Anda di halaman 1dari 26

TUGAS 7

PEMBELAJARAN PKN SD II
TENTANG
“Berlatih Menggunakan Pendekatan Metode, Model Pembelaaran Tematik Yang
Berbasis TPACK”

Disusun Oleh :

Nurul Fhadillah
18129074
18 BKT 11

Dosen Pembimbing : Dra. Reinita M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2020

Berlatih Menggunakan Pendekatan Metode, Model Pembelaaran Tematik Yang Berbasis


TPACK
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) adalah suatu kerangka
kerja yang mengidentifikasi pengetahuan, guru perlu mengajar secara efektif dengan
kerangka teknologi. Menurut Mishra, et al (2016: 2) TPACK adalah suatu kerangka kerja
untuk memahami dan menggambarkan jenis pengetahuan yang dibutuhkan oleh seorang guru
untuk mengefektifkan praktek pedagogi dan pemahaman konsep dengan mengintegrasikan
sebuah teknologi di lingkungan pembelajaran.
TPACK baik sebagai teknologi informasi dalam bentuk unit pembelajaran di kelas
maupun TPACK dalam bentuk teknologi data dalam bentuk kelembagaan dapat menjadi
alternatif paling depan dalam mengawinkan pendidikan nyata dengan pendidikan virtual di
era digital. TPACK dalam konteks pembelajaran bisa dengan menggunakan model Computer
Assisted Instruction (CAI) atau yang lebih ekstrim dengan menggunakan Computer Based
Instruction (CBI). Komputer sebagai instrument utama dalam pembelajaran ini harus
dipersiapkan dalam insfrastruktur pendidikan. TPACK dalam kelembagaan bisa didesain
dengan menggunakan aplikasi yang dikembangkan semisal ruangguru.com, gurusd.net, atau
aplikasi-aplikasi lainnya. Implementasi TPACK di dikdasmen bisa dilakukan dengan dua
cara; di ruang kelas dengan menggunakan teknologi sebagai bagian dari pembelajaran dan di
ruang global sebagai aplikasi dari implementasi teknologi data. 1. Implementasi TPACK di
ruang kelas memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. CAI sebagai contoh yang paling mudah
dan CBI adalah contoh yang paling sulit. Implementasi CAI adalah pembelajaran yang
dibantu dengan komputer dan sepertinya ini sudah banyak dilakukan oleh banyak guru di
Indonesia.
Penggunaan Word Processor, atau menggunakan aplikasi Microsoft office, Microsoft
Power Point, Microsoft Excel adalah beberapa contoh yang digunakan dalam CAI. Alat yang
mungkin sering digunakan adalah komputer dan projector. Kemampuan menguasai aplikasi
ini relatif mudah dan cepat untuk dipelajari. 2. Implementasi TPACK yang agak rumit dan
membutuhkan kemampuan komputer lebih adalah menggunakan CBI. Sesuai dengan
namanya computer-based, maka pembelajaran ini berbasis komputer. Semua dilakukan
dengan komputer. CBI sebagai sebuah model pembelajaran bisa menggunakan banyak hal
dalam komputer, baik belajar dengan menggunakan aplikasi atau belajar dengan seluruh
prosesnya menggunakan komputer. Komputer adalah alat utama dan pertama dalam belajar.
Beberapa cara yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan aplikasi yang
bertebaran di internet. Ada yang gratis ada juga yang berbayar. Salah satu yang bisa
digunakan dalam CBI yang mudah adalah menggunakan web-based learning. Guru bisa
memanfaatkan web sebagai bahan untuk belajar, baik web milik orang lain yang sudah
established atau membuat web sendiri sesuai dengan tujuan pembelajaran. Beberapa social
software yang bisa digunakan adalah blog seperti di Blogspot, WordPress, EzBlogWorld,
Bachraich Blog, Getablog atau seperti Wiki dan Podcast. Guru tinggal mendesain blognya
atau Wiki dan Podcastnya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Siswa bisa belajar di mana saja
dan kapan saja. Agar TPACK bisa menjadi sebuah ekosistem pendidikan berbasis data, maka
guru atau sekolah harus mengembangkan aplikasi komputer.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan
adanya pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran
Tematik Terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah merekapahami.
Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai mata
pelajaran yaitu intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner. Integrasi
intradisipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap matapelajaran. Integrasi interdisipliner dilakukan dengan
menggabungkan kompetensi- kompetensi dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang
lainnya, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan menjaga
keselarasan pembelajaran. Integrasi multidisipliner dilakukan tanpa menggabungkan kompetensi dasar
tiap mata pelajaran sehingga tiap mata pelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri.
Integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai matapelajaran yang ada dengan
permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran menjadikontekstual.
Tematik terpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan di atas
sehingga berbeda dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada kurikulum sebelumnya.
Selain itu, pembelajaran tematik-terpadu ini juga diperkaya dengan penempatan mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas I, II, dan III sebagai penghela mata pelajaran lain. Melalui perumusan
Kompetensi Inti sebagai pengikat berbagai mata pelajaran dalam satu kelas dan tema sebagai pokok
bahasannya, sehingga penempatan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran
lain menjadi sangat memungkinkan.

A. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik, PBL dan DiscoveryLearning

a. Hakekat Pendekatan Saintifik


1. Pengertian
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan –
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum
atau prinsip yang “ditemukan”( Hosnan,2014: 34). Dalam pembelajaran saintifik
diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari
tahu informasi dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Pembelajaran yang melibatkan pendekatan saintifik akan melibatkan keterampilan
proses, seperti kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk pengajuan
hipotesis atau pengumpulan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan
pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu,
percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber.
Dalam melakukan kegiatan tersebut, bantuan atau bimbingan guru tetap dibutuhkan.
2. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
(1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi peserta didik. (2) untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. (3) terciptanya kondisi pembelajaran
dimana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. (4)
diperolehnya hasil belajar yang tinggi (5) untuk melatih peserta didik dalam
mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah (6) untuk
mengembangkan karakter peserta didik (Hosnan, 2014).
3. Langkah-Langkah Saintifik

a. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik


Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan
ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi
melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu,
sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-
sifat nonilmiah (Hosnan, 2014).
Dalam buku Materi Pelatihan Guru, Syarif memaparkan bahwa pendekatan
saintifik dalam pembelajaran disajikan menjadi liam pengalaman belajar, sebagai
berikut :
1. Mengamati (observasi)
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode
mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah
guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk
memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda
atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan,
ketelitian, dan mencari informasi.
2. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta
didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang
abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih
memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua
dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin
tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin
dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang
lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan
peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan
faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
3. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih
banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan
eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan
melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/
kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
4. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan


pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan


informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai
kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif.

Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan


beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya
menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-
pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan
pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.

5. Menarik kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik


merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok,
atau secara individual membuat kesimpulan.

6. Mengomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada


peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini
dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya ( Syarif,2013). Adapun kompetensi yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas,
dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar

4. Keunggulan Saintifik

Pendekatan scientific menggunakan pembelajaran discovery learning siswa dituntut


untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengaktegorikan, menganalisis, mengintergrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan. Kelebihan pendekatan saintifik menggunakan pembelajaran
discovery learning adalah sebagai berikut:
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
d. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
e. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerjasama denagn yang lainnya.
f. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-
gagasan.
g. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
h. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
i. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
j. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
k. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia
seutuhnya.
l. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
m. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

b. Hakekat Pendekatan PBL


1. Pengertian Problem Based Learning ( PBL )
Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,
dan memperoleh pengetahuan PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem
pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-
dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam
peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan
baik.  Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan setiap
suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.
PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa
masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau
mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru.. PBL adalah metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan
metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia
nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum
mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan
analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber
pembelajaran.

Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal
pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa
dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini
akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan
kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL. PBL merupakan satu
proses pembelajaran di mana masalah merupakan pemandu utama ke arah pembelajaran
tersebut.  Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik
dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya.

2. Tujuan PBL
Pembelajaran berbasis masalah(PBL) bermaksud untuk memberikan ruang gerak
berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang
terkait dengan materi yang disampaikan oleh guru. Karena pada dasarnya ilmu
Matematika bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep Matematika dengan
kehidupan sehari-hari. Memiliki ketrampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan
pengetahuan tentang proses alam sekitar,mampu menerapkan berbagi konsep matematika
untuk menjelaskan gejala alam dan mampu menggunakan teknologi sederhana untuk
memecahkan masalah yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari(Depdikbud:1994).

3. Langkah-Langkah PBL

Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan
segala perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami
prosesnya, dan telah membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok
menjalankan proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah:

a. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas


Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada
dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap
peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep
yang ada dalam masalah.
b. Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan
apa yang terjadi di antara fenomena itu.
c. Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota
tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum
pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming
(curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
d. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian
dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan
sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian
yang membentuknya.
e. Memformulasikan tujuan pembelajaran

4. Keunggulan PBL
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru
i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir
c. Hakekat Pendekatan Discovery
1. Pengertian
Teori belajar penemuan (discovery) dari Bruner mengasumsikan bahwa belajar
paling baik apabila siswa menemukan sendiri informasi dan konsep-konsep. Dalam
belajar penemuan, siswa menggunakan penalaran induktif untuk mendapatkan prinsip-
prinsip, contoh-contoh. Seorang ahli mencoba mengalihkan kegiatan belajar-mengajar
dari situasi yang didominasi guru ke situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental
melalui tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar, dan sebagainya. Salah satu
bentuknya disebut Guided Discovery Lesson (pelajaran dengan penemuan terpimpin)
Discovery (penemuan terbimbing) sering dipertukarkan pemakainnya dengan
inquiry (penyelidikan). Sund berpendapat bahwa discovery (penemuan terbimbing) adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses
mental, Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang ada,
penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa
dimana ia diperlukan. Dalam model ini siswa didorong untuk berfikir sendiri, sehingga
dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan
oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan
materi yang sedang dipelajari.
2. Tujuan
Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi dimana ia bebas menyelidiki
dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya
dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar
mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya
untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru
akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam “menemukan”
pengetahuan baru tersebut.Model ini membutuhkan waktu yang relatif banyak dalam
pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai sebanding dengan waktu yang
digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan
secara langsung dalam proses pemahaman dan ‘mengkonstruksi’ sendiri konsep atau
pengetahuan tersebut. Model ini bisa dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok

.
3. Langkah-Langkah Discovery
1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan,
dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi
pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat
pengalaman belajar mengamati pengetahuan konsep- tual melalui kegiatan
membaca, meng- amati situasi atau melihat gambar.
2. Problem Statement (mengidentifikasi ma- salah). Dari tahapan tersebut, peserta
didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga
pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya mencari
informasi, dan merumuskan masalah.
3. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan
pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk
menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan
melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk
mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif
mengalami kegagalan.
4. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta
didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan kon-
septualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga
akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk
mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai
kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber
yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi
suatu kesimpulan.
6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk
menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan
yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi
peserta didik

4. Keunggulan Pendekatan Discovery


Pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran dikelas, model discovery membutuhkan
metode belajar yang mengarahkan kepada keaktifan siswa. Kelebihan dari model
discovery (Roestiyah, 2013: 20-21), yaitu:
a. Membantu siswa mengembangkan; memperbanyak kesiapan; serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa.
b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga
dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
c. Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
e. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar lebih giat.
f. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses penemuan sendiri.
g. Berpusat pada siswa dan tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja,
membantu bila diperlukan.

B. Langkah-Langkah Model Pembelajaran

b. Model Pembelajaran PKN SD

1. Model Pembelajaran Demonstration


a. Pengertian Model Pembelajaran Demonstration
Model pembelajaran demonstrasion adalah model mengajar
yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian
atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada
peserta didik.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Demonstration


1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah
proses
Demonstrasion berakhir.

2) Persiapkan garis-garis besar langkah-langkah


demonstration yangdilakukan.
3) Lakukan uji coba Demonsration
4) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik
dapat melihatdengan jelas apa yang di demonstrasikan.
5) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai peserta didik.
6) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik.
7) Mulailah demostrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang pesertadidik untuk brfikir

8) Ciptakan suasana yang menyejukkan.


9) Yakinkan bahwa semua peserta didik mengkuti jalannya
demonstrasi.
10) Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif
memikirkan lebihlanjut apa yang dilihat dari proses
demonstrasi.
11) Apabila demonstrasi dilakukan, proses pembelajaran perlu
diakhiri denganmemberikan tugas-tugas.
c. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Demonstrasi

No Kelebihan Kekurangan
1. Demonstrasi dapat mendorong Peserta didik terkadang sukar
motivasi belajar peserta didik. melihat dengan jelas benda yang
akan dipertunjukkan.
2. Demonstrasi dapat menghidupkan Stidak semua benda dapat di
pelajaran karena peserta didik tidak demonstrasikan
hanya mendengar tetapi juga
melihat peristiwa yang terjadi.
3. Domonstrasi dapat mengaitkan Sukar dimengerti apabila
teori dengan peristiwa alam didemonstrasikan oleh guru yang
sekitar. kurang menguasai materi.
4. Demonstrasi apabila dilaksanakan Demonstrasi memerlukan
dengan tepat,dapat terlihat hasilnya. persiapan yang lebiuh matang.
5. Demonstarasi seringkali Demonstrasi memerlukan
mudah teringat daripada peralatan,bahan bahan dan
bahasa dalam buku pegangan tempat yang memadai.
atau penjelasan
pendidik
6. Melalui demonstrasi peserta Demonstrasi merupakan
didik terhindar dari verbalisme kemampuan dan keterampilan
karena langsung diperhatikan guru yang khusus sehingga
bahan pelajaran yang dijelaskan guru dituntut untuk bekerja
lebih
profesional.4

d. Penerapan model pembelajaran demonstrasion di SD/MI


Model pembelajaran demonstration dapat diterapkan pada mata
pelajaran PPKn dengan materi kemerdekaan. Langkah pertama
pendidik menjelaskan tentang bagaimana sulitnya para pahlawan yang
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kemudian
mengidentifikasikan pokok-pokok penting tentang hal-hal yang
berkaitan dengan kemerdekaan. Contohnya: tanggal hari kemerdekaan,
proklamasi, lagu kebangsaan Indonesia dan warna bendera Indonesia.
Lalu pendiidk memperagakan bagaimana cara menghormat bendera
dan menyanyikanlagu indonesia raya.

2. Model Pembeelajaran Direct Intruction


a. Pengertian Model Pembelajaran Direct Intruction
Direct intruction atau model pembelajaran langsung dapat
didefinisikan sebagai model pembelajaran dimana guru
mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung
kepada peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan
distrukturkan oleh guru.
Menurut Killen dalam Depdiknas (2010:23), pembelajaran
langsung merujuk pada berbagai tekhnik pembelajaran ekspositori
(pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung,
misalnya melaui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang
melibatkan seluruh kelas.

b. Langkah- langkah Model Pembelajaran Direct Intruction


Menurut Bruce dan Weil dalam Depdiknas (2010:25) tahap
model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
1) Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru pendidik
memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi
yang akan disampaikan kepada peserta didik.
2) Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa
konsep- konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat
berupa :

Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi


dapatdikuasai peserta didik.
a) Pendidik memberikan contoh-contoh dari konsep materi
pelajaran.
b) Peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi dan
menjelaskanlangkah-langkah kerja terhadap tugas.
c) Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3) Latihan Terstruktur
Pada fase ini guru memandu peserta didik untuk melakukan
latihan-latihan dimana guru memberikan umpan balik terhadap
respon peserta didik dan memberikan penguatan terhadap respon
peserta didik yang benar dan mengkoreksi tanggapan peserta
didik yang salah.
4) Latihan terbimbing
Guru memberikan bimbingan terhadap peserta didik dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih
konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini digunakan guru
untuk menilai kemampuan peserta didik terhadap tugasnya.
5) Latihan mandiri
Setelah peserta didik mamahami materi pelajaran guru
memberikan latihansecara mandiri kepada peserta didik.

c. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Direc Intraction

No Kelebihan Kekurangan
1 Dengan model pembelajaran Model pembelajaran langsung
langsung guru menyampaikan bersandar pada kemampuan
informasi yang banyak dalam siswa melalui kegiatan
waktu yang singkat. mendengarkan, mengamati,
mencatat. Namun tidak semua
siswa memiliki keterampilan
dalam hal-hal tersebut sehingga
menyebabkan siswa merasa
bosan.
2 Merupakan cara yang paling efektif Model pembelajaran langsung
untuk mengajarkan konsep dan melibatkan banyak komunikasi
keterampilan-keterampilan yang satu arah sehingga guru sulit
eksplisit terhadap siswa yang untuk mendapatkan unpan balik
berprestasi rendah mengenai pemahaman siswa, hal
ini dapat membuat siswa tidak
paham atau salah paham.
3 Guru dapat mengendalikan isi Model pembelajaran langsung
materi dan urutan informasi yang sulit untuk mengatasi perbedaan
diterima oleh siswa. dalam hal kemampuan
pengetahuan, pemahaman atau
ketertarikan siswa.5

d. Penerapan model pembelajaran direct instruction


Model pembelajaran direct instrction atau pembelajaran
langsung dapatditerapkan di MI/SD pada mata pelajaran PPKn kelas
tinggi dengan materi pelajaran “mengenal pemerintahan desa dan
kecamatan sendiri”, tepatnya di kelas IV semester 1-2. Pada materi
ini, pendidik menjelaskan secara langsung tentang sistem
pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan.
Kemudian pendidik menjelaskan lembaga-lembaga dalam
susunan pemerintahan desa yaitu: kepala desa, perangkat desa, badan
permusyawaran desa( BPD), lembaga kemasyarakatan. Kemudian
lembaga susunan kecamatan meliputi sekretaris kecamatan, seksi
pemerintahan, seksi pembangunan dan seksi perekonomian, seksi
kemasyarakatan dan seksi ketertiban.

3. Model Pembelajaran Group Investigation


a. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation
Menurut Trianto (2009: 78) Group Investigation tipe
pembelajaran berkelompok yang melibatkan siswa dalam
perencanaan baik dari topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya
penyelidikan mereka. Pembelajaran tipe ini bukan pembelajaran yang
berpusat pada guru, disamping itu tipe ini memerlukan pengajaran
keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik pada
siswa.

Sedangkan menurut Joyce dan Weil (2009:317) menjelaskan Group


Investigation merupakan tipe pembelajaran kelompok yang memiliki
konsep dasar memberikan dan memunculkan Sebuah permasalahan
uuntuk merangsang siswa bereaksi dan melakukan pemecahan masalah
tersebut.
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa group
investigation adalah tipe pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya
dilakukan bersama-sama secara berkelompok dan struktur dengan baik,
dimana siswa ikut berperan dalam pembelajaran yang dilaksanakan guna
memecahkan masalah.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Group Investigation


1) Pemilihan topik
Dalam tipe ini guru menyajikan sebuah masalah yang
memancing perhatian siswa. Penyajian masalah tersebut bisa
dilakukan secara verbal atau mungkin pengalaman nyata. Jika
siswa bereaksi guru akan menggiring perhatian mereka terhadap
reaksi mereka masing-masing siswa memilih permasalahan yang
kan dibahas dan kemudian siswa diorganisasikan dalam bentuk
kelompok kecil.Pembelajaran berkelompok
Siswa dan guru merencanakan prosedur tugas dan tujuan
belajar sesuai dengan topik yang telah dipilih.
2) Inplementasi
Siswa melaksanakan prosedur yang telah dirancang dengan
melibatkan berbagai sumber di dalam dan luar sekolah.
3) Analisis
Siswa menganalisis informasi yang diproleh dan
merangkumnya untuk dipersentasikan.

4) Presentasi
Setiap kelompok mempersentasikan hasil dari topik-topik
yang telah dibahasnya dan memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk memberikan kritik, tanggapan ataupun
pertanyaan.
5) Evaluasi
Guru menilai kontribusi masing-masing kelompok dan
memberikan arahan terhadap topik yang dipersentasikan oleh
kelompok.6

c. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran group investigation

NO Kelebihan Kekurangan
1. Dirancang untuk membantu Sedikitnya materi yang
terjadinya
tersampaikan pada satu kali
pembagian tanggung jawab ketika
pertemuan.
siswa mengikuti pembelajaran.
2. Beorientasi menuju pembentukan Sulitnya memberikan penilaian
siswa menjadi manusia sosial. secara personal.
3. Dapat mengembangkan kreatifitas Tidak semua topik cocok dengan
siswa, baik secara individu model pembelajaran
maupun kelompok.

d. Penerapan model pembelajaran Group investigation


Model pembelajaran Group investigation dapat diterapkan
pada materi globalisasi, dimana pendidik membagi peserta didiknya
menjadi beberapa kelompok. Peserta didik diajak untuk mengamati
dampak dari globalisasi terhadap kehidupan sehari-hari, sehingga
muncul ide-ide mereka tentang dampak globalilasi. Kemudian
peserta didik menganalisis dan menyimpulkan dampak positif dan
negatif dari globalisasi sehingga mereka dapat menentukan sikap
terhadap pengaruh globalisasi. Setelah itu, kelompok
memopresentasikanhasil diskusi kelompok mereka.

4. Model Pembelajaran Jigsaw


a. Pengertian Jigsaw
Menurut Slapin (2010-237) yaitu dapat digunakan apabila
materi pembelajaran adalah materi yang berbentuk tertulis. Dalam
model pembelajaran Jigsaw, siswa belajar dalam tim yang
heterogen, siswa tersebutdiberikan tugas untuk membaca beberapa
bab atau unit diberikan ”lembar ahli” yang dibagi atas topik-topik
yang berbeda dan yang harus menjadi fokus perhatian anggota tim
saat mereka membaca. Setelah semua siswa selesaimembaca siswa-
siswa yang dari tim yang memiliki topik yang sama bertemu dalam
’’ kelompok ahli’’ untuk mendiskusikan topik mereka. Setelah itu
para ahli kembali ke timnya secara bergantian untuk mengajari
teman satu timnya mengenai topik mereka.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Jigsaw


1) Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan empat
sampai enam orang.
2) Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.
3) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-
masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung
dalam kelompok ahli.
4) Anggota ahli dari masing-masing kelompok terkumpul dan
mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai
dengan banyaknya kelompok.
5) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan
dan salingmembantu untuk menguasai topik tersebut.
6) Setelah memahami materi kelompok ahli menyebar dan kembali
ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi
kepada rekan kelompoknya.
7) Tiap kelompok memperesentasekan hasil diskusi.
8) Guru memberikan teks individual pada akhirpembelajaran
tentang materi yang telah didiskusikan.

9) Siswa mengerjakan teks individual atau kelompok yang


mencakup semuatopik.
c. Kelebihan dan Kekurangan Jigsaw

NO Kelebihan Kekurangan
1. Mempermudah pekerjaan guru Pengelompokan dilakukan
dalam mengajar karena sudah ada terlebih dahulu, mengurutkan
kelompok ahli yang bertugas kemampuan belajar siswa dalam
menjelaskan materi kepada rekan- kelas.
rekannya.
2. Pemerataan penguasaan materi Sebelum tim ahli, misalnya ahli
dapat dicapai dalam waktu yang materi pertama kembali
lebih singkat. kekelompok asal yang akan
bertugas sebagai tutor
sebaya,perlu dilakukan
penguasaan materi yang menjadi
tugas mereka.7
d. Penerapan model pembelajaran jigsaw
Dalam pembelajaran jigsaw dapat diterapkan pada mata
pelajaran PPKn dengan materi keputusan bersama di kelas 5
semester 2. Seorang pendidik memberikan topik pembelajaran
tentang musyawarah dan mufakat dengan mengikuti langkah-
langkah model pembelajaran jigsaw dalam bentuk kelompok.
Kelompok pertama membahas tentang pemilihan ketua kelas,
kelompok ke dua membahas tentang menghargai pendapat dan
kelompok tiga membahas tentang dalam musyawarah. Setelah
mendiskusikan topik tersebut kemudian perwakilan dari kelompok
menyebar ke kelompok lain danmenyampaikan hasil diskusi mereka.
5. Model Pembelajaran Inquiry Based Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry Based Learning
Model pembelajaran Inquiry Based Learning merupakan
salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
pembelajaran (Shoimin,2014, h. 85). Sedangkan menurut Gunawan

dkk (2016) model pembelajaran inquiry based learning merupakan


kegiatan pembelajaran berbasis pendidikan dimana peserta didik
mencari sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Selain
itu, menurut Trowbritg dan Bybee (Widiyanti dkk, 2013)
pembelajaran inquiry based learning merupakan suatu model
pembelajaran yang berpusat kepada siswa, kelompok-kelompok
siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban atas
pertanyaan- pertanyaan melalui suatu prosedur yang telah
direncanakan secara jelas.

b. Langkah-langkah Pembelajaran inquiry based learning


1) Stimulation : guru memulai pembelajaran dengan bertanya
kepada siswaterkait permasalahan yang sering terjadi.
2) Problem Statement : siswa diberi kesempatan untuk
mengidentifikasi suatupermasalahan dan mencari tahu cara
untuk memecahkan masalah tersebut.
3) Data Collection : siswa mencari informasi yang relevan.
4) Data Processing : data yang diperoleh dapat diolah dengan
benar danditafsirkan dengan logis.
5) Verification : hasil data yang sudah diolah dapat diperiksa
kebenarannya.
6) Generalization : tahap akhir, siswa menyimpulkan analisisnya
dandipresentasikan di depan kelas ( Lubis, 2018, h. 117).
c. Kelebihan dan Kekurangan

No. Kelebihan Kekurangan


1 Menekankan pada Jika guru kurang spesifik merumuskan
pengembangan aspek teka-teki atau pertanyaan kepada peserta
kognitif secara didik dengan baikuntuk memecahkan
progresif. permasalahan secara sistematis,maka
peserta didik akan bingung dan tidak
terarah.
2 Peserta didik lebih aktif Sering kali guru mengalami kesulitan
dalam mencari dan dalam merencakan pembelajaran karena
mengolah informasi, terbentuk dengan kebiasaan perseta didik
sampai menemukan dalam belajar.
jawaban atas
pertanyaan secara
mandiri.

3 Peserta didik Pada saat mengimplementasinya strategi


memahami konsep- pembelajaran ini memerlukan waktu yang
konsep dasar dan ide- lama, sehingga guru sering kesulitan
ide dengan lebih baik. menyesuaikannya dengan waktu yang
bditentukan.
4 Memberikan ruang Pada sistem pembelajaran klasikal
kepada peserta didik dengan jumlah peserta didik yang relativ
untuk belajar sesuai banyak, penggunaan strategi
Dengan gaya belajar pembelajaran ini sukar untuk
mereka masing-masing. dikembangkan dengan baik.8

d. Penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning


Model pembelajaran Inquiry Based Learning dapat di
terapkan pada materi norma, hukum, peraturan. Pada materi
ini, pendidik memberikan stimulation atau rangsangan kepada
peserta didik dengan membawa media berupa gambar atau
fenomena berupa norma-norma masyarakat yang baik dan
buruk. Kemudian peseta didik mengidentifikasi gambar-
gambar tersebut dengan mencari tahu permasalahan dan
penyelesaian masalahnya, sehingga peserta didik dapat
menyimpulkan norma yang baik dan norma yang buruk.
Daftar Pustaka

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit


Gava Media.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Karar, E. E. Dan Yenice, N. 2012. The investigation of scientific process skill level of
elementary education 8th grade students in view of demographic features. Procedia
Social and Behavioral Sciences.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2015. Pemebelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai