GEOLOGI SEJARAH

1. BAGIAN DARI GEOLOGI YANG KHUSUS MEM-

BAHAS TENTANG SEJARAH BUMI.

2. PEMBAHASAN MELIPUTI PROSES PEMBEN-

TUKAN BUMI, PERKEMBANGAN FISIK DAN
KIMIA SERTA PERKEMBANGAN KEHIDUPAN
DIMUKA BUMI SEPANJANG WAKTU GEOLOGI.

3. WAKTU GEOLOGI TERHITUNG DARI SAAT

PEMBENTUKAN BUMI (4,6 MILYAR TAHUN
YANG LALU) HINGGA SAAT INI.
 SEJARAH GEOLOGI SEJARAH

WAKTU / JAMAN
KUNO PERTENGAHAN MODERN

PENDEKATAN
RELIGIOUS/ PATERNALISTIC SCIENTIFIC
DOGMATIC
PARADIGMA

FIXISM MOBILISM
 GEOLOGI SEJARAH
1. SEJARAH GEOLOGI VS. GEOLOGI SEJARAH
2. SEJARAH GEOLOGI MERUPAKAN URUTAN PER-
KEMBANGAN PROSES DAN TEMPAT PEMBEN-
TUKAN BATUAN YANG ADA, PERKEMBANGAN
TEKTONIK YANG TERJADI SERTA PROSES EKSO-
GENIK YANG MENJADIKAN KENAMPAKANNYA
SEPERTI YANG TERLIHAT PADA MASA KINI
PADA SUATU DAERAH TERTENTU.
3. GEOLOGI SEJARAH MERUPAKAN INTEGRASI DARI
SEJARAH GEOLOGI DIBERBAGAI TEMPAT DI BUMI.
GEOLOGI SEJARAH ADALAH : SEJARAH GEOLOGI
DARI SELURUH BAGIAN BUMI
 KOMPONEN GEOLOGI SEJARAH
1. W A K T U
a. Waktu Nisbi : HUKUM DASAR STRATIGRAFI
b. Waktu Absolut : RADIOMETRIC DATING
2. MATERI & PROSES
a. PLATE TECTONICS
b. SEA-LEVEL CHANGES

3. LINGKUNGAN / TEMPAT
STRATIGRAFI & SEDIMENTOLOGI
4. KONDISI BIOTIK
ORGANIC EVOLUTION

Pada jaman apa terjadi apa yang

bagaimana, dimana, dan bagaimana
kaitannya dengan organisme yang ada
 HUKUM DASAR STRATIGRAFI

1. HUKUM INITIAL HORIZONTALITY

2. HUKUM SUPERPOSISI

3. HUKUM LATERAL ACCRETION

4. HUKUM CROSS-CUTTING RELATIONSHIP

5. HUKUM INKLUSI

6. HUKUM BIOTIC SUCCESSION

7. HUKUM STRATA IDENTIFIED BY FOSSIL

 HUKUM INITIAL HORIZONTALITY
Pada waktu baru terjadi, endapan akan teronggok oleh
pengaruh gravitasi, mengikuti permukaan alas peng-
endapan dan mempunyai permukaan endapan yang
horisontal, menerus dan membaji di tepian cekungan.

Pembajian Permukaan horisontal

Perlapisan tebal horisontal berarti masih
Daerah stabil / pasif
sesuai aslinya, belum terangkat / terlipat
Perlapisan miring, berarti telah menga- Daerah tektonik aktif
lami pengangkatan / perlipatan
DAERAH TEKTONIK STABIL

DAERAH YANG
DALAM WAKTU
GEOLOGI YANG
LAMA TIDAK
MENGALAMI
GANGGUAN TEKTO-
NIK AKAN MENGHA-
SILKAN PERLAPIS-
AN YANG TEBAL
DENGAN POSISI
TETAP HORISONTAL
DAERAH TERGANGGU TEKTONIK

DAERAH YANG
SETELAH TERJADI
PENGENDAPAN
KEMUDIAN
MENGALAMI
GANGGUAN TEKTO-
NIK, AKAN MENGHA-
SILKAN PERLAPIS-
AN DENGAN POSISI
TIDAK HORISONTAL
TETAPI TERMIRING-
KAN
DAERAH TEKTONIK KUAT

DAERAH YANG
SETELAH TERJADI
PENGENDAPAN
KEMUDIAN
MENGALAMI
GANGGUAN TEKTO-
NIK YANG SANGAT
KUAT, AKAN MENG-
HASILKAN PERLA-
PISAN DENGAN
POSISI MELIUK
KUAT
( TIGHT FOLDING )
 HUKUM SUPERPOSISI
Dalam keadaan tidak terganggu, dalam suatu urutan
perlapisan batuan, lapisan yang terbentuk terdahulu
(yang tua) akan terletak di bawah lapisan yang terbentuk
kemudian (yang muda) > Lapisan muda di atas lapisan tua

e
d
c
b
a

e
d

?
e
c d

b c c
b
a a
PENERAPAN HUKUM SUPERPOSISI

MANA ATAS MANA BAWAH ???

 PENERAPAN HUKUM SUPERPOSISI

Untuk perlapisan yang berkemiringan besar atau posisi-

nya vertikal, superposisi perlu ditentukan dengan
jalan FACING (Penentuan top dan bottom suatu lapisan)

FACING DILAKSANAKAN DENGAN :

1. Gradasi Tekstur batuan pada setiap lapisan
2. Keberadaan sole marks pada muka lapisan
3. Keberadaan top marks pada muka lapisan
4. Perlandaian pada cross-bedding
5. Terminasi vertikal dari trace fossil
PENERAPAN HUKUM SUPERPOSISI
PENERAPAN HUKUM SUPERPOSISI
1. Tentukan ada berapa satuan batuan yang ada dalam
kolom untuk menentukan berapa kelompok pengen-
dapan telah terjadi.
2. Tentukan pada setiap satuan masing-masing tersusun
oleh berapa fasies untuk menentukan berapa proses
pengendapan telah terjadi untuk tiap satuan dan ter-
bentuk pada lingkungan apa saja.
3. Tentukan apakah ada interfingering dari dua satuan
untuk menentukan apakah ada dua proses pengen-
dapan terjadi bersama-sama.
4. Tentukan apakah ada ketidakselarasan antara dua
satuan untuk menentukan apakah ada fase pengang-
katan atau erosi antara dua proses pengendapan.
5. Tentukan kandungan fosil untuk setiap satuan untuk
menentukan kapan dan dimana proses pengendapan
setiap satuan itu berlangsung sehingga dapat dire-
konstruksi apakah terjadi transgresi, regresi, exposure
sepanjang pengendapan penyusun kolom.
 HUKUM LATERAL ACCRETION
Dalam keadaan normal, dalam suatu urutan proses peng-
dapan, perlapisan akan tumbuh (mengalami akresi) ke
arah lateral. Pembajian terjadi pada tepian maupun pada
dasar cekungan. > Lapisan muda bisa terdapat di atas
maupun disamping lapisan tua

ARAH AKRESI
VARIASI DARI LATERAL ACCRETION

Progradasi

Retrogradasi

Agradasi
 DEPOSITIONAL DYNAMICS

SL7
13
12 12 SL5 SL6
9 9 SL4
8 10 11
7 7 SL1 SL2

1 6 6
2 5 SL3
3
4

EROSION SURFACE
PROGRADATION
RETROGRADATION
HUKUM LATERAL ACCRETION > DEPOSITIONAL PACKET >
STRATAL ARCHITECTURE

1 100 Km
SEQUENCE
STRATIGRAPHY
 HUKUM UNIFORMITARIANISM
Peristiwa geologi yang terjadi di masa lalu dikontrol oleh
Hukum alam yang sama dengan proses geologi yang
terjadi masa kini, walau tidak selalu dalam intensitas
yang sama
Gunung api yang meletus menghasilkan abu / debu yang
setelah mengeras menjadi tuf.
Kalau dalam suatu perlapisan batuan terdapat tuf, ditafsirkan
bahwa pada saat pembentukan sedimen tersebut terjadi
letusan gunung api.
Pada laut masa kini, koral hanya hidup pada perairan yang
dangkal, jernih dan hangat.
Kalau dalam suatu urutan batuan sedimen dijumpai batu-
gamping koral, maka ditafsirkanbahwa batugamping tersebut
dulu diendapkan pada laut yang dangkal, jernih dan hangat
YANG BERSIFAT UNIFORM ADALAH HUKUM ALAM
YANG MENGONTROLNYA
 HUKUM HUBUNGAN POTONG SILANG
(CROSS-CUTTING RELATIONSHIP)

APABILA SUATU TUMPUKAN PERLAPISAN BATUAN

DITEROBOS OLEH BATUAN BEKU, MAKA BATUAN YANG
MENEROBOS TADI BERUMUR LEBIH MUDA DARI LAPISAN
BATUAN YANG PALING MUDA YANG DITEROBOS

Batuan beku
berumur lebih
muda dari
batulempung

Batulempung adalah batuan

sedimen yang paling muda
yang diterobos oleh batuan
beku
 CROSS CUTTING RELATIONSHIP
URUTAN KEJADIAN
Unconformity Basal Conglomerate 1. Pengendapan batulempung
bersisipan batugamping
Mesa Butte 2. Terjadi tektonik regangan yang
menghasilkan sesar turun
6 6 3. Terjadi proses magmatisme
5 yang menghasilkan intrusi
4. Terjadi penurunan base-
4 level tanpa perlipatan yang
menghasilkan erosi
5. Terjadi penaikan base-
level yang menghasilkan
1 1 pengendapan batulempung
bersisipan batupasir de-
ngan hasil erosi batuan ba-
wah masuk sebagai konglo-
merat alas (basal conglome-
3 2 rate)
6. Terjadi penurunan base-
level tanpa perlipatan yang
menghasilkan erosi yang
membentuk morfologi mesa
dan butte
 INTRUSI

INTRUSI

BATUAN YANG
BATUAN YANG
DITEROBOS
DITEROBOS
 VARIASI DALAM
CROSS-CUTTING RELATIONSHIP

SESAR : Sesar yang memotong sejumlah lapisan batuan ter-

jadi lebih muda dari lapisan batuan termuda yang
terkena sesar

LIPATAN : Lipatan yang melipat sejumlah lapisan batuan

terjadi lebih muda dari lapisan batuan termuda yang
terlipat
 LIPATAN DAN SESAR

REKONSTRUKSI
KRONOLOGI
PROSES
PEMBENTUK
STRUKTUR
KOLOM STRA-
SEJARAH PENGENDAPAN + SEJARAH STRUKTUR = TIGRAFI HASIL
SEJARAH GEOLOGI TEMPAT TERSEBUT URUTAN PENG-
ENDAPAN
 HUKUM INKLUSI
BATUAN YANG MENGINKLUSI SELALU LEBIH TUA DARI
BATUAN YANG DIINKLUSINYA
INKLUSI

INKLUSI GRANIT PADA BATU- INKLUSI BATUPASIR DALAM

PASIR MENUNJUKKAN BAHWA GRANIT MENUNJUKKAN BAHWA
GRANIT LEBIH TUA DARI BATU- BATUPASIR LEBIH TUA DARI GRANIT
PASIR
 HUKUM BIOTIC SUCCESSION
(Abbe Giraud – Soulavie)
DALAM SUATU URUTAN BATUAN SECARA VERTIKAL, KANDUNG-
AN FOSILNYA MENGALAMI PERGANTIAN SECARA SISTEMATIS

Fosil penciri : Fosil Index, penciri lapisan tertentu

SETIAP PERLAPISAN DICIRIKAN OLEH KANDUNGAN

FOSILNYA YANG KHAS

SUATU PERLAPISAN BATUAN TERTENTU DAPAT

DIBEDAKAN DARI PERLAPISAN YANG LAIN ATAS
DASAR CIRI TERTENTU DARI KANDUNGAN FOSILNYA

HUKUM : STRATA IDENTIFIED BY FOSSIL

(William Smith)
 PERKEMBANGAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU
Dari urutan batuan sedimen yang ada di bumi dijumpai fosil
yang berbeda - beda
Pada batuan yang lebih tua dijumpai fosil yang mempunyai
bentuk yang lebih sederhana dengan keanekaragaman
yang kecil.
Semakin muda batuannya fosil yang terkandung mempunyai
bentuk yang lebih kompleks dengan keanekaragaman
yang besar.
1. ORGANISME BERKEMBANG SEPANJANG WAKTU GEO-
LOGI >> MENGALAMI EVOLUSI
2. EVOLUSI DARI BENTUK SEDERHANA KE ARAH YANG
YANG LEBIH KOMPLEKS (PROGRESIF / NON
RETROGRESIF)
3. JAMAN GEOLOGI DI BERDIRIKAN UNTUK WAKTU DI
MANA TERJADI KUMPULAN FOSIL YANG KHAS
YANG BERBEDA DENGAN WAKTU SEBELUM DAN
SESUDAHNYA.
PERKEMBANGAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU
PERKEMBANGAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU
 MODEL EVOLUSI
MODEL PERTAMA (A) : MERUPAKAN MODEL
PHYLETIC GRADUALISM DIMANA PERU-
BAHAN TERJADI SECARA MENERUS SEPAN-
JANG SEJARAH PERKEMBANGANNYA
MODEL KEDUA (B) : MERUPAKAN MODEL
PUNCTUATED EQUILIBRIUM
MENUNJUKKAN KONDISI STABIL (GARIS
VERTIKAL) YANG DIIKUTI OLEH PERUBAHAN
YANG CEPAT / MENDADAK (GARIS HORISONTAL)
 PRINCIPLE OF
BIOSTRATIGRAPHIC CORRELATION
MASALAH REKONSTRUKSI SEJARAH

APA YANG TERJADI ?

KAPAN, BAGAIMANA URUT-
ANNYA ?
 REKONSTRUKSI SEJARAH GEOLOGI

S S S

S S
TS

S : HUBUNGAN SELARAS
STANDAR
TS : HUBUNGAN TIDAK SELARAS
KOLOM STRATIGRAFI
 PEMBACAAN SEJARAH GEOLOGI
F4
F2
F3
F1
BACA SEJARAH GEOLOGI DENGAN MENG-
INTEGRASIKAN SEJARAH PENGENDAPAN,
SEJARAH TEKTONIK, PENETAPAN WAKTU
& PENETAPAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN
1. Tentukan kedudukan perla-
pisan, normal atau terbalik,
tentukan superposisinya da-
ri yang tertua ke termuda.
Tentukan apakah ada keti-
dak selarasan, antara apa dan
apa. Tentukan sejarah peng-
endapannya.
2. Tentukan semua struktur ge-
ologi yang ada, tentukan ma-
na yang memotong ketidak-
selarasan dan mana yg tidak,
serta struktur apa memotong
apa. Tentukan sejarah tek-
toniknya.
3. Periksa kandungan fosil pen-
ciri umur dan lingkungan
pengendapan, setidak-tidak-
nya pada contoh yang diam-
bil dari bagian terbawah dan
teratas serta pada batuan yang
berbeda secara menyolok.
PEMBACAAN SEJARAH GEOLOGI

PENGANGKATAN,
PEMIRINGAN,
EROSI

PENGENDAPAN
OLD RED SAND-
STONE
EROSI MENGHA-
SILKAN KETIDAK-
SELARASAN
TEKTONIK BER-
AKIBAT DEFOR-
MASI
PENGENDAPAN
JAMAN SILUR
 PEMBACAAN SEJARAH GEOLOGI
1. Perhatikan kedudukan jurus
dan kemiringan batuan
2. Tentukan urutan / superpo-
sisi dari kemiringan tersebut
guna menentukan urutan
pengendapan
3. Perhatikan lipatan, sesar dan
intrusi, gunakan hukum
Cross-cutting untuk mengu-
rutkan proses kejadiannya
4. Perhatikan pola penyebaran
batas satuan untuk menentu-
kan adanya ketidak selarasan
guna penentuan masa peng-
angkatan / erosi
INTEGRASIKAN SEMUA TAFSIRAN SEDIMENTASI, STRUKTUR DAN
PROSES GEOMORFOLOGI SECARA KRONOLOGIS SEHINGGA DA-
PAT DIREKONSTRUKSI PROSES APA YANG PERTAMA TERJADI DAN
PROSES-PROSES APA YANG MENGIKUTINYA HINGGA SAAT INI
 TUGAS GEOLOGI SEJARAH
1. PEMBACAAN SEJARAH GEOLOGI DARI PETA GEOLOGI
a. Cari peta geologi sekala 1 : 100.000 terbitan Direktorat Geologi / P3G
( daerah sembarangan di Jawa, sebut kode peta sumbernya)
b. Ambil daerah seluas ½ kuarto, minimal 5 satuanbatuan (formasi) lengkap
dengan berbagai struktur geologi
c. Buat kolom yang representatif untuk daerah tersebut dan tafsirkan sejarah
pengendapannya (proses dan lingkungannya).
d. Tafsirkan urutan tektonik di daerah tersebut berdasar data yang ada
e. Pekerjaan diserahkan selambat-lambatnya tanggal 28 Maret 2005 jam 12
WIB di mail box depan kantor saya.
2. PERSIAPAN PENYUSUNAN POSTER SEJARAH GEOLOGI
a. Bentuk regu/kelompok yang terdiri dari 3 orang
b. Setiap kelompok menyerahkan 3 judul alternatif, tiap judul didukung se-
kurang-kurangnya 5 pustaka pendukung, termasuk download dari internet
c. Penyerahan nama kelompok dan alternatif judul selambat-lambatnya tgl.
30 Maret 2005 pada saat kuliah GS.
 PERTANGGALAN ABSOLUT
Setiap mineral yang bersifat radioaktif (parent isotope), segera setelah
terbentuk akan mengalami PELURUHAN, menuju ke bentuk
mineral lain yang tidak radioaktif (daughter isotope)
Potasium – 40 Argon – 40
Parent / Induk Daughter/ Ubahan
Proses peluruhan bekerja secara terus menerus dalam intensitas yang
konstan, dengan mengikuti Waktu Paruh (Half Life), yaitu
waktu yang diperlukan oleh suatu mineral untuk meluruh hing-
ga menjadi 50 % dari masa semula.
Setiap unsur radioaktif memiliki Waktu Paruh yang khas.

UMUR BATUAN YANG MENGANDUNG SESUATU MINERAL RADIO-

AKTIF DITENTUKAN BERDASARKAN ATAS DASAR PERSENTASE
ANTARA ISOTOP INDUK TERHADAP ISOTOP UBAHANNYA DAN
MEMBANDINGKANNYA DENGAN WAKTU PARUH BAGI MINERAL
RADIOAKTIF TERSEBUT
 ISOTOP YANG SERING DIGUNAKAN
PADA PERTANGGALAN ABSOLUT
KISARAN MATERIAL ATAU
ISOTOP ISOTOP WAKTU PARUH PERTANGGALAN MINERAL YANG DAPAT
INDUK UBAHAN (Tahun) EFEKTIF DIGUNAKAN UNTUK
(Tahun) PERTANGGALAN

Segala sesuatu yang

pernah hidup : kayu,
Carbon 14 Nitrogen 14 5730 + 30 100 – 70.000
tulang, daun, cang-
kang, kain
Muskovit, Biotit,
Argon 40 50.000 –
Kalium 40 1,3 milyar Hornblende, Batuan
Calcium 40 4,6 milyar
volkanik
Uranium 238 Timbal 206 4,5 milyar 10 juta – Zircon, Uraninit,
Thorium 232 Timbal 208 14 milyar 4,6 milyar Pitchblende
Muskovit, Biotit,
10 juta –
Rubidium 87 Strontium 87 47 milyar K-Feldspar, Batuan
4,6 milyar
Beku & Metamorf
 PERTANGGALAN ABSOLUT
Suatu batuan mengandung mi-
neral yang mempunyai isotop
U238 sebanyak 64 %
Maka umur batuan tersebut ada-
lah 2.8 + x milyar tahun

64.0
Half Life 4.5 mth
 KEMAGNETAN PURBA

Bumi bersifat sebagai magnet yang besar.

Dalam posisi seperti pada saat ini, posisi
kemagnetan bumi (polaritasnya) diang-
gap Normal, sedang apabila kutub
utara magnetik ada di selatan disebut
posisi polaritas Reversed

PADA WAKTU MAGMA MEMBEKU, DALAM LINGKUNGAN MEDAN MAGNET TER-

TENTU, MINERAL-MINERAL AKAN MENGKRISTAL DENGAN POSISI ARAH ME-
MANJANG MENGIKUTI MEDAN MAGNET BUMI PADA WAKTU ITU.
MAGNETIC ALIGNMENT JUGA TERJADI PADA BUTIR SEDIMEN YANG HALUS
YANG TERENDAPKAN PADA ENERGI YANG SANGAT RENDAH.
DISAMPING MEREKAM POLARITASNYA SEKALIGUS TEREKAM DEKLINASI DAN
INKLINASI DARI TEMPAT PEMBEKUAN MAGMA TERSEBUT, SEHINGGA PALEO-
KOORDINATNYA DAPAT DIHITUNG.
MAGNETISASI MINERAL
KOMPONEN GEOLOGI SEJARAH
1. W A K T U
a. Waktu Nisbi : HUKUM DASAR STRATIGRAFI
b. Waktu Absolut : RADIOMETRIC DATING
2. MATERI & PROSES
a. PLATE TECTONICS
b. SEA-LEVEL CHANGES

3. LINGKUNGAN / TEMPAT
STRATIGRAFI & SEDIMENTOLOGI

4. KONDISI BIOTIK
ORGANIC EVOLUTION
 PERUBAHAN PARADIGMA
GEOLOGI SEJARAH
Hasil dari pertanggalan absolut dan kemagnetan purba menunjuk-
kan bahwa suatu titik / tempat di muka bumi masa kini
pada masa lalu menunjukkan lokasi yang berubah-ubah
sepanjang waktu geologi

PARADIGMA FIXISM BERUBAH MENJADI

PARADIGMA MOBILISM

Pergeseran lokasi tersebut terjadi karena titik yang diukur berge-

rak mengikuti gerakan lempeng litosfer dimana titik
tersebut berada. Lempeng bergerak karena pergerakan
mantel akibat adanya arus konveksi.

PLATE TECTONICS
 PENDAHULU PLATE TECTONICS

Sebelum teori Plate Tectonics dikemukakan pada akhir tahun 60-an,

telah ada teori yang menyatakan bahwa benua yang ada di bumi
sepanjang waktu mengalami perubahan letak.

Pada awal abad 20 Alfred Wegener mengemukakan teori apungan

benua (Continental Drift) dimana benua mengapung di atas mantel
dan bergerak

Walaupun teori Wegener ini mempunyai banyak bukti tetapi pada

saat teori ini dikemukakan, Wagener belum dapat memberikan
mekanisme terjadinya pergerakan benua tersebut, sehingga teori
ini belum dapat diterima hingga akhir tahun 1950 -an
CONTINENTAL DRIFT
PROSES REKONSTRUKSI BENUA
YANG SANGAT TERKENAL YANG
DILAKUKAN OLEH ALFRED WE-
GENER MENUNJUKKAN TIGA TA-
HAP DARI TEORI APUNGAN BENUA
(CONTINENTAL DRIFT)

PADA AKHIR JAMAN KARBON SE-

MUA BENUA YANG ADA DI BUMI
BERSATU SEBAGAI BENUA YANG
SANGAT BESAR YANG DISEBUT
SEBAGAI BENUA PANGAEA. BAGIAN
DARI BENUA BESAR INI KEMUDIAN
SALING BERGESER MENJAUH SE-
HINGGA MENCAPAI KONFIGURASI
SEPERTI MASA KINI DENGAN BEBE-
RAPA SAMUDERA TERBENTUK DI AN-
TARA BENUA-BENUA TERSEBUT
 PLATE TECTONICS

Sepanjang waktu geologi posisi tempat-tempat di bumi mengalami

perubahan akibat pergerakan lempeng.
Kulit bumi terbagi menjadi
sejumlah lempeng litosfer
lempeng benua : granit
lempeng samudera : basalt
Lempeng litosfer bergerak pada
arah :
Saling menjauhi :
Rifting, Spreading
Saling mendekati :
Subduction, Collision
Shearing
POSISI SUATU TITIK DI MUKA BUMI DIMASA LALU SERTA BAGAIMANA PERGE-
RAKAN LEMPENG PADA MASALALU DIKETAHUI DENGAN PENDEKATAN PER-
TANGGALAN RADIOMETRIK (MUTLAK) DAN KEMAGNETAN PURBA (PALEO-
MAGNETISM).
BEBERAPA JENIS HUBUNGAN
LEMPENG
 GERAKAN LEMPENG
SUPERBENUA

RIFTING
SUBDUCTION

COLLISION
(PENUNJAMAN)

(PERETAKAN - PEMISAHAN)
(TUMBUKAN)

SPREADING
(PEMEKARAN SAMUDERA)

SIKLUS WILSON
Berlangsung beberapa ratus juta tahun
 ZONA RIFTING

RIFTING UMUMNYA TERJADI PADA BAGIAN TENGAH BENUA, MEM-

BENTUK LEMBAH MEMANJANG DENGAN TEBING YANG CURAM
AKIBAT SESAR TURUN, YANG MEMBENTUK ENDAPAN KIPAS ALU-
VIAL, ENDAPAN SUNGAI DAN ENDAPAN DANAU
AWAL KONTROVERSI….!
TRIPPLE JUNCTION
TRIPPLE JUNCTION
MENGHASILKAN RE-
KAHAN 3 ARAH, NW,
NE DAN SW.
GERAKAN KE UTARA
MENGUAT SEDANG GE-
RAKAN YANG LAIN ME-
LEMAH ATAU PADAM

TERJADI PEMEKARAN
MEMBENTUK TELUK
ADEN, L. MERAH DAN
LEMBAH AFRIKA TIMUR
SEBAGAI FAILED RIFT
ATAU AULACOGEN
PEMEKARAN LANTAI SAMUDERA
SAMUDERA ATLANTIK UTARA
SAMUDERA ATLANTIK SELATAN
RIWAYAT PEMBENTUKAN
SAMUDERA ATLANTIK

200 JUTA T.L

120 JUTA T.L.

56 JUTA T.L.

MASA KINI
PENUNJAMAN