke dalam Analisa ekonomi dilakukan sebagai bentuk feasibility
reaktor dengan kondisi suhu 250°C, dan tekanan 15,5 bar. study untuk mengetahui apakah perancangan yang dilakukan
Pada reaktor terjadi reaksi pembentukan DME (dalam single layak atau tidak. Untuk itu dilakukan evaluasi dan penilaian
reactor) dengan reaksi: terhadap investasi dan perkiraan penjualan sebagai acuan
Methanol dehydration: utama. Faktor-faktor yang perlu ditinjau untuk memutuskan
kelayakan rancangan antara lain adalah laju pengembalian
2CH3OH →CH3OCH3 + H2O ∆H = +23.4 kJ/mol (19) modal (Internal Rate of Return/IRR), waktu pengembalian
Di dalam reaktor, konversi dari methanol mencapai 80%. modal minimum (Pay Out Time/POT), dan titik impas (Break
Reaktor beroperasi secara adiabatic dan reaksi bersifat Even Point/BEP). Dari hasil perhitungan analisa ekonomi
eksotermis. Produksi DME ini menggunakan katalis alumina diperoleh Total Capital Investment sebesar Rp.
silica dengan konsentrasi >94% alumina. Mula-mula 1.734.605.045.072, dengan bunga pinjaman investasi 9,75%
methanol dengan kadar 99,95% pada temperatur 40°C dan per tahun. Selain itu diperoleh IRR sebesar 17,10%, POT
tekanan 1.25 bar dicampurkan dengan aliran recycle selama 5 tahun 11 bulan, dan BEP sebesar 42,39%. Dengan
methanol keluaran dari DME Distillation Column II sebagai perkiraan umur dari pabrik ini selama 10 tahun dengan masa
feed dalam fase liquid dan dipompa dengan DME Feed Pump pembangunannya selama 2 tahun [13–15].
untuk dialirkan melewati DME Reactor Feed Heater.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 10, No. 1, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F24

V. KESIMPULAN of di-methyl ether (DME) as an alternative fuel for compression-


ignition engines: A review,” Fuel, vol. 87, no. 7, pp. 1014–1030, 2008,
Dari analisa kelayakan ekonomi diperoleh Total doi: 10.1016/j.fuel.2007.06.007.
Investment sebesar Rp. 1.734.605.045.072, dengan bunga [4] A. J. Kidnay and W. Parrish, Fundamentals of Natural Gas Processing.
Boca Raton, Florida: CRC Press, 2006.
pinjaman investasi sebesar 9,75% per tahun dan Weighted [5] B. S. Nasional, SNI 8219:2017 Spesifikasi DME. Jakarta: Badan
Average Cost of Capital (WACC) sebesar 11,33%. Selain itu Standardisasi Nasional, 2017.
diperoleh IRR sebesar 17,10%, POT selama 5 tahun 11 bulan, [6] Y. Brownell and E. H. Young, Process Equipment Design. New York:
John Wiley and Sons, 1959.
dan BEP sebesar 42,39%. Nilai IRR yang diperoleh lebih
[7] D. M. Himmelblau, Basic Principles and Calculations in Chemical
besar dari bunga pinjaman bank dan WACC dengan selisih Engineering, 5th ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall International,
yang cukup signifikan serta waktu pengembalian modal yang 1989.
lebih kecil dari perkiraan usia pabrik. Selain itu, ditinjau dari [8] D. Q. Kern, Process Heat Transfer. Auckland: McGraw-Hill, 1965.
[9] J. M. Smith and H. C. V. N. M. M. Abbott, Introduction of Chemical
proses yang digunakan serta produk yang dihasilkan, Engineering Thermodynamics. New York: McGraw-Hill, 2001.
dinyatakan bahwa rancangan pabrik ini layak untuk didirikan [10] O. Levenspiel, Chemical Reaction Engineering, 3rd ed. New York:
John Wiley & Sons., 1999.
[11] E. E. Ludwig, Applied Process Design for Chemical and Petrochemical
DAFTAR PUSTAKA Plants Volume 2 Third Edition. Houston: Gulf Publishing Company,
1997.
[1] M. S. Boedoyo, “Pemanfaatan dimethyl ether (Dme) sebagai substitusi [12] R. Perry, Chemical Engineer’s Handbook, 7th ed. New York: Mc.
bahan bakar minyak dan lpg,” J. Teknol. Lingkung., vol. 11, no. 2, pp. Graw-Hill, 1997.
301–311, 2010, doi: 10.29122/jtl.v11i2.1215. [13] S. P. Max, D. T. Klaus, and E. W. Ronald, Plant Design and Economics
[2] C. S. Bildea, R. Gyorgy, C. C. Brunchi, and A. A. Kiss, “Optimal for Chemical Engineers. McGraw-Hill Companies, 2003.
design of intensified processes for DME synthesis,” Comput. Chem. [14] H. Silla, Chemical Process Engineering Design and Economics. New
Eng., vol. 105, pp. 142–151, 2017, doi: York: Marcel Decker, 2003.
10.1016/j.compchemeng.2017.01.004. [15] G. Ulrich, A Guide to Chemical Engineering Process Design and
[3] C. Arcoumanis, C. Bae, R. Crookes, and E. Kinoshita, “The potential Economics. New York: John Wiley and Son, Inc, 1984.

Anda mungkin juga menyukai