Anda di halaman 1dari 50

BAB III

PERSEPSI ORANG TUA, PEMBINA, DAN ANAK TENTANG DAMPAK


PELAYANAN PUSAT PENGEMBANGAN ANAK (PPA) DI SALATIGA
TERHADAP TERBENTUKNYA KARAKTER ANAK BINAAN

3.1. Pusat Pengembangan Anak (PPA)

Pusat Pengembangan Anak merupakan suatu lembaga nirlaba yang

didirikan dalam rangka untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

umum, yang diperuntukan bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah

khususnya bagi anak-anak usia tiga sampai dua puluh dua tahun.

3.1.1. Pusat Pengembangan Anak (PPA) Sebagai Lembaga Pelaksana

Pelayanan

Pusat Pengembangan Anak (PPA) adalah bentuk utama kemitraan

Yayasan Compassion Indonesia (YCI) dengan Gereja Mitra. Melalui Pusat

Pengembangan Anak (PPA), Gereja Mitra menjangkau dan melayani anak yang

membutuhkan. Anak dilayani di Pusat Pengembangan Anak (PPA) mulai dari usia

variasi 3-8 tahun, dan selesai pada usia 15-22 tahun. Dengan pelayanan dalam

jangka waktu yang cukup panjang ini Pusat Pengembangan Anak (PPA) menjadi

seperti keluarga kedua bagi anak setelah keluarga inti mereka. Para ahli

perkembangan anak mengatakan bahwa peran orang tua dan keluarga sangat

penting dalam pertumbuhan seorang anak untuk menjadi pribadi yang dewasa.

Anak dari keluarga miskin tidak bisa memperoleh semua yang dia butuhkan untuk

tumbuh dan berkembang dalam kedewasaan, bukan hanya kebutuhan materi atau

fisik tetapi juga kebutuhan akan perhatian, penerimaan, pendidikan dan

bimbingan, hal ini karena keterbatasan kemampuan orang tua dari segi pendidikan

dan juga waktu untuk bersama mereka.

Pusat Pengembangan Anak (PPA) dalam hal ini mempunyai peran yang

strategis untuk memenuhi kebutuhan anak yang tidak mereka peroleh dari orang

37
tua/wali atau keluarga inti di rumah. Ini adalah hal-hal yang dibutuhkan agar anak

bisa bertumbuh dalam kedewasaan dan mencapai hasil-hasil pengembangan di

keempat bidang. Pusat Pengembangan Anak (PPA) sebagai keluarga kedua juga

sebagai komunitas rohani bagi anak akan melengkapi dan menyempurnakan hal-

hal yang kurang atau tidak diperoleh anak di rumah.

Ada beberapa standar dasar yang ditetapkan oleh Yayasan Compassion

Indonesia (YCI) yang harus dipenuhi oleh Semua Pusat Pengembangan Anak,

antara lain:

1. Setiap PPA harus memiliki anak minimal 100 orang dan maksimal 250 orang.

Apabila Gereja Mitra melayani lebih dari 250 anak, maka anak-anak bisa

dibagi dalam dua PPA.

2. Kegiatan Program Pengembangan Anak dilakukan di satu PPA. Gereja Mitra

tidak diperkenankan melakukan kegiatan rutin bagi anak di tempat-tempat lain

yang terpisah jauh dari PPA (lebih dari 30 menit jalan kaki).

3. PPA memberikan suasana yang hangat, akrab, aman dan nyaman bagi anak

baik dari segi penampilan fisik bangunan maupun keberadaan para stafnya.

Staf PPA akan mendorong setiap anak mengembangkan segenap potensi

mereka untuk mencapai hasil akhir pengembangan dalam keempat bidang,

yaitu: Rohani, Jasmani, Kognitif dan Sosio-emosional serta bertumbuh menjadi

pribadi yang dewasa.

4. PPA memiliki ruang-ruang kegiatan yang ramah terhadap anak dengan luas

yang memadai agar anak dapat belajar dengan nyaman dan bebas beraktivitas.

5. Informasi-informasi yang harus ditampilkan di kantor PPA adalah sebagai

berikut: struktur organisasi gereja dan PPA, peta lokasi rumah anak, jadwal

kegiatan, jadwal penulisan surat, foto anak, mekanisme dan kriteria perekrutan

38
dan penghentian pembinaan anak, visi dan misi, logo dan nama PPA, dan jam

kerja staf PPA.

6. PPA menyediakan bahan pelajaran, seperti buku, mainan, alat-alat

laboratorium/percobaan yang dapat dipakai oleh anak.

7. PPA menyediakan bahan atau materi untuk mengajar, seperti buku panduan

mengajar, Kurikulum Nasional, buku-buku pendukung, alat peraga, kapur tulis,

spidol, dan lain-lain yang diperlukan Mentor Anak/Remaja dan Tutor untuk

mengajar.

8. PPA memiliki tempat penyimpanan dokumen yang aman dan rapih.

3.1.2. Visi dan Misi Pusat Pengembangan Anak (PPA)

Visi dari Pusat Pengembangan Anak adalah: Menjadikan anak sehat, mandiri

secara ekonomi dan berprestasi.

Misi Pusat Pengembangan Anak (PPA) adalah: Melayani, membimbing anak agar

takut akan Tuhan, dan membina anak menjadi pribadi Kristen yang mandiri dan

bertanggung jawab

3.1.3. Struktur Organisasi Pusat Pengembangan Anak (PPA)

Untuk bisa melakukan pelayanan dengan baik, PPA memiliki struktur

organisasi yang jelas dan bentuknya merupakan ketetapan baku dari pihak

Yayasan Compassion Indonesia (YCI). Dengan demikian setiap orang yang

terlibat akan mengerti posisi, peran dan tugas-tugasnya dengan jelas, juga kepada

siapa setiap staf harus bertanggung jawab.

Tujuan utama gereja Mitra membuat struktur organisasi Pusat

Pengembangan Anak (PPA) berdasarkan standar yang diberikan Yayasan

Compassion Indonesia (YCI) adalah untuk mengakomodir seluruh kegiatan PPA,

39
agar dapat bekerja secara maksimal, efektif, efisien dan mencapai apa yang

diharapkan sebagai hasil akhir pada anak, Gereja Mitra dan sponsor.

Namun pihak Gereja Mitra dapat mengembangkan struktur tersebut

sesuai dengan kebutuhan dan konteks gereja, selama struktur tersebut menolong

pencapaian hasil-hasil akhir pada Anak, Gereja Mitra dan Sponsor, serta dapat

dipertanggungjawabkan kepada Yayasan Compassion Indonesia (YCI).

STRUKTUR PPA

40
3.1.3.2. Komisi Gereja Mitra

Sebuah Komisi yang bertanggung jawab kepada gereja, memberikan

pertanggungjawaban lokal dan dukungan bagi pelayanan pengembangan anak.

Anggota-anggota dari Komisi dapat termasuk gembala sidang, pemimpin gereja

lokal, pemimpin Kristen dari komunitas setempat, para orang tua/wali anak, dan

bila mungkin anak PPA yang cukup dewasa. Komisi ini ditunjuk oleh gereja lokal

dan bertanggung jawab untuk memberikan pengawasan, bimbingan dan dukungan

tertentu tetapi tidak mengelola kegiatan program sehari-hari.

Tujuan utama dari pembentukan komisi ini adalah agar semua Gereja

Mitra memiliki komisi yang melakukan pengawasan, evaluasi dan memberikan

bimbingan serta dukungan kepada staf PPA1.

Pemilihan anggota komisi harus memenuhi standar-standar :

1. Ada kriteria tertulis mengenai pemilihan dan disetujui oleh Gereja Mitra dan

YCI sebelum memilih anggota-anggotanya.

2. Komisi dipilih oleh pejabat yang berwenang dari gereja lokal dan bertanggung

jawab kepada mereka.

3. Jumlah anggota komisi harus tidak kurang dari tiga dan tidak lebih dari tujuh

orang. Staf gereja yang mendapat kompensasi dari Compassion tidak dapat

menjadi anggota komisi.

4. Koordinator PPA menghadiri pertemuan-pertemuan komisi tetapi tidak dapat

menjadi anggota komisi tersebut.

5. Anggota komisi diberi informasi bahwa keikutsertaan di dalam komisi adalah

sebuah pelayanan dan tidak mendapat kompensasi.

1
Wawancara, Pwt/si

41
6. Anggota komisi adalah beberapa orang yang dipilih yang dianggap dapat

mewakili gereja, jemaat dan bila memungkinkan mewakili orang tua/wali

anak PPA.

7. Untuk mengurangi resiko kepentingan dan minimnya pengawasan, tidak

diperkenankan adanya hubungan keluarga dekat (suami atau istri, anak laki-

laki, anak perempuan, saudara laki-laki atau perempuan, kakek atau nenek,

paman atau bibi, ipar laki-laki atau perempuan, mertua laki-laki atau

perempuan) di antara anggota komisi.

8. Lamanya pelayanan anggota-anggota komisi maksimal sampai tiga tahun.

Mereka harus dipilih kembali bila mereka dibutuhkan untuk melanjutkan

tugasnya setelah waktu tiga tahun itu.

Fungsi komisi harus memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan

pihak Yayasan Compassion Indonesia (YCI), diantaranya2 :

1. Adanya kejelasan posisi dan tanggung jawab seperti yang tertulis dan disetujui

oleh PPA dan YCI.

2. Komisi akan meninjau dan memberikan nasehat dalam pemilihan koordinator

PPA, kriteria pemilihan staf lain, IRK/RAB, dan memberikan pendapat dalam

batas-batas tertentu mengenai keuangan dan administrasi.

3. Komisi akan mengadakan pertemuan sekurang-kurangnya setiap dua bulan

sekali dan menyimpan arsip risalah/notulen dari setiap pertemuan dan

disimpan di kantor Gereja Mitra.

2
Wawancara, Pwt/Si

42
3.1.3.3. Koordinator PPA

Dalam pelaksanaan kegiatannya, agar kemitraan ini berfungsi dengan

efektif, PPA memerlukan seorang staf yang diberi otoritas dan bertanggung jawab

untuk mengatur kegiatan sehari-hari dan mengawasi dalam pelaksanaannya, juga

agar dapat secara teratur berhubungan dengan Compassion. Jabatan ini dikenal

sebagai Koordinator PPA.

Koordinator adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab atas

berlangsungnya kegiatan di Pusat Pengembangan Anak (PPA). Tujuan

dibentuknya koordinator adalah agar semua PPA memiliki Koordinator PPA yang

ditunjuk dengan jelas untuk mengelola kegiatan PPA sehari-hari. Adapun

kedudukan koordinator dalam hal ini dijelaskan dengan aturan3:

1. Koordinator PPA adalah staf gereja, walaupun tata-laksananya dapat berbeda-

beda berdasarkan aturan gereja setempat.

2. Koordinator PPA bertanggung jawab kepada gereja dan Komisi PPA setempat,

yang memberi mandat kepadanya.

3. Gereja memiliki kriteria tertulis untuk memilih koordinator PPA, dengan

kualifikasi minimal sebagai berikut: percaya dan menerima Kristus sebagai

Tuhan dan Juru Selamat pribadi, bersedia untuk melayani anak, dan memiliki

kemampuan memimpin serta manajerial.

4. Koordinator PPA direkrut dan dipilih oleh Gereja Mitra dengan cara menilai

kemampuan orang tersebut dalam melayani anak.

5. Koordinator PPA akan menandatangani perjanjian kerja dan pernyataan

komitmen untuk melakukan perlindungan anak dan mencegah terjadinya

kekerasan pada anak, dan setia pada komitmen tersebut.

3
Buku Panduan Kemitraan, Versi 2.0, Compassion Indonesia, 2012.

43
6. Koordinator PPA bisa mendapatkan kompensasi dengan dana dari Compassion

dan PPA.

7. Koordinator PPA bertanggung jawab memilih staf lain dan tenaga sukarela

berdasarkan kriteria yang disetujui Komisi Gereja Mitra.

8. Gereja menyediakan Deskripsi Kerja (Job Description) untuk Koordinator PPA

yang mengacu kepada tanggung jawab Gereja Mitra seperti yang disebutkan

dalam Surat Perjanjian Kerjasama (SPK).

9. Deskripsi Kerja tersebut harus mengakomodir tugas dan tanggung jawab secara

umum terhadap PPA, staf, anak, dan semua program pengembangan anak serta

pemeliharaan hubungan dengan YCI.

3.1.3.4. Peraturan Staf Lainnya dan Tenaga Sukarela Dari Pusat

Pengembangan Anak (PPA)

PPA membutuhkan sejumlah staf dan tenaga sukarela untuk

melaksanakan program pengembangan anak holistik dan menyediakan informasi

yang diperlukan oleh para sponsor. Gereja Mitra bertanggung jawab dalam

memilih staf yang berkomitmen, sementara Compassion memiliki tanggung jawab

untuk mendukung PPA dengan membantu memperlengkapi staf dan para tenaga

sukarela terpilih. Jumlah staf dan posisi yang digunakan dapat diatur, sesuai

dengan jumlah anak yang terdaftar, tingkat kesukarelaan, besarnya biaya untuk

staf, kurikulum, dan kapasitas internal dari PPA4.

Gereja Mitra memiliki staf dan tenaga sukarela yang berkualitas dengan

jumlah sesuai kebutuhan untuk memenuhi sasaran-sasaran yang disebutkan dalam

Surat Perjanjian Kerjasama (SPK).

4
wawancara: Pwt/Si

44
Staf PPA lainnya yang mendapat kompensasi dengan dana dari

Compassion, dipilih oleh Koordinator PPA berdasarkan kriteria yang disetujui

Komisi Gereja Mitra. Staf ini terbagi dalam beberapa kategori, yaitu5 :

a. Staf Administrasi : Sekretaris dan Bendahara.

b. Staf Pengembangan Anak : Mentor Anak dan Mentor Remaja.

c. Staf Pengajar : Tutor

Selain staf Pusat Pengembangan Anak (PPA) juga memiliki anggota lain

yang turut mendukung pelaksanaan kegiatan. Gereja Mitra menyediakan tenaga

sukarela, yaitu mereka yang melayani di PPA tanpa mendapat kompensasi.

PPA akan memiliki deskripsi kerja yang sederhana untuk setiap staf yang

melakukan tugas-tugas sebagai berikut6 :

a) Sekretaris

Bertanggung jawab secara umum terhadap semua hal-hal administrasi di

PPA termasuk mencatat pembukuan keuangan.

b) Bendahara

Bertanggung jawab secara umum terhadap semua hal-hal keuangan di

PPA.

c) Mentor Anak/Remaja

Secara khusus adalah orang yang bertanggung jawab atas pertumbuhan

anak secara individu, termasuk memonitor dan mengevaluasi tercapainya

hasil akhir pengembangan anak.

d) Tutor

Bertanggung jawab mengajar atau melatih sesuai dengan bidang atau

materi yang dibutuhkan.

5
wawancara: Ywn/ko
6
wawancara: Pwt/Si, Ywn/Ko

45
Jumlah staf dan tenaga sukarela yang melayani anak harus memenuhi

rasio perbandingan jumlah anak dan staf. Semua staf dan tenaga sukarela PPA

direkrut dan dipilih dengan menilai kesesuaian mereka dalam melayani anak.

Semua staf dan tenaga sukarela PPA akan menandatangani dan setia pada

pernyataan komitmen untuk melakukan perlindungan anak dan mencegah

terjadinya kekerasan pada anak.

3.1.3.5. Laporan Pusat Pengembangan Anak (PPA) Kepada Yayasan

Compassion Indonesia (YCI)

Monitoring bukan hanya membutuhkan pengumpulan informasi tetapi

juga melaporkan informasi tersebut sehingga informasi itu tersedia bagi pihak lain

untuk ditinjau. Beberapa kegiatan monitoring, seperti audit dan penilaian

kemitraan, perlu diadakan di PPA.

Semua PPA memberikan laporan bulanan, triwulan dan tahunan kepada Yayasan

Compassion Indonesia (YCI).

Laporan-laporan yang diserahkan kepada YCI adalah7 :

1. Laporan-laporan Bulanan, termasuk:

a) Laporan Keuangan yang sesuai dengan Buku Panduan mengenai Keuangan

b) Laporan Bulanan PPA yang didalamnya termasuk laporan kehadiran

bulanan.

2. Laporan-laporan triwulan, termasuk:

Laporan-laporan statistik berdasarkan laporan triwulan program (CDSP) pada

hasil-hasil tertentu dan standar-standar dari buku panduan kemitraan.

3. Laporan-laporan tahunan, termasuk:

7
wawancara: Pwt/Si

46
a. Formulir-formulir terbaru tentang informasi Gereja Mitra (Church Partner

Information)

a) Formulir Project Description (Deskripsi PPA)

b) Formulir Ministry Partner (Pelayanan Mitra)

c) Formulir Community Description (Deskripsi Komunitas)

d) Formulir Program Information (Informasi Program)

b. Informasi Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Belanja (IRK/RAB),

termasuk jadwal kegiatan setiap bulan.

c. Laporan hasil-hasil akhir pengembangan anak secara holistik.

3.1.3.6. Penilaian Kemitraan

Compassion bekerja dalam hubungan kemitraan dengan gereja untuk

mencapai misinya. Ketika terikat dengan mitra-mitra kerjanya, Compassion

menjalankan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan kapasitas mitra secara

keseluruhan juga untuk membantu mereka agar berhasil memenuhi syarat-syarat

tertentu dari kemitraan ini. Penting bagi Compassion dan Gereja Mitra untuk

memiliki alat yang dapat membantu mengembangkan sikap saling belajar dan

saling bertanggung jawab untuk meningkatkan efektifitas kemitraan secara

keseluruhan. Partnership Grading Tool (PGT) ada untuk membantu Compassion

mengevaluasi keefektifan PPA dalam memenuhi harapan yang terdapat pada Surat

Perjanjian Kerjasama (SPK) dan untuk membantu PPA menilai bagaimana

Compassion memenuhi komitmennya dalam SPK yang sama.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah agar semua PPA dan YCI secara timbal

balik bertanggung jawab memenuhi harapan-harapan seperti yang tertulis di

47
dalam Surat Perjanjian Kerjasama (SPK). Bentuk pertanggung jawaban yang

dilakukan adalah dengan:8

1. YCI dan PPA akan menggunakan format yang sudah ditentukan, yaitu

Partnership Grading Tool (PGT), di mana ada satu bagian untuk menilai

Gereja Mitra dan satu bagian lagi menilai YCI.

2. PPA dan YCI ikut serta dalam proses penilaian sekurang-kurangnya sekali

setiap dua tahun.

3. Hasil dari Partnership Grading Tool (PGT) harus digunakan oleh YCI dan

PPA dalam proses perencanaan tahunan untuk mengidentifikasi dan

mengarahkan pada hal-hal yang membutuhkan peningkatan, juga untuk

meningkatkan kapasitas dari PPA secara keseluruhan.

3.2. Target Kegiatan Pengembangan Anak PPA

Konsentrasi pembinaan yang dilakukan pihak Pusat Pengembangan Anak

(PPA) dalam kegiatannya didasarkan pada pola pembinaan holistik yang meliputi

aspek rohani, jasmani, kognitif, dan Sosio-Emosional. Adapun bentuk pembinaan

yang dilakukan disesuaikan dengan hasil ahir yang akan dicapai. Pembinaan

berdasarkan target hasil ahir yang akan dicapai ini diantaranya9;

3.2.1. Hasil Akhir Pengembangan Rohani

Pengembangan rohani dimulai dengan pengetahuan akan Firman Tuhan

dan pemahaman tentang siapa Allah itu, Dia yang telah menciptakan setiap anak,

tentang tujuan-tujuan-Nya, dan tentang pesan dasar Injil. Setiap anak atau remaja

perlu untuk mendapatkan pemahaman pribadi akan pesan keselamatan dan

membuat keputusan untuk menerima Kristus sebagai Juru selamat. Setelah

8
wawancara: Pwt/Si
9
wawancara: Ywn/Ko

48
mengenal Kristus sebagai Juru selamat, setiap anak perlu untuk terus bertumbuh

di dalam Kristus melalui pengetahuan tentang Alkitab dan melalui proses yang

Allah lakukan melalui Roh Kudus dalam praktek disiplin rohani. Setiap hal

tersebut sebaiknya mendukung untuk menjadikan Kristus sebagai Tuhan dalam

hidup anak.

Kegiatan-kegiatan pengembangan rohani formal dan non-formal dalam

program Compassion berusaha untuk mencapai hasil-hasil akhir berikut ini dalam

hidup setiap anak selama keikutsertaannya dalam program:

Hasil akhir : Menunjukkan komitmen untuk melakukan teladan Kristus

Indikator Gambaran Alat Pembuktian

Indikator 1 : Anak-anak mengetahui cerita- Gunakan target-target

Mengetahui dan cerita penting dalam Alkitab, dalam Kurikulum

memahami memahami konsep dasar teologi Nasional dan

Alkitab Kristen, telah menghafalkan ayat- IRK/RAB untuk

ayat penting, dan mencerminkan mengukur kemajuan.

sudut pandang alkitabiah dalam

pemikirannya.

Indikator 2 : Anak-anak mengetahui Injil dan Indikator Global:

Mengaku Yesus telah membuat pengakuan iman Persentase anak-anak

sebagai Juru sesuai dengan konteks gereja lokal. yang telah membuat

selamat pengakuan iman sesuai

dengan konteks gereja

lokal.

Gunakan target-target

49
dalam Kurikulum

Nasional dan

IRK/RAB untuk

mengukur kemajuan.

Indikator 3 : Anak-anak mengetahui dan Indikator Global:

Menerapkan mempraktekkan empat disiplin Persentase anak-anak

disiplin rohani rohani dasar sesuai dengan usia yang ikut kegiatan

dalam: doa, mereka. Antara lain penyembahan, pelayanan secara

pemahaman melayani, doa, dan pemahaman teratur.

Alkitab, alkitab Gunakan target-target

penyembahan dan dalam Kurikulum

pelayanan Nasional dan

IRK/RAB untuk

mengukur kemajuan.

1. Setiap anak yang terdaftar akan diberikan Alkitab atau bagian Alkitab yang

sesuai dengan usianya. Alkitab atau bagian Alkitab yang sesuai dengan usia

tersebut akan dikirimkan kepada anak yang terdaftar. Alkitab bergambar

apabila mereka belum mencapai usia sekolah, Alkitab anak-anak apabila

mereka di sekolah dasar, atau Alkitab remaja atau dewasa apabila mereka di

sekolah menengah. Alkitab pertama sebaiknya diberikan dalam waktu satu

tahun setelah pendaftaran. Kegiatan Pelengkap Program Pengembangan –

Alkitab (Bible).

50
2. Semua anak akan memiliki evaluasi sederhana tentang pengembangan rohani

sesuai dengan usia mereka pada saat masuk dan setidaknya setiap tahun,

berdasarkan pada hasil-hasil akhir pengembangan rohani di atas.

3. Gereja Mitra akan membuat laporan pengembangan rohani secara teratur dan

disesuaikan dengan standar, yang mencantumkan hasil-hasil dan indikator-

indikator pengembangan rohani dan dikirimkan ke YCI. YCI akan

mengirimkan laporan tersebut kepada kantor internasional.

Pedoman-Pedoman Lain

1. Staf Pengembangan Anak akan dilatih untuk bekerja bersama dengan guru-

guru sekolah minggu dan para orang tua/wali anak untuk menguatkan pesan-

pesan rohani yang diperoleh di gereja, rumah, dan sekolah. YCI akan

mendukung Staf pengembangan anak untuk berusaha melengkapi dan

menyempurnakan usaha-usaha pengembangan rohani anak yang dilakukan di

sekolah minggu dan di rumah, dengan tidak menjiplak hal-hal tersebut.

2. Staf pengembangan anak akan dilatih untuk menjadi peka dan tajam dalam

melihat perbedaan dan keunikan setiap anak. Juga dilatih untuk mengetahui

cara menolong anak Kristen mengindentifikasi dan menggunakan karunia-

karunia rohani mereka.

3.2.2. Hasil Akhir Pengembangan Jasmani

Pengembangan jasmani melibatkan pengembangan karakteristik-

karakteristik yang memberikan seorang anak manfaat yang penuh dari kapasitas

jasmani mereka, seperti ketrampilan-ketrampilan motorik dan kenikmatan dari

kesehatan yang baik. Kesehatan adalah bebas dari penyakit atau luka jasmani dan

adanya sikap dan cara hidup yang sesuai untuk menjaga kesehatan tubuh.

51
Menjaga atau memperbaiki kesehatan memerlukan pengetahuan dan pengobatan

akan penyakit dan luka pada diri sendiri dan pada orang lain –seperti jamur,

infeksi saluran pernafasan atau kelainan bawaan. Tetapi, juga diperlukan sikap

dan cara hidup yang memahami dan mendukung perawatan pribadi, nutrisi yang

baik, kebersihan, olahraga dan menghindari tindakan atau situasi yang beresiko

tinggi.

Kegiatan-kegiatan pengembangan jasmani formal dan non-formal dari

program Compassion berusaha untuk mencapai hasil-hasil berikut ini dalam hidup

anak-anak selama mereka ikut serta dalam program10:

Hasil Akhir : Memilih cara hidup sehat dan sehat secara jasmani

Indikator Gambaran Alat Pembuktian

Indikator 1 : Anak-anak memiliki pemahaman Gunakan target-target

Menunjukkan yang sehat mengenai tubuh dalam Kurikulum

pemahaman yang mereka, kebersihan, dan Nasional dan IRK/RAB

baik tentang pengembangan jasmani sesuai untuk mengukur

tubuh jasmaninya dengan usia. kemajuan.

Anak-anak mengetahui penyakit-

penyakit yang berhubungan

dengan kemiskinan,

pencegahannya dan pengobatan

yang efektif.

Anak-anak mengetahui batasan-

batasan perilaku yang wajar

berkaitan dengan pelecehan atau

10
wawancara: Ywn/ko

52
kekerasan fisik dan seksual dan

dapat mengambil tindakan untuk

melindungi dirinya.

Indikator 2 : Anak-anak lebih jarang sakit Indikator Global:

Lebih jarang yang berkaitan dengan Persentase anak-anak

sakit, kekurangan kemiskinan dan memiliki yang mengalami sakit

gizi dan pengetahuan untuk pencegahan atau kematian dari

mengalami penyakit-penyakit tersebut, penyakit-penyakit yang

halangan karena termasuk: umum.

kondisi jasmani 1. Diare, parasit usus dan Gunakan target-target

penyakit yang diakibatkan dalam Kurikulum

oleh air Nasional dan IRK/RAB

untuk mengukur
2. Tuberkulosis (TBC), Infeksi
kemajuan.
Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) dan penyakit yang

dapat dicegah dengan

vaksinasi

3. Malaria dan penyakit akibat

parasit lainnya

4. Luka dari lingkungan yang

berbahaya atau kecelakaan

53
Indikator 3 : Anak-anak memiliki pemahaman Indikator Global:

Bertanggung ilahi sesuai usia mereka tentang Persentase anak-anak

jawab untuk kehidupan sexual, tidak yang tertular penyakit-

memilih cara melakukan hubungan sex penyakit melalui

hidup bijaksana sebelum pernikahan dan hubungan seks.

mengenai kesehatan reproduksi Gunakan target-target

kesehatan dan Anak-anak memahami dan tidak dalam Kurikulum

seksualitas menjalankan cara-cara kesehatan Nasional dan IRK/RAB

“tradisional” dan praktek seksual untuk mengukur

yang beresiko tinggi. kemajuan.

Standar-Standar yang berkaitan dengan kesehatan11

1. Setiap kali ada anak yang terluka atau sakit parah, PPA akan bertindak dan

terlibat seperti yang diperlukan.

2. Anggota staf PPA akan diajarkan dan diberikan pelatihan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan jasmani.

3. Jaringan kerja akan dilakukan dan hubungan formal akan dibangun dengan

klinik-klinik atau organisasi lain untuk memenuhi kebutuhan

pengembangan jasmani.

4. Semua anak akan memiliki evaluasi sederhana tentang pengembangan

jasmani sesuai dengan usia mereka setidaknya setiap tahun, berdasarkan

pada hasil-hasil akhir pengembangan jasmani di atas.

11
wawancara: YWN/ko

54
5. Laporan yang teratur dan disesuaikan dengan standar mengenai hasil dan

indikator pengembangan jasmani akan dibuat dan dikirimkan oleh PPA

kepada YCI. Laporan tersebut akan dikirimkan oleh YCI kepada Kantor

Area, yang akan mengirimkannya kepada Kantor Internasional. Analisa

data kesehatan juga akan dilaporkan kembali dari YCI kepada PPA.

6. PPA akan mengidentifikasi penyebab penyakit yang paling sering terjadi,

mengevaluasi efektifitas kegiatan saat ini, dan merevisi serta menerapkan

strategi-strategi untuk meningkatkan hasil pengembangan jasmani.

7. Pemeriksaan kesehatan untuk anak di bawah 11 tahun akan dilakukan dua

kali dalam setahun dan pemeriksaan untuk anak/remaja berusia 12 tahun

ke atas akan dilakukan satu tahun sekali. Semua pemeriksaan kesehatan

akan dilakukan oleh ahli kesehatan yang handal dalam ruangan tertutup

selama paling sedikit 10 menit bagi setiap anak. Pencatatan yang

disesuaikan dengan standar dari setiap pemeriksaan kesehatan harus

disimpan dalam file data anak.

8. Data pemeriksaan kesehatan akan dilaporkan dan dianalisa di YCI dan

digunakan sebagai sumber informasi utama berkaitan dengan indikator

kesehatan yang telah ditetapkan.

9. Setiap kematian anak harus dilaporkan dengan segera kepada Kantor

Internasional dalam Departure Form (Formulir Penghapusan). Child Death

Report (Laporan Kematian Anak) harus dilengkapi agar keadaan mengenai

kematian tersebut dapat dipahami dengan jelas dan bagaimana untuk

mengurangi kejadian seperti itu di masa yang akan datang.

55
YCI akan menggunakan beberapa sumber dana untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan pengembangan jasmani anak. Kegiatan Pelengkap program

Pengembangan dan sub-topiknya mengenai Health/HH (Kesehatan), Medical

Fund/MED (Dana Penggantian Medis), Major Medical/MED (Pengobatan Besar),

dan The AIDS Initiative (Inisiatif AIDS)12.

3.2.3. Hasil Akhir Pengembangan Kognitif

Pengembangan kognitif “mengacu pada bagaimana seseorang melihat,

berpikir, dan memperoleh pengertian mengenai dunianya melalui interaksi,

pengaruh genetik dan perilaku yang dipelajari.” Ini juga diartikan sebagai

kemampuan individu untuk mendapatkan pengetahuan yang mengembangkan

keahliannya. Pengembangan kognitif dapat dibagi menjadi dua, yaitu formal dan

non-formal. Pembelajaran formal biasanya dilakukan di sekolah dan dapat

dilakukan oleh pengajar. Pengembangan kognitif formal awal dilakukan melalui

permainan dan mencakup proses seperti belajar untuk membedakan warna dan

bentuk. Ini juga mencakup kegiatan-kegiatan pra-baca tulis seperti mengulang

huruf dan membuat kata-kata berirama.

Pengembangan kognitif formal lebih lanjut mencakup hal-hal seperti

belajar membaca, menulis, atau matematika. Baik pengembangan kognitif formal

dan non-formal mencakup proses mengerjakan tugas yang diberikan seperti

memasak, menjahit, atau memainkan musik. Hal tersebut merupakan kemampuan

individu untuk menjadi produktif berdasarkan keahlian dan pengetahuan yang

mereka dapatkan sebelumnya. Baik pengembangan kognitif formal maupun non-

formal adalah alat untuk membantu anak mencapai kesanggupan mencukupi

12
Buku Panduan YCI

56
kebutuhan pribadi secara ekonomi. Penting untuk melihat kemampuan kognitif

dan talenta yang unik dari setiap anak agar dapat mengajar dan melatih mereka

untuk mengembangkan keahlian-keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.

Kegiatan-kegiatan pengembangan kognitif secara formal dan non-formal

dari program Compassion berusaha untuk mencapai hasil-hasil akhir berikut ini

dalam hidup anak selama mereka ikut serta dalam program:

Hasil Akhir : Menunjukkan motivasi dan keahlian untuk menjadi mandiri secara

ekonomi

Indikator Gambaran Alat Pembuktian

Indikator 1 : Anak-anak maju dan terbukti Indikator Global:

Menyelesaikan berhasil dalam pendidikan formal Persentase anak-anak

setidaknya dengan menyelesaikan terdaftar yang

pendidikan dasar pendidikan dasar 9 tahun (SMP) menyelesaikan

dan jika memungkinkan sampai pendidikan dasar 9 tahun

sekolah menengah (SLTA). (SMP) sebelum

meninggalkan program.

Anak-anak memiliki keinginan Gunakan target-target

untuk melanjutkan ke perguruan dalam Kurikulum

tinggi dan memiliki kualifikasi Nasional dan IRK/RAB

untuk masuk perguruan tinggi. untuk mengukur

kemajuan.

Indikator 2 : Anak-anak mengerti, Gunakan target-target

57
Mengembangkan menghargai, dan dalam Kurikulum

kecerdasan dan mengembangkan kecerdasan Nasional dan IRK/RAB

minat kejuruan unik mereka. Hal ini termasuk untuk mengukur

yang unik pada kategori-kategori dalam kemajuan.

teori Kecerdasan Majemuk,

beberapa di antaranya musik,

matematika-logika, interpersonal,

intrapersonal, emosional, spasial,

dan bahasa.

Anak-anak menggunakan

kecerdasan mereka yang unik

untuk melayani atau membantu

orang-orang lain di PPA, gereja

atau komunitas. Keikutsertaan

dalam Kegiatan-Kegiatan

Program.

Anak-anak merencanakan cara

memaksimalkan kemampuan

mereka untuk mencapai

kesanggupan mencukupi

kebutuhan pribadi secara

ekonomi dengan menentukan

tujuan-tujuan hidup dan

58
bertindak untuk meraihnya.

Anak-anak mengembangkan

kapasitas mereka untuk

berkomunikasi secara efektif

melalui komunikasi tertulis

dengan sponsor mereka.

Indikator 3 : Anak-anak belajar melakukan Gunakan target-target

Belajar dan pekerjaan dan keahlian yang dalam Kurikulum

menggunakan menghasilkan uang dan Nasional dan IRK/RAB

setidaknya satu menunjukkan kemampuan untuk mengukur

keahlian yang profesional sampai pada tingkat kemajuan.

menghasilkan mereka dapat menggunakan

uang keahlian tersebut untuk

mendapatkan penghasilan.

Anak-anak memiliki

pengetahuan formal dalam

mengatur usaha kecil atau usaha

mikro.

Anak-anak mengerti prinsip

dasar mengatur uang, kredit dan

tabungan.

59
Standar

1. Staf Pengembangan Anak menerima pelatihan untuk mengidentifikasi

kecerdasan dan kemampuan dari setiap anak yang mereka layani, bagaimana

meningkatkan kekuatan-kekuatan dan mengurangi kelemahan-kelemahan

melalui rencana pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang mereka terapkan.

2. Kurikulum pengembangan kognitif harus mencakup topik cara berkomunikasi

melalui surat yang memiliki arti dan efektif.

3. PPA bekerja bersama dengan para orang tua/wali anak untuk mengembangkan

kesempatan belajar di rumah, berdasarkan kegiatan-kegiatan tambahan yang

dirancang oleh YCI.

4. Staf Pengembangan Anak mengetahui standar pendidikan yang ditetapkan oleh

pemerintah dan menggunakan rencana pelajaran dan kegiatan-kegiatan untuk

menolong anak-anak memenuhi standar yang diharapkan di sekolah. Mereka

tidak menjiplak pelajaran pengembangan kognitif yang diberikan di sekolah

tetapi membantu anak pada bidang pelajaran yang mereka kurang mampu dan

melengkapi bagian yang bisa ditingkatkan dengan tambahan pendidikan non-

formal.

5. Gereja Mitra akan menyediakan lingkungan fisik yang mendukung untuk

program pengembangan holistik anak dan remaja yang efektif.

6. Semua anak akan memiliki evaluasi sederhana tentang pengembangan kognitif

sesuai dengan usia mereka setidaknya setiap tahun, berdasarkan pada hasil-

hasil akhir pengembangan kognitif di atas.

7. Laporan yang teratur dan disesuaikan dengan standar mengenai hasil dan

indikator pengembangan kognitif akan dibuat dan dikirimkan oleh PPA.

Laporan tersebut dikirimkan oleh YCI kepada Kantor Internasional.

60
3.2.4. HASIL AKHIR PENGEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL

Pengembangan sosio-emosional mencakup ekspresi perasaan;

kemampuan untuk berinteraksi timbal-balik dengan sesama; mengetahui dan

memperhatikan diri sendiri, orang lain dan sekitar; membuat keputusan yang

alkitabiah dan bertanggung jawab, dan menjadi tangguh. Harga diri, kesehatan

jasmani, pengembangan rohani, pembelajaran akademis, kewarganegaraan dan

motivasi keseluruhan untuk mencapai semuanya bergantung pada pengembangan

sosio-emosional yang sehat. Hal ini memungkinkan anak untuk beradaptasi

dengan baik di sekolah, gereja, dan komunitas; bekerja dengan kooperatif, dengan

percaya diri dan saling bergantung; dan bersikap sesuai dengan budaya mereka.

Hubungan awal anak dengan para orang tua/wali anak merupakan kunci untuk

mendapatkan kemampuan sosio-emosional. Proses ini disebut pembelajaran sosial

dan emosional (Social and Emotional Learning – SEL), atau pengembangan

ketrampilan kecerdasan emosional. SEL dicapai dengan cara yang sama seperti

belajar secara akademis atau ketrampilan kesehatan, dimulai pada usia dini dan

terus berlanjut seumur hidup.

Kegiatan pengembangan sosio-emosional secara formal dan non-formal

dalam program Compassion berusaha untuk mencapai hasil-hasil berikut ini

dalam hidup anak selama mereka ikut serta dalam program:

Hasil Akhir : Berinteraksi dengan orang lain dengan sikap yang sehat dan penuh

belas kasih.

Indikator Gambaran Alat Pembuktian

Indikator 1: Anak-anak belajar mengatur diri Gunakan target-

Belajar mengatur sendiri, mencakup: target dalam

61
diri sendiri Mengatur emosi: Memperhatikan Kurikulum Nasional

dan mengatur perasaan mereka dan IRK/RAB untuk

sehingga dapat memperbaiki mengukur kemajuan.

situasi bukannya memperburuk.

Menetapkan tujuan: Menetapkan

dan bekerja untuk meraih tujuan-

tujuan pro-sosial jangka pendek

dan jangka panjang.

Anak menunjukkan kemampuan

untuk membuat keputusan yang

bertanggung jawab, termasuk:

Menganalisa situasi: Secara

akurat melihat situasi saat harus

membuat suatu keputusan dan

mengevaluasi faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi tindakan

seseorang.

Memikirkan tanggung jawab

pribadi: Mengetahui dan

memahami kewajiban untuk

bertindak sesuai nilai dalam

Alkitab, sesuai dengan etika

budaya, aman, dan sesuai hukum

yang berlaku.

62
Indikator 2 : Anak-anak menunjukkan Gunakan target-

Menerapkan kesadaran diri, termasuk target dalam

kesadaran diri dan Mengidentifikasi emosi-emosi: Kurikulum Nasional

sosial dalam Mengidentifikasi dan mengenali IRK/RAB untuk

menentukan perasaan seseorang, baik mengukur kemajuan.

pilihan-pilihan “positif” maupun “negatif.”

hidup yang Mengenali kekuatan-kekuatan:

bertanggung Mengidentifikasi dan

jawab mengembangkan kekuatan dan

sifat-sifat positif seseorang

sebagai karunia pemberian

Allah untuk mengembangkan

suatu identitas yang

memungkinkan.

Anak-anak menunjukkan

kesadaran sosial, yang

mencakup:

Cara pandang: Mengidentifikasi

dan mengerti pikiran dan

perasaan orang lain (empati).

Menghargai perbedaan:

Memahami bahwa setiap

keunikan individu dan

perbedaan kelompok adalah

karunia dari Allah yang saling

63
melengkapi dan membuat dunia

semakin menarik.

Penatalayanan (stewardship):

Memahami bahwa setiap orang

dipercaya untuk menjaga dan

mengusahakan bumi dan segala

isinya.

Indikator 3 : Anak-anak menunjukkan keahlian Gunakan target-

Memperlihatkan dalam menjalin hubungan target dalam

keahlian dalam interpersonal, yang mencakup: Kurikulum Nasional

menjalin Komunikasi: Menggunakan keahlian dan IRK/RAB untuk

hubungan lisan dan tulisan untuk mengukur kemajuan.

interpersonal mengekspresikan diri dan

(antar pribadi) mengembangkan hubungan timbal-

yang efektif balik yang positif dan efektif dengan

sesama.

Membangun hubungan: Menjalin dan

menjaga hubungan yang sehat dan

menguntungkan dengan individu dan

kelompok, termasuk keluarga gereja.

Negosiasi: Mencapai penyelesaian

konflik yang saling memuaskan

dengan cara memperhatikan

kebutuhan semua pihak yang terlibat.

Penolakan: Dapat secara efektif

64
mengkomunikasikan dan menepati

keputusan untuk tidak terlibat dengan

tindakan dosa (yang tidak diinginkan,

tidak aman, tidak etis atau tidak

sesuai hukum).

1. Semua anak akan mendapatkan evaluasi sederhana pengembangan sosio-

emosional yang sesuai dengan usia mereka setidaknya setiap tahun sekali,

berdasarkan pada hasil-hasil akhir pengembangan sosio-emosional di atas.

2. Laporan yang teratur dan disesuaikan dengan standar tentang hasil dan

indikator pengembangan sosio-emosional akan dibuat dan dikirimkan oleh

PPA kepada YCI. Laporan tersebut akan dikirimkan oleh YCI kepada Kantor

Internasional.

3. Kebijakan-kebijakan dan prosedur formal untuk tindakan yang cepat harus

diterapkan di tingkat PPA jika ditemukan terjadinya kasus pelecehan atau

kekerasan fisik atau seksual.

4. YCI harus mengidentifikasi pelayanan kesehatan mental yang menjaga

kerahasiaan dan sesuai dengan budaya setempat, dan menawarkan hal tersebut

kepada anak-anak atau remaja dan orang tua/wali anak mereka jika terjadi

pelecehan atau kekerasan seksual. Karena banyak anak yang mengalami

pelecehan atau kekerasan seksual tidak memperlihatkan gejala apapun sampai

mereka usia remaja, para remaja harus secara teratur diberikan informasi

mengenai pelayanan-pelayanan semacam ini yang tersedia bagi mereka.

5. Menanggulangi trauma – segera dan jangka panjang:

65
a) Pada saat bencana atau trauma terjadi di komunitas, apakah merupakan

trauma pribadi, atau bencana pribadi ataupun keluarga, atau bencana

daerah, pelayanan kesehatan mental (para-profesional atau profesional)

harus diberikan kepada semua yang terlibat secepatnya setelah

kejadiannya terjadi. Pelayanan ini dapat didanai melalu Disaster Relief

Fund/DRF (Dana Bantuan Bencana).

b) Pelayanan kesehatan mental (termasuk pekerja sosial dan koordinasi

kasus) kemungkinan besar akan dibutuhkan oleh mayoritas orang-orang

yang terlibat untuk empat bulan pertama setelah kejadian, kemudian

dipilih kelompok yang memerlukan penanganan lebih lanjut untuk 12 (dua

belas) bulan kemudian atau lebih lama dalam situasi-situasi khusus.

c) Satu tahun setelah terjadinya bencana atau trauma, semua anak dan orang

tua/wali anak yang terlibat sebaiknya ditawarkan kesempatan untuk

mengenang kejadian tersebut dalam acara kelompok, sebaiknya dalam

kebaktian gereja atau acara formal lainnya.

3.3. Kegiatan PPA

Kegiatan di PPA didasarkan pada 4 aspek pengembangan diri yaitu aspek

kognitif, sosio-emosional, fisik dan kerohanian.

Aspek Indikator Kegiatan

Sosio-emosional Anak mampu mengatur diri sendiri. Pengisian

Mampu mengatur emosi RMD

Menghormati orang lain Pembinaan

Anak mampu membuat keputusan yang dalam kelas

bisa dipertanggungjawabkan Kunjungan

66
Mampu menetapkan tujuan anak

Mampu menganalisa situasi Pelayanan ke

Mampu menerima tanggung jawab desa

pribadi

Mampu memecahkan masalah

Mengembangkan inner beauty yang

nyata dalam membangun identitas

dalam Kristus

Mempraktekkan nilai-nilai Alkitab

dalam membina hubungan dengan

lawan jenis

Mengembangkan dan menyempurnakan

rencana masa depan

Anak mampu mengantisipasi dan

mengambil tindakan bencana alam

Mempersiapkan diri dalam masa

transisi ke dewasa

Mampu berkomunikasi baik secara

verbal maupun non verbal

Memiliki hubungan yang lebih kuat

dengan sponsor dalam surat-menyurat

Mampu membangun hubungan

keluarga dan komunitas anak muda

Mampu melakukan negosiasi

Mampu mengatasi konflik

67
Mampu menolak tingkah laku yang

negatif

Kognitif Anak lulus pendidikan setingkat SLTA Pembinaan

Mengikuti pendidikan informal/formal dalam

lanjutan kelas

Melanjutkan ke pendidikan tinggi Les bahasa

Memahami dan mengembangkan bakat inggris

dan minat yang dimilikinya Les

Menggunakan bakat dan minatnya matematika

untuk membantu orang lain Subsidi uang

Terlibat dalam organisasi remaja sesuai spp

dengan bakat dan minatnya Pembelian

Memiliki rencana masa depan untuk buku materi

memaksimalkan bakat minatnya untuk pembelajaran

masa depannya dalam dokumen Komputer

Rencana Masa Depanku desain grafis

Melakukan tindakan-tindaan untuk Pembinaan

mencapai tujuan hidupnya sesuai dalam kelas

dengan yang direncanakannya Tata boga

Memiliki minimal satu keahlian yang Pemberian tas

menghasilkan uang Binner

Membuka dan mengembangkan satu Bantuan uang

jenis usaha kewirausahaan gedung

Dapat membuat perencanaan, Sepatu

penggunaan dan pelaporan keuangan Subsidi jas

68
Anak bisa melakukan pemeriksaan almamater

laporan sederhana Kepanitiaan

Memahami tentang pengaturan usaha kecil

kecil Pelatihan

Membimbing remaja lain untuk kerajinan cley

memulai usaha sendiri

Fisik Anak mampu mengidentifikasi dan Pembinaan

mempersiapkan diri dalam masa dalam kelas

pubertas baik secara fisik maupun Sepeda

secara emosional santai

Memiliki pola hidup bersih dan sehat Pemberian

Tahu tentang jenis penyakit yang vitamin

muncul karena kondisi yang tidak Taman gizi

bersih, pencegahannya dan Pengadaan

penanganannya. P3K di PPA

Dapat melakukan tindakan pertama Pemberian

pada kecelakaan atau luka subsidi

Melakukan pola hidup aman biaya rumah

Melakukan kampanye tentang pola sakit

hidup bersih dan aman General

Mampu mengajarkan tentang praktek Check Up

kebersihan kepada yang lain

Anak lebih jarang terkena penyakit

yang berkaitan dengan kemiskinan

Paham tentang cara mencegah

69
kekurangan gizi dan tidak megalami

kekurangan gizi

Mampu melakukan tindakan

pencegahan terhadap penyakit dan

kecelakaan

Mampu mengembangkan kemampuan

motorik yang tepat

Memiliki kualitas hidup yang baik

dengan mengelola kondisi fisiknya

Memahami cara pandang Alkitab

tentang seks dan pernikahan

Tidak melakukan hubungan sex di luar

nikah

Mampu menjaga kesehatan reproduksi

memahami dan tidak melakukan

praktek kesehatan tradisional dan

seksual yang beresiko tinggi

Mengenal mitos dan fakta tentang

HIV/AIDS dan Penyakit Menular

Seksual yag lain

Memahami batas perilaku yang bisa

diterima agar terhindar dari kekerasan

fisik dan seksual

Mampu melindungi diri dari kekerasan

fisik dan seksual

70
Mengkampanyekan anti seks bebas dan

obat terlarang

Mengajar tentang pendidikan seks

sesuai nilai Alkitab kepada anak yang

lebih muda

Kerohanian Mampu menjelaskan isi dari cerita Kelas

Alkitab diskusi

Mampu menjelaskan peranan dari rohani

setiap tokoh dari cerita Alkitab Pemberian

Mampu membuat hubungan kronologi buku

dalam cerita Alkitab renungan

Dapat menjelaskan sifat dan karakter Ibadah orang

Allah tua

Mampu membedakan karakteristik Pembinaan

Allah dalam Alkitab dalam kelas

Mampu mengidentifikasi struktur Retreat

dalam Alkitab KKR

Menjelaskan hukum keselamatan

Memiliki ayat hafalan

Menjelaskan arti ayat hafalan dalam

hidupnya

Mampu menjelaskan dan menerapkan

nilai-nilai alkitab dalam hidup sehari-

hari

Membandingkan cara pandang dunia

71
dan agama-agama dengan cara

pandang Alkitab

Mampu menjelaskan otoritas Alkitab

bagi kehidupan mereka

Mampu melakukan pengajaran Alkitab

Dapat menjelaskan arti Injil dan berita

Injil

Mengaku Yesus sebagai Tuhan dan

Juru selamatnya

Mengambil keputusan untuk dibaptis

atau mengaku percaya

Melakukan pemuridan kepada orang

lain

Rajin dan aktif mengikuti ibadah

gerejawi atau komunitas

Memiliki waktu saat teduh

Mampu memimpin doa dan pujian

dalam ibadah remaja

Menjadi anggota gereja

Aktif dalam kegiatan organisasi

gerejawi

Terlibat minimal dalam pelayanan

gerejawi

Mampu memimpin ibadah/kegiatan

gerejawi

72
3.4. Jenis Kegiatan Pengembangan Dan Target Perubahannya ( Yang

Berkaitan Dengan Pembangunan Karakter )

Kegiatan pengembangan sosio-emosional melalui pembinaan dalam

kelas dengan metode diskusi, dan mengarahkan anak dengan pembekalan materi

mengatur diri sendiri, menghargai orang lain, tanggung jawab, mengembangkan

inner beauty yang nyata dalam membangun identitas dalam Kristus,

mempraktekkan nilai-nilai Alkitab dalam membina hubungan dengan orang lain.

Target perubahan yang diharapkan setelah dibina antara lain, anak dapat

menerapkan nilai-nilai Alkitab sebagai suatu kewajiban. Anak diharapkan mampu

mengidentifikasi dan mengerti pikiran dan perasaan orang lain.

Kegiatan bakti sosial yang melibatkan anak dalam kerja bakti

membersihkan lingkungan PPA, daerah sekitar sungai, dan kerja bakti kampung.

Pembinaan dalam kelas dalam bentuk ceramah dan diskusi dengan materi yang

membantu anak untuk memahami bahwa setiap orang dipercaya untuk menjaga

dan mengusahakan bumi dan segala isinya.

Kegiatan pelatihan kepemimpinan yang dilakukan dengan melibatkan

anak-anak dalam kepanitiaan kegiatan anak-anak kelas usia dibawahnya.

Membentuk kepanitiaan yang beranggotakan anak-anak untuk menjalankan acara

retreat, lomba dalam rangka peringatan hari ulang tahun republik indonesia.

Mengikut sertakan anak dalam pelayanan ke gereja-gereja di pedesaan, yang

disesuaikan dengan bakat dan keahlian mereka. Anak-anak yang memiliki

keahlian seperti bermain musik, komputer, berbahasa inggris, menari, keahlian

dalam olah raga, diberi kesempatan untuk membina dan membantu anak-anak

dikelas yang lebih rendah. Beberapa kegiatan tersebut bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan yang mereka miliki dan melatih mereka.

73
Pembinaan kerohanian menjadi salah satu kegiatan yang mendominasi

pembinaan di PPA. Tujuan pembinaan ini diantaranya untuk membuka wawasan

mereka tentang kerohanian, memperkenalkan nilai-nilai Alkitab yang dapat

membekali anak. Diharapkan melalui pembinaan ini anak-anak dapat menjadi

terang dalam kehidupannya.

Kegiatan perekrutan mentor dan koordinator yang menekankan bahwa

seorang mentor dan koordinator harus memiliki hati untuk melayani anak. Syarat

lain yang harus dimiliki koordinator dan mentor adalah berkomitmen untuk

melakukan perlindungan terhadap anak dan mencegah terjadinya kekerasan pada

anak.

Beberapa contoh kegiatan lain dan tujuannya antara lain:

Pembinaan fisik

Kegiatan : General cek up (lihat lampiran)

Tujuan : memantau perkembangan kesehatan anak khususnya untuk anak-anak

yang berpotensi mengalami sakit serius di waktu mendatang, seperti gangguan

jantung, paru-paru, dan lainnya.

Kegiatan: taman gizi, pemberian vitamin (lihat lampiran)

Tujuan: membantu memenuhi kebutuhan gizi anak dimasa pertumbuhan, dan

membantu meningkatkan daya tahan anak.

Kegiatan : olah raga (lihat lampiran)

Tujuan : memelihara kesehatan, melatih kekompakan, ketrampilan,

pengembangan prestasi non-akademik

Pembinaan Sosio-emosi (lihat lampiran)

Kegatan: kunjungan ke tempat wisata, seperti kebun binatang, museum, pantai,

tempat industri rumahan

74
Tujuan : untuk membuka wawasan anak tentang pengetahuan, dan pengalaman

anak

Kegiatan : kursus ( montir, musik, fotografi, memasak, menjahit, menari,

menyanyi, dll)

Tujuan : membantu anak menemukan dan mengembangkan potensi diri yang

bermanfaat.

Kegiatan : Peringatan hari bersejarah

Tujuan : untuk meningkatkan patriotisme, dan rasa cinta tanah air

Kegiatan : pengisian buku Rencana Masa Depan (RMD)

Tujuan : untuk membantu anak belajar menjalani hidup yang lebih terarah pada

tujuan yang nampak dalam cita-cita mereka

Pembinaan Kerohanian (lihat lampiran)

Kegiatan : retreat, ibadah padang, ibadah bersama

Tujuan: memupuk iman anak-anak, memberikan pembekalan rohani kepada anak-

anak

Kegiatan : Pelayanan ke desa, Pelayanan dalam ibadah

Tujuan : memperkenalkan kepada anak bagaimana pelayanan kerohanian, dan

memberikan pengalaman pelayanan

Pembinaan sosio-emosi (lihat lampiran)

Kegiatan: Renang bersama

Tujuan: membantu anak membangun hubungan baik dengan teman-teman mereka

Kegiatan : jalan sehat keluarga

Tujuan : meningkatkan keakraban, kekompakan, memperbaiki kualitas hubungan

dalam keluarga

75
Kegiatan lain:

a. Korespondensi antara anak dengan sponsor mereka, bertujuan untuk

membangun komunikasi yang baik, melatih anak mengenal dengan baik

sponsor mereka, dan anak diharapkan dapat mengerti bagaimana keadaan

sponsor mereka. Anak juga dapat berbagi kebahagiaan, kesedihan, dan

pergumulan dengan sponsor atau sebaliknya

b. Melibatkan anak-anak kelas besar sebagai panitia acara anak-anak di kelas

yang lebih kecil. Tujuannya melatih mereka bertanggung jawab, melatih

mereka agar memiliki jiwa kepemimpinan, melatih kasih mereka,

mengembangkan kreativitas anak dalam mengelola sesuatu. (lihat

lampiran)

c. Mengikut sertakan anak dalam kompetisi-kompetisi olah raga, tujuannya

untuk mengembangkan potensi anak, meningkatkan rasa percaya diri anak,

memberikan pengalaman kepada anak secara nyata, sebagai ajang

menampilkan kemampuan mereka. (lihat lampiran)

d. Outbond, bertujuan untuk melatih kemandirian, kekompakan anak,

ketrampilan, dan menggembleng mental mereka agar menjadi anak yang

pemberani. (lihat lampiran)

e. Program reward atas kehadiran anak pada kelas-kelas tertentu, bertujuan

untuk memancing anak lebih aktif, dan lebih rajin hadir ke PPA

76
3.5. Persepsi Pemimpin (Koordinator) dan Mentor Terhadap Karakter Anak

Binaan PPA

Perubahan karakter anak setelah dibina di PPA dipaparkan oleh

narasumber yang merupakan koordinator PPA “namun saya melihat anak-

anak yang dulu saya ajar, karakter mereka itu sudah benar-benar berubah,

menjadi anak-anak yang sangat mandiri, anak-anak yang sangat apa ya,

peduli dengan anak yang lain, anak-anak yang mengalami perubahan

cukup jauh dibandingkan dengan waktu mereka masuk dulunya. Ada

beberapa anak yang saya kenal yang dulunya pendiam, tidak ada kemauan

untuk bergaul, ada juga yang cengeng, padahal sudah kelas enam SD, tapi

setelah mereka sudah menginjak usia remaja, sudah SMA, saya justru

melihat bahwa dia justru bisa menjadi penggerak dikelasnya”13

Menurut responden yang merupakan anak didik di PPA menyebutkan,

“perubahannya banyak. Saya bisa menabung, menghargai orang lain,

melakukan hal yang positif, bisa bekerja sama dengan teman-teman,

mandiri, misalnya saya bisa mencoba bisnis kecil-kecilan. Semuanya saya

dapat di PPA.”

Hal ini menunjukkan bahwa PPA membawa perubahan bagi anak

yang dibina di PPA. Perubahan ini tidak serta merta terjadi. Namun

melalui proses yang memakan waktu lama.

Salah satu mentor PPA untuk anak usia 3-5 tahun menggambarkan

kondisi awal anak-anak saat masuk PPA. Menurut mentor “misalnya ada

anak-anak yang dulu kalo berangkat PPA, awalnya mereka sering rewel,

sering nangis, terus, setelah “ alon-alon” kita “serateni” lama-lama anak

13
wawancara: Ywn/Ko

77
tersebut jadi rajin hadir, dan anehnya mereka menjadi lebih mandiri, itu

yang saya lihat pada anak-anak usia 3-5 tahun. Intinya mereka makin

berubah tapi lebih baik.” 14

Koordinator dan dua orang mentor yang menjadi narasumber

menyebutkan ada perubahan karakter yang terjadi pada anak-anak setelah

mendapat pendidikan di PPA. Namun mentor usia 12-15 tahun

menyebutkan, “pembinaan karakter itu ya harus ditekankan ke orang tua

juga, karena karakter tadi dipengaruhi dari keluarganya, dari

lingkunganya, kemudian dari dimana mereka bermain, mereka bersekolah,

itukan akan membentuk. Sekalipun kita di sini berusaha dengan kuat

tenaga untuk bisa mengubah karakter anak itu tapi kalau kembali ke

keluarganya, keluarga yang tidak membimbing, tidak mendidik karakter,

kemudian di lingkungan sekolahnya tidak mendukung, itu juga hanya

berapa persen saja akan berhasil.”15

Pembelajaran karakter yang dimulai dari keluarga juga diungkapkan

oleh salah satu responden anak PPA yang menyebutkan,” Awal mula dari
16
pembelajaran karakter itu pasti dari keluarga dari orang tua.”

Narasumber lain menyebutkan “ Yang paling banyak dari rumah, karena

kalau kita salah langsung diperingatkan orang tua, tapi kalau di PPA

mentornya itu masih muda, mentornya itu kadang memperingatkan tapi

kita bantah.”17 Namun, ada responden yang menyebutkan tidak

mendapatkan bimbingan karakter dari orang tua, hanya PPA yang

mengajarkan nilai-nilai kebaikan.

14
wawancara: Pj/mo, Pr/mo
15
wawancara: Ru/mo
16
wawancara: Wa/mi, Pu/mi, Sa/mi, Ba/mi, Po/mi, Mo/mi, Re/mi
17
wawancara: Mo/mi ,Ba/mi, Po/mi, Wa/mi

78
Responden ketika ditanya mengenai karakter yang baik, menjawab

tahu dan menyebutkan beberapa ciri karakter yang baik. Namun ketika

diberi kasus kritis yang membutuhkan penjelasan spesifik atas tindakan

yang akan dilakukan, ada anak yang menjawab,

P : “Ini contoh ya, bila suatu saat anda menemukan dompet,

kebetulan dompet itu ada uangnya banyak sekali, ya mungkin bisa

500 atau mungkin 1 juta, terus di dompet itu ada KTPnya juga, apa

yang anda lakukan?”

S : “Jujur saya ambil uangnya dompetnya saya tinggal.”

P : “Kenapa?”

S : “Ya pertama kita kan butuh uang, tapi itu salah sebenarnya,

harusnya dompet isinya harus utuh, kita kembalikan yang punya.”

Sementara keempat anak lain menjawab akan mengembalikan

dompet tersebut karena merasa bersalah, tidak enak, kasihan dengan yang

kehilangan dompet. Menurut mentor usia 3-5 tahun, “ ...jadi saya lumayan

tahu bagaimana keadaan anak-anak, walaupun tidak semua anak

menunjukkan hasil yang sama’. Hal ini menunjukkan tidak semua anak

mempunyai hasil yang baik setelah keluar dari PPA.

Perubahan karakter yang terjadi pada anak di PPA menurut

koordinator PPA, nampak pada perilaku anak dalam perilaku sehari-hari.

Gambaran ini nampak dari hasil wawancara dengan salah satu nara sumber

yang menyatakan “persepsi saya, secara tidak langsung PPA sudah mulai

membentuk pola kehidupan anak itu mulai dari usia sekitar sebelas dua

belas tahun lah, karena karakter anak pada usia itu anak mengalami

perubahan atau transisi dari anak-anak menjadi remaja, kalo anak-anak

79
masih semau gua, masih mengutamanakan bermain, setelah mereka

menginjak usia remaja, dimana mereka mulai membentuk komunitas

dimana mereka menjadi remaja yang jauh berbeda dengan apa yang

mereka alami semasa kanak-kanak karena PPA melayani anak sejak anak

usia tiga tahun, dan setelah mereka menginjak usia remaja PPA selalu

menanamkan materi-materi setiap minggu, bulan dan tahun, PPA cukup

memberikan pengaruh, karena anak-anak menikmati kegiatan-kegiatan,

kalo kegiatannya monoton pasti mereka tidak menikmati, tapi mereka

hadir secara sukarela, karena mereka juga memiliki kewajiban untuk hadir

untuk mendapatkan hak-haknya, dan pembentukan karakter itu juga akan

selalu tersampaikan karena mereka senang datang ke PPA. Materi tentang

pembentukan tanpa sadar di setiap permainan-permainan mungkin di

kelas, saat acara outbond dan sebagainya, kalau itu PPA sangat berperan

kalau saya lihat bagi anak-anak, karena saat dirumah mereka hanya hidup

di keluarga dan belum tentu mendapatkan pembinaan yang baik dari orang

tua karena mungkin orang tua mereka sibuk dengan pekerjaan.18”

Menurut responden kegiatan di PPA mempunyai nilai-nilai,

responden menyebutkan “yang paling saya sukai adalah out bond dan

kegiatan retreat, karena dari situ pengetahuan saya bertambah, pengalaman

saya bertambah, dan di situ saya dibina, sehingga saya punya keberanian,

saya bisa bekerja sama dengan teman-teman, bisa makin kompak,

diajarkan bagaimana cara memimpin kelompok, saya juga bisa terlatih

untuk disiplin dan disitu saya merasa dibentuk menjadi orang yang punya

18
wawancara: Ru/mo

80
mental kuat.”19 Responden yang lain mengatakan “ kegiatan itu

kebersamaannya erat, tidak saling membeda-bedakan, kalau di sekolah ada

geng-geng, kelompok-kelompok, terus pilih-pilih teman, kalau di PPA

tidak.”20

Menurut mentor PPA, “Menurut pendapat saya ada mas, dan anak-

anak PPA ini walau pun waktunya agak lama, tapi kegiatan di PPA ini

membuat anak berubah, itu keliatan kok mas, misalnya dari tutur katanya,

bagaimana sikap anak tersebut terhadap orang tua, teman, dan keliatan

juga dari sikap anak tersebut, misalnya anak mulai tau tata krama dalam

berkomunikasi, ada juga yang nampak dari kebiasaan baru mereka, ada

yang mulai membantu ibunya,membersihkan halaman, membuang sampah

tidak sembarangan, yah walau pun sederhana, tapi itu menunjukan adanya

perubahan.21”

Nilai-nilai moral yang mengindikasikan karakter yang baik juga

diajarkan di PPA. Menurut koordinator PPA, yang diajarkan adalah nilai

bersosialisasi dengan orang lain, tenggang rasa, tanggung jawab, mandiri.

Menurut responden, niali-nilai yang sering mereka lakukan adalah,

toleransi, kemandirian, memberi, menolong, sopan, tanggung jawab,

kejujuran, keadilan, menghargai orang lain, dan disiplin. Sementara

kerendahan hati kurang diterapkan. Ada responden yang menjawab

“bingung” ketika ditanya nilai kerendahan hati. Menurut mentor PPA,

nilai yang diajarkan adalah tanggung jawab, kemandirian, toleransi,

kejujuran, ketulusan, kerendahan hati dan empati.

19
wawancara: Pu/mi, Ba/mi, Mo/mi, Po/mi, Re/mi
20
wawancara: Wa/mi, Ba/mi, Pu/mi, Po/mi, Sa/mi
21
wawancara: Pu/mo, Re/mi

81
Dari hasih wawancara diperoleh informasi bahwa anak-anak

merasa bersalah, menyesal, gelisah, tidak nyaman yang dirasakan oleh

anak-anak ketika mereka melakukan kesalahan atau tidak melakukan hal

yang seharusnya mereka lakukan.22

Rasa minder, banyak dialami oleh anak-anak, khususnya bila

berhadapan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan

ekonomi. Perasaan minder memang mengganggu, tetapi mereka dapat

menyikapi dan mengatasi dengan cara yang kreatif. “....kalo teman-teman

sekarang kan pada pake laptop sendiri-sendiri. Tapi saya tidak punya, ya

gak apa-apa, kan saya tetap bisa mengerjakan tugas di warnet (warung

internet). pokoknya saya selalu berusaha, kalo tidak ada ini, kan masih ada

itu...23”

Semua anak menyatakan bahwa mereka tidak merasa kecewa

dengan keadaan yang mereka alami selama ini. Anak-anak beranggapan

bahwa justru dalam kekurangan, mereka merasa dibentuk menjadi pribadi

yang lebih kuat24. Beberapa anak menyatakan hal yang membuat mereka

kuat dan tabah menghadapi kehidupan yang “pas-pasan” adalah karena

“banyak temennya25”

Anak-anak memiliki tingkat kegigihan yang tinggi ketika mereka

mengikuti kompetisi olah raga. Anak-anak juga memiliki prinsip hidup

yang unik, beberapa diantaranya telah memiliki target hidup yang secara

spesifik menampakkan kasihnya.

22
wawancara: Mo/mi, Wa/mi, Pu/mi, Ba/mi, Sa/mi, Po/mi, Ol/mi Re/mi
23
wawancara: Ol/mi
24
wawancara: Mo/mi, Wa/mi, Pu/mi, Sa/mi, Po/mi, Re/mi, Ba/mi,Ol/mi,Ti/mi
25
wawancara: Ba/mi

82
3.6. Persepsi Orang Tua Anak Binaan Pusat Pengembangan Anak (PPA)

Dari wawancara yang dilakukan kepada orang tua anak, diperoleh

beberapa informasi diantaranya: pekerjaan yang mereka tekuni diantaranya

kuli bangunan, pendagang kaki lima, pembantu rumah tangga, sopir angkutan

umum, buruh industri rumah tangga (buruh membersihkan usus ayam26).

Pekerjaan-pekerjaan tersebut menghasilkan uang yang relatif kecil jika

dibandingkan dengan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tingkat pendidikan orang tua yang relatif rendah, didominasi pada

jenjang tidak sekolah, sekolah dasar, sampai sekolah menengah atas, dan

sekolah menengah kejuruan27. Keberadaan rumah tempat tinggal, cukup

sederhana, namun banyak yang tidak memenuhi syarat rumah sehat.

Beberapa orang tua anak menyatakan bahwa anak yang mereka ikut

sertakan di PPA lebih dari satu anak, dalam satu keluarga28. dari delapan nara

sumber yang diwawancarai, semua orang tua menyatakan bahwa lebih dari

satu anak mereka terdaftar di PPA.

Ketidakmampuan untuk menanggung biaya pendidikan anak,

menjadi salah satu faktor yang mendorong orang tua untuk memasukkan

anak-anak mereka ke PPA29. Beberapa orang tua menyatakan bahwa

penghasilan mereka kadang-kadang tidak cukup untuk makan30.

26
Usaha ini banyak di daerah sekitar PPA berada, biasanya di rumah-rumah yang berada di tepi
sungai di Salatiga.
27
wawancara: Sjn/pu, Dk/ti, Mly/ba, Stk/wa, Bs/ti, Sp/ol, Bbm/po, Mld/lu
28
wawancara: Stk/wa, Bs/ti, Sp/ol, Bbm/po, Mly/ba
29
wawancara: Stk/wa, Bs/ti, Sp/ol, Dk/ti, Mld/lu
30
wawancara: Bs/ti, Sp/ol

83
Kesan pertama yang mereka nyatakan berkaitan dengan anak-anak

mereka yang dibina PPA, mereka menyatakan bahwa mereka bersyukur,

karena anak mereka dibina di PPA31. Orang tua merasa PPA sangat

membantu mereka dan anak-anak khususnya ketika mereka dibekali dengan

bermacam-macam pengetahuan, pengalaman dan keterampilan. “... kalo anak

saya tidak ikut PPA mungkin dia tidak pernah tahu bagaimana rasanya ayam

KFC, tidak tahu Dream Land, tidak tahu seperti apa bandara, dan tidak tahu

bagaimana rasanya sekolah...32”

Anak-anak mengalami banyak perubahan selama mereka dibina di

PPA. Banyak hal yang diceritakan anak-anak mereka, dan cerita yang

disampaikan anak-anak beberapa diantaranya merupakan hal yang baru bagi

orang tua.

Narasumber menyatakan bahwa anak-anak mereka cukup baik

menurut pandangan orang tua. Anak mereka mau menerima nasehat dari

orang tua. Perilaku sehari-hari anak selama di rumah sangat baik, hal ini

nampak bila dibandingkan dengan teman-teman sebaya anak yang tidak

dibina PPA (anak tetangga). Beberapa orang tua meragukan perilaku anak

mereka ketika mereka berada di luar rumah atau ketika mereka bersama

teman-teman anak mereka. “...kalo dirumah ya baik mas, tapi kalau baru

dolan saya tidak tau, kan saya kerja jadi jarang dirumah...33”

Anak-anak memiliki bahasa komunikasi yang baik menurut

pemahaman orang tua. Anak-anak juga memiliki bahasa yang baik ketika

31
wawancara: Mo/mi, Wa/mi, Pu/mi, Sa/mi, Po/mi, Re/mi, Ba/mi,Ol/mi,Ti/mi
32
wawancara: Mly/ba
33
wawancara: Sjn/pu, Stk/wa

84
mereka bersama teman-teman. Beberapa narasumber menyatakan bahwa anak

mereka tidak mengucapkan kata makian.

Anak-anak cukup rajin membantu orang tua, tidak mengeluhkan

keadaan ekonomi keluarga mereka. “...saya bersyukur kedua anak saya tu

nrimo-nrimo (anak-anak yang dapat menerima keadaan, tidak menuntut

sesuatu) mboten sambat pripun-pripun (tidak mengeluh tentang apa-apa)...”34

Beberapa narasumber menyatakan bahwa mereka tetap bersyukur

walau pun anak mereka hanya mengenyam pendidikan sampai jenjang SMK,

karena ketidak mampuan menanggung biaya pendidikan pada jenjang yang

lebih tinggi. “... ya mampunya sampai SMK saja mas, tapi kulo tetap

bersyukur, walau pun tidak kuliah, yang penting bisa kerja, dan dapat uang,

bisa meringankan beban orang tua, bisa bantu adik-adiknya...35”

Pembinaan yang dilakukan PPA cukup berpengaruh terhadap anak-

anak dan orang tua. Karena selain anak-anak dibina di PPA, orang tua juga

mendapat pembinaan walau pun hanya sebulan sekali. Ibadah yang

diperuntukan bagi orang tua anak, dan berbagai macam seminar pernah

diikuti oleh narasumber.

Dampak pembinaan yang dilakukan PPA juga membawa anak-anak

kepada sesuatu yang amat kuat dipegang oleh anak-anak. Kerohanian anak-

anak mereka cukup baik, bila dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak

34
Ibid
35
wawancara: Mly/ba

85
dibina PPA. Beberapa anak terlibat aktif dalam pelayanan ibadah di gereja

mereka36.

Beberapa narasumber menyatakan bahwa mereka kembali

mendaftarkan anak-anak mereka yang lain, karena mereka merasa ada sesuatu

yang lebih baik, yang mereka dapati pada anak mereka yang telah dibina PPA

sebelumnya. “ ... kalo dampaknya tidak baik bagi anak saya, tentu saja pasti

saya tidak mendaftarkan lagi adiknya ke PPA...37”

3.7. Temuan Lain

Dari objek penelitian diperoleh beberapa informasi lain, diantaranya:

Selain target pembinaan jangka panjang, ada juga target pembinaan jangka

pendek. Evaluasi terhadap tingkat pencapaian anak dilakukan setiap ahir tahun

fiskal. Evaluasi dilakukan oleh mentor, berdasarkan pengamatan mereka terhadap

anak yang mereka bina. Selama ini PPA tidak mengetahui adanya sosialisasi

program pembangunan karakter dari pemerintah. Kegiatan pembinaan anak

didasarkan pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh Compassion Indonesia.

PPA menjadi pelaksana pembinaan berdasarkan ketentuan dari Yayasan

Compassion Indonesia. selama ini belum ada materi atau kurikulum khusus

tentang karakter.

36
wawancara: Sjn/pu, Sp/ol, Bs/ti, Stk/wa
37
wawancara: Sp/ol

86

Anda mungkin juga menyukai