Anda di halaman 1dari 11

BAHAN AJAR

Mata Kuliah : PEMBELAJARAN PKN SD


Kode Mata Kuliah :
Bobot : 2 SKS
Pertemuan 9

A. Capaian Pembelajaran
1. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral,
dan etika (Diambil dari Permendikbud No 03 Tahun 2020 tentang SNDikti-butir b)
2. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahlian secara mandiri.
(Diambil dari Permendikbud No 03 Tahun 2020 tentang SNDikti-butir c)
3. Menguasai konsep kurikulum, pendekatan, strategi, model, metode, teknik, bahan ajar, media dansumber belajar
yang inovatif sebagai guru kelas di sekolah dasar (Diambil dari CPL Prodi yang dirumuskan bersama
Asosiasi Prodi –HDPGSD-)
4. Menguasai konsep dan teknik evaluasi proses dan hasil pembelajaran di sekolah dasar.
(Diambil dari CPL Prodi yang dirumuskan bersama Asosiasi Prodi –HDPGSD-)
5. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inobvatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan
dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan 5 bidang keahlian (IPA, IPS, Bahasa
Indonesia, IPS dan PPKn) (Diambil dari Permendikbud No 03 Tahun 2020 tentang
SNDikti-butir i)
6. Mampu menerapkan dan mengembangkan kurikulum, pendekatan, strategi, model, metode,
teknik, bahan ajar, media dan sumber belajar yang inovatif melalui perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar. (Diambil dari CPL Prodi yang dirumuskan
bersama Asosiasi Prodi –HDPGSD-)

B. Kemampuan Akhir Tiap Tahapan Belajar (Sub-CPMK)


Mampu mengembangkan desain dan model pembelajaran PPKn SD inovatif yang berorientasi
dalam peningkatanmutu kehidupaan berdasarkan Pancasila (C6, A5, P5)

C. Materi Perkuliahan

Penerapan penggunaan langkah, dan macam-macam pendekatan, strategi, metode, teknik


berbasis TPACK pada pembelajaran PKN SD

D. Uraian Materi
Berlatih Menggunakan Pendekatan Metode, Model Pembelaaran Tematik Yang Berbasis
TPACK( merupakan kegiatan praktik atau implementasi dari model yang di pelajari
sebelumnya)

13
TPACK baik sebagai teknologi informasi dalam bentuk unit pembelajaran di kelas
maupun TPACK dalam bentuk teknologi data dalam bentuk kelembagaan dapat menjadi
alternatif paling depan dalam mengawinkan pendidikan nyata dengan pendidikan virtual di
era digital. TPACK dalam konteks pembelajaran bisa dengan menggunakan model
Computer Assisted Instruction (CAI) atau yang lebih ekstrim dengan menggunakan
Computer Based Instruction (CBI). Komputer sebagai instrument utama dalam
pembelajaran ini harus dipersiapkan dalam insfrastruktur pendidikan. TPACK dalam
kelembagaan bisa didesain dengan menggunakan aplikasi yang dikembangkan semisal
ruangguru.com, gurusd.net, atau aplikasi-aplikasi lainnya.
Bagaimana TPACK diaplikasikan di dunia pendidikan dasar dan menengah
(dikdasmen)? Karena teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita (walaupun belum
bisa dipukul rata bagi daerah pedalaman), maka penggunaan teknologi dalam dunia
pendidikan mutlak diperlukan. Dikdasmen memiliki peluang sekaligus tantangan dalam
implementasi TPACK. Peluang yang ada harus diambil menjadi sebuah solusi pendidikan
masa depan dan tantangan perlu dicari strateginya agar keniscayaan teknologi dalam dunia
pendidikan bisa dilakukan secepatnya. Semakin cepat bermigrasi, maka semakin cepat
adaptasi pendidikan era digital dilakukan dan semakin cepat juga keberhasilannya.
Implementasi TPACK di dikdasmen bisa dilakukan dengan dua cara; di ruang kelas
dengan menggunakan teknologi sebagai bagian dari pembelajaran dan di ruang global
sebagai aplikasi dari implementasi teknologi data. 1. Implementasi TPACK di ruang kelas
memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. CAI sebagai contoh yang paling mudah dan CBI
adalah contoh yang paling sulit. Implementasi CAI adalah pembelajaran yang dibantu
dengan komputer dan sepertinya ini sudah banyak dilakukan oleh banyak guru di Indonesia.
Penggunaan Word Processor, atau menggunakan aplikasi Microsoft office,
Microsoft Power Point, Microsoft Excel adalah beberapa contoh yang digunakan dalam
CAI. Alat yang mungkin sering digunakan adalah komputer dan projector. Kemampuan
menguasai aplikasi ini relatif mudah dan cepat untuk dipelajari. 2. Implementasi TPACK
yang agak rumit dan membutuhkan kemampuan komputer lebih adalah menggunakan CBI.
Sesuai dengan namanya computer-based, maka pembelajaran ini berbasis komputer. Semua
dilakukan dengan komputer. CBI sebagai sebuah model pembelajaran bisa menggunakan
banyak hal dalam komputer, baik belajar dengan menggunakan aplikasi atau belajar dengan

13
seluruh prosesnya menggunakan komputer. Komputer adalah alat utama dan pertama dalam
belajar.

Beberapa cara yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan aplikasi yang
bertebaran di internet. Ada yang gratis ada juga yang berbayar. Salah satu yang bisa
digunakan dalam CBI yang mudah adalah menggunakan web-based learning. Guru bisa
memanfaatkan web sebagai bahan untuk belajar, baik web milik orang lain yang sudah
established atau membuat web sendiri sesuai dengan tujuan pembelajaran. Beberapa social
software yang bisa digunakan adalah blog seperti di Blogspot, WordPress, EzBlogWorld,
Bachraich Blog, Getablog atau seperti Wiki dan Podcast. Guru tinggal mendesain blognya
atau Wiki dan Podcastnya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Siswa bisa belajar di mana
saja dan kapan saja. Agar TPACK bisa menjadi sebuah ekosistem pendidikan berbasis data,
maka guru atau sekolah harus mengembangkan aplikasi komputer.

Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang secara


sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan
dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik.
Dikatakan bermakna pada pembelajaran Tematik Terpadu artinya, peserta didik akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah merekapahami.
Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari
berbagai mata pelajaran yaitu intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner, dan
transdisipliner. Integrasi intradisipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap
matapelajaran. Integrasi interdisipliner dilakukan dengan menggabungkan kompetensi-
kompetensi dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya,
sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan menjaga
keselarasan pembelajaran. Integrasi multidisipliner dilakukan tanpa menggabungkan
kompetensi dasar tiap mata pelajaran sehingga tiap mata pelajaran masih memiliki
kompetensi dasarnya sendiri. Integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan
berbagai matapelajaran yang ada dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di
13
sekitarnya sehingga pembelajaran menjadikontekstual.
Tematik terpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan
di atas sehingga berbeda dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada
kurikulum sebelumnya. Selain itu, pembelajaran tematik-terpadu ini juga diperkaya
dengan penempatan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I, II, dan III sebagai
penghela mata pelajaran lain. Melalui perumusan Kompetensi Inti sebagai pengikat
berbagai mata pelajaran dalam satu kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, sehingga
penempatan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain
menjadi sangat memungkinkan.

A. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik, PBL dan DiscoveryLearning

1. Langkah-langkah PendekatanSaintifik
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan metode ilmiah (saintifik) langkah-langkah pendekatan ilmiah
dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data dan informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta
(tingkat tertinggi setelah 5M). Namun harus tetap diperhatikan proses pembelajaran tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari sifat-sifat non ilmiah.
Proses pembelajaran saintifik dengan indikator 5M serta deskripsi kegiatanya menurut
Permendikbud No. 103 tahun 2014 dapat dilihat sebagaiberikut.
a. Mengamati(Observing)
Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat,
menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. Kegiatan ini dibutuhkan untuk
dapat memahami proses terjadinya penemuan data. Tujuan pengamatan adalah
mendeskripsikan setting yang dipeljari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-
orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari prespektif mereka
yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Oleh karenanya, kegiatan belajar pada tahap ini seorang pendidik harus
memfasilitasi peserta didiknya untuk melakukan pengamatan dengan atau tanpa alat.
Adapun kegiatan mengamati ini adalah dengan membaca, mendengar, menyimak,
13
atau melihat (dengan atau tanpa alat). Dengan begitu, peserta didik dilatih untuk
bersungguh-sungguh, teliti, serta mencari informasi untuk memecahkan
permasalahan.

b. Menanya(Questioning)
Sedangkan kegiatan belajar pada tahap ini adalah mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan
faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Adapun kompetensi yang
dikembangkan adalah kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis akan perlunya hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat. Dengan demikian, kegiatan menanya ini merupakan tindak lanjut
dari mengamati dengan tujuan mendapatkan informasi tambahan. Sehingga, peserta
didik pun menjadi lebih kritis.

c. Menalar(Associating)
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk
membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang
terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

d. Mencoba(Experimenting)
Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak,
melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data
dari narasumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/
mengembangkan.

e. Mengkomunikasikan(Communicating)
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan
tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

14
2. Langkah-langkah Pendekatan Problem Based Learning (PBL)
Penerapan model Problem-based Learning terdiri atas lima langkah utama yang
pada dasarnya dimulai dengan guru memperkenalkan kepada siswa situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kegiatan pembelajaran Problem-
based Learning diawali dengan aktivitas siswa untuk menyelesaikan masalah nyata
ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada
terbentuknya keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta
sekaligus membentuk pengetahuan baru. Tahapan-tahapan atau sintaks dalam
pembelajaran Problem-based Learning menurut Magued Iskander (dalam Fathurrohman,
2015:116) sebagai berikut.
a. Mengorientasikan Siswa kepadaMasalah
Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang
dibutuhkan. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.

b. Mengorganisasi Siswa untukBelajar


Pada tahap ini guru membantu siswa menentukan dan mengorganisasi tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap
sebelumnya.

c. Membimbing Penyelidikan Individual maupunKelompok


Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.

d. Mengembangkan dan Menyajikan HasilKarya


Pada tahap ini guru membantu siswa untuk berbagi tugas dan merencanakan atau
menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk
laporan penyelesaian masalah seperti prototipe, video, gambar, dokumen presentasi,
dan lainnya.

14
e. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses PemecahanMasalah
Pada tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
proses pemecahan masalah yang telah dilakukan.

Tahapan-tahapan pembelajaran Problem-based Learning yang dilaksanakan secara


sistematis berpotensi dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah dan sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi
dasar tertentu.

3. Langkah-langkah Pendekatan Discovery Learning


Menurut Sinambela (dalam Yuliana, 2018: 22-23) langkah-langkah pembelajaran
discovery learning sebagai berikut.

a. Stimulation (MemberikanRangsangan)
Proses kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama ini yaitu, guru memberikan
rangsangan kepada siswa melalui penyajian masalah-masalah kontekstual dan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pada tahap ini guru sebagai fasilitator
dengan memberikan pertanyaan, arahan membaca teks, dan kegiatan belajar lainnya.

b. Problem Statement (pernyataan/IdentifikasiMasalah)


Langkah selanjutnya yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang telah disajikan sebanyak
mungkin hingga menentukan pemecahan masalahnya.

c. Data Collection (PengumpulanData)


Berfungsi untuk membuktikan terkait pernyataan yang ada sehingga siswa
berkesempatan mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai, membaca sumber
belajar yang sesuai, mengamati objek terkait masalah, wawancara dengan
narasumber terkait masalah, melakukan uji cobamandiri.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

14
Merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang sebelumnya telah
didapat oleh siswa. Semua informai yang didapatkan semuanya diolah pada tingkat
kepercayaan tertentu.
e. Verivication(Pembuktian)
Yaitu kegiatan untuk membuktikan benar atau tidaknya pernyataan yang sudah
ada sebelumnya. yang sudah diketahui, dan dihubungkan dengan hasil data yang
sudah ada.

f. Generalization (MenarikKesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi adalah sebuah tahapan yang dilakukan oleh peserta didik untuk
menarik sebuah kesimpulan yang dijadikan sebagai prinsip umum dan berlaku untuk
semua permasalahan yang sama.

B. Keunggulan Pendekatan Saintifik, PBL dan DiscoveryLearning

1. Keunggulan Pendekatan Saintifik


Keunggulan dari implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran secara
umum adalah sebagai berikut.

a. Mendorong atau melatih peserta didik untuk lebih aktif dalampembelajaran.


b. Mengembangkan kreativitas berfikir atau menjadikan peserta didik berinovasi saat
pembelajaranberlangsung.
c. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikanide-ide.
d. Penilaian hasil akhir dari pembelajaran didapat dari semua aspek, tidak sebatas
pengetahuan saja. Oleh karenanya, pembelajaran dengan pendekatan saintifik
diharapkan menjadikan peserta lebih berkarakter baik danberpengatuhuan.
e. Karena proses pembelajarannya berpusat pada pesera didik dan dengan praktek
secara langsung maka, pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan lebih melekat
dalamingatan.
f. Mendorong pendidik untuk meningkatkan kualitasnya dalam penerapan pendekatan
saintifik.

14
Lebih lanjut Abidin (dalam Aprianita, 2015:691-692) mengemukakan kelebihan
dari pendekatan saintifik adalah sebagaiberikut.

a. Memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang


matang, pengumpulan data, analisis data untuk menghasilkankesimpulan.
b. Menuntun siswa berpikir sistematis, kritis, kreatif, melakukan aktivitas penelitiandan
membangun konseptualisasipengetahuan.
c. Membina kepekaan siswa terhadap problematika yang terjadi dilingkungannya.
d. Membiasakan siswa menanggung resikopembelajaran.
e. Membina kemampuan siswa dalam berargumentasi dankomunikasi.
f. Mengembangkan karaktersiswa.

2. Keunggulan Pendekatan PBL


Menurut Kurniasih & Sani (2015: 49) keunggulan model Problem-based Learning,

yaitu:
a. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatifsiswa
b. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah para siswa dengansendirinya.
c. Meningkatkan motivasi siswa dalambelajar.
d. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi yang serba
baru.
e. Mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secaramandiri.
f. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah
siswalakukan.
g. Terjadi pembelajaran yang bermakna.
h. Siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yangrelevan.
i. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam
bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerjakelompok.
j. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telahberakhir.

14
Selanjutnya Warsono dan Hariyanto (dalam Nur, 2016:135) mengemukakan kelebihan dari
pendekatan PBL adalah sebagai berikut.
a. Peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan
masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga dalam
kehidupansehari-hari.
b. Memupuk solidaritas social dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok
kemudian berdiskusi dengan teman-temansekelasnya.
c. Makin mengakrabkan pendidik dengan pesertadidik.
d. Membiasakan peserta didik dalam menerapkan metodeeksperimen.

3. Keunggulan Pendekatan DiscoveryLearning


Berikut ini kelebihan dari penerapan Discovery Learning (Yuliana, 2018: 23).

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-


proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
bagaimana carabelajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan dantransfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannyasendiri.
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan
motivasisendiri.
f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yanglainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan- gagasan.
Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasidiskusi.
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran
yang final dan tertentu ataupasti.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebihbaik.

14
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yangbaru.
k. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatifsendiri.
l. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesissendiri.
m. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumberbelajar.
Dapat mengembangkan

D. Simpulan

TPACK baik sebagai teknologi informasi dalam bentuk unit pembelajaran di kelas maupun TPACK
dalam bentuk teknologi data dalam bentuk kelembagaan dapat menjadi alternatif paling depan dalam
mengawinkan pendidikan nyata dengan pendidikan virtual di era digital. TPACK dalam konteks
pembelajaran bisa dengan menggunakan model Computer Assisted Instruction (CAI) atau yang lebih
ekstrim dengan menggunakan Computer Based Instruction (CBI). Komputer sebagai instrument utama
dalam pembelajaran ini harus dipersiapkan dalam insfrastruktur pendidikan. TPACK dalam kelembagaan
bisa didesain dengan menggunakan aplikasi yang dikembangkan semisal ruangguru.com, gurusd.net, atau
aplikasi-aplikasi lainnya.

E. Referensi
1. Achmad Kosasih Djahiri, (1985), Strategi Belajar Mengajar Afektif-Model Belajar Mengajar VCT.
Granesia, Bandung.
2. Bank, James A & Ambrose A. Clegg Jr (1985) Teaching Strategis for Social Studies, New York :
Logman, Inc.
3. Budimansyah, D. 2015 Nilai-nilai karakter mata kuliah umum (mku) Bagi mahasiswa. Aktualisasi
Karakter Kewarganegaraan dalam Membangun Smart and Good Citizen di Perguruan Tinggi. Jurnal
PPKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015.
4. Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama
5. Isriani Hardini. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep & Implementasi). Yogyakarta:
Familia.
6. Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Kurikulum 2013 di SD. Jakarta: Kemendikbud
7. M. Taufiq Amir. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Media Group
8. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik Jakarta: Prestasi
Pustaka
9. Tukiran Taniredja, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
10. Tulus Pamuji Wicaksono, dkk.2016. Pengembangan Penilaian Sikap dengan Teknik Observasi, self
assessment, dan peerAssessment Pada Pembelajaran Tematik Kelas v SD N arjowinangun 02
Malang. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume:1 Nomor: 1.Halaman:
45—51
11. Udin S Wiranataputra. 2002. Materi dan pembelajaran PPKn SD. Jakarta. Depdiknas
12. Usman, Hamalik. 1989. Media pembelajaran. Jakarta. Depdiknas
13. Wahab Abdul Aziz. 1997.PPKN. Jakarta. Depdikbud 2013
14. Wina sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media Group
15. Buku Guru Revisi terbaru
Buku Siswa Revisi Terbaru
14

Anda mungkin juga menyukai