Secara teoritis, integrasi teknologi dalam pembelajaran yang sesungguhnya harus memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar yang:
1. Aktif, siswa dapat terlibat aktif dalam proses belajar yang menarik dan bermakna.
2. Konstruktif, siswa dapat menggabungkan ide-ide baru ke dalam pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya.
3. Kolaboratif, siswa dalam suatu kelompok dapat bekerjasama, berbagi ide, saran atau
pengalaman, menasehati, dan memberi masukan untuk kelompoknya.
4. Antusiastik, siswa antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Dialogis, terjadi proses sosial dan dialogis, karena siswa akan memperoleh keuntungan
dalam proses komunikasi tersebut baik di dalam/diluar sekolah.
6. Kontekstual, proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan problem-
based atau case-based learning.
7. Reflektif, siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang
telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.
8. Multisensory, pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar
( multisensory), baik audio, visual maupun kinestetik.
9. High order thinking skills training, melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi, sperti
problem solving, pengambilan keputusan, serta secara tidak langsung juga meningkatkan
“ICT & media literacy, (Deni Kuswara Halimah: 2008)
Untuk mendukung peranan teknologi tersebut maka di perlukan guru yang mampu
menggunakan teknologi itu sendiri dan sarana prasarana pendukung sehingga peranan
teknologi dalam pembelajaran dapat terwujud.